Disusun oleh :
MATRIKULASI TINGKAT II
TAHUN 2020
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap
kali bernapas.
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali
bernafas. Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan oksigen.
2. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
1) Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
2) Faktor presipitasi
a. Alergen
contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
Ø Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
Ø Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Ø Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
3. FISOLOGI OKSIGEN
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih
besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif
yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
2) Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari
alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
3) Transportasi
b. kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN
1) Faktor fisiologis
2) Faktor perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter
dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga
terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas. Tahap perkembangan klien
dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi jaringan:
a. Bayi Prematur.
e. Lansia.
3) Faktor lingkungan
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.
4) Gaya hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi
penyakitparu.
5) Status kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
6) Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-
obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya
dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe
(sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
1) Hypoxia
a. gangguan pernafasan
2) Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab
jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa
CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan
rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala :
a. pusing
b. nyeri kepala
c. henti jantung
d. koma
e. ketidakseimbangan elektrolit
3) Hypoventilasi
a. napas pendek
b. nyeri dada
4) Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam,
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif, dan overdosis
obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.
Fisiologis :
a. gagal jantung
b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5) Kussmaul’s ( hyperventilasi )
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6) Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7) Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan
sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha.
Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
6. Patofisiologi
1. Pengkajian
Ruang : IGD
1. Biodata Pasien
- Data Pasien
Nama : An.k
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Suku : jawa
Alamat : karanganyar,rt 02 rw 03
Nama : Ny. M
Umur : 40 Tahun
Hubungan dg Klien : ibu pasien
Pekerjaan : wirausaha
Alamat :karanganyar rt 02 rw 03
b. Keluhan utama
“pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah,nyeri seperti ditusuk tusuk”.
Paien sering angkat beban yang berat, sering nyuci dalam keadaan membungkuk.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
b. Kesadaran : komposmentis
2. TTV
1) Sistem Pernapasan
a. Hidung
a. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering , tidak ada sianosis.
Sinus paranasalis
b. Leher
Limfe
c. Faring
Area dada
Auskultasi : vesikuler.
- Wajah
- Leher
- Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris
Reflek biceps ++/++, Reflek triceps ++/++, Reflek KPR ++/++,Reflek APR ++/+
+
Laki-laki
- Genetalia eksterna
- Kandung kemih
- Ginjal :
- Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat, gigi tidak ada plak dan karies. Tidak ada
pembesaran kelenjar karotis. Tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
- Lidah
- Abdomen
Palpasi : abdomen teraba keras pada kuadran III, terdapat nyeri tekan pada
kuadran kanan bawah
Anamnesa
Kekuatan otot
- Kepala
Inspeksi : Tidak terlihat moon face, tidak alophesia (botak), rambut rontok
- Leher
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas bawah
Palpasi : Akral hangat kering merah, tidak ada edema, tidak ada nyeri
tekan, atrofi tungkai kiri
7) Sistem reproduksi
Perempuan
- Payudara
- Axila
- Genetalia
8) Persepsi sensori
- Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warana iris hitam, lensa normal
jernih, sklera putih
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat palpasi fosa kanina
Perkusi : tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus frontalis dan fosa
kanina
9) pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan lab
b. rontgen
jenis pemeriksaan : thoraks AP/PA dewasa ( film besar ) dan abdeomen dewasa
( film dewasa )
Thorax :
- COR : besar dan bentuk baik
- Pulmo : hilus baik tidak tampak infiltrat sinus, diagfrakma baik
- Kesan : COR dan pulmo dalam batas normal
Abdomen (BNO)
- Prepreitonial flat line tampak udara, usus baik, tidak tampak bayangan
opak dikedua paravertebra-tulang lunak
- Kesan : tidak tampak batu opak sepanjang trantus urinarius.
10) pengobatan
Kasus
Pasien An.K (20th). Ps. Mengatakan nyeri dibagian perut bawah sebelah
kanan. Ps. Mengatakan sakit perut karena kurang nafsu makan, sakitnya sepetri
ditusuk-tusuk. Ps. Sakit perut disebelah kanan bawah. Nyeri ps bertambah,
sehingga pada tgl 24 juni 2020 pada jam 12.30 WIB ps di bawa ke RSUD
karanganyar oleh ibunya. Ibu ps. Mengatakan keluarga tidak pernah menderita
penyakit menular dan menurun dalam keluarga. Ps. Tampak lemah, td: 130/90
mmHg, n:82x/menit ,s: 36,5℃, rr: 21x/menit.
Data fokus
Nama pasien : An. k umur : 20th
Ruang : IGD nomor RM : 0082316
dx.medis : appendisitis
Ds Do
- Ps. Mengatakan nyeri dibagian - Ps. Tampak lemah
perut bawah sebelah kanan. - Ttv: td : 130/90 mmHg
P: nyeri S: 36,5℃
Q: seperti di tusuk tusuk N : 82x/ menit
R:perut bagian kanan bawah Rr : 21x/menit
S:8
T: terus menerus
Analisa data
Nama pasien : An. k umur : 20th
Ruang : IGD nomor RM : 0082316
dx.medis : appendisitis
P: nyeri
Q: seperti di tusuk Respond lokal saat
tusuk terjadi inflamsi
R:perut bagian kanan
bawah
S:8 Pengeluaran HSBP
T: terus menerus
Nafsu makan
menurun
Diagnosa keperawatan dan prioritasnya
Nama pasien : An. k umur : 20th
Ruang : IGD nomor RM : 0082316
dx.medis : appendisitis
Perencanaan keperawatan
Nama pasien : An. k umur : 20th
Ruang : IGD nomor RM : 0082316
dx.medis : appendisitis
Dx keperawatan Intervensi
Nyeri
-Tujuan: - Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik,
Setelah dilakukan beratnya (skala 0-10)
tindakan keperawatan - Observasi tanda vital
diharapkan nyeri - Mempertahankan istirahat dengan posisi semi
berkurang atau hilang. fowler
- Dorong ambulasi dini
-criteria hasil : - Berikan aktivitas hiburan
- - Pasien melaporkan - Kolaborasi
nyeri hilang/terkontrol.
. Berikan analgetik
- -Tampak rileks,
mampu istirahat/tidur
dengan tepat.
- -Skala nyeri 0-3
Dx keperawatan 2 Intervensi
Nafsu makan menurun
-Tujuan : - Kaji pengetahuan klien tentang pentingnya
Setelah di lakukannya nutrisi bagi tubuh
tindakan keperawatan - Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi
kebutuhan nutrisi klien yang adekuat bagi tubuh terutama pada lansia
terpenuhi secara - Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
adekuat - Anjurkan klien membiasakan makan makan
pagi
-Kriteria hasil : - Ajarkan jenis jenis makanan yang harus di
-nafsu makan klien konsumsi oleh usia dan pentingnya tinggi
meningkat serat bagi tubuh
- porsi yang disediakan - Dampingi klien saat makan
habis
- Pantau berat badan klien setiap 2 hari sekali
- klien makan 3 kali
dengan kalori yang
cukup
- dalam waktu 1-2 bulan
ada peningkatan BB
No Implementasi Evaluasi
dx.
1 - mengkaji nyeri, catat lokasi, S: - Ps. Mengatakan nyeri dibagian
perut bawah sebelah kanan.
karakteristik, beratnya
- Ps mengatakan nyeri
(skala 0-10) semakin bertambah
- mengobservasi tanda vital P: nyeri
- Mempertahankan istirahat Q: seperti di tusuk tusuk
R:perut bagian kanan
dengan posisi semi fowler bawah
- mendorong ambulasi dini S:8
T: terus menerus
- memberikan aktivitas
hiburan O : - Ps. Tampak lemah
Ttv: td : 130/90 mmHg
- Kolaborasi dengan dokter S: 36,5℃
N : 82x/ menit
. memberikan analgetik
Rr : 21x/menit
P : lanjutkan intervensi
- Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, beratnya
(skala 0-10)
- Observasi tanda vital
- Mempertahankan istirahat
dengan posisi semi fowler
- Dorong ambulasi dini
- Berikan aktivitas hiburan
- Kolaborasi dengan dokter
. Berikan analgetik
A. Kesimpulan
Apendistis merupakan imflamasi apendiks verniformis, karena struktur
yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi . penyebabdari apendisitis adalah adanya
obstruksi pada lumen apendikal oleh apendikolit, hiperplasian folikel
limfoid submukosa,fekalit,atau parasit. Gejala apendisitis adalah nyeri
viseral didaerah epigastrium di sekitar umbilikus dengan keluhan mual
muntah. Dalam beberapa jam nyeri akan bepindah ke kanan bawah. Nyeri
kemudain dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga disebut
nyeri somatik. Komplikasi apendisitis adalah perforis, peritonitis, abses
apendiks.
B. Saran
Dengan dibuatnya laporan ini, kami berharap laporan inidapat bermanfaat
bagi mahasiswa dan dapat menambah pengetahuan tentang apendisitis.
Semoga kita juga dapat mencegah terjadinnya apendisitis dengan cara diet
tinggi serat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/7622698/Askep_APP.
Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, EGC; Jakarta.
Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica,
Jakarta.
Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, EGC; Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2,
EGC; Jakarta.