1|Page
kalsium, fosfat, magnesium dan garam. Bagian ruang di tengah tulang-tulang
tertentu memiliki jaringan hemopoietik yang berfungsi untuk memproduksi sel
darah merah, sel darah putih, trombosit .
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang)
yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka utama
tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago
(Helmi, 2012).
1) Tungkai Bawah
Secara anatomis, bagian proksimal dari tungkai bawah antara girdel
pelvis dan lutut adalah paha, bagian antara lutut dan pergelangan kaki
adalah tungkai.
2) Femur
Bahasa latin yang berarti paha adalah tulang terpanjang, terkuat dan
terberat dari semua tulang pada rangka tubuh.
Ujung proksimal femur memiliki kepala yang membulat untuk
beartikulasi dengan asetabulum. Permukaan lembut dari bagian kepala
mengalami depresi dan fovea kapitis untuk tempat perlekatan ligamen
yang menyanggah kepala tulang agar tetap di tempatnya dan membawa
pembuluh darah ke kepala tersebut.
Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh. Kepala femur masuk
dengan pas ke asetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125˚ dari bagian
leher femur. Dengan demikian, batang tulang paha dapat bergerak bebas
tanpa terhalang pelvis saat paha bergerak.
Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring (kurang dari 125˚)
karena pelvis lebih lebar dan femur lebih pendek.
Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian leher yang tebal,
yang terus memanjang sebagai batang. Garis intertrokanter pada
permukaan anterior dan krista intertrokanter di permukaan posterior tulang
membatasi bagian leher dan bagian batang.
Ujung atas batang memiliki dua prosesus yang menonjol. Trokanter
besar dan trokanter kecil, sebagai tempat perlekatan otot untuk
menggerakan persendian panggul.
Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja.
Linea aspera, yaitu lekak kasar untuk perlekatan beberapa otot.
Ujung bawah batang melebar ke dalam kondilus medial dan kondilus
lateral.
2|Page
Pada permukaan posterior, dua kondilus tersebut membesar dengan
fosa interkondiler yang terletak di antara keduanya. Area triangular di atas
fosa interkondiler disebut permukaan popliteal.
Pada permukaan anterior, epikondilus medial dan lateral berada di atas
dua kondilus besar. Permukaan artikular halus yang terdapat di antara
kedua kondilus adalah permukaan patellar. Yang berbentuk konkaf untuk
menerima patella (tempurung lutut).
3) Komponen Jaringan Tulang
a) Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-
mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan).
b) Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit),
yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.
c) Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar
70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan
ketegaran tinggi pada tulang.
d) Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan.
b. Fisiologi
Tiga jenis sel pada tulang menurut Helmi (2012) .
1) Osteoblas
3|Page
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu
proses yang disebut osifikasi.
2) Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat di absorpsi.
4|Page
d. Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler femur yang ter adi di dalam tulang sendi, panggul
dankapsula.
a) Melalui kepala femur (capital fraktur)
b) Hanya di bawah kepala femur
c) Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
a) Ter adi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang
lebihbesar atau yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
b) Teradi di bagian distal menu u leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci
dibawah trokhanter kecil.
4. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab, klasifikasi jenis,
klasifikasi klinis, klasifikasi radiologis (Helmi, 2012).
a. Klasifikasi Penyebab
1) Fraktur traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan
kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut
sehingga terjadi fraktur.
2) Fraktur patologiS
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi di dalam tulang yang
telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang
seringkali menunjukan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering
dari fraktur semacam ini adalah tumor, baik primer maupun metastasis.
b. Klasifikasi Jenis Fraktur
Berbagai jenis fraktur tersebut adalah sebagai berikut:
1) Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan
dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari
dalam (from within) atau dari luar (from without).
2) Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana keadaan kulit tidak ditembus
oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan
atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
5|Page
3) Fraktur avulsi.
4) Greenstick fraktur (fraktur lentuk/salah satu tulang patah sedang sisi
lainnya membengkok).
5) Fraktur tranversal
Fraktur tranversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen
tulang yang patah di reposisi atau di reduksi kembali ketempatnya semula,
maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya dikontrol dengan bidai
gips.
6) Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen)
Fraktur kominutif adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan
jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
7) Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke fragmen lainnya).
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi. Fraktur kompersi terjadi apabila
dua tulang menumbuk tulang yang berada di antaranya, seperti satu vertebra
dengan dua vertebra lainnya (sering disebut dengan brust fracture). Fraktur
pada korpus vertebra ini dapat di diagnosis dengan radiogram. Pandangan
lateral dari tulang punggung menunjukan pengurangan tinggi vertikal dan
sedikit membentuk sudut pada satu atau beberapa vertebra.
6|Page
Fraktur femur dibagi dalam fraktur Intertrokhanter Femur, subtrokhanter
femur, fraktur batang femur, suprakondiler, dan interkondiler, dan fraktur
kondiler femur (Helmi, 2012).
1) Fraktur Intertrokhanter Femur
Fraktur intertrokhanter adalah patah tulang yang bersifat ekstrakapsular
dari femur. Sering terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Fraktur
ini memiliki prognosis yang baik dibandingkan fraktur intrakapsular, di
mana resiko nekrosis avaskular lebih rendah.
Pada riwayat umum didapatkan adanya trauma akibat jatuh dan
memberikan trauma langsung pada trokhanter mayor. Pada beberapa
kondisi, cedera secara memuntir memberikan fraktur tidak langsung pada
intertrokhanter.
7|Page
pasca-reduksi dan pemasangan fiksasi interna.
8|Page
b. Hilangnya fungsi pada femur.
c. Tampak hilangnya deformitas femur bila dibandingkan dengan ekstremitas
yangnormal ( perubahan bentuk ).
d. Gerakan menimbulkan derik / krepitasi.
e. Edema femur.
f. Shock (Helmi, 2012).
9|Page
8. Pemeriksaan Fraktur
a. Pemeriksaan radiologi
Pada diagnosis fraktur, pemeriksaan yang penting adalah menggunakan
sinar rontgen (X-ray). Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
membaca gambaran radiologis adalah 6A, yaitu sebagai berikut :
1) Anatomi (misalnya proksimal tibia).
2) Artikular (misalnya intra-Vs ekstra-artikular).
3) Alignment (misalnya : first plane).
4) Angulation.
5) Apeks (maksudnya fragmen distal fraktur).
6) Apposition.
CT scan biasanya dilakukan hanya dilakukan pada beberapa kondisi
fraktur yang mana pemeriksaan radiografi tidak mencapai kebutuhan
diagnosis.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang lazim dilakukan untuk mengetahui lebih
jauh kelainan yang terjadi seperti berikut :
1) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
2) Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
3) Enzim otot seperti kreatinin kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH -5),
Asparat Amino Transferase (AST), aldolase meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan lainnya
1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas: Dilakukan pada
kondisi fraktur dengan komplikasi, pada kondisi infeksi, maka biasanya
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
2) Biopsy tulang dan otot : Diindikasikan bila terjadi infeksi.
3) Elektromiografi : Terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
4) Arthroscopi : Didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
5) Indium imaging : Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi.
6) MRI : Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
10 | P a g e
9. Penatalaksaan Fraktur
Menurut Deveney (2006) penatalaksanaan fraktur di antaranya :
Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan
metode ekstensi Buck, atau didahului pemakaian Thomas splint, tungkai ditraksi
dalam keadaan ekstensi. Tujuan traksi kulit tersebut untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut di sekitar daerah yang patah.
Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non-operatif atau operatif.
Fraktur batang femur pada anak-anak umumnya dengan terapi non-operatif, karena
akan menyambung baik. Perpendekan kurang dari 2 cm masih dapat diterima karena
di kemudian hari akan sama panjangnya dengan tungkai yang normal. Hal ini
dimungkinkan karena daya proses remodelling anak-anak.
a. Pengobatan non-operatif
Dilakukan traksi skeletal, yang sering metode perkin dan metode balance
skeletal traction, pada anak di bawah 3 tahun digunakan traksi kulit Bryant,
sedangkan anak usia 3-13 tahun dengan traksi Russell.
b. Metode perkin.
Pasien tidur terlentang. Satu jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan
Steinman pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal.
Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk kalus yang
cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi
dan fleksi.
c. Metode balance skeletal traction.
Pasien tidur terlentang dan satu jari di bawah tuberositas tibia dibor dengan
Steinman pin. Paha ditopang dengan Thomas splint, sedang tungkai bawah
ditopang oleh pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu
atau lebih sampai tulangnya membentuk kalus yang cukup. Kadang-kadang
untuk mempersingkat waktu rawat, setelah ditraksi 8 minggu dipasang gips
hemispica atau cast bracing.
d. Traksi kulit Bryant.
Anak tidur terlentang di tempat tidur. Kedua tulang dipasang traksi kulit,
kemudian ditegakan ke atas, ditarik dengan tali yang diberikan beban 1-2 kg
sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.
e. Traksi russel.
Anak tidur terlentang, di pasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di
daerah popliteal, sling dihubungkan dengan tali yang dihubungkan dengan
beban penarik. Untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi,
dipasang gips hemispica karena kalus yang terbentuk belum kuat benar.
11 | P a g e
f. Operatif
Indikasi operasi antara lain :
1) Penanggulangan non-operatif gagal.
2) Fraktur multipel.
3) Robeknya arteri femoralis.
4) Fraktur patologik.
5) Fraktur pada orang-orang tua.
Pada fraktur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary nail.
Bermacam-macam intramedullary nail untuk femur, di antaranya kuntscher nail, AO
nail, dan interlocking nail.
Operasi dapat dilakukan dengan cara terbuka atau cara tertutup. Cara terbuka
yaitu dengan menyayat kulit-fasia sampai ke tulang yang patah. Pen dipasang secara
retrograde. Cara interlocking nail dilakukan tanpa menyayat di daerah yang patah.
Pen dimasukan melalui ujung trokhanter mayor dengan bantuan image intersifier.
Tulang dapat direposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragmen bagian distal melalui
guide tube. Keuntungan cara ini tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan
perdarahan terbatas.
12 | P a g e
1. Makan bersuhu ekstrem
2. Mengurangi pedas, alkohol, berlemak, kopi, coklat dan jus jeruk
3) Lingkungan
Dengan adanya lingkungan yang bersih maka daya tahan tubuh
penderita akan lebih baik daripada tinggal di lingkungan yang kotor.
4) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami penyakit serupa.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul,
keadaan apa yang memperberat dan memperingan keluhan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang
sama.
5) Pola kesehatan fungsional menurut Gordon
a. Pola persepsi dan kesehatan
Pandangan klien dan keluarga tentang penyakit dan pentingnya
kesehatan bagi klien dan keluarga serta upaya apa yang dilakukan dalam
mengatasi masalah kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Bagaimana pola nutrisi klien sebelum dan selama dirawat, apa
porsi makan klien, apakah selalu menghabiskan porsinya, apakah klien
mengalami mual, muntah saat makan, apakah ada pantangan makanan.
c. Pola istirahat dan tidur
Apakah klien mengalami perubahan pola istirahat tidur, berapa
frekuensi tidur klien.
d. Pola persepsi sensori dan kognitif
Bagaimana persepsi klien terhadap nyeri yang dirasakan diukur dengan
PQRST.
P : Nyeri bertambah saat aktivitas dan berkurang saat istirahat .
Q : Nyeri dirasakan seperti apa .
R : Nyeri terjadi pada daerah atau lokasi mana .
S : Berapa skala nyeri yang dirasakan klien
T : Nyeri dirasakan intermitten atau continue
e. Pola aktivitas dan latihan
13 | P a g e
Bagaimana aktivitas klien sehari-hari, apa aktivitas klien.
f. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah atau baik
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda : TD : Hipotensi, RR : Takipnea, N : Takikardi, t :
Hipertensi
4. Kepala : Mesochepal
5. Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau tidak
6. Dada atau paru :
I : Bagaimana kembang kempis dada, simetris atau tidak .
Pa : Bagaimana stermfimitus kanan kiri sama atau tidak .
Pe : Pekak seluruh lapang paru atau tidak .
Au : Suara cordius tampak atau tidak
7. Jantung
I : Ictus cordius tampak atau tidak.
Pa : Ictus cordius teraba atau tidak .
Pe : Konfigurasi normal atau tidak .
Au : Terdapat suara abnormal atau tidak
8. Abdomen
I : Apakah ada pembesaran abdomen
Pa : Dengarkan bising usus
9. Genetalia : Apakah terpasang kateter atau tidak, bersih atau tidak .
10. Anus : Apakah ada hemoroid atau tidak
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nursing Diagnoses : Definitions and Classification,( 2015-2017).
Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis ( fraktur ).
b.
c. Resiko infeksi dibuktikan dengan prosedur invasif
d. Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan saat ini .
Pos Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ( insisi bedah ) .
b. Defisiensi Pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi.
14 | P a g e
15 | P a g e
RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan sauhan NIC : Management nyeri
injuri biologis . keperawatan selama 3X24 jam diharapkan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
klien dapat mengontrol nyeri dengan indikator 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
: ketidak nyamanan terutama pada mereka yang tidak
NOC : Kontrol nyeri bisa berkomunikasi secara efektif.
No Indikator 3. Gali bersama klien faktor-faktor yang dapat
1 Mengenali kapan nyeri terjadi menurunkan atau memperberat nyer1i.
2 Menggambarkan faktor 4. Gunakan tindakan pengontrolan nyeri dan melaporkan
prnyebab nyeri nyeri yang terkontrol.
3 Melaporkan nyeri yang 5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
terkontrol 6. Berkolaborasi penggunaan analgesik
4 Menggunakan tindakan
pengontrol nyeri tanpa
analgesik
5 Menggunakan analgesik yang
direkomendasikan
16 | P a g e
2.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan asuhan NIC : Kontrol infeksi
prosedur infasif keperwatan selama 3x24 jam diharapkan klien 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
dapat mengontrol resiko infeksi dengan 2. Monitor suhu, nadi dan respirasi.
indikator : 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan ke klien .
NOC: Keparahan infeksi 4. Anjurkan klien mengenai teknik mencuci tngan
NO Indikator dengan tepat.
1 Hipotermia 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
2 Kulit lembab dan dingin. antibiotik
3 Gelisah
4 Ketidakstabilan suhu
17 | P a g e
4. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan asuhan NIC : Pengurangan Kecemasan
ancaman status kesehatan saat ini . keperawatan selama .. .X.... diharapkan klien 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan.
dapat mengontrol cemas dengan indikator : 2. Jelaskan semua prosedure termasuk sensasi yang
dirasakan yang mungkin akan dialami klien selama
No Indikator prosedure.
1. Melakukan tindakan unuk 3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan
mengurangi gejala cara yang tepat .
2. Menggunakan tindakan 4. Berikan objeck yang menunjukkan perasaan aman.
pencegahan.
3. Melaporkan gejala yang
terkontrol
18 | P a g e
RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan sauhan NIC : Management nyeri
injuri fisik ( insisi bedah ) . keperawatan selama 3X24 jam diharapkan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
klien dapat mengontrol nyeri dengan indikator 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
: ketidak nyamanan terutama pada mereka yang tidak
NOC : Kontrol nyeri bisa berkomunikasi secara efektif.
No Indikator 3. Gali bersama klien faktor-faktor yang dapat
1 Mengenali kapan nyeri terjadi menurunkan atau memperberat nyer1i.
2 Menggambarkan faktor 4. Gunakan tindakan pengontrolan nyeri dan melaporkan
prnyebab nyeri nyeri yang terkontrol.
3 Melaporkan nyeri yang 5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
terkontrol 6. Berkolaborasi penggunaan analgesik
4 Menggunakan tindakan
pengontrol nyeri tanpa
analgesik
5 Menggunakan analgesik yang
direkomendasikan
19 | P a g e
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan NIC : Pengajaran : Proses Penyakit
dengan kurangnya informasi . keperawatan selama ... X... diharapkan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien terkait dengan proses
pengetahuan klien dapat bertambah dengan penyakit yang spesifik .
indikator : 2. Jelaskan dan gejala yang umum dari penyakit .
NOC : Pengetahuan : Proses penyakit 3. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
No Indikator diperlukan untuk mencegah komplikasi dan atau
1. Faktor resiko . mengontrol proses penyakit .
2. Tanda dan gejala komplikasi penyakit. 4. Edukasi klien untuk mengontrol / meminimalkan
3. Pontensisal komplikasi penyakit. komplikasi .
4. Strategi meminimalkan perkembangan
penyakit .
20 | P a g e
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan . Tahap ini muncul jika
perencanaan yang dibuat diaplikasikan kepada klien. Tindakan yang dilakukan mungkin
sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan . Aplikasi
yang dilakukan pada klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien (Debora,
2011).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang telah
ditetapkan serta menilai masalah yang teratasi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian,
atau bahkan belum teratasi semuanya (Debora, 2011).
6. Dokumentasi
Anda harus mendokumentasikan/mencatat semua apa yang telah anda lakukan sebagai
bukti sosial asuhan yang diberikan pada klien dan sekaligus sebagai wahana komunikasi atar
perawat menguntip dari Sujono,R (2006).
21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Widyasari, D.( 2007). Gagal Jantung Kongestif (CHF).Diakses pada tanggal Selasa 20
September 2016 : http://eprints.ums.ac.id/16540/3/Bab_I.pdf
22 | P a g e