A. DEFINISI
(Moeljono, 2014).
makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
Terry & Aurora, 2013 CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal
yang progresif dan ireversibel. Pada gagal ginjal kronik, ginjal tidak mampu
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun yang bersifat progresif dan irreversible. Dimana
dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer dan Bare, 2011).
1
B. ETIOLOGI
Dua penyebab utama dari CKD ini adalah diabetes dan tekanan darah
tinggi, yang terjadi pada dua dari tiga kasus. Diabetes terjadi ketika gula
termasuk ginjal dan jantung, serta pembuluh darah, saraf dan mata. Tekanan
darah tinggi, atau hipertensi, terjadi ketika tekanan darah terhadap dinding
tekanan darah tinggi dapat menjadi penyebab utama serangan jantung, stroke
dan CKD. CKD juga menyebabkan tekanan darah tinggi (Anonim, 2015a).
(Anonim, 2015c)
2
glomerulopati primer 14%, nefropati diabetika 27%, nefropati lupus 1%,
penyakit ginjal hipertensi 34%, ginjal polikistik 1%, nefropati asam urat 2%,
nefropati obstruksi 8%, pielonefritis kronik 6%, lain-lain 6%, tidak diketahui
1%.
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtra
si glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (G
FR).
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013 :
b. Gangguan imunologis : Seperti glomerulonefritis
bakteri. Bakter ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang
3
lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan
konstriksi uretra.
cairan di dalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan
asidosis.
Faktor Risiko
4
Definisi Contoh
Faktor Meningkatkan kerentanan Usia yang lebih tua, riwayat
obat
Faktor Progresi Menyebabkan Kadar proteinuria tinggi,
C. KLASIFIKASI
etiologi dan menurut derajat (stage) penyakit. Klasifikasi atas dasar derajat
5
m2)
1 ≥ 90 GFR -
normal/meningka
t
2 60-89 Penurunan GFR Asimptomatik
ringan
3a 45-59 Penurunan GFR Asimptomatik
sedang
3b 30-44 Penurunan GFR Anemia, fatigue,
Neuropati
5 <15 Penyakit ginjal Itch, sakit kepala,
kematian
(Dasari et al., 2014)
D. PATOFISIOLOGI
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi
6
lenih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat dieresis osmotic
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak. Oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagaln ginjla bila kira-kira fungsi ginjal telang hilang 80%-
90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance
sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011).
E. MANIFESTASI KLINIS
a. Lemah
c. Nokturia, poliuria
e. Urin berbuih
f. Sakit pinggang
g. Edema
i. Kulit pucat
7
a. Umum (lesu, lelah, peningkatan tekanan darah, tanda-tanda kelebihan
ensefalopati, koma)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik Spesifik :
kreatinin kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bbakar luas, pengobatan steroid dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang: ureum leboh kecil dari
kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatini yang menurun.
8
Laboratorium :
1. Laju endap darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulo
sit yang rendah.
2. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
3. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama denga
n menurunnya diueresis .
4. Hipoklasemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintes
is vitamin D.3 pada pasien Gagal Ginjal Kronik.
5. Phospate alkaline meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama isoenzim fosfatase lindin tulang.
6. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia, umumnya disebabkan gang
guan
metabolisme dan diet rendah protein.
7. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal
ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
8. Hipertrigleserida, akibat gangguan metabolisme lema, disebabkan peni
nggian
hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
9. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan Ph yan
menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semua disebab
kan retensi asam –asam organic pada gagal ginjal.
9
10
Pemeriksaan Diagnostik Lain :
a. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya
batu
atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan
ginjal,
oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
b. Intra Vena Pielografi ( IVP) untuk menilai system pelviokalises dan
ureter.
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keada
an
tertentu, misalnya usia lanjut, diabetes mellitus, dan nefropati asam
urat.
c. Ultrasonografi (USG) untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviok
alises,
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
d. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, eksresi) serta sisa fungsi ginjal.
e. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kemungkinan : hipertropi ve
ntrikel
kiri, tandatanda pericarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalem
ia)
(Muttaqin, 2011).
11
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan
mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :
1. Dialisis
Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang s
erius,
seperti hiperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abn
ormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dik
onsumsi secara bebas, menghilangkan kecendrungan peradrahan, dan me
mbantu penyenbuhan luka. Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah
adalah suatu metode terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi
/kerja ginjal yaitu membuang zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh.
Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (le
bih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan h
idup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2 jeni
s dialisis :
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah dialisis dengan menggunakan mesin
dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada prose ini, darah
dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Di dala
m mesin dialiser, darah dibersihkan dari zatzat racun melalui prose
s difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dia
lisis), lalu setelah darah selesai dibersihkan, darah dialirkan kembal
12
i kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah s
akit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
2) Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah de
ngan bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, da
rah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disari
ng oleh mesin dialisis.
2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adala
h jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah,
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake
kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi Anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi, kemud
ian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengen
dalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transf
use darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya a
da infusiensi koroner.
4. Koreksi Asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan oba-tobatan harus dihindari.
Natrium bikarbonat dapat diberikanperoral atau parentera. Pada permula
an 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan,
13
jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisi dan dialysis peritoneal dapat
juga mengatasi asidosis.
5. Pengendalian Hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator dilakukan.
Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-
hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6. ransplantasi Ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik, ma
ka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
H. KOMPLIKASI
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
anorganik.
14
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
15
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Ativitas/Istirahat
b. Sirkulasi
pendarahan
c. Integritas Ego
d. Eliminasi
kembung
e. Makanan/Cairan
ulu hati
edema.
16
f. Neurosensori
g. Nyeri/Kenyamanan
h. Pernafasan
i. Keamanan
dari normal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doenges (2011) dan Lynda Juall (2010), diagnosa
3. Perubahan nutrisi
6. Intoleransi aktivitas
17
8. resti terjadinya infeksi
C. INTERVENSI / RASIONAL
meningkat
Tujuan:
frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama
Intervensi:
(skala 0-10)
18
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
dan H2O)
dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan
output
Intervensi:
Intervensi:
19
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
intervensi
Intervensi:
20
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
hipoksia
Intervensi:
21
f. Pertahankan linen kering
cedera
Intervensi:
akan dialami.
22
b. Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian,
(tindakan hemodialisa ).
23
DAFTAR PUSTAKA
Reevers, CJ, Roux G Lochkart, R. Medical surgica nursing Alih Bahasa Setyo
J Jakarta: Salemba Medika 2013
24