Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN RUPTUR TENDON ACHILLES

DISUSUN
Oleh:
Kelompok 2
AGNES MARGARETA
ALFIN PRATAMA
DAMERIANA SARAGIH
CAROLINA DACHI
FENDI BASTIAN GULO
TIKA HARTINI SITUMEANG
ULFA LIANA
YOFITA VIVID BAGO

Dosen Pengajar:
Ns. Johansen Hutajulu,M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ruptur Tendon Achilles ”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Sistem
Musculoscletal II Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik secara
moral maupun material, terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns, Jek Amidos Pardede, M.kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners
5. Ns.Marthalena Simamora,M.Kep ,Selaku Dosen Pengajar Sistem Musculoscletal II
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
6. Ns. Johansen Hutajulu,M.Kep ,Selaku Dosen Pengajar Sistem Musculoscletal II
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
7. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia
8. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, akhir kata kami
mengucapkan terimah kasih.
Medan, 22 Mei 2018
Penulis
Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ruptur tendon terjadi antara tahun 1997 dan 2002 dikumpulkan. Peringkat daya untuk
setiap pemain yang dihitung untuk tiga musim sebelum dan sesudah Achilles tendon
cedera.Analisis statistik adalah dilakukan. Tiga puluh satu tendon pecah Achilles pada
Pemain NFL antara tahun 1997 dan 2002 adalah diidentifikasi. Dua puluh lima persen dari
semua cedera atletik, terlepas dari olahraga tertentu atau tingkat bermain, melibatkan kaki
dan pergelangan kaki. Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius,
soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Pada
atlet muda setengah baya (40 tahun) 75% terjadi selama kegiatan olahraga. Olahraga yang
paling umum menyebabkan akut pecah Achilles tendon bervariasi dari satu negara ke
negara, tergantung pada olahraga yang paling populer di daerah itu. Lama nonathletes (3%
dari pecah.
Tendon Achilles tendon kuat dan tebal di dalam tubuh dan melayani beberapa fungsi utama
dalam tubuh. Ini kira-kira sekitar 15 cm (5,9 inci) panjang dan mulai dekat bagian tengah
betis. Hal ini memainkan peran penting dalam biomekanik dari ekstremitas bawah.
kontraktor otot betis yang mengangkat tumit oleh tendon yang menghasilkan tindakan kaki
yang merupakan dasar untuk berjalan, berlari, melompat, dll dapat menahan kekuatan besar,
khususnya selama latihan olahraga dan lebih khusus lagi gerakan yang melibatkan gerakan
berputar. Robek, pecah atau terputusnya tendon. Tendon merupakan jaringan fibrosa di
bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi ruptur tendon achilles ?


2. Apa etiologi dari ruptur tendon achilles?
3. Bagaimana manifestasi klinik ruptur tendon achilles?
4. Apa klasifikasi ruptur tendon achilles?
5. Bagaimana patofisiologi dari ruptur tendon Achilles ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik ruptur tendon achilles?
7. Bagaimana penatalaksanaan ruptur tendon achilles?
8. Apa komplikasi dari ruptur tendon achilles?
9. Bagaimana ASKEP ruptur tendon achilles ?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan definisi ruptur tendon achilles?


2. Menjelaskan etiologi dari ruptur tendon achilles?
3. Menjelaskan manifestasi klinik ruptur tendon achilles?
4. Menjelaskan klasifikasi ruptur tendon achilles?
5. Bagaimana patofisiologi dari ruptur tendon Achilles ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik ruptur tendon achilles?
7. Bagaimana penatalaksanaan ruptur tendon achilles?
8. Apa komplikasi dari ruptur tendon achilles?
9. Bagaimana ASKEP ruptur tendon achilles ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Rupture tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon (jaringan penyambung)
yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam
keadaan dorsifleksi pasif maksimal. (muttaqin. 2011). Pada kasus ini, digunakan metode operasi
dimana tendon achilles di jahit dan hal tersebut mengakibatkan adanya rasa nyeri tekan, nyeri
gerak, penurunan MMT, munculnya spasme, keterbatasan LGS, dan penurunan aktivitas
fungsional (Syatibi, 2002).

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Tendon Achilles(calcaneus tendo) merupakan tendon terkuat dan paling tebal diantara tendon
lainnya yang berfungsi untuk melekatkan triceps surae (soleus dan dua kepala gastrocnemius) ke
tulang calcaneus. Tendon Achilles mempunyai kekuatan sekitar tujuh kali berat badan selama
melakukan gerakan lari.Hal Ini meningkatkan besarnya pada kekuatan selama berdiri yang kira
-kira setengah dari berat badan (Benjamin dkk, 2007).

Tendo Achilles adalah tendo pada bagian tungkai bawah. Ia berfungsi untuk melekatkan otot
Gastrocnemius dengan otot soleus ke salah satu tulang penyusun pergelangan kaki, yaitu
Calcaneus.Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot
terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 95% dari kolagen
tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil. Serat elastin dapat
menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika serat elastin ada pada tendon dalam
proporsi yang besar maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya yang ditransmisikan ke
tulang.

Fibril kolagen terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfatik serta
saraf. Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan di kelilingi oleh epitenon dan membentuk
struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon, terpisah dari epitenon oleh
lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan tendon dengan mengurangi pergesekan.
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris.
Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal
dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan
tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-
belakang tulang calcaneus.
Lokasi Ruptur Tendon
Empat daerah yang paling umum tempat terjadinya ruptur tendon :
1. Qudriceps
Sebuah kelompok dari 4 otot, yang vastus lateralis, medialis vastus, intermedius vastus,
dan rektus femoris, datang bersama-sama tepat di atas tempurung lutut ( patella ) untuk
membentuk tendon patella . Sering disebut quad, kelompok otot ini digunakan untuk
memperpanjang kaki di lutut dan bantuan dalam berjalan, berlari , dan melompat.
2. Achilles
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot
plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah
tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari
pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian
tengah-belakang tulang calcaneus. Tendon ini sangat penting untuk berjalan, berlari dan
melompat secara normal. Cidera karena olahraga dan karena trauma pada tendon Achilles adalah
biasa dan bisa menyebabkan kecacatan.
3. Rotator cuff
Rotator cuff terletak di bahu dan terdiri dari 4 otot: supraspinatus (yang umum tendon
paling pecah), infraspinatus, teres minor, dan m. subskapularis. Kelompok otot ini berfungsi
untuk mengangkat tangan ke samping, membantu memutar lengan, dan menjaga bahu keluar dari
soket tersebut.
4. Bisep
Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini membawa tangan ke arah
bahu dengan menekuk siku.
2.3 Etiologi
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan rupture tendon patella, yaitu sebagai berikut
1. Trauma , bisa bersifat langsung dan suatu mekanisme kontraksi esentrik dari otot kuadiseps
pada atlit pelari
2. Iritasi tendon akibat berdiri lama
3. Degeneratif jaringan tendon
4. Pemberian kortikosteroid, pada pemberian injeksi articular pasien tendinitis patella
5. Penyakit sistemik, seperti SLE dan inflamasi sendi kronik
( Zairin Noor Helmi 2012)

2.4 Menifestasi klinis


a) Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang pergelangan kaki atau betis
seperti adanya rasa sakit pada tendon achilles sekitar 1-3 inci di atas tulang tumit. daerah ini
paling sedikit menerima supplai darah dan mudah sekali mengalami cedera meskipun oleh
sebab yang sederhana, meskipun oleh sepatu yang menyebabkan iritasi.
b) Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan merasakan adanya kelemahan yang luas
pada serat-serat protein kolagen, yang mengakibatkan robeknya sebagian serat atau seluruh
serat tendon.
c) Terlihat depresi di tendon 3-5 cm diatas tulang tumit
d) Tumit tidak bisa digerakan turun naik
e) Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang tumit
f) Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki.Pasien
mungkin menggambarkan sensasi ditendang di bagian belakang kaki.
g) Nyeri bisa berat. nyeri yang datang secara tiba-tiba selama melakukan kegiatan, khususnya
saat mengubah arah lari atau pada saat lari mendaki. Atlet mungkin merasakan adanya
bagian yang lembek bila meraba daerah sekitar tendon, hal ini dikarenakan adanya cairan
peradangan yang berkumpul dibawah selaput peritenon.
h) nyeri lokal, bengkak dengan gamblang kesenjangan sepanjang Achilles tendon dekat lokasi
penyisipan, dan kekuatan plantarflexion lemah aktif semua sangat menyarankan diagnosis.
2.5 Patofisiologi

Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat perubahan
posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal sehingga
terjadi kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar
kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban. Rupture tendon Achilles sering terjadi
pada atlet atletik saat melakukan lari atau melompat. Kondisi klinik rupture tendon Achilles
menimbulkan berbagai keluhan, meliputi nyeri tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai
dalam mobilisasi dan ketidakmampuan melakukan plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien.
(muttaqin, A. 2011)

Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di fibrilkolagen. Stress
tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal ini yang menyebabkan pada
daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen rusak, tendon merespons
secara linear untuk meningkatkan beban tendon.Jika renggangan yang ditempatkan pada tendon
tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi
asli mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8 persen, serat kolagen
mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat tegangan
lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena kegagalan tarikan oleh
karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.

Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan, atau akibat
tendinitis Achilles .Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan masalah.Jika otot-otot
menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi.Kontraksi
berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan otot. Semakin lelah otot
betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak seperti ini dapat
meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan.Selain itu,
ketidakseimbangan kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang yang
lebih rendah juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles tendon robek lebih
mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki yang dorsofleksi
sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot, kerobekan dapat
terjadi.Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari tendon sementara otot betis
berkontraksi.(Price, Sylvia Anderson. 1995.)
2.6 Pemeriksaan Penunjang
A. Foto Rotgen
Foto rotgen ini awalnya untuk memastikan ada tidaknya “Calcaneous spur”. Pada
penderita plantar fascitis dengan calcaneous sering tebal pada bagian fascianya dua kali dari
normal.
B. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan untuk membedakan pecah tidak
lengkap dari degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara paratenonitis,
tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan magnet yang kuat seragam untuk
menyelaraskan jutaan proton berjalan melalui tubuh. proton ini kemudian dibombardir dengan
gelombang radio yang mengetuk beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika proton
kembali mereka memancarkan gelombang radio mereka sendiri yang unik yang dapat dianalisis
oleh komputer dalam 3D untuk membuat gambar yang tajam penampang silang dari area of
interest. MRI dapat memberikan kontras yang tak tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto
berkualitas sangat tinggi sehingga timur untuk teknisi untuk menemukan air mata dan cedera
lainnya.
C. Radiografi
Radiografi dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak langsung menangis
Achilles. Radiografi menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik cedera. Hal ini sangat tidak
efektif dalam mengidentifikasi cedera pada jaringan lunak. Sinar-X dibuat ketika elektron energi
tinggi menghantam sumber logam. Gambar sinar-X diperoleh dengan memanfaatkan
karakteristik redaman yang berbeda dari padat (misalnya kalsium dalam tulang) dan kurang
padat (otot misalnya) jaringan ketika sinar melewati jaringan dan ditangkap di film. Sinar-X
umumnya terkena mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti tulang, sementara jaringan
lunak masih relatif tidak dibedakan di latar belakang. Radiografi memiliki peran kecil dalam
penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna untuk mengesampingkan cedera lain seperti
patah tulang kalkanealis

2.6 Penaatalaksan Ruptur Tendo Achilles

2.7.1 Terapi Fisik


Seorang individu yang mengalami ruptur tendon Achilles-nya harus mencari pengobatan medis
yang segera. Terapi fisik umumnya tidak ditunjukkan untuk fase akut pengobatan, tetapi menjadi
bagian penting dalam proses pemulihan total.

2.7.2 Pengobatan Konservatif


Imobilisasi langsung untuk ruptur tendo Achilles baik secara parsial,maupun seluruhnya.

• Latihan bergerak sangan penting dalam proses pemuliahn rupture tendo Achilles
• Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit agar ujung tendin
dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari pemakaian boot ini adalah pasien dapat
bergerak.
• Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama 4-6 minggu
dalam posisi fleksi 30°-40° pada lutut dan fleksi plantar pada pergelangan kaki.
• fisioterapi

Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Twaddle dan Poon, pasien dalam kelompok bedah
memperbaiki tendon Achilles dengan menjalani menggunakan prosedur Krackow, diikuti oleh
pemasangan gips equinus, sedangkan pasien non-bedah yang ditempatkan langsung di cor.
Setelah pelepasan gips, pasien dipakaikan orthosis yang dapat dilepas dengan posisi pergelangan
kaki pada 20 º dari fleksi plantar. Pasien melepas splint selama 5 menit setiap jam, dan duduk
dengan kaki menggantung, melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi plantar pasif, yang
memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman.
Pada minggu ke-4, orthosis dibawa ke posisi netral, dengan protokol ROM yang sama
seperti minggu sebelumnya. Pada 6 minggu, pasien diizinkan untuk menanggung berat badan
yang ditoleransi sambil mengenakan orthosis. Pada saat ini, mereka juga diperbolehkan untuk
melepas orthosis di malam hari. Pada minggu ke-8, pasien diperbolehkan melepas orthosis dan
kemudian mulai terapi fisik untuk peregangan dan penguatan. Ada 3 kasus reruptures, 2 di bedah
dan 1 pada kelompok nonsurgical. Dari 2 reruptures bedah, 1 jatuh dari tangga, dan yang lainnya
ditabrak mobil saat mencoba menghentikan perampokan. Pasien nonsurgical tergelincir dari
tanggul di minggu ke-16. Semua reruptures dirawat melalui pembedeahan.
Lainnya, protokol konservatif yang lebih baru menggunakan periode nonweight-bearing-
casting, baik di atas atau di bawah lutut, dengan kaki di equinus sekitar 2-4 minggu, dan
kemudian seri casting atau dengan penurunan derajat fleksi plantar ke netral pada interval 2
hingga 4 minggu.
2.7.3 Percutaneous Surgery
Pada tindakan ini,dibuat sayat kecil selebar 2-4 cm. Melalui luka tusuk, jahitan melewati
ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan ketika pergelangan kaki berada pada equinus
maksimal. Jahitan itu kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan simpul, dan mendorong
subkutan. Luka-luka kecil dibersihkan dan dipasang perban kering dan steril Setelah itu, pasien
menggunakan bantalan gips yang tanpa beban. Penggunaan gips dilakukan selama 4 minggu,
diikuti oleh 4 minggu di bantalan berat dan pemakaian gips dengan elevasi tumit rendah.
2.7.4 Open Surgical Repair
Perbaikan terbuka dilakukan dengan menggunakan pendekatan longitudinal medial. Insisi
medial memiliki keuntungan visualisasi yang lebih baik pada tendon plantaris, serta menghindari
cedera pada saraf Sural. Insisi garis tengah jarang digunakan karena tingginya tingkat komplikasi
luka dan adesi. Pada pendekatan ini, dibuat sayatan sepanjang 3-10 cm. setelah paratenon disayat
secara longitudinal, ujung tendon dapat dikenali dengan mudah dan didekatkan dengan
menggunakan jahitan tipe Kesler/Krackow/Bunnell dengan menggunakan nonabsorbable suture.
Selanjutnya, epitenon disambung dengan teknik cross-stitch. Paratenon harus disambung
kembali agar tidak terjadi adesi. Kemudian, penutupan oleh kulit akan membatasi terjadinya
komplikasi luka.
Setelah operasi, pergelangan kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasangan orthosis.
Setelah periode imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau sedikit dalam orthosis
kaku, dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat parsial. Imobilisasi biasanya dihentikan
4-6 minggu setelah perbaikan. Pada saat itu, jangkauan yang aktif dan aktif-dibantu gerak,
berenang, bersepeda stasioner, dan berjalan dalam sepatu dilengkapi dengan mengangkat tumit
dapat dimulai. Dalam kebanyakan kasus, pasien dapat beraktivitas kembali dalam jangka waktu
4 bulan. Tindakan operasi untuk perbaikan ruptur Achilles tendon telah dilaporkan memiliki
tingkat yang lebih rendah dalam terjadinya rerupture; peningkatan kekuatan otot pasca
operasi,dan daya tahan, dan membutuhkan waktu yang lebih singkat agar dapat kembali
beraktivitas normal jika dibandingkan dengan tindakan konservatif. Namun, kemungkinan
terjadinya komplikasi luka seperti infeksi, drainase, pembentukan sinus, dan pengelupasan kulit
lebih tinggi daripada tindakan non-operasi.
Pengobatan lainnya
Pasien dengan diabetes, masalah penyembuhan luka, penyakit vaskular, neuropati, atau
komorbiditas sistemik yang serius dianjurkan untuk memilih pengobatan nonoperative karena
risiko yang signifikan dari pengobatan operasi (misalnya, infeksi, luka rincian, dehiscence
perbaikan, komplikasi perioperatif)

• Gips kaki pendek adalah dipasang pada kaki yang terkena sementara pergelangan kaki
ditempatkan di plantar fleksi sedikit (equinus gravitasi).Dengan menjaga kaki dalam
posisi ini, ujung tendon secara teoritis lebih baik. Imobilisasi Cast dilanjutkan selama
sekitar 6-10 minggu. Dorsofleksi Paksa merupakan kontraindikasi. Pergelangan kaki
secara bertahap dapat dorsofleksi ke posisi yang lebih netral setelah periode imobilisasi
(~ 4-6 minggu). Posisi ini ditopang dengan casting serial atau pergelangan kaki orthotics
yang disesuaikan. Berjalan dengan menggunakan cor diperbolehkan saat masa tersebut.
Setelah pelepasan cor, tumit di sepatu diangkat setinggi 2 cm dab dipakai selama 2-4
bulan. Selama waktu ini, program rehabilitasi dimulai.
• Keuntungan pengobatan nonoperative termasuk komplikasi luka tidak ada (misalnya,
kerusakan kulit, infeksi, pembentukan bekas luka, cedera neurovaskular), biaya rumah
sakit menurun dan biaya dokter, morbiditas lebih rendah, dan tidak ada paparan anestesi.
• Kekurangan pengobatan nonoperative termasuk insiden yang lebih tinggi rerupture
(hingga 40%) dan lebih sulit perbaikan reruptur bedah. Selain itu, tepi tendon dapat
menyembuhkan dalam posisi memanjang karena celah di ujung tendon yang
mengakibatkan penurunan daya fleksi plantar dan daya tahan.

2.8 Komplikasi
Komplikasi rupture tendon Achilles yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu organisme
pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan berkembang
biaknya bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lainnya.(Anonym.
2012)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas
A. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data
mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.

B. Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
B. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,
paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q)
yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar
kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau
klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal
tersebut.
C. Riwayat kesehatan yang lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayatsebelumnya.

D. Pemeriksaan fisik
Head to toe
1. Kepaladanwajah :pucat, bibirsianosis.
2. Leher :peninggian vena jugularis.
3. Dada :adajejas trauma tajamdantumpul di daerah dada, tandakusmaul, takipnea,
bunyijantungmelemah / redupdanpekakjantungmelebar.
4. Abdomen danpinggang :tidakadatandadangejala.
5. Pelvis danPerineum :tidakadatandadangejala.
6. Ekstrimitas :pucat, kulitdingin, jaritangandan kaki sianosis.

B. ANALISA DATA

No Sympoms Etiologi Masalah


keperawatan
1 Ds: konfresi saraf, Nyeri Akut
- melaporkan nyeri secara verbal kerusakan
neuromuskulosk
Do:
eletal
- perubahan selera makan
- perubahan tekanan darah
- perubahan frekwensi pernapasan
- laporan isyarat
- diaforesisi
- prilaku distraksi
- mengekspresikan prilaku seperti: gelisah ,
merengek, menangis)
- masker wajah( mata kurang bercahaya,
tampak kacau)
- sikap melindungi area nyeri
- focus menyempit
- indikasi yang dapat diamati
- perubahan posisi untuk menghindari nyeri
- dilatasi pupil
- gangguan tidur
2 internal: ketidak mampuan Resiko tinggi
kelemahan, penglihatan menurun, penurunan mengerakkan trauma
sensasi taktil, penurunan koordinasi otot, tungkai bawah dan
tangan-mata, kurangnya edukasi keamanan, ketidaktahuan cara
keterbelakangan mental, mobilisasi yang
Eksternal: adekuat
lingkungan.

3 Factor-faktor resiko: port de entrée luka Resiko infeksi


- prosedur invasif, pasca-bedah,
- kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan,
- malnutrisi,
- peningkatan
- paparan lingkungan pathogen,
- Imunosupresi
- tidak adekuat pertahanan
sekunder(penurunan Hb, leucopenia,
penekanan respon inflamasi)
- penyakit kronik
- malnutrisi
- perubahan primer tidak adekuat( kerusakan
kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltic).
4 Do: - gangguan Hambatan
- penurunan waktu reaksi metabolisme mobilitas fisik
- kesulitan membolak balikan tubuh sel,
- asyik dengan aktivitas lain sebagai - keterlambatan
pengganti pergerakan perkembangan
- disonea saat beraktivitas - pengobatan
- perubahan cara berjalan - kurang support
- pergerakan menyentak lingkungan
- keterbatasan kemampuan tuntuk melakukan - keterbatasan
keterampilam motoric halus ketahanan
- keterbatasan kemampuan melakukan kardiovaskuler
keterampilan motprik kasar - kehilangan
- keterbatasan rentang gerak sendi integritas
- tremor yang diindikasi oleh pergerakan struktur tulang
- ketidakstabilan postur tubuh
- melambatnya pergerakan
- gerakan tidak teratur atau tidak
terkoordinasi

Pemeriksaan fisik :

2.1 Diagnosis
1. Pemeriksaan klinis

Beberapa tes digunakan untuk diagnosis ruptur achilles. Tes calfsqueeze (gambar 5) dan
tes matles (gambar 6) memiliki sensitivitas tinggi, masing-masing 10 0.96 dan 0.88 dan
spesifisitas 0.93 dan 0.85. Kedua tes ini sifatnya non-invasif, sederhana dan tidak mahal. Tes
calfsqueeze dikenal juga sebagai tes Simmond atau Thompson. Pasien posisi terlentang dan
pemeriksa meremas otot betis yang terkena cedera. Jika tendon utuh, kaki akan plantar-fleksi,
tetapi jika tendon ruptur akan ada reaksi minimal atau tidak ada reaksi di kaki dan tes dikatakan
positif. Pada uji Matles, pasien disuruh memfleksikan kedua lutut dan diamati perubahan posisi
kaki.Tes ini positif jika kaki di sisi cedera bergerak netral atau dorsofleksi.
2. Pemeriksaan radiologis

Foto polos radiografi menyediakan informasi yang terbatas pada struktur jaringan lunak
sehingga tidak di rekomendasikan untuk pemeriksaan rutin pada semua pasien dengan suspek
gangguan tendon achilles. Sebelum ada pemeriksaan USG dan MRI, pemeriksaan radiografi
jaringan lunak merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan untuk mencari adanya
tanda Kager’s triangle fat pad pada gangguan tendon achilles.

Foto polos radiografi banyak tersedia di layanan kesehatan, terjangkau, murah dan
terkadang memberi informasi pada beberapa pasien dengan nyeri pada tumit.8

Pada foto polos radiografi proyeksi lateral, normalnya, tepi tendon achilles dan fat
pad disekitar pre-achilles (Kager’s triangle fat pad) tampak sebagai gambaran radiolusen dengan
batas tegas terutama di anterior (volar) tepi tendon (gambar 7).
Secara morfologi, tendon achilles mempunyai tebal tidak lebih dari 8 mm dimensi AP,
dengan bagian proksimal paling tebal dan menipis secara bertahap di 1/3 bagian 11 distal sampai
berinsersi di tuberkulum calcaneus. Bursa retrocalcaneus tampak sebagai area radiolusen di
anterior sampai insersi distal tendon achilles kurang lebih 2 mm di bawah permukaan superior
calcaneus.

Pemeriksaan foto polos radiografi ruptur tendon achilles menunjukkan adanya


pembengkakan soft tissue dan pengaburan di daerah Kager’s triangle fat pad (gambar 8). Namun,
selain pada kasus ruptur tendon achilles, pengaburan Kager’s triangle fat pad tampak pada
tendinopati dan inflamasi/perdarahan di dalam fat pad pre-achilles. Adanya kalsifikasi atau
osifikasi pada tendon Achilles yang terlihat pada foto polos. merupakan ciri tendinosis kronis
atau menunjukkan adanya riwayat ruptur tendon sebelumnya. Penonjolan di calcaneus
merupakan salah satu tanda bursitis retrocalcanea.

Pemeriksaan USG dan MRI dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis secara akurat,
namun jarang diperlukan pada kasus dengan temuan klinis yang khas. Pemeriksaan USG dan
MRI diperlukan untuk membantu ketika diagnosis meragukan. Sehingga pemeriksaan USG dan
MRI tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin. Pemeriksaan USG membantu
membedakan tendinitis, paratendinitis, degenerasi, ruptur sebagian (parsial) maupun ruptur
komplet.

1. Teknik pemeriksaan USG tendon achilles

USG merupakan teknik pencitraan yang terbaik untuk muskuloskeletal karena biayanya
murah, resolusi tinggi, tersedia di rumah sakit–rumah sakit, dapat ditoleransi dengan baik oleh
pasien, dan tidak menimbulkan radiasi ionisasi. Pemeriksaan USG muskuloskeletal
menggunakan transduser frekwensi tinggi 12 (sampai 20 MHz) untuk mengakses struktur yang
paling superfisial atau menggunakan transduser multifrekwensi (7,5-12,5 MHz) untuk evaluasi
umum struktur muskuloskeletal yang agak dalam. Pemeriksaan tendon achilles menggunakan
transduser multifrekwensi (7,5-12,5 MHz) (gambar 9).

Pasien diposisikian prone/terlentang dengan kaki menggantung di tepi meja (Gambar


10). Pergelangan kaki diposisikan dorsofleksi ringan dan diberi transmisi tebal/gel untuk
membantu mengoptimalkan pencitraan. Dilakukan skening potongan longitudinal dan
transversal (gambar 10A dan 10B). Tendon achilles dapat mudah dilihat ketika transduser
diletakkan pada posisi sagital (potongan longitudinal untuk serat tendon). Transduser
dipindahkan ke proksimal tempat insersi di tuberositas kalkaneus sampai ke myotendinous
junction. Transduser diputar 90 derajat untuk evaluasi potongan transversal.
Perlu membandingkan antara kedua sisi untuk melihat perbedaan jika di curigai adanya
robekan pada tendon achilles. Kemudian dilakukan pengukuran tendon achilles hanya pada
potongan transversal. Dilakukan evaluasi dinamis untuk melihat adanya perdarahan, cairan,
debris, jaringan parut yang mungkin mengisi jarak antara ujung tendon yang robek. Dengan
gerakan kaki pasif menggunakan tes Thompson (tes dengan meremas otot betis), jarak antara
ujung tendon yang robek menjadi lebih jelas. Salah satu ujung tendon bergerak tanpa gerakan
translasi ke ujung tendon lainnya. Perlu di lihat juga retroachilles dan bursa retrokalkanes.
Selain itu perlu dilihat tendon plantaris karena pada kasus ruptur tendon achilles komplet,
plantaris bisa menyerupai residu serabut achilles yang intak.

2. Tampilan normal tendon achilles pada USG

Tendon achilles normal terdiri atas fasikula serabut kolagen ekstrseluler padat. Pada USG
potongan longitudinal tampak garis linear fibrillar hiperekoik (terang) tertutup paratenon
(gambar 11a) dan pada potongan transversal tampak tendon berbentuk bulat sampai ovoid
(gambar 11b). Tendon sangat reflektif, karena backscatter kuat dari USG, sehingga tampak
struktur ekogenik. Karena struktur kolagen ekstraselular, ekogenitas tendon tergantung sudut
balok USG (Gambar 12).
Normalnya, tendon achilles mempunyai ketebalan dan ekogenitas yang seragam pada
potongan longitudinal dengan tepi anterior dominan datar atau cekung pada potongan
transversal dengan ketebalan 4-7 mm.

Tendon achilles dikelilingi oleh garis serabut sinovial atau jaringan ikat padat
(paratenon). Paratenon bukan merupakan serabut synovial sebenanya, tampak sebagai garis
reflektif ekogen yang samar di sekitar tendon. Paratenon tidak menimbulkan adanya anisotropi
sehingga dapat dibedakan dengan tendon disekitarnya.Normalnya, bursa retrocalcanea dapat
terlihat sebagai cairan lapisan tipis, namun dinding normal bursa terlalu tipis untuk dapat
terdeteksi dengan USG. Sisi ventral tendon achilles terdapat pre-achilles fat pad yang tampak
sebagai struktur ekogenik sedang yang relatif lebih rendah dibanding ekogenitas tendon
normal dan sifatnya ireguler. Anterior pre-achilles fat pad adalah bagian dari fleksor betis,
terutama terdiri dari 14 fleksor otot halusis longus yang terletak diantara tibia posterior dan
kortek talar (gambar 13).
Pada pemeriksaan color Doppler tendon achilles tidak menunjukkan adanya pembuluh
darah. Namun pada kondisi yang jarang, kemungkinan terdapat minimal aliran vaskuler masuk
ke paratenon. Normalnya, pembuluh darah sangat kecil terlihat di jaringan lemak pada pre-
achilles fat pad.15

Terdapat perkembangan terbaru teknik visualisasi tendon menggunakan USG,


diantaranya tissue harmonic imaging, compound imaging, dan extended field of view (FOV)
imaging.

3. Temuan USG ruptur tendon Achilles

Ruptur tendon achilles paling banyak terjadi kira-kira 2-6 cm proksimal tempat insersi
calcaneus (sepertiga proksimal) dibanding sepertiga media dan tengah. Ruptur tendon achilles
parsial pada pemeriksaan USG khas didapatkan pembesaran tendon achilles lebih dari 1 cm dan
adanya area hipoekoik atau anekoik lokal intratendinosa dan berkaitan dengan tendinosis
disekitarnya (Gambar 14).
Pada ruptur komplet, tendon tampak tak terdeteksi pada daerah yang mengalami cedera.
Ujung robekan tendon tampak terpisah/diskontinyu disertai perubahan kontur tendon
(ekostruktur lusensi) disertai adanya perdarahan di celah tendon yang mengalami retraksi.
Selain itu tampak adanya bayangan akustik di tepi robekan dan lesi hipoekoik tendinosis
disekitarnya (gambar 15).1,15

Temuan hasil operasi pada rupture tendon komplet adalah tendon yang mengalami disrupsi
komplet, sedang pada rupture komplet parsial memberikan hasil operasi secara makroskopis
berupa disrupsi parsial tendon.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon Achilles.
1. Nyeri Akut
2. Resiko tinggi trauma
3. Resiko tinggi
4. Hambatan mobilitas fisik
5. Ansietas
(Buku saku diagnose keperawatan, 2011)
BAB IV

KASUS

A. IdentitasKlien
a. BiodataKlien
NamaKlien : Anak B

Umur : 12 tahun

Agama : Islam

Alamat : Temanggung

Pekerjaan : pelajar

JenisKelamin : laki-laki

Reg/ RM : 110540

TanggalPengkajian : 21-22

B. Pengkajian
1. RiwayatPenyakit:
Keluhan Utama:Pasien dating dengan keluhan post jatuh dari motor seminggu yang lalu sudah di
bawa kemantri teapi tidak sembuh dan hanya di jahit saja pada luka sobekan,bengkak dan
nyeri,susah digerakan.

Riwayat Kesehatan Lalu:pasien belum pernah di rawat di RS dan tidak punya penyakit
bawaan.

Riwayat Kesehatan Sekarang:

Pasien mengatakan masih nyeri setelah post op tendon acilles

Riawayat Kesehatan Keluarga

Belum ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan klien.

2. PemeriksaanFisik
 Tingkat kesadaran : Composmentis KU : Lemah, nampak sakit,
 Vital Sign : TD : 110/60 N : 96 x/mnt
RR : 20 x/mnt S : 36,3 oC

BB : ---

 Kepala :
Bentuk : Mesochepal,warna rambut hitam lurus,di potong pendek bersih dan tidak teraba
benjolan di kepala.
Keluhan yang berhubungan

 Mata :
Kesimetrisan : simetris antara kanan-kiri

Bentuk bola mata : bulat

Konjungtivaanemis : -/-

Alat Bantu penglihatan : tidak ada

Pupi :isokor

 Mulut,lehher telinga :
Bibir : agak kering

Pipi : tidak ada lesi

Gigi : putih, caries

Gusi : bersih

Tonsil : tidak terjadi pembesaran

Hidung :tidak ada masa dan sumbatan

Telinga :tidak ada nyeri tidak ada serum dan bengkak

Leher :tidak ada pembesaran kelenjar teroid,tidak ada pembesaran


limfonodus,tidak ad peningkatan jvp,tidak ada nyeri tekan.

 Pernafasan :
Respiratori Rate : 24x/menit

Batuk : --

 Dada :
Inspeksi :dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak (-)

Palpasi :tidak ada nyeri tekan

Perkusi :sonor

Auskultasi :vesikuler, S1-S2 Irreguler

 Abdomen :
Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada hematomegali

Auskultasi : peristaltic 10x per menit

Palpasi : batas jelas


Perkusi : Timpani

 Ekstrimitas :
Atas : Tidak terdapat gangguan

Bawah : Akral hangat

Kekuatan Otot : 5 5

1 5

 Kulit :

Warna : coklat, tidak pucat

Integritas : lembab

Turgor :< 2 detik

3. PemeriksaanPenunjang :
Laju endap darah
-Hemoglobin :14,4gl/dl 12.0-16.0
-Hematokrit :44% 35-45
-Jumlah lekosit :8,7 5,0-13,0
-Jumlah eritrosit :H 5,34 4,00-530
-Jumlah trombosit :441 150-450
-Mcv :82,2 75,0-91,0
-Mch :27.0 25,0-33,0
-Mchc :32,0 31,0-37,0
Hitung jenis
-Limfosit :L25,6 30,0-60,0
-Mxd :80
-Netrofil :H66,4 32,0-52,0
Laju endap darah
-Led 1 jam :10mm 0-15
-Led 2 jam :20mm 7-20

4. Terapi
 Ambasin 2x1
 Kalnex 3x1
 Antrain 3x1

5. Pola Kebutuhan Gordon


1. Pola Eliminasi
 BAB lancar
 BAK lancar

2. Pola aktivitas dan latihan


Klien melakukan aktivitas dibantu dengan keluarga
3. Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak ada gangguan pola tidur.

4. Pola perceptual
Klien memiliki penglihatan dan pendengaran yang masih baik,dan pengecapan juga masih
baik.

5. Pola nutrisi/metabolisme
Makan: Nafsu makan normal tidak ada gangguan.

6. Pola persepsi diri


Hal yang saat ini dipikirkan adalah pasien takut kalau tidak bisa ikut ujian

7. Pola seksualitas dan reproduksirkan


Pasien belum menikah

8. Pola peran dan hubungan


 Klien dekat dengan orang tua
9. Pola manajemen koping stres
 Klien senang jika diajak ngobrol dan bercanda untuk mengurangi pikiran,

10. Sistem nilai dan kepercayaan


Klien beragama Islam

6. Analisa data

NO Data Masalah Etiologi


1. DO :TD 110/60 Nyeri akut berdasarkan agen
NADI:96 fisik Nyeri akut
RR:20
SUHU:36,3
Pasien terlihat menahan nyeri.

DS: -pasien mengatakan nyeri


setelah post op dan pasien
mengatakan tidak nyaman.

DO:TD 110/60
NADI:96
2 RR:20
SUHU:36,3 Kerusakan mobilitas fisik Merasa nyeri pada
Pasien terlihat menahan nyeri berhubungan dengan bagian post oprasi
setelah post op. kerusakan musculuseletal

DS: pasien mengatakan tidak


bisa menggerakan kakinya dan
pasien merasa kaku pada kaki
sebelah kanan post op

7. Diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah


1. Nyeri akut berhubungan dengan postr op app

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculuseletal

Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Berikan posisi yang
nyaman
selama 1x 24 jam nyeri akut teratasi di tandai
dengan kreteria hasil:  Berikan tehnik
relaksasi dan
 -melapokan kan pengurangan
nyeri  ajakarkan tekhnik
napas dala
 -ekspresi wajah rileks
 -sekala nyeri berkurang  Pantau nyeri kelien

 kolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik.
2. Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Fisiotrafi secara
fisik berhubungan selama selama waktu yang di tentukan aktif
dengan kerusakn kerusakan mobilitas fisik teratasi denagn  Obat relaksan otot
musculuseletal kreteria hasil: anti spasmodic
 Mempertahan kan intergritas sesuai indikasi.
kulit  Kaji kebutuhan
 Mendemonstrasikan tehnik istirahat.
/prilaku yang memungkin kan
melakukan aktivitas
 Meningkatkan kekuatan tubuh
yang sakit.
Implementasi
NO Dx. Kep Intervensi Evaluasi

1 I  Berikan posisi yang nyaman S : pasien mengatakan nyeri di


daerah post op.
 Berikan tehnik relaksasi dan
O: ku cukup,pasien terlihat lebih
 ajakarkan tekhnik napas dala rileks dan tidak terlihat menahan
nyeri.
 Pantau nyeri kelien
A: masalah teratasi pasien tidak
kolaborasi dalam pemberian obat analg terlihat menahan nyeri
P: lanjutkan intervensi dan ajrkan
pasien teknik napas dalam dan
distrksi.

2. II S: pasien mengatakan sulit untuk


 Opservasi perkembangan pasien
mrngerakan kakinya dan merasa
 Fisiotrapi secara aktif linu bila mengerakan
 Berikan obat relaksan otot anti O :Ku cukup pasien terlihat bisa
spasmodic sesuai indikasi mengerakan kakinya dengan
 Mempertahan kan intregritas kulit pasien perlahan
dan mengajarkan untuk selalu jaga A: masalah sedikit telah teratasi
kebersihan di area luka. P : lanjutkan Intervensi berikan
fisiotrpi secra aktif dan berikan
obat relaksan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Rupture tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon (jaringan penyambung)
yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam
keadaan dorsifleksi pasif maksimal. Tendon Achilles tendon kuat dan tebal di dalam tubuh dan
melayani beberapa fungsi utama dalam tubuh. Ini kira-kira sekitar 15 cm (5,9 inci) panjang dan
mulai dekat bagian tengah betis
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin, (1997).Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC:Jakarta.
Syaifuddin,(2002). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. PenerbitBuku
Kedokteran. EGC, Jakarta.
Arnheim dan Prentice. (1997). Modern Principles of Athletic Training. United State of America:
Times Mirror/Mosby College Publishing.
Brukner dan Khan. (1993). Clinical Sports Medicine. Australia: Mc.Graw-Hill Book Company.

Anda mungkin juga menyukai