Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ranggi Heryagung Sembiring

NPM : 2108320007
PRE-TEST
1. Apa saja yang diketahui tentang PPOK menurut GOLD 2020?
2. Apa saja yang diketahui tentang asma bronkial menurut GINA 2021?
3. Sebutkan dan jelaskan mekanisme pertukaran gas dari luar tubuh ke dalam
tubuh?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertukaran gas tersebut?
5. Apa saja yang diketahui tentang MDR TB?

JAWABAN

1. PPOK

Definisi :
Penyakit Paru Obstuktif Kronik (PPOK) ialah suatu penyakit umum yang dapat
dicegah dan juga diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan yang persisten
dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh kelainan saluran napas yang
disebabkan oleh pajanan yang signifikan terhadap partikel atau gas berbahaya dan
dipengaruhi oleh faktor penjamu. Komorbiditas yang signifikan dapat berdampak
pada morbiditas dan mortalitas. Kemungkinan ada patologi pada paru yang
signifikan seperti emfisema.
Faktor risiko :
Faktor risiko yang paling sering ditemukan di seluruh dunia adalah perokok
tembakau, bukan perokok juga dapat mengembangkan kejadian terjadinya PPOK.
PPOK terjadi karena hasil interaksi kompleks dari paparan kumulatif jangka
panjang terhadap gas dan partikel berbahaya, dikombinasikan dengan berbagai
macam faktor utama termasuk genetika, hiper-responsif saluran napas dan
pertumbuhan paru-paru yang buruk pada masa pertumbuhan. Berikut beberapa
faktor yang dapat mengembangkan kejadian PPOK :
1) ASAP TEMBAKAU : Perokok memiliki prevalensi gejala gangguan
pernapasan dan abnormalitas fungsi paru yang lebih tinggi. Tipe lainnya yang uga
memiliki tingkat faktor risiko yang tinggi ialah vape, cigar, water pipe dan
marijuana.
2) POLUSI DALAM RUANGAN : Akibat pembakaran kayu dan bahan bakar
bimassa yang digunakan untuk memasak dan memanaskan tempat tinggal yang
ventilasinya buruk, merupakan faktor risiko yang utama yang mempengaruhi
perempuan di negara berkembang
3) PAPARAN DI TEMPAT KERJA : Debu organik dan anorganik, bahan
kimia dan asap
4) FAKTOR GENETIK : Seperti defisiensi herediter yang parah pada penderita
alpha-1 antitrypsin (AATD)
5) USIA DAN JENIS KELAMIN : Penuaan dan jenis kelamin wanita memiliki
peningkatan faktor risiko PPOK
6) PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PARU-PARU : Beberapa
faktor pada kehamilan dan masa kanak-kanak yang memiliki efek seperti berat
badan rendah
7) STATUS SOSIAL DAN EKONOMI : Rendahnya sosial ekonomi yang terus
menerus dikaitkan dengan pajanan terhadap polutan udara dalam luar dan dalam
ruangan, kepadatan penduduk, gizi buruk, infeksi yang berhubungan dengan
peningkatan risiko PPOK
8) ASMA DAN HIPER-REAKTIVITAS : Pada penderita asma mungkin
merupakan faktor risiko untuk pengembangan PPOK karena keterbatasan aliran
udara.
9) BRONKITIS KRONIK : Bronkitis kronik dapat meningkatkan frekuensi total
dan eksaserbasi yang parah
10) INFEKSI : Riwayat infeksi saluran pernapasan pada masa kanak-kanak yang
parah dikaitkan dengan penurunan fungsi paru-paru dan peningkatan gejala
pernapasan di masa dewasa.
Diagnosis :
PPOK harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang telah mengalami dispnea,
batuk kronis, produksi sputum, dan riwayat pajanan faktor risiko. Spirometri
diperlukan untuk membuat diagnosis dalam konteks klinis, adanya FEV/FVC
pasca-bronkodilator d<0,70 menunjukkan adanya keterbatasan aliran udara
persisten.Spirometri adalah pengukuran keterbatasan aliran udara yang paling
dapat digunakan dan objektif. Meskipun sensitivitasnya baik, pengukuran aliran
ekspirasi puncak saja tidak dapat diandakan sebagai satu-satunya tes diagnostik
karena spesifisitasnya yang rendah.
ALPHA-1 antitrypsin defisiensi (AATD) Skrining : WHO merekomendasikan
semua pasien ydengan diagnosis PPOK harus diskrining.
Oximetry and Arterial Blood Gas Measurement : Oksimetri dapat digunakan
untuk mengevaluasi saturasi oksogen arteri pasien dengan kebutuhan terapi
oksigen tambahan. Pemeriksaan ini harus dilakukan terutama pada pasien dengan
tanda klinis yang menunjukkan gagal napas atau gagal jantung, jika saturasi
oksigen <92 % maka harus dinilai.
Exercise testing and assesment of physical activity
Penilaian :
Berikut klasifikasi keparahan batasan aliran udara pada penderita PPOK
( berdasarkan post-bronkodilator FEV) pada pasien dengan FEV1/TVC <0,70 :
GOLD 1 Mild FEV, ≥ 80% predicted
GOLD 2 Moderate 50% ≤ FEV, < 80%
predicted
GOLD 3 Severe 30% ≤ FEV, 50%
predicted
GOLD 4 Very severe FEV, < 30% predicted

Farmakologi Terapi :
BRONKODILATOR
Beta₂-agonist : Prinsip aksi dari beta₂-agonist ini ialah untuk merelaksasikan otot
polos dengan stimulasi reseptor beta₂-adrenergic.
ANTIMUSCARINIC DRUGS
Antimuscarinic memblok bronkokonstiktor asetilkolin pada reseptor muskarinik
M3 yang diekspresikan di otot polos saluran napas, Short-acting antimuscarinics
(SMAS) yaitu ipratropium dan oxitropium
Referensi :
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)., 2020.
Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease.

2. Asma bronkial
Definsi: Asma adalah penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan
peradangan saluran napas kronis. Hal ini ditentukan oleh riwayat gejala
pernapasan seperti mengi, sesak napas, sesak dada dan batuk yang
bervariasi dari waktu ke waktu dan intensitas, bersama dengan variabel
keterbatasan aliran udara ekspirasi
Etiologi : Sampai saat ini, etiologi asma belum diketahui dengan pasti.
Namun suatu hal yang sering kali terjadi pada semua penderita asma
adalah fenomena hiperaktivis bronchus. Bronkus penderita asma sangat
peka terhadap rangsang imunologi maupun non imunologi. Karena sifat
tersebut, maka serangan asma mudah terjadi akibat berbagai rangsang baik
fisik, metabolisme, kimia, allergen, infeksi dan sebagainya. Faktor
penyebab yang sering menimbulkan asma perlu diketahui dan sedapat
mungkin dihindarkan. Faktor-faktor tersebut adalah
a. Alergen utama : debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan
b. Iritan dengan asap, bau-bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.
d. Perubahan cuaca yang ekstrem
e. Aktivitas fisik yang berlebih
f. Lingkungan kerja
g. Obat-obatan
h. Emosi
i. Lain – lain : seperti refluks gastro esofagus.

Klasifikasi asma
Treatment
Referensi :
Global Initiative for Asthma (GINA)., 2021. Global Strategy for Asthma
Management and Prevention.

3. jelaskan mekanisme pertukaran gas dari luar tubuh ke dalam tubuh


manusia
Mekanisme pertukaran gas
Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung
secara difusi pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan
parsial. Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak
memerlukan energi ekstra. Tidak terdapat mekanisme transport aktif
dalam pertukaran gas-gas ini. Suatu tekanan yang ditimbulkan secara
independen atau tersendiri oleh masing-masing gas dalam suatu
campuran gas disebut tekanan parsial gas.
Respirasi atau pernapasan adalah usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan
O2 dalam proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai hasil
metabolisme dengan perantara organ paru dan saluran napas bersama
kardiovaskular sehingga dihasilkan darah yang kaya oksigen. Respirasi
mempunyai 3 tahap yaitu: ventilasi, difusi, perfusi.
a. Ventilasi adalah suatu proses berurutan inhalasi dan
menghembuskan napas. Pergerakan udara masuk dan keluar paru-
paru dengan merubah volume paru-paru. Perubahan volume paru-
paru terjadi melalui kontraksi otot-otot skeletal yaitu otot
interkostal dan otot diafragma pada saat inspirasi. Selain hal
tersebut, sifat paru- paru yang elastis (elastic recoil) sehingga dapat
diregangkan dan dapat kembali ke posisi semula pada saat
ekspirasi.
b. Inspirasi adalah proses aktif dan melibatkan satu atau lebih otot
diafragma dan intercostalis eksterna. Saat kontraksi diafragma
akan mendatarkan sehingga meningkatkan volume dada dan
turunnya tekanan intrapleura secara bertahap tekanan ini turun
menjadi sekitar - 4 sampai - 6 mmHg. Selama periode tersebut
tekanan intrapulmonal turun menjadi - 1 mmHg yang diikuti
dengan masuknya udara ke paru-paru.
c. Ekspirasi umumnya adalah proses pasif, namun dapat menjadi aktif
tergantung dari tingkat aktifitas pernafasan. Pada pernapasan
tenang, diafragma mengalami relaksasi, dinding dada dan struktur
abdomen akan menekan paru sehingga saat ekspirasi dimulai,
tekanan intrapleura dan tekanan intrapulmonal meningkat dengan
cepat mendorong udara keluar paru-paru. Saat akhir ekspirasi,
tidak ada lagi pergerakan udara saat tidak ada lagi perbedaan
tekanan intrapulmonal dengan tekanan atmosfer.
d. Udara yang masuk ke alveolus akan berpindah ke kapiler darah
dengan proses difusi. Selanjutnya darah di edarkan ke seluruh
tubuh untuk pertukaran o2 dan co2 ke jaringan melalui proses
difusi.
Referensi :
Laitupa, Afrita Amalia dan Muhammad Amin. Jurnal Respirasi, Ventilasi
dan Perfusi, sera hubungan antara Ventilasi dan Perfusi. Vol. 2, 2016 : 29-
34
Guyton A.C., Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11.
Alih Bahasa: Irawati, Ramadani D, Indriyani. Editor Bahasa Indonesia:
Setiawati. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006; 597-607, 627-
631

4. Faktor-faktor mempengaruhi pertukaran gas


a. Faktor fisiologis
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluaran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transport O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu
hamil, luka.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit
kronis seperti TB paru.
b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur
2) Bayi dan toodler
3) Anak usia sekolah dan pertengahan
4) Dewasa tua

c. Faktor prilaku
1) Nutrisi
2) Latihan fisik
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi kecemasan

d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut
Referensi : Haswita, dan Reni Sulistyowati. (2017) Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: CV. Trans Media

5. MDR TB
Tuberculosis resistensi obat adalah keadaan dimana kuman M.tuberkulosis
sudah kebal terhadap obat anti tuberculosis (OAT) sehingga tidak dapat
lagi dibunuh oleh OAT.
Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) atau TBC MDR adalah
TBC resistan Obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TBC  yang paling
poten yaitu INH dan Rifampisin secara bersama sama atau disertai resisten
terhadap obat anti TBC lini pertama lainnya seperti etambutol,
streptomisin dan pirazinamid.
Alur pengobatan
Pada tahun 2019, WHO mengeluarkan rekomendasi terkait
penggunaan paduan pengobatan TB resistan obat tanpa injeksi,
dimana obat injeksi kanamisin atau kapreomisin digantikan dengan
obat bedaquiline. Penggunaan obat injeksi Km/Cm diketahui
berkaitan dengan hasil pengobatan yang buruk, sehingga kedua
obat injeksi ini tidak lagi dipakai dalam pengobatan TB resistan
obat.
Kriteria Penetapan Pasien untuk Paduan Pengobatan TB RO Jangka
Pendek Pada paduan pengobatan TB RO jangka pendek, kriteria
pasien TB RR/ MDR yang bisa mendapatkan paduan ini adalah:
Pasien TB RR/MDR yang tidak memenuhi kriteria di atas akan
mendapatkan pengobatan TB RO dengan paduan jangka panjang.

Komposisi Paduan Pengobatan TB RO Jangka Pendek


Paduan pengobatan TB RO jangka pendek tanpa injeksi
terdiri dari 7 jenis obat pada tahap awal dan 4 jenis obat pada
tahap lanjutan, dengan komposisi sebagai berikut :
Panduan ringkas alur pengobatan TB RO jangka pendek.

Referensi:

Kemenkes RI. (2019). TB MDR MANAJEMEN TERPADU


PENGENDALIAN TB RESISTAN OBAT (MTPTRO). Retrieved April
20, 2019, from https://www.tbindonesia.or.id/page/view/22/tb-mdr

Anda mungkin juga menyukai