Anda di halaman 1dari 51

PRINSIP DASAR PENANGANAN

KEGAWATDARURATAN DAN AIRWAY


BREATHING MANAGEMENT
DI ERA PANDEMI
Ns. SABAR, S.Kep
E-mail: sabar_mas@yahoo.com
phone: 08128294599

INSTALASI GAWAT DARURAT


Disampaikan pada:
• Webinar “Basic Life Support AHA 2020 in Covid 19 ”
Jakarta, 2021
Pendahuluan
• Skrining penerimaan pasien
di RS dilakukan dengan
Triase di IGD.
• Di IGD, pasien diseleksi dan
dilayani bukan berdasarkan
urutan kedatangan tetapi
berdasarkan urutan
prioritas.
• Seleksi pasien covid non
covid
• Seleksi pengunjung dan
pendamping
• True emergency <20%,
sisanya false emergency
WHO ARRIVED IN EMERGENCY ROOM
SURGICAL
MEDICAL
GAWAT : MENGANCAM NYAWA
DARURAT : SEGERA MENDAPAT TINDAKAN
IF YOU LOOK PATIENT
COME TO EMERGENCY ROOM
Apa yang Anda pikirkan?
BAGAIMANA BEKERJA DENGAN BENAR
DI EMERGENCY ROOM
Bolehkah menolak pasien yang datang ke RS?
PENGERTIAN

RAPID ASSESSMENT

Menilai hal-hal yang mengancam nyawa


penderita dan bagaimana menanganinya
dengan cepat dan benar
Pendekatan penanganan
pasien Gawat Darurat
1. Tanggulangi yang mengancam
jiwa (life treathening)
2. Ketidak jelasan diagnosa tidak
menghalangi untuk pemberian
tindakan
3. Anamnase detail tidak diperlukan
untuk memulai menilai pasien
Kematian akibat trauma dapat
ditelusuri pada kurun waktu tertentu
Prinsif penilaian dan
pengelolaaan
 Mempersiapkan perlengkapan untuk
primery survey dan resusitasi
 Perlengkapan untuk proteksi diri

 Penderita harus dibuka pakaian tetapi


mencegah hipotermi
PRINSIP

Kenali terlebih dahulu keadaan yang


mengancam nyawa
Terdiri dari :

1. Primary Survey (Survei Primer)


2. Secondary Survey (Survei Sekunder)

Terapi Definitif
6 PHASES OF
PRIMARY CARE EMERGENCY MANAGEMENT

The successful management of severe emergency is dependent on the


following six steps.

1. Triage
2. Primary survey
3. Secondary survey
4. Stabilization
5. Transfer
6. Definitive care.

The sequence of PCEM :


 Start resuscitation at the same time as making the primary survey
 Do not start the secondary survey until you have completed the
primary
survey
 Do not start definitive treatment until the secondary survey is
complete.
Sebelum Kontak dengan Pasien
1. Alat Pelindung Diri (APD)

2. Identifikasi keadaan umum


Cek Respon
APVU :
Alert, Pain, Verbal,
Unresponsive
19
TRIAGE
Kata Triase (Triage)
berasal dari Bahasa
Prancis:

Trier : memilah
Proses skrining secara
cepat terhadap pasien,
segera setelah tiba di
rumah sakit.
Pengertian dan Tujuan
Pemilahan dan klasifikasi pasien untuk menentukan
prioritas kebutuhan dan penentuan tempat
perawatan yang sesuai

TINGKAT KEGAWATDARURATAN
PASIEN

Indikator: A-B-C-D
(WHO, 2020)
Triage Scale

MTS ESI ATS CTAS

CAPE TRIAGE SCORE


Tujuan Triase
Memprioritaskan pasien
berdasarkan:
1.Tingkat kegawatdaruratan
2.Angka harapan hidup
3.Ketersediaan sumber daya
Prinsip Triase

Time Saving is Life


Saving
Put The Right Patient,
to The Right Place
at The Right Time
for The Right Reason
Triage pada masa pandemi
COVID-19
Pengertian dan Tujuan

Pemilahan dan klasifikasi pasien untuk menentukan prioritas


kebutuhan dan penentuan tempat perawatan yang sesuai

TINGKAT KEGAWATDARURATAN TINGKAT VIRULENSI PASIEN


PASIEN

Indikator: A-B-C-D Indikator: EWS Screening COVID-19

(CDC, 2020, Song, et al., 2020)


EWS Screening COVID-19

• Deteksi dini pasien yang dicurigai COVID-19 masih menjadi masalah


• EWS screening COVID-19 memungkinkan tenaga kesehatan untuk
mendeteksi lebih cepat dan relatif lebih akurat pada pasien yang dicurigai
COVID-19

EWS screening COVID-19 EWS monitoring COVID-19

(Song, et al., 2020)


30
A. Airway (+ Cervical Spine
Control)
B. Breathing (+ Ventilation )
C. Circulation (+ Kontrol
Perdarahan)
D. Disability (Kesadaran,
Lateralisasi)
E. Exposure

31
AIRWAY

32
MANAJEMEN AIRWAY

Tanda infeksi berupa secret tampak keruh


dan berbau. Sekret kental dapat meningkatkan
hipoksemia dan dapat menandakan
dehidrasi

untuk mengidentifikasi terjadinya


hipoksia melalui tanda peningkatan frekuensi,
kedalaman dan usaha napas

Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et
al (2020) dalam muhamad adam.31 @ui.ac.id
MANAJEMEN AIRWAY
untuk menilai kemampuan mengeluarkan sekret dan
mempertahankan jalan napas tetap paten

untuk meningkatkan ekskursi diafragma dan ekspansi


paru

untuk memberikan efek ekspektorasi pada jalan napas

untuk mengeluarkan sekret jika batuk tidak efektif

untuk meningkatkan aktivitas silia mengeluarkan sekret


dan kondisi dehidrasi dapat meningkatkan viskositas sekret

untuk memfasilitasi pengeluaran sekret

Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et
al (2020) dalam muhamad adam.31 @ui.ac.id
BREATHING

35
MANAJEMEN BREATHING
untuk menilai adanya wheezing akibat inflamasi dan penyempitan
jalan napas, dan/atau ronkhi basah akibat adanya penumpukan cairan di
interstisial atau
alveolus paru.

untuk memastikan ketepatan dosis pemberian oksigen

untuk mengidentifikasi
terjadinya iritasi mukosa akibat aliran oksigen

karena SpO2 ↓, PO2 ↓ & PCO2 ↑


dapat terjadi akibat peningkatan sekresi paru dan keletihan respira

untuk melihat adanya peningkatan densitas pada area paru


yang
menunjukkan terjadinya pneumonia

Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et
al (2020) dalam muhamad adam.31 @ui.ac.id
MANAJEMEN BREATHING

Untuk menghilangkan obstruksi


pada jalan napas dan meningkatkan ventilasi
untuk mempertahankan oksigenasi adekuat.
Dimulai 5 L/menit dengan target SpO2 ≥90% pada
pasien tidak hamil & ≥92-95% pada pasien hamil

seperti high flow nasal canulla (HFNC) atau


noninvasive mechanical ventilation (NIV) pada
pasien ARDS atau efusi paru luas

untuk meningkatkan keterlibatan dan


kekooperatifan pasien terhadap terapi oksigen

untuk memperjelas pemberian terapi oksigen


sesuai kondisi dan kebutuhan pasien

Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et
al (2020) dalam muhamad adam.31 @ui.ac.id
ALUR PENENTUAN ALAT
BANTU NAPAS MEKANIK

Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et
al (2020) dalam muhamad adam.31 @ui.ac.id
Sumber: SIKI (2017), Baird (2016), Gulanick & Myers (2014), Kemenkes RI (2020), Susilo et
al (2020) dalam muhamad adam.31 @ui.ac.id
CIRCULATION

40
DISABILITY

41
EXPOSURE

42
EXPOSURE
Buka pakaian pasien tapi cegah hipotermia
Periksa seluruh permukaan tubuh
Periksa DOTS :
D – deformity (deformitas)
O - open wounds (luka terbuka)
T - tenderness (nyeri tekan)
S – swelling (bengkak)

43
EXPOSURE

SENSOR

Jangan ada bagian yang terlewat.


Kalau perlu buka baju penderita
agar bagian yang tertutup jadi mudah
diperiksa
Tambahan
F = Folley catheter
Kateter urine untuk penilaian produksi urine,

G = Gastric tube
NGT untuk dekompresi lambung  minimalkan
aspirasi
H = Heart Monitor
Monitor EKG  untuk mengetahui adanya
gangguan irama jantung

Pertimbangkan : foto thorak AP, pelvis AP, servikal lateral


: pemeriksaan DPL, USG Abdomen
RESUSITASI

Resusitasi yang agresip dan pengelolaan keadaan


yang mengancam nyawa segera setelah dikenal
merupakan hal yang mutlak bila ingin penderita
hidup

1. Oksigen dan ventilator


2. Pengelolaan Syok, IV line, Ringer Laktat
dihangatkan
3. Meneruskan pengelolaan masalah
yang ditemukan dalam primary survey

46
SECONDAR
Y SURVEY

Penderita stabil ?
(Re-evaluasi A-B-C-D-E)
Bila stabil  secondary survey
HEAD TO TOE
RE - EVALUASI
• Penilaian ulang
– Mencatat dan melaporkan setiap
perubahan pada kondisi penderita
dan respon terhadap resusitasi
– Pemberian analgesik yang tepat
– Monitoring tanda – tanda vital dan
produksi urine
TRANSFER KE PELAYANAN
DEFINITIF

• Tentukan indikasi rujukan


• Perawatan lanjutan
• Prosedur rujukan
• Kebutuhan penderita selama
perjalanan
EVALUASI PASCA TINDAKAN
• Gambaran umum yang telah
dilakukan
• Evaluasi komunikasi intra tim.
• Presentasi “ Triase & penilaian awal pada masa pandemic “Arcellia Farosyah Putri,
S.Kep., Ns., MSc
• PERKI (2020). Pedoman BHD dan BHJL pada COVID-19.
http://www.inaheart.org/news_and_events/news/2020/4/13/pedoman_bhd_dan_bhjl_pa
da_
covid_19

• Rothan, H. A., & Byrareddy, S. N. (2020). The epidemiology and pathogenesis of


coronavirus disease (COVID-19) outbreak. Journal of autoimmunity, 109, 102433.

• Susilo A, Rumede CM, Pitoyo CW, et al (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan
Literatur Terkini. Juenal Penyakit Dalam Indonesia, 7, 1.
• van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN,
et al. (2020). Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-
CoV-1. N Engl J Med, published online March 17.
• World Health Organization (2020). Clinical management of severe acute respiratory
infection when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva: World Health
Organization.
• World Health Organization (2020a). Coronavirus disease (COVID-19) advice for the
public [Internet]. https://www.who.int/emergencies/diseases/
novel-coronavirus-2019/advice-for- public.

• Wu, F., Zhao, S., Yu, B. et al. (2020). A new coronavirus associated with human
respiratory disease in China. Nature 579, 265–269.
• Xu Z, Shi L, Wang Y, Zhang J, Huang L, Zhang C, et al. (2020). Pathological findings of
COVID- 19 associated with acute respiratory distress syndrome. Lancet Respir Med;
published online February 18.
• Yang X, Yu Y, Xu J, et al (2020). Clinical course and outcomes of critically ill patients
with SARS- CoV-2 pneumonia in Wuhan, China: a single-centered, retrospective,
observational study. Lancet Respir Med.

Anda mungkin juga menyukai