Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Dx medik
PPOK adalah penyakit saluran napas yang bersifat kronik, progresif
irreversible atau reversibel sebagian yang ditandai dengan adanya
obstruksi saluran napas akibat reaksi inflamasi abnormal, hiperaktivasi
saluran napas, destruksi dinding alveolar dan bronchus yang
menyebabkan terjadinya penurunan jumlah oksigen yang masuk,
memanjangnya masa ekspirasi akibat penurunan daya elastisitas paru
(Sulistiowati et al., 2021).

B. Etiologi Dx medik

Faktor resiko PPOK digolongkan menjadi paparan lingkungan dan


faktor host. Paparan dengan rokok merupakan penyebab terbesar dari
PPOK, baik perokok aktif maupun pasif. Paparan lingkungan lain yang
merupakan faktor resiko PPOK adalah debu pekerjaan, polusi dalam
dan luar ruangan yang secara langsung terhirup dan masuk ke saluran
pernafasan. Faktor lain yang berasalh dari diri sendiri adalah defisiensi
antitrypsin alfa, yaitu berupa enzim pelingdung bagi paru saat terkena
trauma (Nies, 2018).

C. Patofisiologi / pathway

PPOK dicirikan dengan adanya hambatan aliran udara kronis


yang tidak sepenuhnya reversibel, serta adanya respon inflamasi yang
tidak normal di paru. Perubahan patologis pada paru pasien PPOK
ditemukan pada saluran udara proksimal dan perifer, parenkim paru dan
pembuluh darah pernapasan. Pada pasien PPOK, respon perlindungan
normal terhadap zat asing yang masuk ke dalam paru mengalami
amplifikasi dan menyebabkan kerusakan jaringan. Secara umum,
perubahan inflamatif dan struktural yang terjadi meningkat seiring
dengan memburuknya kondisi penyakit dan bersifat persisten bahkan
setelah pasien berhenti terpapar zat asing. Beberapa mekanisme yang
terlibat dalam memperburuk respon inflamasi pada pasien PPOK
diantaranya: respon imun bawaan dan respon imun adaptif, sel dan
mediator inflamasi, ketidakseimbangan protease dan antiprotease, serta
stres oksidatif. Seluruh mekanisme tersebut memiliki keterkaitan satu
sama lain.
Sistem imunitas inflamasi bawaan menyediakan perlindungan
primer terhadap zat asing. Garis pertahanan pertama dari sistem ini
terdiri dari mucociliary clearance apparatus dan makrofag yang bertugas
untuk membersihkan benda asing dari saluran pernapasan. Pada pasien
PPOK, kedua hal ini mengalami gangguan serius. Garis pertahanan
kedua ialah eksudasi plasma dan sirkulasi sel ke dalam saluran udara
besar dan kecil, serta alveoli. Proses ini dikendalikan oleh kemokines
pro-inflamasi serta sitokin, yang mana dihasilkan oleh sel-sel inflamasi.
PPOK dicirikan dengan adanya peningkatan jumlah neutrofil, makrofag,
limfosit T (CD8 > CD4), dan selsel dendritik di berbagai bagian dalam
paru. Sel dendritik merupakan major antigen- presenting cells (MHC)
yang menghubungkan respon imun bawaan dan respon imun adaptif
Selain mekanisme di atas, adanya stress oksidatif juga berperan dalam
patogenesis PPOK. Stres oksidatif dapat menyebabkan stimulasi
produksi mukus serta inaktivasi antiprotease, yang menyebabkan
adanya ketidakseimbangan proteaseantiprotease. Stres oksidatif juga
dapat menimbulkan amplifikasi inflamasi dengan mengaktifkan
berbagai jalur interselular. Perubahan-perubahan patologis yang terjadi
menyebabkan abnormalitas fisiologis, diantaranya: hipersekresi mukus,
disfungsi silia, gangguan aliran udara, abnormalitas pertukaran udara,
hipertensi pulmoner, dan efek sistemik.
Dilihat dari sudut pandang fisiologi, volume paru dibedakan
menjadi volume dinamis dan statis. Kedua sub-kelas tersebut dinilai
dengan derajat inspirasi dan ekspirasi yang berbeda. Volume/kapasitas
statis paru dibagi menjadi empat volume standar (tidal/TV,
komplementer/ IRV, suplementer/ERV, dan volume residual/RV) dan
empat kapasitas standar (inspirasi, residual fungsional, vital, dan
kapasitas total paru) sedangkan, volume dinamis paru kebanyakan
berasal dari kapasitas vital. Volume/kapasitas paru digambarkan melalui
jejak spirometer. Pada PPOK, keseluruhan volume/ kapasitas paru
mengalami gangguan akibat perubahan patologis yang terjadi.Oleh
karena itu volume dinamis paru dinilai bersifat esensial dalam diagnosis
dan follow-up PPOK, dan volume udara statis bersifat sama penting
baik untuk evaluasi obstruktivitas maupun penilaian kerusakan restriktif
pernapasan.
Adanya hambatan aliran udara merupakan prinsip kerusakan
fisiologis dari PPOK. Faktor intrinsik yang menyebabkan kondisi ini
diantaranya: inflamasi dinding bronkus termasuk inflamasi/edema
mukosa, perubahan bentuk/fibrosis dinding bronkus, dan peningkatan
sekresi mukosa. Faktor ekstrinsik meliputi: hilangnya elastisitas
jaringan penunjang dan adanya kompresi ekspirasi. Faktor lainnya
seperti disfungsi otot-otot pernapasan dapat memperparah kondisi
hambatan aliran udara pada pasien. hiperinflasi juga dapat terjadi pada
pasien PPOK, menyebabkan peningkatan kapasitas residu fungsional
akibat adanya udara yang terperangkap (Satryasa et al., 2018).
D. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala

Menurut Rosyid et al (2020) Tanda dan gejala PPOK antara lain :


1. Sesak Nafas
2. Batuk dengan produksi sputum
3. Dada terasa berat
4. Wheezing
5. Tampak lelah
6. Penurunan Berat Badan
7. Anoreksia

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Thorax
2. Kultur sputum
3. Laboratorium darah lengkap
4. Elektrokardiografi
5. Pemeriksaan Fall Paru

F. Penatalaksanaan Medis

Terapi non-farmakologi pada pasien ini berupa coughing


eKxcercise. Pasien diintruksikan untuk tarik napas melalui hidung,
kaki dan tangan dideplesikan, mengatur diafragma untuk inspirasi
dan kemudian tahan pernapasan untuk beberapa detik, kontraksikan
otot diafragma untuk menghasilkan batuk 2 kali (batuk pertama
untuk melepaskan dahak, batuk kedua untuk mengeluarkan dahak
dari paru).
Secara umum, pemberian obatan- obatan pada PPOK ialah
bronkodilator, antimuskarinik, anti inflamasi, mukolitik, antitusif,
antibiotik, kombinasi long acting beta agonis dan kortikosteroid
inhalasi.18 Pada pasien ini diberikan salbutamol (golongan
bronkodilator) tablet 2 mg 3x1 dan ambroxol (golongan mukolitik)
30 mg 3x1 (Hulaima et al., 2019).

G. Referensi
- Nies, M. A. (2018). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga
(Edisi pert). ELSEVIER.

- Rosyid, A. N., Marhana, I. A., & Hasan, H. (2020). Kedokteran


Respirasi 2020. Airlangga University Press.

- Sulistiowati, S., Sitorus, R., & Herawati, T. (2021). Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada, 5(1),
30–

- 38. http://repository.ump.ac.id/1077/5/ENDAH RETNO HAPSARI


BAB II.pdf

- Hulaima, I. S., Utami, N., Sibuea, S., Studi, P., Dokter, P.,
Kedokteran, F., Lampung, U., Anatomi, B., Anatomi, P.,
Kedokteran, F., Lampung, U., Ilmu, B., Masyarakat, K.,
Kedokteran, F., & Lampung, U. (2019). Penatalaksanaan
Osteoartritis , Hipertensi dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis
( PPOK ) dengan Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga
Management Osteoarthritis , Hypertension and Chronic
Obstructive Pulmonary Disease ( COPD ) with Family
Physician Principles. Jurnal Agromedicine, 6(2), 455–463.
- Satryasa, A. B. S., Suryantari, S. A. A., Pratama, G. M. C. T.,
Hartawan, I. G. N. R. M., & Muliarta, I. M. (2018). Potensi
Pranayama Dalam Meditasi Raja Yoga Sebagai Modalitas
Pencegahan Serta Terapi Komplementer Pada Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (Ppok). Essential: Essence of Scientific
Medical Journal, 16(1), 21–29. www.pubmed.com

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Fokus (Mengacu pada data Mayor dan Minor diagnose
keperawatan SDKI)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
Data Subjektif : -
Data Objektif :
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
- Mengi, wheezing, atau ronki kering
- Mekonium dijalan nafas (Pada neonatus)
2. Pola Nafas Tidak Efektif b.d depresi pusat pernafasan
Data Subjektif :
- Dispnea
Data Objektif:
- Penggunaan otot bantu pernafasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola nafas abnormal
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Data Subjektif:
- Dispnea
Data Objektif :
- PCO2 meningkat/menurun
- PO2 menurun
- Takikardia
- PH arteri meningkat/menurun
- Bunyi nafas tambahan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
2. Pola Nafas Tidak Efektif b.d depresi pusat pernafasan
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

C. PERENCANAAN
a. Tujuan (smart) (Standar Keluaran)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan mampu
membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten dengan kriteria hasil:
Dapat melakukan batuk efektif .
2. Pola Nafas Tidak Efektif b.d depresi pusat pernafasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pola napas
membaik dengan kriteria hasil:
Frekuensi napas membaik
Kedalaman napas membaik
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
Setelah dilakuakan asuhan keperawatan diharapkan pada membran
alveolus kapiler dalam batas normal dengan kriteria hasil:
Tingkat kesadaran meningkat.

b. Rencana Tindakan (SIKI)


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
Observasi:
- monitor pola nafas
- monitor bunyi nafas tambahan
- monitor spuntum
terapeutik :
- posisikan semi fowler atau fowler
- berikan minum hangat
- lakukan penghidapan lendir kurang dari 15 detik
- berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi :
- anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak terkontraindikasi
- ajarkan teknik batu efektif
kolaborasi :
- kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspotoran, mukolitik, jika perlu.

2. Pola Nafas Tidak Efektif b.d depresi pusat pernafasan


Observasi:
- monitor pola nafas
- monitor bunyi nafas tambahan
- monitor spuntum
terapeutik :
- posisikan semi fowler atau fowler
- berikan minum hangat
- lakukan penghidapan lendir kurang dari 15 detik
- berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi :
- anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak terkontraindikasi
- ajarkan teknik batu efektif
kolaborasi :
- kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspotoran, mukolitik, jika perlu.

3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi


Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
- Monitor pola nafas (Seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheynestokes, biot, ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi spuntum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
D. Daftar Pustaka
- SDKI SIKI
- SLKI

Anda mungkin juga menyukai