Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN COVID-19

Sukmana & Yuniarti, 2020 The Pathogenesis Characteristics and Symptom of Covid-19 in
the Context of Establishing a Nursing Diagnosis, JKPBK, Vol 3 (1) 21-28
Covid-19
Sumber :dr. Marwan, M.Kes, Sp.P bagian SMF pulmonologi RSAWS dan Dosen FK Uunmul
Sukmana & Yuniarti, 2020 The Pathogenesis Characteristics and Symptom of Covid-19 in
the Context of Establishing a Nursing Diagnosis, JKPBK, Vol 3 (1) 21-28
Covid-19

Sumber :dr. Marwan, M.Kes, Sp.P bagian SMF pulmonologi RSAWS dan Dosen FK Uunmul
Covid-19

Sumber :dr. Marwan, M.Kes, Sp.P bagian SMF pulmonologi RSAWS dan Dosen FK Uunmul
Covid-19

Sumber :dr. Marwan, M.Kes, Sp.P bagian SMF pulmonologi RSAWS dan Dosen FK Uunmul
Bersihan jalan napas tidak efektif(D.0001)

Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk


mempertahankan jalan napas tetap paten
Etiopatogenesis:
• Spasme jalan napas
• Hipersekresi jalan napas
• Disfungsi neuromuskuler
• Benda asing dalam jalan napas
• Adanya jalan napas buatan
• Sekresi yang tertahan
• Hiperplasia dinding jalan napas
• Proses infeksi
• Respon alergi
• Efek agen farmakologia (mis. anastesi)
Outcome :
• Bersihan Jalan Napas Meningkat (L.01001)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Intervensi D.0001
Latihan Batuk Efektif (I.01006)
• Observasi
– Identifikasi kemampuan batuk
– Monitor adanya retensi sputum
– Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
– Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)
• Terapeutik
– Atur posisi Proning : tengkurap , miring kiri/kanan, semi-Fowler atau Fowler
– Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
– Buang sekret pada tempat sputum
• Edukasi
– Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
– Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
– Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
– Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
• Kolaborasi
– Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesi
Intervensi D.0001
Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
• Observasi
– Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
– Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
– Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
• Terapeutik
– Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
– Posisikan semi-Fowler atau Fowler
– Berikan minum hangat
– Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
– Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
– Lakukan hiperoksigenasi sebelum
– Penghisapan endotrakeal
– Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
– Berikan oksigen, jika perlu
• Edukasi
– Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
– Ajarkan teknik batuk efektif
• Kolaborasi
– Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesi
Intervensi D.0001
Pemantauan Respirasi (I.01014)
• Observasi
– Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
– Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
– Monitor kemampuan batuk efektif
– Monitor adanya produksi sputum
– Monitor adanya sumbatan jalan napas
– Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
– Auskultasi bunyi napas
– Monitor saturasi oksigen
– Monitor nilai AGD
– Monitor hasil x-ray toraks
• Terapeutik
– Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
– Dokumentasikan hasil pemantauan
• Edukasi
– Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
– Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesi
Gangguan Penyapihan Ventilator (D.0002)

Definisi: Ketidakmampuan beradaptasi dengan


pengurangan bantuan ventilator mekanik yang
dapat menghambat dan memperlama proses
penyapihan ditandai dengan data mayor
frekuensi napas meningkat, penggunaan otot
bantu napas, gasping, upaya bantuan napas dan
batuan ventilator tidak sinkron, napas dangkal,
agitasi dan nilai gas darah arteri abnormal.
Evidence Base (D.0002)
• Kasus terpasang invasif mekanikal ventilator di kota
Washington pada Februari 2020 sebanyak 75%(18 kasus) dari
total 24 kasus. Didapatkan sekresi purulen sedang dan tebal
sebesar 14 kasus melalui pengamatan selama 7 hari pertama
sejak terpasang ventilator. Lama penyapihan pada hari ke-10,
terdapat 11 kasus yang diekstubasi(Bhatraju et al., 2020). Tiga
jam setelah intubasi menunjukan perubahan mediator
inflamasi sitokin, trakea eritema, edema dan ulcer(Puyo &
Dahms, 2012). Terjadi peningkatan hipersekresi sekitar
endotrakeal tube. Kerusakan neuromuskuler pada otot
pernafasan memperlama masa penyapihan(Helms et al., 2020)
(Puyo & Dahms, 2012).
Gangguan pertukaran Gas (D.0003)
• Definisi Etiopatogenesis: Kelebihan atau
kekurangan oksigen dan atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler,
ditandai dengan dispnea, PCO2
meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat/menurun, bunyi napas tambahan
atau adanya data minor pusing, penglihatan kabur,
sianosis, diaforesis, gelisah, napas cuping hidung,
pola napas abnormal, warna kulit pucat atau
kebiruan dan kesadaran menurun(PPNI, 2016).
Gangguan pertukaran Gas (D.0003)
• Etiopatogenesis: Kondisi ini disebabkan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi dan perubahan membran alveoli(PPNI,
2016). Pasien Covid-19 dapat menjadi kritis setelah satu
minggu sejak mulai timbulnya gejala(Martinez, 2020).
Badai sitokin terjadi pada Covid-19 berat, perubahan
jaringan paru ditemukan infiltrat paru bilateral, edema
pulmonal, dan hipoksemia(Martinez, 2020). Penurunan
saturasi oksigen mencapai 87% diakibatkan oleh kerusakan
difusi alveolar (Diffuse Alveolar Demage) yang berakhir
dengan ARDS (Sise, Baggett, Shepard, Stevens, & Rhee,
2020)(Fu, Cheng, & Wu, 2020)(Geng et al., 2020).
Pola napas tidak efektif(D.0005)
• Definisi: Keadaan inspirasi dan atau ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi adekuat,
dibuktikan dengan data mayor penggunaan otot
bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang,
pola napas abnormal dan kemungkinan data
minor ortopnea, pernapasan cuping hidung,
ventilasi semenit menurun, kapasitas vital
menurun, tekanan ekspirasi/inspirasi menurun,
ekskursi dada berubah(PPNI, 2016)
Evidence based D.0005
• Dipsnea ditemukan pada 40% pada Covid19
(Martinez, 2020). Pola napas berubah akibat
kerusakan otot napas, nyeri dada(Cuong et al.,
2020)(Sun et al., 2020)
Risiko gangguan sirkulasi spontan D.0010

• Definisi: Kondisi berisiko mengalami ketidakmampuan


untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat untuk
menunjang kehidupan. Faktor risiko kekurangan
volume cairan, hipoksia, trombosis jantung, trombosis
paru. Kondisi klinis terkait perdarahan.(PPNI, 2016).
• Etiopatogenesis: Perdarahan pada paru disebabkan
kerusakan epitel kapiler paru, rupture vaskular,
tromboemboli dan perdarahan paru(McGonagle,
O’Donnell, Sharif, Emery, & Bridgewood, 2020)
Hipertermia D.0130
• Definisi: Kondisi suhu tubuh meningkat diatas
rentang normal tubuh ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal disertai
kemungkinan adanya tanda minor kulit merah,
kejang, takhikardi, takipnea dan kulit terasa
panas(PPNI, 2016).
Anxietas D.0080
• Definisi: Kondisi emosi dan pengalaman subjektifitas
individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman ditandai dengan data mayor merasa
bingung, merasa khawatir akibat kondisi yang
dihadapi, sulit konsentrasi, tampak gelisah, tegang
dan sulit tidur disertai kemungkinan data minor
frekuensi napas dan nadi meningkat, muka pucat,
palpitasi, merasa tak berdaya. (Karisma, 2020)

Anda mungkin juga menyukai