Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

RUPTUR TENDON

A. PENGERTIAN
Tendon adalah jaringan fibrosa yang melekat otot ke tulang dalam tubuh manusia.
Pasukan diterapkan pada tendon mungkin lebih dari 5 kali berat badan Anda. . Dalam
beberapa kasus yang jarang terjadi, tendon dapat snap atau pecah . Kondisi yang membuat
pecah lebih mungkin termasuk suntikan steroid ke dalam tendon, penyakit tertentu (seperti
gout atau hiperparatiroidisme).
Meskipun terbilang jarang, sebuah pecah tendon bisa menjadi masalah serius dan dapat
mengakibatkan mengerikan sakit dan cacat permanen jika tidak diobati. Setiap jenis pecah
tendon memiliki tanda-tanda dan gejala sendiri dan bisa diobati baik operasi atau medis
tergantung pada beratnya pecah dan kepercayaan dari ahli bedah .
Tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian belakang
pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.. Tendon adalah
struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh
bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan,
melompat, angkat, dan bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, hal itu menarik
pada tulang menyebabkan gerakan ini. Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot
ke tulang disebut tendon. Ruptur tendon adalah robek, pecah atau terputusnya tendon

B. FUNGSI TENDON
1. Membawa kekuatan tarik tendon dari otot ke tulang
2. Membawa pasukan kompresi ketika membungkus tulang seperti katrol
3. Menekuk dan meregangkan (flex) semua sendi dan otot untuk menahan tulang. Tanpa
tendon, otot-otot hanya akan menjadi sekumpulan besar di satu bidang dan tidak akan
bisa bergerak.
4. Tendon yang menghubungkan otot dengan tulang.
5. Hal ini juga memungkinkan tendon untuk menyimpan dan memulihkan energi pada
efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh, selama langkah manusia, Achilles tendon
peregangan sebagai dorsiflexes sendi pergelangan kaki. Pada bagian terakhir langkahnya,
sebagai kaki plantar-flexes (jari-jari kaki menunjuk ke bawah), yang disimpan energi
elastis dilepaskan. Lebih jauh, karena meregangkan tendon, otot dapat berfungsi dengan
kurang atau bahkan tidak ada perubahan panjang, yang memungkinkan otot untuk
menghasilkan kekuatan yang lebih besar.
6. Ketika otot gastrocnemius (di betis) kontraksi (lebih pendek), tendon yang melekat dari
otot ke tulang tumit (kalkaneus) bergerak.

7. Sebagai memperpendek otot, tendon bergerak ketitik ke bawah kaki. Ini adalah tindakan
yang memungkinkan seseorang untuk berdiri di ataskaki seseorang, berlari, melompat,
berjalan normal, dan untuk naik dan turun tangga.

C. LOKASI RUPTUR TENDON


Empat daerah yang paling umum tempat terjadinya ruptur tendon, antara lain :
1. Qudriceps
Sebuah kelompok dari 4 otot, yang vastus lateralis, medialis vastus, intermedius
vastus, dan rektus femoris, datang bersama-sama tepat di atas tempurung lutut (patella)
untuk membentuk tendon patella . Sering disebut quad, kelompok otot ini digunakan
untuk memperpanjang kaki di lutut dan bantuan dalam berjalan, berlari , dan melompat.
2. Achilles
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan
otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles
adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter,
dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan
melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus. Tendon ini sangat penting untuk
berjalan, berlari dan melompat secara normal. Cidera karena olahraga dan karena trauma
pada tendon Achilles adalah biasa dan bisa menyebabkan kecacatan.
3. Rotator cuff
Rotator cuff terletak di bahu dan terdiri dari 4 otot: supraspinatus (yang umum
tendon paling pecah), infraspinatus, teres minor, dan m. subskapularis. Kelompok otot ini
berfungsi untuk mengangkat tangan ke samping, membantu memutar lengan, dan
menjaga bahu keluar dari soket tersebut.
4. Bisep
Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini membawa tangan ke
arah bahu dengan menekuk siku.

D. ETIOLOGI
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan
risiko pecah
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis,
basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul.

E. GEJALA
1. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki atau
betis

2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan

3. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang tumit

4. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik


F. PATOFISIOLOGI
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles
(otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas
otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pergerakan otot, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka dicurigai cedera
tendon.
2. Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon,
karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat
tinggi dari suara melalui tubuh. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang
antara cairan interstitial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar tercermin dapat
dianalisis dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar diambil secara real time dan
dapat sangat membantu dalam mendeteksi gerakan tendon dan memvisualisasikan
kemungkinan cedera atau air mata. Perangkat ini membuatnya sangat mudah untuk
melihat kerusakan struktural pada jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk
mendeteksi jenis cedera. Pencitraan ini modalitas murah, tidak melibatkan radiasi
pengion dan, di tangan ultrasonographers terampil, mungkin sangat handal.
3. Pemeriksaan dengan sinar-X.

H. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal dan memungkinkan
pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan sebelum cedera.Tindakan pembedahan
dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus disambungkan kembali dengan teknik
penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon
yang terputus.
Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut
biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya menolak
untuk dilakukan tindakan operasi.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi rupture tendon yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu organisme pada
jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan berkembang biaknya
bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lainnya.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas Pasien :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Agama :
Tanggal Masuk RS :
Alasan Masuk :

1) Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Kaji Bunyi napas tambahan seperti napas ber-bunyi, stridor, ronkhi, pada klien
dengan peningkatan produksi secret, dan kemampuan batuk yang menurun sehingga
sering didapatkan sumbatan jalan nafas.
b. Breathing (pernapasan)
Pada pengkajian breathing dilakukan dengan look, listen, feel yang dinilai yaitu
irama nafas apakah teratur atau tidak teratur atau pola nafas tidak efektif, adakah
hipoksemia berat , adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas , adakah
bunyi whezing atau ronchi.
c. Circulation (sirkulasi)
Hal yang perlu dikaji dan diperhatikan adalah denyut nadi pasien baik
frekuensi dan kualitas denyut nadi pada pasien, serta bunyi jantung irama terartu
atau tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan kelembaban
berubah, missal; pucat sianosis, berkeringat, edema, haluaran urine menurun bila
curah jantung menurun berat. Pertanyaan yang bisa muncul yaitu sebagai berikut.
1) Apakah nadi takikardi atau apakah bradikardi ?
2) Apakah terjadi penurunan TD ?
3) Bagaimana kapilery refill ?
4) Apakah ada sianosis ?
d. Disability (kesadaran)
1) Pemeriksaan Neurologis
GCS : E:- , V:- , M:-
Reflex Fisiologis: Reflex Patologis:

Kekuatan Otot :

Skala nyeri: -

e. Exposure
Tergantung keadaan pasien, pada beberapa pasien terjadi peningkatan suhu
tubuh ada juga yang tidak terjadi peningkatan suhu tubuh, apakah ada fraktur, luka
atau perubahan bentuk pada bagian tubuh pasien.

2) Pengkajian Sekunder
a. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada kasusu rupttur ligamen biasanya pasien akan mengeluh nyeri,
kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas / ketidakmampuan
untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kronologi pasien dari mulai sakit pada saat itu sampai dirawat di Rumah
Sakit dan perawatan yang sudah di berikan selama di rawat seperti :
(1)Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah
berolah raga.
(2)Daerah mana yang mengalami trauma.
(3)Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau
mengalami trauma pada sistem muskuloskeletal lainnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang men-derita penyakit
seperti yang diderita pasien sekarang atau penyakit menular dan keturunan lainnya
seperti DM,HT,TB dll.

b. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)


TTV: Tekanan Darah (Normal 90-120/60-80 mmHg), Nadi (Normal 60-100 x/m),
RR (Normal : 16-20x/m), Suhu Normal: 36,5 – 37,5 o C)
1) Kepala (Inspeksi dan Palpasi)
 Bentuk : 1. mesochepale 2. mikrochepale
3. hidrochepale 4. normochepale

 Lesi/ luka :

2) Rambut (Inspeksi dan Palpasi)


 Warna :
 Kelainan :

3) Mata (Inspeksi dan Palpasi)


 Penglihatan : 1. normal 2. kaca mata/ lensa 3. lain-lain…….
 Sklera : 1. ikterik 2. Tidaki Ikterik
 Konjungtiva : 1. anemis 2. Tidak anemis
 Pupil : 1. isokor 2.anisokor 3. midriasis 4. katarak
 Kelainan :
 Data tambahan :.
4) Hidung (Inspeksi dan Palpasi)
 Penghidung : 1. normal 2. Ada gangguan
 Sekret/ darah/ polip : Tidak ada
 Tarikan cuping hidung: 1. ya 2. Tidak

5) Telinga (Inspeksi dan Palpasi)


 Pendengaran : 1. normal 2. kerusakan 3. tuli kanan/kiri
4. tinnitus 5. alat bantu dengar
6.lainnya
 Sekret/ cairan/ darah : 1. ada/tidak 2. bau…….. 3. warna………

6) Mulut Dan Gigi (Inspeksi dan Palpasi)


 Bibir : 1. lembab 2. kering 3. cianosis 4. pecah-pacah
 Mulut dan tenggorokan: 1. normal 2. lesi 3. stomatitis
 Gigi : 1. Penuh/normal 2. ompong 3. lain-lain………..

7) Leher (Inspeksi dan Palpasi)


 Pembesaran tyroid : 1. ya 2. tidak
 Lesi : 1. tidak 2. ya, di sebelah…….
 Nadi karotis : 1. teraba 2. tidak
 Pembesaran limfoid : 1. ya 2. Tidak
 Bendungan vena jugularis: 1. ya 2. Tidak

8) Thorax (Inspeksi , Auskultasi, Perkusi dan Palpasi)


Inspeksi:
a) Diamati bentuk thorax, apakah biasa/normal ataukah ada kelainan bentuk
b) Diamati pernapasan pasien seperti:
Catat pola/irama pernapasannya.
Amati ada tidaknya Dyspnea (setiap ketidaknyamanan bernapas dalam bentuk
apapun);
Palpasi
Umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian mana yang lebih
bergetar atau kurang bergetar.
Perkusi
Penilaian suara yang ditimbulkan oleh perkusi:
(1)Sonor
(2)Redup
(3)Pekak
(4)Hipersonor/tympany
Auskultasi
Auskultasi paru
1) Suara nafas :
2) Suara nafas tambahan

 Jantung : 1. Nadi: , 2. kekuatan: kuat/ lemah 3.


irama : teratur/ tidak 4.lain-lain…………

 Paru : 1. frekwensi nafas : teratur/ tidak


2. kwalitas : normal/ dalam/ dangkal 3. suara nafas
: vesikuler/ ronchi/ wheezing
4. batuk : ya/ tidak

5. sumbatan jalan nafas: Tidak ada

 Retraksi dada : 1. ada 2. Tidak ada


9) Abdomen
 Peristaltik usus : 1. Ada 2. tidak ada
3. hiperperistaltik 4. lain-lain…
 Kembung : 1. ya 2. Tidak
 Nyeri tekan : ya di kuadran 3 dan 4 /bagian hypogastric, Right iliac dan
left iliac
 Ascites : 1. ada 2. Tidak ada
10) Genetalia
 Pimosis :1. ya 2. tidak
 Alat Bantu : Terpasang kateter
 Kelainan : 1. Tidak 2. ya, berupa………….
11) Kulit
 Turgor : 1. elastis 2. kering 3. lain-lain
 Laserasi : Tidak ada
i. Warna kulit : 1. normal (putih/sawo matang/ hitam)
2. pucat 3. cianosis 4. ikterik
12) Pelvis
 Inspeksi: Tidak terlihat benjolan
 Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
 Rektum : Tidak terdapat kelaianan, pasien mengalami berak darah
13) Ekstremitas

333 333
 Kekuatan otot : 333 333
Kekuatan otot pada salah satu bagian yang mengalami cedera atau ruptur akan
menjadi lemah.
 ROM : 1. penuh 2. terbatas
 Hemiplegi/parese : Tidak
 Akral : 1. hangat 2. dingin
 Capillary refill time : 1. < 2 detik 2. > 2 detik
 Edema : 1. tidak ada 2. Ada
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon, antara lain :
a. Nyeri berhubungan dengan konfresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal
b. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidak mampuan mengerakkan tungkai
dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka pasca-bedah.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan tendon.
e. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, kondisi fisik, perubahan peran
keluarga, kondisi status sosioekonomi.
3. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1 Nyeri berhubungan dengan NOC: NIC:
agen injury (biologi, kimia, Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri
fisik, psikologis), kerusakan tindakan keperawatan secara komprehensif termasuk
jaringan selama …….x……. lokasi, karakteristik, durasi,
DS: pasien tidak mengalami frekuensi, kualitas dan factor
· Mengungkapkan secara nyeri dengan criteria hasil: presipitasi
verbal 1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal dari
DO: nyeri. ketidaknyamanan
· Posisi untuk menahan 2. Melaporkan bahwa 3. Bantu pasien dan keluarga
nyeri, tingkah laku berhati- nyeri berkurang untuk mencari dan menemukan
hati, gangguan tidur, terfokus dengan menggunakan dukungan
pada diri sendiri. manajemen nyeri. 4. Control lingkungan yang dapat
3. Mampu mengenali mempengaruhi nyeri speerti
nyeri(skala, intensitas, suhu ruangan, pencahayaan dan
frekuensi, dan tanda kebisingan
nyeri) 5. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
6. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi: napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat atau dingin
7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
8. Tingkatkan istirahat
9. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
10. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
pertama kali
2 Resiko trauma NOC: NIC:
internal: Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang
Kelemahan, penglihatan keperawatan selama aman untuk pasien
menurun, penurunan sensasi ….x…… klien tidak 2. Identifikasi kebutuhan
taktil, penurunan koordinasi mengalami trauma dengan keamanan pasien sesuai dengan
otot, tangan-mata, kurangnya criteria hasil: kondisi fisik dan fungsi kognitif
edukasi keamanan,
· Klien bebas dari trauma pasien dan riwayat penyakit
keterbelakangan mental, fisik teradahulu pasien
Eksternal: 3. Menghindarkan lingkungan
Lingkungan. yang berbahaya
4. Memasang side rail tempat
tidur
5. Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
6. Menempatkan saklar lampu
yang mudah dijangkau pasien
7. Membatasi pengunjung
8. Control lingkungan dari
kebisingan
9. Berikan penjelasan kepada
pasien dan keluarga tau
pengunjung adnaya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit
3 Resiko infeksi NOC: NIC:
Factor-faktor resiko: Setelah dilakukan 1. Pertahankan teknik aseptic
Prosedur invasif, kerusakan tindakan keperawatan 2. Batasi pengunjung bila perlu
jaringan dan peningkatan selama …..x…….. 3. Cuci tangan sebelum dan
paparan lingkungan, pasien tidak mengalami sesudah melakukan tindakan
malnutrisi, peningkatan infeksi dengan criteria keperawatan
paparan lingkungan hasil : 4. Gunakan baju, sarung tangan
pathogen, imunosupresi tidak 1. Klien bebas dari tanda sebagai alat pelindung
adekuat pertahanan sekunder dan gejala infeksi 5. Ganti letak IV perifer dan
(penurunan Hb, leucopenia, 2. Menunjukkan dressing sesuai dengan petunjuk
penekanan respon inflamasi) kemampuan untuk umum
penyakit kronik malnutrisi mencegah timbulnya 6. Gunakan kateter intermitten
perubahan primer tidak infeksi untuk menurunkan infeksi
adekuat (kerusakan kulit, 3. Jumlah leukosit dalam kandung kemih
trauma jaringan, gangguan batas normal 7. Tingkatkan intake nutrisi
peristaltic) 4. Menunjukkan perilaku 8. Berikan terapi antibiotic
hidup sehat 9. Monitor tanda gejala infeksi
5. Status imun, sistemik dan local
gastrointestinal, 10. Pertahankan teknik isolasi
Genitourinaria dalam 11. Inspeksi kulit dan membrane
batas normal mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase.
12. Monitoring adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam.
4 Gangguan mobilitas fisik NOC: NIC:
berhubungan dengan: Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring vital sign sebelum
Gangguan metabolisme sel, keperawatan selama atau sesudah latihan dan lihat
keterlambatan perkembangan …..x…… gangguan respon pasien saat latihan.
pengobatan, kurang support mobilitas fisik teratasi 2. Konsultasikan dengan terapi
lingkungan, keterbatasan dengan kriteria hasil: fisik tentang rencana ambulasi
ketahanan kardiovaskuler, 1. Klien meningkat dalam sesuai dengan kebutuhan
kehilangan integritas struktur aktivitas fisik 3. Bantu klien untuk
tulang. 2. Mengerti tujuan dan menggunakan tongkat dan
peningkatan mobilitas cegah terhadap cedera
3. Memverbalisasikan 4. Ajarkan pasien atau tenaga
perasaan dalam kesehatan tentang teknik
meningkatkan kekuatan ambulasi.
dan kemampuan 5. Kaji kemampuan pasien dalam
berpindah. mobilisasi
4. Memperagakan 6. Latih pasien dalam
penggunaan alat bantu pememnuhan kebutuhan ADLs
untuk mobilisasi secara mandiri sesuai
kemampuan.
7. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs.
8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
5 Ansietas b.d factor NOC: NIC:
keturunan, situasional, stress, Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang
perubahan status kesehatan, selama …..x…….. menenangkan.
ancaman kematian, kecemasan klien teratasi 2. Nyatakan dengan jelas harapan
perubahan konsep diri, dengan criteria hasil: terhadap perilaku pasien
hospitalisasi d.d insomnia, 1. Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur dan
kontak mata kurang, kurang mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selama
istirahat, iritabilitas, takut, mengungkapkan prosedur.
nyeri perut, penurunan gejala cemas. 4. Temani pasien untuk
tekanan darah, denyut nadi, 2. Vital sign dalam memberikan keamanan dan
gangguan tidur, peningkatan batas normal. mengurangi takut.
tekanan darah, nadi, RR. 3. Postur tubuh, 5. Berikan informasi factual
ekspresi wajah, mengenai diagnosis, tindakan
bahasa tubuh, dan prognosis.
tingkat aktivitas 6. Libatkan keluarga untuk
menunjukkan mendampingi klien.
berkurangnya 7. Instruksikan pada pasien untuk
kecemasan menggunakan teknik relaksasi.
8. Dengarkan dengan penuh
perhatian.
9. Identifikasi tingkat kecemasan.
10. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan.
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
12. Kelola pemberian obat anti
cemas
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1 Nyeri berhubungan NOC: NIC:
dengan agen injury Setelah dilakukan tindakan 11. Lakukan pengkajian nyeri secara
(biologi, kimia, keperawatan selama komprehensif termasuk lokasi,
fisik, psikologis), ……x…… pasien tidak karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
kerusakan jaringan mengalami nyeri dengan dan factor presipitasi
criteria hasil: 12. Observasi reaksi nonverbal dari
4. Mampu mengontrol ketidaknyamanan
nyeri. 13. Bantu pasien dan keluarga untuk
5. Melaporkan bahwa mencari dan menemukan dukungan
nyeri berkurang dengan 14. Control lingkungan yang dapat
menggunakan mempengaruhi nyeri speerti suhu
manajemen nyeri. ruangan, pencahayaan dan kebisingan
6. Mampu mengenali 15. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyeri(skala, intensitas, menentukan
frekuensi, dan tanda 16. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi:
nyeri) napas dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat atau dingin
17. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
18. Tingkatkan istirahat
19. Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
20. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik

Anda mungkin juga menyukai