BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada
dalam
taraf
halusinasi
menuju
industrialisasi
tentunya
akan
Arus
lalu
lintas
yang
tidak
teratur
dapat
meningkatkan
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. (Doenges E Marlyn,
1999, 761). Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma atau
tenaga fisik (Sylvia A Price dan Loorine M Wilson, 1995: 1183). Pernyataan lain mengatakan
bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan yang ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Suzanne C Smeltzer dan Brenda G. Bare, 200: 2357).
Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam
posisi fleksi, dan gerakan memuntir yang keras. Fraktur kedua tulang ini sering terjadi dalam
kaitan satu sama lain .
Klasifikasi fraktur :
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
a.
korteks tulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
c.
Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya,
misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
d. Kompresi
e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
8. Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
a.
Tipe Ekstensi, trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam
posisi supinasi.
b.
Tipe Fleksi, trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi
pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)
Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak,
kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :
1. Kekerasan langsung
2.
3.
4.
5.
E. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Henderson 1995 )
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang
tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2.
Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang
bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
6.
Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam
pai 80 fraktur tahun.
7.
Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi
pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada
bedah ortopedil
8.
Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi
pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin dan plat.
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik
abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik
dan vasomotor instability.
F.
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi :
X-Ray
dapat
dilihat
gambaran
fraktur,
deformitas
dan
metalikment.
2. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat
luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.
3. Pemeriksaan rontgen
Menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma
4. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
5. Arteriogram
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
6. Hitung daerah lengkap
HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darah putih
adalah respon stress normal setelah trauma).
7. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.
(Doenges, 2000 : 762)
G. Penatalaksanaan
1. Tujuan pengobatan fraktur:
a) Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmenfragmen ke posisi anatomi.
b)
b) Review, yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look feel, novemert dan pemeriksaan
fisik ini dilengkapi dengan foto rontgent untuk
c)
konservatif. Tindakan
operatif meliputi : Orif, Oref, menjahit luka dan menjahit pembuluh darah yang robek,
sedangkan tindakan
dengan hati-hati,
d. Stadium Empat-Konsolidasi
Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui
reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru.
e. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa
bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan
tulang yang terus-menerus.
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Anamnesa
Data Biografi
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga
b) Pemeriksaan Fisik
Aktivitas / istirahat
Keterbatasan / kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder
dari jaringan yang bengkak / nyeri)Sirkulasi
Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah)
Takikardia (respon stress , hipovolemi)
Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler lambat
Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera
c) Neurosensori
Hilang gerakan / sensasi, spasme otot
Kebas / kesemutan (parestesia)
Nyeri / kenyamanan
Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot
merupakan penyebab nyeri di rasakan
d) Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna
Pembengkakan local
e) Pengetahuan
Kurangnya
pemajanan
informasi
tentang
penyakit,
prognosis
dan
Gangguan
rasa
nyaman
nyeri
berhubungan
dengan
terputusnya
c)
f)
3. Intervensi Keperawatan
a)
Gangguan
rasa
nyaman
nyeri
berhubungan
dengan
terputusnya
: Nyeri berkurang/hilang
: nyeri berkurang, Tekanan darah normal, nadi normal,
Pasien
mungkin
dibatasi
oleh
pandangan
diri
sendiri
tentang
keterbatasan fisik.
2) Dorong partisipasi klien pada aktivitas terapeutik atau rekreasi
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi
3) Bantu pasien untuk rentang gerak aktif dan pasif.
Rasional : Meningkatkan aliran darah ke otot tulang dan meningkatkan
tonus otot.
4) Bantu/dorong untuk perawatan diri
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan kebersihan diri
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
Rasional : Untuk membuat program mobilisasi.
c)
Kriteria hasil
Kriteria Hasil
Intervensi :
1) Auskultasi frekuensi dan irama jantung
Rasional : Mengetahui adanya bunyi dan irama tambahan
2) Observasi penurunan status mental
Rasional : Mengetahui tingkat kesadaran pasien
3) Observasi warna, suhu kulit, dan membrane mukosa
Rasional : Mengetahui derajat gangguan perfusi jaringan
4) Evaluasi ekstremitas ada tidaknya kualitas nadi, nyeri tekan, dan edema.
Rasional : Mengetahui keoptimalan fungsi jantung
5) Hangatnya ekstremitas yang dingin
Rasional : penyesuaian suhu
e)
1)
2)
4. Evaluasi Keperawatan
klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
Klien dapat melakukan fisik seoptimal mungkin
Infeksi tidak terjadi
Klien
menyatakan
pemahaman
tentang
kondisi,
prognosis,
dan
pengobatan.
RESUME KEPERAWATAN DI RUANGAN IRD RSUD LABUANG BAJI
Nama : Tn I
Umur
: 39
J. kelamin : laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
:
Alamat
: Jl. Sultan hasanuddin
Diagnosa medik
No. RM
Tgl masuk
Tgl pemeriksaan
Jam pemeriksaan
1. Survey primer
a. Pengkajian
A ( Airway )
Adanya sumbatan / obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan secret akibat kelemahan
reflex batuk.
B ( Breathing )
Kelemahan menelan / batuk / melindungi jalan nafas, timbulnya pernafasan yang sulit dan
atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi.
C ( Circulation )
Nadi
: teraba
Frekuensi : 92 X/m
Kekuatan : lemah
Akral
: dingin
TD
D ( Disability )
- GCS = 15 ( E = 4, m = 6, V = 5 )
- Pupil respon cahaya ( miosis )
- Kekuatan otot 4
E ( Exposure )
- Trauma : (+)
- Luka
: (+) lokasi daerah tibia fibula kanan
- Nyeri : (+) daerah tibia fibula. Jenis tajam skala 8 ( berat )
2. Pengkajian sekunder
masuk RS : nyeri pada daerah tibia dan fibula kanan pada saat kecelakaan
Keluhan utama : nyeri berat pada tibia kanan dan susah tidur
P : jika bergerak
Q : tajam
R : pada daerah tibia fibula kanan
S : skala 8 ( berat )
T : 5-10 menit
b. Head to toe
Kepala dan leher
- Rambut
: hitam dan kusam
- Kulit kepala : bersih
- Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada, paru-paru dan jantung
- Dada simetris kiri dan kanan
- Mammae : simetris kiri dan kanan
Abdomen dan pelvis
- Abdomen : tidak terdapat pembengkakan.
Ekstremitas atas
- Foto rontgen
3. Analisa data dan Klasifikasi data
Klasifikasi Data
No
Data Subjektif
Data Objektif
Analisa Data
Data
Analisa Data
Trauma langsung
Terputusnya kontinuitas jaringan
Pergeseran fragmen tulang
Fraktur
Diskontinuitas tulang
Perubahan jaringan sekitar
Pergeseran fragmen tulang
Deformitas
Gangguan fungsi
Gangguan mobilitas fisik
Dekontinuitas tulang
Klien mengatakan
sulit tidur.
Menstimulasi pusat jaga
REM menurun
Diagnosa Keperawatan
Intervensi :
NO
1.
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Intervensi
otot, pergeseran
fragmen tulang
kriteria hasil:
- Nyeri hilang/berkurang
- Klien tampak tenang
frekuensi nyeri.
Rasional
5. Hubungan yang baik
kooperatif.
6. Tingkat intensitas nye
frekuensi menunjukka
skala nyeri.
7. Memberikan penjelas
3. Jelaskan pada klien penyebab
akan menambah
dari nyeri.
pengetahuan klien ten
nyeri.
8. Untuk mengetahui
4. Observasi TTV
perkembangan klien.
9. Merupakan tindakan
dependent, perawat di
analgesic berfungsi un
memblok stimulasi ny
1. Mengidentifikasi mas
memudahkan interven
2. Mempengaruhi penila
1. Kaji kebutuhan akan
Klien mampu
menunjukkan tingkat
2.
Gangguan
mobilitas optimal
dengan kriteria :
aktivitas apakah
terhadap kemampuan
ketidakmampuan atau
ketidakmauan.
3. Mempertahankan/
aktivitas.
meningkatkan kekuata
seimbang.
- Melakukan pergerakan
ketahanan otot.
4. Sebagai suatu sumber
dan perpindahan.
mengembangkan
3. Ajarkan dan dukung pasien
perencanaan dan
mempertahankan/
pasif.
meningkatkan mobilit
pasien.
1. Mengetahui sejauh m
perkembangan luka
mempermudah dalam
melakukan tindakan y
tepat
1. Kaji kulit dan identifikasi
pada tahap perkembangan
luka
Mencapai
penyembuhan luka
3.
Kerusakan
integritas jaringan
dengan kriteria :
b/d bedah
perbaikan.
- Luka bersih
Tid
-Tidak lembab dan2. Kaji
2. Mengidentifikasi
tidak kotor
lokasi,ukuran,warna,bau,serta
tingkat keparahan
-Tidak ada tandajumlah dan tipe cairan luka
luka akan
tanda infeksi
mempermudah
intervensi
-TTV dalam batas 3. Pantau peningkatan suh tubuh 3. Suhu tubuh yang
normal
meningkat dapat
didentifikasikan
sebagai adanya
proses peradangan
4.
4. Berikan perawatan luka dengan
tehnik aseptik.Balut luka dengan
kassa kering dan steril,gunakan
polester kertas.
Gangguan pola
tidur b/d nyeri
Tehnik aseptik
membantu
mempercepat
penyembuhan luka
dan mencegah
terjadinya infeksi
5. Antibiotik berguna
5. Kolaborasi pemberian antibiotik untuk mematikan
sesuai indikasi
mikroorganisme
pathogen pada
daerah yang
bereisiko terjadi
infeksi .
1. Untuk mengetahui
sejauh mana
1. Kaji tingkat keamanan dan
kebutuhan tidur klien
kebutuhan untuk tidur
sehingga dapat
dijadikan acuan
Klien dapat istirahat
untuk intervensi
dengan kriteria :
selanjutnya
-tidur/istirahat
diantara gangguan
2. Dapat
mempengaruhi tahap
tidur REM
-melaporkan
peningkatan rasa
sehat dan merasa
dapat istirahat
Hari/tg
l/jam
DIAG
NOSA
IMPLEME
NTASI
Jumat
13/05/
2010
21.20
Nyeri 1.
b/d
pergese
ran
fragme
n
tulang
2.
Mengkaji
tingkat
nyeri H /
Skala 8
(berat)
21.27
Menjelask
an pada
klien
penyebab
dari nyeri
H / klien
mengerti
22.00
21.45
3.
2.
22.15
22.20
Gangg
uan
mobilit
as fisik
b/d
Mengobser
vasi TTV
H / TD =
130 / 100
mmHg
N =
80 x/m
S =
36 C
N =
22.30
cedera
jaringa
n
4.
sekitar
fraktur
20 x/m
Pemberian
analgetik
H/
Ketorolac
1 amp / 8
jam
Ranitidin 1
amp / 8
jam
1. Mengkaji
kebutuhan
akan
pelayanan
kesehatan
dan
kebutuhan
akan
peralatan
H/
berhasil
2.
Menentuka
n tingkat
motivasi
pasien
dalam
melakukan
aktifitas
H / klien
mampu
melakukan
nya
3.
Mengajark
an
pasiendala
m latihan
ROM aktif
dan pasiif
H / klien
mampu
mengikuti
nya
22.45
23.00
23.10
23.11
23.25
01.00
05.00
00.50
00.55
Ativan 1x/oral
EVALUASI
TGL/jam
14/05/2010
21.50
No
1
22.50
2.
00.00
3.
05.13
4.
EVALUASI (SOAP)
S: Klien tampak masih nyeri pada daerah tibia
O: Ekspresi wajah tampak meringis
A: Masalah belum teratasi
P: tunjukkan intervensi 1,2,3 dan 4.
S: Klien mengatakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
masih dibantu.
O: Pemenuhan kebutuhan klien sebagian dibantu.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4.
S: Klien mengatakan keadaan di sekitar tibia masih luka,.
O: Nampak luka pada daerah tibia.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4.
S: Klien mengatakan tidak sulit tidur lagi
O: Klien tampak segar
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C, Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Volume 3. EGC: Jakarta
Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC :
Jakarta
Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. EGC:
Jakarta
http://www.fraktur/Fraktur atau patah tulang _ Blog Priyanta.html
http://www./fraktur/fraktur (patah tulang) _ NursingBegin.com.htm
http://www.fraktur/fraktur-tibia-fibula.html