Anda di halaman 1dari 19

CLOSED FRAKTUR RADIUS ULNA

I. KONSEP DASAR MEDIS

A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

1. Tulang

Tulang membentuk rangka penunjang dan perlindungan bagi tubuh

dan tempat melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.

Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan, ruang

di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang

membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer

untuk menyimpan dan mengatur kalsium.

a. Fungsi tulang

1) Sebagai formasi kerangka, dengan membentuk rangka tubuh,

menentukan bentuk dan ukuran tubuh.

2) Pergerakan, yaitu untuk berbagai aktifitas selama pergerakan.

3) Perlindungan, yaitu melindungi organ-organ yang lunak dalam

tubuh.

4) Hemtopoiesis yaitu pembentukan sel-sel darah merah yang terjadi

pada sumsum tulang merah.

5) Tempat penyimpanan mineral, antara lain kalsium dan fospor.

b. Komposisi jaringan tulang

Tulang terdiri dari sel-sel (osteosit, osteoblash dan osteoklas) dan

matrik ekstraseluler yang tersusun dari serat-serat kolagen organik

1
yang tertanam pada substansi dasar dan garam-garam anorganik tulang

seperti fospor dan kalsium.

c. Klasifikasi tulang

Klasifikasi tulang menurut bentuknya terbagi atas:

1) Tulang panjang yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri

dari diafisis dan efifisis yang berfungsi untuk menahan berat tubuh

dan berperan dalam pergerakan.

2) Tulang pendek yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya

ditemukan berkelompok yang berfungsi memberikan kekuatan dan

kekompakan pada area yang pergerakannya terbatas.

3) Tulang pipih yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang

berfungsi untuk memberikan suatu permukaan yang meluas untuk

perlengketan otot dan memberikan perlindungan.

4) Tulang ireguler yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan

dengan struktur tulang yang sama dengan tulang pendek.

5) Tulang sesamoid yaitu tulang kecil bulat yang masuk dalam

pormasi persendian yang bersambung dengan kartilago,

ligamentum atau tulang lainnya.

2. Persendian

Persendian adalah adalah pertemuan antara 2 buah tulang atau

beberapa tulang kerangka. Suatu persendian terjadi saat permukaan dari 2

tulang bertemu yang memungkinkan adanya pergerakan atautidak

bergantung pada sambungannya.

2
a. Klasifikasi pesendian secara struktural terbagi menjadi

1) Persendian fibrosa, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga

sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa.

2) Persendian kartilago yaitu persendian yang tidak memiliki rongga

sendi dan diperkokoh dengan jaringan kartilago.

3) Persendian sinovial yaitu persendian yang memiliki rongga sendi

dan diperkokoh dengan kapsul dan ligamen artikular yang

membungkusnya.

b. Klasifikasi persendian menurut fungsinya dibagi menjadi :

1) Sendi sinartosis (sendi mati), sendi ini dibungkus dengan jaringan

ikat fibrosa atau kartilago. Sendi jenis ini adalah antara lain:

a) Sutura, yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat

fibrosa rapat yang hanya ditemukan pada tulang tengkorak.

Contohn : sutura sagital dan parietal.

b) Sinkodrosis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan

dengan kartilagi hialin. Contoh : lempeng epifisis sementara

antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang anak.

2) Sendi amfiartosis (sendi dengan pergerakan terbatas). Sendi ini

memungkinkan gerakan terbatas sebagai respon terhadap torsi dan

kompresi. Sendi jenis ini antara lain adalah:

a) Simfisis, adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan

dengan diskus kartilago, yang menjadi bantalan sendi dan

3
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Contoh: simpisis

pubis.

b) Sindesmosis, terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan

dihubungkan dengan serat-serat jaringan ikat kolagen. Contoh :

ditemukan pada tulang yang bersisihan seperti radius dan ulna,

serta tibia dan fibula.

c) Gomposis, adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut

masuk dengan pas dalam kantong tulang seperti pada gigi yang

tertanam pada tulang rahang.

3) Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi

sinovial. Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan

sinovial yang terdiri dari:

a) Sendi sferoidal yang terdiri dari sebuah tulang yang masuk

kedalam rongga berbentuk cangkir pada tulang lain.Contoh :

sendi panggul dan bahu.

b) Sendi engsel, terdiri dari sebuah tulang yang masuk dengan pas

pada permukaan konkaf tulang kedua, sehingga memungkinkan

gerakan satu arah.

c) Sendi kisar, yaitu tulang bentuk kerucut yang masuk pas

cekungan tulang kedua dan dapat berputar kesemua arah.

Contoh : tulang atlas, persendian bagian kepala.

4
d) Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial yang

memungkinkan gerakan kedua arah disudut kanan setiap

tulang. Contoh : sendi antara tulang radiusdan tulang karpal.

e) Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk

konkaf disatu sisi dan konkaf pada sisi lain, sehingga tulang

akan masuk dengan pas seperti dua pelana yang saling

menyatu. Satu-satunya sendi pelana sejati yang ada dalam

tubuh adalah persediaan antara tulang karpal dan metakarpal

pada ibu jari.

f) Sendi peluru adalah salah satu sendi yang permukaan kedua

tulang berartikulasi berbentuk datar, sehingga memungkinkan

gerakan meluncur antara satu tulang dengan tulang yang

lainnya. Persendian seperti ini disebut sendi nonaksia.

c. Pergerakan sendi

Pergerakan sendi merupakan hasil kerja otot rangka yang melekat

pada tulang dan membentuk artikulasi dengan cara memberikan

tenaga. Tulang hanya berfungsi sebagai pengungkit dan sendi sebagai

penumpu.

Beberapa pergerakan sendi antara lain:

1) Fleksi adalah gerakan memperkecil sudut antara dua tulang.

Contoh: saat menekuk siku, menekuk lutut atau menekuk torso

kearah lain.

5
a) Dorsofleksi adalah gerakan menekuk telapak kaki

dipergelangan kearah depan (meninggalkan dairah dorsal kaki).

b) Plantar fleksi adalah gerakan meluruskan telapak kaki pada

pergelangan kaki.

2) Ekstensi adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua

tulang.

3) Abduksi adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh

seperti gerakan abduksi jari tangan dan jari kaki.

4) Aduksi adalah gerakan tubuh saat kembali keaksis utama tubuh

(kebalikan dari gerakan abduksi).

5) Rotasi adalah gerakan tulang yang berputar disekitar aksis pusat

tulang itu sendi tanpa mengalami dislokasi lateral, seperti saat

menggelengkan kepala untuk menyatakan tidak.

a) Pronasi adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi

anatomis yang mengakibatkan telapak tangan menghadap

kebelakang.

b) Supinasi yaitu rotasi lateral lengan bawah yang mengakibatkan

telapak tangan menghadap kedepan.

6) Sirkumduksi, adalah kombinasi dari semua gerakan argular dan

berputar untuk membuat suatu ruang berbentuk kerucut seperti saat

mengyunkan lengan berbentuk putaran.

6
7) Inversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang

memungkinkan tulapak kaki menghadap kedalam atau kearah

medial.

8) Eversi adalah pergerakan sendi pergelangan kaki yang

memungkinkan tulapak kaki menghadap kearah luar.

9) Protaksi adalah memajukan bagian tubuh seperti saat menonjolkan

rahang bawah kedepan atau memfleksi girdel pektoral untuk

membusungkan dada.

10) Retraksi adalah gerakan menarik bagian tubuh kearah belakang

seperti saat menstraksi mandibula.

11) Elevasi adalah pergerakan suatu struktur kearah superior, seperti

saat mengatupkan mulut.

12) Depresi adalah menggerakkan suatu struktur kearah inferior,

seperti saat membuka mulut.

3. Otot

Struktur jaringan otot dikhususkan untuk melakukan gerakan, baik

oleh badan secara keseluruhan gerakan, baik oleh badan secara

keseluruhan maupun oleh berbagai bagian tubuh yang satu terhadap yang

lain. Sel-sel otot sangat berkembang dalam fungsi kontraktil dan tidak

begitu berkembang dalam hal konduktivitas. Kekhususan ini meliputi

pemanjangan sel-selnya sesuai sumbu kontroksi.

Pada jaringan otot, sel-sel atau serat otot itu biasanya bergabung

dalam berkas-berkas, sehingga jaringan otot tidak hanya terdiri atas serat-

7
serat otot saja. Karena harus melakukan kerja mekanis, serat-serat otot

memerlukan banyak kapiler darah yang mendatangkan makanan dan

oksigen, dan mengangkut keluar produk sisa toksik. Pembuluh-pembuluh

darah itu terdapat di dalam jaringan ikat fibrosa, yang juga berguna untuk

mengikat serat-serat otot menjadi satu dan sebagai pembungkus, pelindung

sehingga tarikan dapat berlangsung secara efektif.

Komponen-komponen sel-sel otot seperti hal-hal yang lain, tetapi

memiliki istilah khusus, membran sel disebut sarkolema, sitoplasma

disebut sarkoplasma, retikulum endoplasma disebut retikulum

sarkoplasma, dan mitokondria disebut sarkosoma. Ada tiga macam otot

digolongkan berdasarkan struktur dan fungsi, yaitu otot rangka, otot

jantung, dan otot polos.

a. Otot Rangka

Otot rangka disebut juga otot lurik karena sesuai namanya mempunyai

bagian yang gelap dan terang menyerupai garis lurik. Otot lurik ini

terdiri dari serabut-serabut otot, apabila menggabung semuanya

disebut kulit. Setiap gabungan serabut diselaputi oleh suatu selaput

disebut fasia propria.Gabungan dari seluruh serabut diseluputi lagi

oleh fase supersial.

b. Otot Polos

Otot polos berbentuk kumparan, yaitu kedua ujungnya meruncing

dengan bagian tengahnya membesar dan mempunyai satu inti sel.

Kerja otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita, maka otot ini

8
disebut otot tak sadar. Otot polos mempunyai karakteristik yang lain,

yaitu: tidak melekat pada tulang, aktivitasnya lambat dan teratur,

mampu berkontraksi dalam waktu yang lama, tidak mudah lelah,

gerakannya berada dalam kendali saraf otonom (tidak sadar), banyak

dijumpai di lambung, usus, indung telur paru-paru, dan pembuluh

darah.

c. Otot Jantung

Terdiri dari serabut otot yang bercabang-cabang dan berinti banyak.

Kerja otot jantung kontraksinya dipengaruhi oleh saraf tidak sadar.

Otot jantung terus berkontraksisepanjang waktu dengan gerakan yang

teratur berirama dalam memompa darah keseluruh tubuh. Denyut

jantung disebabkan kontraksi otot jantung secara normal. Pada orang

dewasa berlangsung 72 kali setiap menit. Setiap berkontraksi sangat

memerlukan oksigen yang cukup. Bila jantung tidak mendapat oksigen

selama 30 detik saja, kontraksi jantung akan berhenti.

B. PENGERTIAN

Fraktur radius ulna merupakan terputusnya kontinuitas pada lengan

bawah dimana kedua tulang tersebut mengalami perpatahan. Dibagi atas tiga

bagian perpatahan yaitu bagian proksimal, medial , serta distal dari kedua

corpus tulang tersebut. (Putri, 2008)

C. KLASIFIKASI

1. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna.

2. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna

9
3. Fraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai

dengan dislokasi sendi radioulna proksimal.

4. Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius

5. Fraktur Galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi

sendi radioulna distal

D. ETIOLOGI

1. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat

dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan,

pukulan yang mengakibatkan patah tulang).

2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, misalnya penderita jatuh

dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada

pegelangan tangan.

3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu

sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini

disebut dengan fraktur patologis.

E. PATOFISIOLOGI

Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan

biasanya merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan

sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar

menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal.

Benturan mengenai di sepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan

tangan berekstensi. Tulang mengalami fraktur pada sambungan

kortikokanselosa dan fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan

10
pergeseran dorsal. Garis fraktur berada kira-kira 3 cm proksimal prosesus

styloideus radii. Posisi fragmen distal miring ke dorsal, overlapping dan

bergeser ke radial, sehingga secara klasik digambarkan seperti garpu

terbalik (dinner fork deformity). (Armis, 2000)

Pada dasarnya tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan

dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang

lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada

tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.

Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam

korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.

Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di

rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang

yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya

respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan

leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan

dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya 

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

1. Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung

terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan

fraktur.

2. Faktor Intrinsik

11
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan

untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,

elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

F. TANDA DAN GEJALA

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk

bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar

fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran

fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas

(terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada

integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen

sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1

sampai 2 inci).

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan

lunak yang lebih berat.

12
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa

terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien dengan fraktur

radius ulna, diantranya:

1. Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang.

2. CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang

mengalami kerusakan.

3. Darah lengkap: HT meningkat (hemokonsentrasi), HB menurun (akibat

adanya perdarahan).

4. Arteriografi, bila diduga ada kerusakan pada vaskuler.

5. Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens

ginjal.

H. KOMPLIKASI

1. Komplikasi awal

a. Kerusakan Arteri

b. Kompartement Syndrom

c. Fat Embolism Syndrom

d.  Infeksi

e. Avaskuler Nekrosis

f. Osteomyelitis

2. Komplikasi Dalam Waktu Lama

13
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)

b. Non union (tak menyatu)

c. Malunion

I. WAKTU PENYEMBUHAN

Tulang lunak lebih cepat sembuh dari tulang keras sebab kaya akan

suplai darah. Fraktur impakta sembuh dalam beberapa minggu, tetapi pada

fraktur yang bergeser memerlukan waktu berbulan atau bertahun.

Pada tuang lengan akan sembuh dalam 3 bulan, dimana tibia dan

femur 6 bulan atau lebih lama. Bagian permukaan dari tulang ebih cepat

sembuh. Fungsinya akan kembali dalam 6 bulan setelah penyambungan

tulang

J. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Konsorvatif

a. Imobilisasi: mempertahankan reposisi sampai tahap penyembuhan

1. Konservatif fiksasi eksterna: gips, bidai

2. Terapi Operatif

2. ORIF( Open Reduction Internal Fixation): pen, flat, screw

14
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan

a. Kegiatan yang beresiko cidera.

b. Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh.

c. Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan.

2. Pola nutrisi metabolik

a. Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.

b. Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan warna kulit

di sekitar luka, edema.

3. Pola eliminasi

Konstipasi karena imobilisasi

4. Pola aktivitas dan latihan

a. Kesemutan, baal

b. Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas

c. Tidak kuat menahan beban berat

d. Keterbatasan mobilisasi

e. Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal

injury, lambatnya kapiler refill tim

5. Pola tidur dan istirahat

a. Tidak bisa tidur karena kesakitan

b. Sering terbangun karena kesakitan

6. Pola persepsi kognitif

15
a. Nyeri pada daerah fraktur

b. Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur

c. Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi

7. Pola persepsi dan konsep diri

Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti

keadaan sebelumnya

8. Pola peran dan hubungan dengan sesama

a. Tidak dapat melakukan peran seperti biasanya

b. Merasa tidak berdaya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut

2. Ansietas

3. Resiko Infeksi

C. INTERVENSI

ND NURSING OUTCOMES NURSING INTERVENTIONS


CLASSIFICATION CLASSIFICATION
X
(NOC) (NIC)
1. Setelah dilakukan tindakan  Manajemen Nyeri
keperawatan selamaklien akan : Aktivitas Keperawatan:
 Tingkat 1. Observasi reaksi nonverbal dari
Ketidaknyamanan ketidaknyamanan
 Kontrol Nyeri 2. Lakukan pengkajian nyeri
 Tingkat Nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakterisitik, durasi,
Kriteria Hasil :
frekuensi, kualitas dan faktor
 Tidak ada gangguan tidur
presipitasi.
 Tidak ada ekspresi menahan

16
nyeri dan ungkapan secara 3. Observasi TTV
verbal. 4. Ajarkan teknik
 Tidak ada gangguan nonfarmakologis (relaksasi
kosentrasi napas dalam).
5. Kelola anti analgetik

2. Setelah dilakukan Tindakan Penurunan kecemasan


keperawatan selama 2x24 jam 1. Gunakan pendekatan yang
diharapkan: tenang dan meyakinkan
1. pasien mencari informasi 2. Jelaskan semua prosedur
tentang kesehatan termasuk sensasi yang akan
2. pasien mampu menyesuaikan dirasakan.
perubahan dalam status 3. Berikan informasi faktual
kesehatan terkait diagnosis, perawatan
3. pasien menunjukan dan prognosis
kegembiraan.
Kriteria hasil :
 Pasien mampu menangani
ansiatasnya
 Pasien mampu mengungkapkan
dan menunjukkan tehnik untuk
mengontrol cemas.
 Postur tubuh, ekspresi wajah
menunjukkn berkurangnya
kecemasan.
3. Setelah dilakukan tindakan  Perlindungan infeksi
keperawatan selama 3x24 jam klien 1. Monitor adanya tanda dan
akan : gejala infeksi sistemik dan
 Keparahan infeksi : baru lokal
lahir  Kontrol Infeksi
Dengan kriteria hasil : a. Anjurkan pasien mengenai
1. Kulit lembab dan dingin teknik mencuci tangan

17
2. Cairan (luka) berbau busuk dengan tepat
3. Drainase purulen b. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya kepada
tenaga kesehatan.
c. Pastikan teknik perawatan
luka yang tepat.
d. Pakai sarung tangan steril
dengan tepat.

D. IMPLEMENTASI

Implementasi dilakukan sesuai intervensi keperawatan berdasarkan

prioritas.

E. EVALUASI

Pasien dapat melakukan aktivitas fisik secara bertahap dengan alat bantu

sampai mandiri.

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.


EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau


di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC)  Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika.

Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai