DISUSUN
Oleh:
Kelompok 2
AGNES MARGARETA
ALFIN PRATAMA
DAMERIANA SARAGIH
CAROLINA DACHI
FENDI BASTIAN GULO
TIKA HARTINI SITUMEANG
ULFA LIANA
YOFITA VIVID BAGO
Dosen Pengajar:
Ns. Johansen Hutajulu,M.Kep
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ruptur Tendon Achilles ”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Sistem
Musculoscletal II Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik secara
moral maupun material, terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns, Jek Amidos Pardede, M.kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners
5. Ns.Marthalena Simamora,M.Kep ,Selaku Dosen Pengajar Sistem Musculoscletal II
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
6. Ns. Johansen Hutajulu,M.Kep ,Selaku Dosen Pengajar Sistem Musculoscletal II
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
7. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia
8. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, akhir kata kami
mengucapkan terimah kasih.
Medan, 22 Mei 2018
Penulis
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Rupture tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon (jaringan penyambung)
yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam
keadaan dorsifleksi pasif maksimal. (muttaqin. 2011). Pada kasus ini, digunakan metode operasi
dimana tendon achilles di jahit dan hal tersebut mengakibatkan adanya rasa nyeri tekan, nyeri
gerak, penurunan MMT, munculnya spasme, keterbatasan LGS, dan penurunan aktivitas
fungsional (Syatibi, 2002).
Tendon Achilles(calcaneus tendo) merupakan tendon terkuat dan paling tebal diantara tendon
lainnya yang berfungsi untuk melekatkan triceps surae (soleus dan dua kepala gastrocnemius) ke
tulang calcaneus. Tendon Achilles mempunyai kekuatan sekitar tujuh kali berat badan selama
melakukan gerakan lari.Hal Ini meningkatkan besarnya pada kekuatan selama berdiri yang kira
-kira setengah dari berat badan (Benjamin dkk, 2007).
Tendo Achilles adalah tendo pada bagian tungkai bawah. Ia berfungsi untuk melekatkan otot
Gastrocnemius dengan otot soleus ke salah satu tulang penyusun pergelangan kaki, yaitu
Calcaneus.Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot
terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 95% dari kolagen
tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil. Serat elastin dapat
menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika serat elastin ada pada tendon dalam
proporsi yang besar maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya yang ditransmisikan ke
tulang.
Fibril kolagen terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfatik serta
saraf. Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan di kelilingi oleh epitenon dan membentuk
struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon, terpisah dari epitenon oleh
lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan tendon dengan mengurangi pergesekan.
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris.
Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal
dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan
tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-
belakang tulang calcaneus.
Lokasi Ruptur Tendon
Empat daerah yang paling umum tempat terjadinya ruptur tendon :
1. Qudriceps
Sebuah kelompok dari 4 otot, yang vastus lateralis, medialis vastus, intermedius vastus,
dan rektus femoris, datang bersama-sama tepat di atas tempurung lutut ( patella ) untuk
membentuk tendon patella . Sering disebut quad, kelompok otot ini digunakan untuk
memperpanjang kaki di lutut dan bantuan dalam berjalan, berlari , dan melompat.
2. Achilles
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot
plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah
tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari
pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian
tengah-belakang tulang calcaneus. Tendon ini sangat penting untuk berjalan, berlari dan
melompat secara normal. Cidera karena olahraga dan karena trauma pada tendon Achilles adalah
biasa dan bisa menyebabkan kecacatan.
3. Rotator cuff
Rotator cuff terletak di bahu dan terdiri dari 4 otot: supraspinatus (yang umum tendon
paling pecah), infraspinatus, teres minor, dan m. subskapularis. Kelompok otot ini berfungsi
untuk mengangkat tangan ke samping, membantu memutar lengan, dan menjaga bahu keluar dari
soket tersebut.
4. Bisep
Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini membawa tangan ke arah
bahu dengan menekuk siku.
2.3 Etiologi
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan rupture tendon patella, yaitu sebagai berikut
1. Trauma , bisa bersifat langsung dan suatu mekanisme kontraksi esentrik dari otot kuadiseps
pada atlit pelari
2. Iritasi tendon akibat berdiri lama
3. Degeneratif jaringan tendon
4. Pemberian kortikosteroid, pada pemberian injeksi articular pasien tendinitis patella
5. Penyakit sistemik, seperti SLE dan inflamasi sendi kronik
( Zairin Noor Helmi 2012)
Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat perubahan
posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal sehingga
terjadi kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar
kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban. Rupture tendon Achilles sering terjadi
pada atlet atletik saat melakukan lari atau melompat. Kondisi klinik rupture tendon Achilles
menimbulkan berbagai keluhan, meliputi nyeri tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai
dalam mobilisasi dan ketidakmampuan melakukan plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien.
(muttaqin, A. 2011)
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di fibrilkolagen. Stress
tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal ini yang menyebabkan pada
daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen rusak, tendon merespons
secara linear untuk meningkatkan beban tendon.Jika renggangan yang ditempatkan pada tendon
tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi
asli mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8 persen, serat kolagen
mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat tegangan
lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena kegagalan tarikan oleh
karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan, atau akibat
tendinitis Achilles .Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan masalah.Jika otot-otot
menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi.Kontraksi
berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan otot. Semakin lelah otot
betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak seperti ini dapat
meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan.Selain itu,
ketidakseimbangan kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang yang
lebih rendah juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles tendon robek lebih
mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki yang dorsofleksi
sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot, kerobekan dapat
terjadi.Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari tendon sementara otot betis
berkontraksi.(Price, Sylvia Anderson. 1995.)
2.6 Pemeriksaan Penunjang
A. Foto Rotgen
Foto rotgen ini awalnya untuk memastikan ada tidaknya “Calcaneous spur”. Pada
penderita plantar fascitis dengan calcaneous sering tebal pada bagian fascianya dua kali dari
normal.
B. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan untuk membedakan pecah tidak
lengkap dari degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara paratenonitis,
tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan magnet yang kuat seragam untuk
menyelaraskan jutaan proton berjalan melalui tubuh. proton ini kemudian dibombardir dengan
gelombang radio yang mengetuk beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika proton
kembali mereka memancarkan gelombang radio mereka sendiri yang unik yang dapat dianalisis
oleh komputer dalam 3D untuk membuat gambar yang tajam penampang silang dari area of
interest. MRI dapat memberikan kontras yang tak tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto
berkualitas sangat tinggi sehingga timur untuk teknisi untuk menemukan air mata dan cedera
lainnya.
C. Radiografi
Radiografi dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak langsung menangis
Achilles. Radiografi menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik cedera. Hal ini sangat tidak
efektif dalam mengidentifikasi cedera pada jaringan lunak. Sinar-X dibuat ketika elektron energi
tinggi menghantam sumber logam. Gambar sinar-X diperoleh dengan memanfaatkan
karakteristik redaman yang berbeda dari padat (misalnya kalsium dalam tulang) dan kurang
padat (otot misalnya) jaringan ketika sinar melewati jaringan dan ditangkap di film. Sinar-X
umumnya terkena mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti tulang, sementara jaringan
lunak masih relatif tidak dibedakan di latar belakang. Radiografi memiliki peran kecil dalam
penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna untuk mengesampingkan cedera lain seperti
patah tulang kalkanealis
• Latihan bergerak sangan penting dalam proses pemuliahn rupture tendo Achilles
• Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit agar ujung tendin
dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari pemakaian boot ini adalah pasien dapat
bergerak.
• Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama 4-6 minggu
dalam posisi fleksi 30°-40° pada lutut dan fleksi plantar pada pergelangan kaki.
• fisioterapi
Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Twaddle dan Poon, pasien dalam kelompok bedah
memperbaiki tendon Achilles dengan menjalani menggunakan prosedur Krackow, diikuti oleh
pemasangan gips equinus, sedangkan pasien non-bedah yang ditempatkan langsung di cor.
Setelah pelepasan gips, pasien dipakaikan orthosis yang dapat dilepas dengan posisi pergelangan
kaki pada 20 º dari fleksi plantar. Pasien melepas splint selama 5 menit setiap jam, dan duduk
dengan kaki menggantung, melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi plantar pasif, yang
memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman.
Pada minggu ke-4, orthosis dibawa ke posisi netral, dengan protokol ROM yang sama
seperti minggu sebelumnya. Pada 6 minggu, pasien diizinkan untuk menanggung berat badan
yang ditoleransi sambil mengenakan orthosis. Pada saat ini, mereka juga diperbolehkan untuk
melepas orthosis di malam hari. Pada minggu ke-8, pasien diperbolehkan melepas orthosis dan
kemudian mulai terapi fisik untuk peregangan dan penguatan. Ada 3 kasus reruptures, 2 di bedah
dan 1 pada kelompok nonsurgical. Dari 2 reruptures bedah, 1 jatuh dari tangga, dan yang lainnya
ditabrak mobil saat mencoba menghentikan perampokan. Pasien nonsurgical tergelincir dari
tanggul di minggu ke-16. Semua reruptures dirawat melalui pembedeahan.
Lainnya, protokol konservatif yang lebih baru menggunakan periode nonweight-bearing-
casting, baik di atas atau di bawah lutut, dengan kaki di equinus sekitar 2-4 minggu, dan
kemudian seri casting atau dengan penurunan derajat fleksi plantar ke netral pada interval 2
hingga 4 minggu.
2.7.3 Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini,dibuat sayat kecil selebar 2-4 cm. Melalui luka tusuk, jahitan melewati
ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan ketika pergelangan kaki berada pada equinus
maksimal. Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan simpul, dan mendorong
subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan dipasang perban kering dan steril Setelah itu, pasien
menggunakan bantalan gips yang tanpa beban. Penggunaan gips dilakukan selama 4 minggu,
diikuti oleh 4 minggu di bantalan berat dan pemakaian gips dengan elevasi tumit rendah.
2.7.4 Open Surgical Repair
Perbaikan terbuka dilakukan dengan menggunakan pendekatan longitudinal medial. Insisi
medial memiliki keuntungan visualisasi yang lebih baik pada tendon plantaris, serta menghindari
cedera pada saraf Sural. Insisi garis tengah jarang digunakan karena tingginya tingkat komplikasi
luka dan adesi. Pada pendekatan ini, dibuat sayatan sepanjang 3-10 cm. setelah paratenon disayat
secara longitudinal, ujung tendon dapat dikenali dengan mudah dan didekatkan dengan
menggunakan jahitan tipe Kesler/Krackow/Bunnell dengan menggunakan nonabsorbable suture.
Selanjutnya, epitenon disambung dengan teknik cross-stitch. Paratenon harus disambung
kembali agar tidak terjadi adesi. Kemudian, penutupan oleh kulit akan membatasi terjadinya
komplikasi luka.
Setelah operasi, pergelangan kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasangan orthosis.
Setelah periode imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau sedikit dalam orthosis
kaku, dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat parsial. Imobilisasi biasanya dihentikan
4-6 minggu setelah perbaikan. Pada saat itu, jangkauan yang aktif dan aktif-dibantu gerak,
berenang, bersepeda stasioner, dan berjalan dalam sepatu dilengkapi dengan mengangkat tumit
dapat dimulai. Dalam kebanyakan kasus, pasien dapat beraktivitas kembali dalam jangka waktu
4 bulan. Tindakan operasi untuk perbaikan ruptur Achilles tendon telah dilaporkan memiliki
tingkat yang lebih rendah dalam terjadinya rerupture; peningkatan kekuatan otot pasca
operasi,dan daya tahan, dan membutuhkan waktu yang lebih singkat agar dapat kembali
beraktivitas normal jika dibandingkan dengan tindakan konservatif. Namun, kemungkinan
terjadinya komplikasi luka seperti infeksi, drainase, pembentukan sinus, dan pengelupasan kulit
lebih tinggi daripada tindakan non-operasi.
Pengobatan lainnya
Pasien dengan diabetes, masalah penyembuhan luka, penyakit vaskular, neuropati, atau
komorbiditas sistemik yang serius dianjurkan untuk memilih pengobatan nonoperative karena
risiko yang signifikan dari pengobatan operasi (misalnya, infeksi, luka rincian, dehiscence
perbaikan, komplikasi perioperatif)
• Gips kaki pendek adalah dipasang pada kaki yang terkena sementara pergelangan kaki
ditempatkan di plantar fleksi sedikit (equinus gravitasi).Dengan menjaga kaki dalam
posisi ini, ujung tendon secara teoritis lebih baik. Imobilisasi Cast dilanjutkan selama
sekitar 6-10 minggu. Dorsofleksi Paksa merupakan kontraindikasi. Pergelangan kaki
secara bertahap dapat dorsofleksi ke posisi yang lebih netral setelah periode imobilisasi
(~ 4-6 minggu). Posisi ini ditopang dengan casting serial atau pergelangan kaki orthotics
yang disesuaikan. Berjalan dengan menggunakan cor diperbolehkan saat masa tersebut.
Setelah pelepasan cor, tumit di sepatu diangkat setinggi 2 cm dab dipakai selama 2-4
bulan. Selama waktu ini, program rehabilitasi dimulai.
• Keuntungan pengobatan nonoperative termasuk komplikasi luka tidak ada (misalnya,
kerusakan kulit, infeksi, pembentukan bekas luka, cedera neurovaskular), biaya rumah
sakit menurun dan biaya dokter, morbiditas lebih rendah, dan tidak ada paparan anestesi.
• Kekurangan pengobatan nonoperative termasuk insiden yang lebih tinggi rerupture
(hingga 40%) dan lebih sulit perbaikan reruptur bedah. Selain itu, tepi tendon dapat
menyembuhkan dalam posisi memanjang karena celah di ujung tendon yang
mengakibatkan penurunan daya fleksi plantar dan daya tahan.
2.8 Komplikasi
Komplikasi rupture tendon Achilles yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu organisme
pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan berkembang
biaknya bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lainnya.(Anonym.
2012)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
A. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data
mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
B. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,
paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q)
yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar
kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau
klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal
tersebut.
C. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayatsebelumnya.
D. Pemeriksaan fisik
Head to toe
1. Kepaladanwajah :pucat, bibirsianosis.
2. Leher :peninggian vena jugularis.
3. Dada :adajejas trauma tajamdantumpul di daerah dada, tandakusmaul, takipnea,
bunyijantungmelemah / redupdanpekakjantungmelebar.
4. Abdomen danpinggang :tidakadatandadangejala.
5. Pelvis danPerineum :tidakadatandadangejala.
6. Ekstrimitas :pucat, kulitdingin, jaritangandan kaki sianosis.
B. ANALISA DATA
Pemeriksaan fisik :
2.1 Diagnosis
1. Pemeriksaan klinis
Beberapa tes digunakan untuk diagnosis ruptur achilles. Tes calfsqueeze (gambar 5) dan
tes matles (gambar 6) memiliki sensitivitas tinggi, masing-masing 10 0.96 dan 0.88 dan
spesifisitas 0.93 dan 0.85. Kedua tes ini sifatnya non-invasif, sederhana dan tidak mahal. Tes
calfsqueeze dikenal juga sebagai tes Simmond atau Thompson. Pasien posisi terlentang dan
pemeriksa meremas otot betis yang terkena cedera. Jika tendon utuh, kaki akan plantar-fleksi,
tetapi jika tendon ruptur akan ada reaksi minimal atau tidak ada reaksi di kaki dan tes dikatakan
positif. Pada uji Matles, pasien disuruh memfleksikan kedua lutut dan diamati perubahan posisi
kaki.Tes ini positif jika kaki di sisi cedera bergerak netral atau dorsofleksi.
2. Pemeriksaan radiologis
Foto polos radiografi menyediakan informasi yang terbatas pada struktur jaringan lunak
sehingga tidak di rekomendasikan untuk pemeriksaan rutin pada semua pasien dengan suspek
gangguan tendon achilles. Sebelum ada pemeriksaan USG dan MRI, pemeriksaan radiografi
jaringan lunak merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan untuk mencari adanya
tanda Kager’s triangle fat pad pada gangguan tendon achilles.
Foto polos radiografi banyak tersedia di layanan kesehatan, terjangkau, murah dan
terkadang memberi informasi pada beberapa pasien dengan nyeri pada tumit.8
Pada foto polos radiografi proyeksi lateral, normalnya, tepi tendon achilles dan fat
pad disekitar pre-achilles (Kager’s triangle fat pad) tampak sebagai gambaran radiolusen dengan
batas tegas terutama di anterior (volar) tepi tendon (gambar 7).
Secara morfologi, tendon achilles mempunyai tebal tidak lebih dari 8 mm dimensi AP,
dengan bagian proksimal paling tebal dan menipis secara bertahap di 1/3 bagian 11 distal sampai
berinsersi di tuberkulum calcaneus. Bursa retrocalcaneus tampak sebagai area radiolusen di
anterior sampai insersi distal tendon achilles kurang lebih 2 mm di bawah permukaan superior
calcaneus.
Pemeriksaan USG dan MRI dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis secara akurat,
namun jarang diperlukan pada kasus dengan temuan klinis yang khas. Pemeriksaan USG dan
MRI diperlukan untuk membantu ketika diagnosis meragukan. Sehingga pemeriksaan USG dan
MRI tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin. Pemeriksaan USG membantu
membedakan tendinitis, paratendinitis, degenerasi, ruptur sebagian (parsial) maupun ruptur
komplet.
USG merupakan teknik pencitraan yang terbaik untuk muskuloskeletal karena biayanya
murah, resolusi tinggi, tersedia di rumah sakit–rumah sakit, dapat ditoleransi dengan baik oleh
pasien, dan tidak menimbulkan radiasi ionisasi. Pemeriksaan USG muskuloskeletal
menggunakan transduser frekwensi tinggi 12 (sampai 20 MHz) untuk mengakses struktur yang
paling superfisial atau menggunakan transduser multifrekwensi (7,5-12,5 MHz) untuk evaluasi
umum struktur muskuloskeletal yang agak dalam. Pemeriksaan tendon achilles menggunakan
transduser multifrekwensi (7,5-12,5 MHz) (gambar 9).
Tendon achilles normal terdiri atas fasikula serabut kolagen ekstrseluler padat. Pada USG
potongan longitudinal tampak garis linear fibrillar hiperekoik (terang) tertutup paratenon
(gambar 11a) dan pada potongan transversal tampak tendon berbentuk bulat sampai ovoid
(gambar 11b). Tendon sangat reflektif, karena backscatter kuat dari USG, sehingga tampak
struktur ekogenik. Karena struktur kolagen ekstraselular, ekogenitas tendon tergantung sudut
balok USG (Gambar 12).
Normalnya, tendon achilles mempunyai ketebalan dan ekogenitas yang seragam pada
potongan longitudinal dengan tepi anterior dominan datar atau cekung pada potongan
transversal dengan ketebalan 4-7 mm.
Tendon achilles dikelilingi oleh garis serabut sinovial atau jaringan ikat padat
(paratenon). Paratenon bukan merupakan serabut synovial sebenanya, tampak sebagai garis
reflektif ekogen yang samar di sekitar tendon. Paratenon tidak menimbulkan adanya anisotropi
sehingga dapat dibedakan dengan tendon disekitarnya.Normalnya, bursa retrocalcanea dapat
terlihat sebagai cairan lapisan tipis, namun dinding normal bursa terlalu tipis untuk dapat
terdeteksi dengan USG. Sisi ventral tendon achilles terdapat pre-achilles fat pad yang tampak
sebagai struktur ekogenik sedang yang relatif lebih rendah dibanding ekogenitas tendon
normal dan sifatnya ireguler. Anterior pre-achilles fat pad adalah bagian dari fleksor betis,
terutama terdiri dari 14 fleksor otot halusis longus yang terletak diantara tibia posterior dan
kortek talar (gambar 13).
Pada pemeriksaan color Doppler tendon achilles tidak menunjukkan adanya pembuluh
darah. Namun pada kondisi yang jarang, kemungkinan terdapat minimal aliran vaskuler masuk
ke paratenon. Normalnya, pembuluh darah sangat kecil terlihat di jaringan lemak pada pre-
achilles fat pad.15
Ruptur tendon achilles paling banyak terjadi kira-kira 2-6 cm proksimal tempat insersi
calcaneus (sepertiga proksimal) dibanding sepertiga media dan tengah. Ruptur tendon achilles
parsial pada pemeriksaan USG khas didapatkan pembesaran tendon achilles lebih dari 1 cm dan
adanya area hipoekoik atau anekoik lokal intratendinosa dan berkaitan dengan tendinosis
disekitarnya (Gambar 14).
Pada ruptur komplet, tendon tampak tak terdeteksi pada daerah yang mengalami cedera.
Ujung robekan tendon tampak terpisah/diskontinyu disertai perubahan kontur tendon
(ekostruktur lusensi) disertai adanya perdarahan di celah tendon yang mengalami retraksi.
Selain itu tampak adanya bayangan akustik di tepi robekan dan lesi hipoekoik tendinosis
disekitarnya (gambar 15).1,15
Temuan hasil operasi pada rupture tendon komplet adalah tendon yang mengalami disrupsi
komplet, sedang pada rupture komplet parsial memberikan hasil operasi secara makroskopis
berupa disrupsi parsial tendon.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon Achilles.
1. Nyeri Akut
2. Resiko tinggi trauma
3. Resiko tinggi
4. Hambatan mobilitas fisik
5. Ansietas
(Buku saku diagnose keperawatan, 2011)
BAB IV
KASUS
A. IdentitasKlien
a. BiodataKlien
NamaKlien : Anak B
Umur : 12 tahun
Agama : Islam
Alamat : Temanggung
Pekerjaan : pelajar
JenisKelamin : laki-laki
Reg/ RM : 110540
TanggalPengkajian : 21-22
B. Pengkajian
1. RiwayatPenyakit:
Keluhan Utama:Pasien dating dengan keluhan post jatuh dari motor seminggu yang lalu sudah di
bawa kemantri teapi tidak sembuh dan hanya di jahit saja pada luka sobekan,bengkak dan
nyeri,susah digerakan.
Riwayat Kesehatan Lalu:pasien belum pernah di rawat di RS dan tidak punya penyakit
bawaan.
Belum ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan klien.
2. PemeriksaanFisik
Tingkat kesadaran : Composmentis KU : Lemah, nampak sakit,
Vital Sign : TD : 110/60 N : 96 x/mnt
RR : 20 x/mnt S : 36,3 oC
BB : ---
Kepala :
Bentuk : Mesochepal,warna rambut hitam lurus,di potong pendek bersih dan tidak teraba
benjolan di kepala.
Keluhan yang berhubungan
Mata :
Kesimetrisan : simetris antara kanan-kiri
Konjungtivaanemis : -/-
Pupi :isokor
Mulut,lehher telinga :
Bibir : agak kering
Gusi : bersih
Pernafasan :
Respiratori Rate : 24x/menit
Batuk : --
Dada :
Inspeksi :dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak (-)
Perkusi :sonor
Abdomen :
Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada hematomegali
Ekstrimitas :
Atas : Tidak terdapat gangguan
Kekuatan Otot : 5 5
1 5
Kulit :
Integritas : lembab
3. PemeriksaanPenunjang :
Laju endap darah
-Hemoglobin :14,4gl/dl 12.0-16.0
-Hematokrit :44% 35-45
-Jumlah lekosit :8,7 5,0-13,0
-Jumlah eritrosit :H 5,34 4,00-530
-Jumlah trombosit :441 150-450
-Mcv :82,2 75,0-91,0
-Mch :27.0 25,0-33,0
-Mchc :32,0 31,0-37,0
Hitung jenis
-Limfosit :L25,6 30,0-60,0
-Mxd :80
-Netrofil :H66,4 32,0-52,0
Laju endap darah
-Led 1 jam :10mm 0-15
-Led 2 jam :20mm 7-20
4. Terapi
Ambasin 2x1
Kalnex 3x1
Antrain 3x1
4. Pola perceptual
Klien memiliki penglihatan dan pendengaran yang masih baik,dan pengecapan juga masih
baik.
5. Pola nutrisi/metabolisme
Makan: Nafsu makan normal tidak ada gangguan.
6. Analisa data
DO:TD 110/60
NADI:96
2 RR:20
SUHU:36,3 Kerusakan mobilitas fisik Merasa nyeri pada
Pasien terlihat menahan nyeri berhubungan dengan bagian post oprasi
setelah post op. kerusakan musculuseletal
Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Berikan posisi yang
nyaman
selama 1x 24 jam nyeri akut teratasi di tandai
dengan kreteria hasil: Berikan tehnik
relaksasi dan
-melapokan kan pengurangan
nyeri ajakarkan tekhnik
napas dala
-ekspresi wajah rileks
-sekala nyeri berkurang Pantau nyeri kelien
kolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik.
2. Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fisiotrafi secara
fisik berhubungan selama selama waktu yang di tentukan aktif
dengan kerusakn kerusakan mobilitas fisik teratasi denagn Obat relaksan otot
musculuseletal kreteria hasil: anti spasmodic
Mempertahan kan intergritas sesuai indikasi.
kulit Kaji kebutuhan
Mendemonstrasikan tehnik istirahat.
/prilaku yang memungkin kan
melakukan aktivitas
Meningkatkan kekuatan tubuh
yang sakit.
Implementasi
NO Dx. Kep Intervensi Evaluasi