Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN

KEBUTUHAN DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Dosen pengampu: Sukardi Sugeng R,S.Kp.,M,PH

Disusun oleh :

Nama : RAY PAMUNGKAS WICAKSONO

Nim : 1806 1491 4401 061

PROGRAM PRODI D3 KEPERAWATAAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 17 KARANGANYAR

MATRIKULASI TINGKAT II

TAHUN 2020
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia


atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktifitas sel.

(Wahit Iqbal Mubarak, 2007)

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap
kali bernapas.

 (Wartonah Tarwanto, 2006)

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali
bernafas. Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan oksigen.

Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan


oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen
yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi
stress pada miokardium. Beberapa metode pemberian oksigen:

1)      Low flow oxygen system


Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada
umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi
menurut pola pernafasan pasien.

2)      High flow oxygen system

Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan


dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan
pasien.

2. ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.

1)      Faktor predisposisi

a.       Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.

2)      Faktor presipitasi

a.       Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Ø  Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

Ø  Ingestan, yang masuk melalui mulut


contoh: makanan dan obat-obatan

Ø  Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

contoh: perhiasan, logam dan jam tangan

Ø  Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.

Ø  Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

Ø  Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti.

Ø  Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
3. FISOLOGI OKSIGEN

Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:

1)      Menghirup udara (inpirasi)

Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih
besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil.

2)      Menghembuskan udara (ekspirasi)

Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif
yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.

1)      Ventilasi

Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:

a.       Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka


tekanan udaranya semakin rendah.

b.      Adanya kondisi jalan nafas yang baik.


c.       Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.

2)      Difusi

Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:

a.       Luasnya permukaan paru-paru.

b.      Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan


interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.

c.       Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari
alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.

d.      Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.

3)      Transportasi

Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh


dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:

a.       curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.

b.      kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN

1)      Faktor fisiologis

Faktor fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi meliputi :

a.       Penurunan kapasitas membawa oksigen

b.      Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi

2)      Faktor perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter
dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga
terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas. Tahap perkembangan klien
dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi jaringan:

a.       Bayi Prematur.

b.      Bayi dan Todler.

c.       Anak usia sekolah dan remaja.

d.      Dewasa muda dan dewasa pertengahan.

e.       Lansia.
3)      Faktor lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi


daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.

4)      Gaya hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi
penyakitparu.

5)      Status kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

6)      Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-
obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

7)      Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi


pernapasan yaitu:

a.       Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru

b.      Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru

c.       Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.

8)      Perubahan pola nafas

Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya
dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe
(sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.

9)      Obstruksi jalan nafas


Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi:
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing
seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu
tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan napas di
bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke
bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan
intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat.
Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama
inhalasi (inspirasi).

5. MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI


RESPIRASI

1)      Hypoxia

Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang


diinspirasi ke jaringan.

Penyebab terjadinya hipoksia :

a.       gangguan pernafasan

b.      gangguan peredaran darah

c.       gangguan sistem metabolism

d.      gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).

2)      Hyperventilasi

Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab
jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa
CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan
rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala :
a.       pusing

b.      nyeri kepala

c.       henti jantung

d.      koma

e.       ketidakseimbangan elektrolit

3)      Hypoventilasi

Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh),


sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi
sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari
beberapa obat.

Tanda dan gejala:

a.       napas pendek

b.      nyeri dada

c.       sakit kepala ringan

d.      pusing dan penglihatan kabur

4)      Cheyne Stokes

Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam,
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif, dan overdosis
obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.

Fisiologis :

a.       orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki

b.      pada anak-anak yang sedang tidur

c.       pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi


Pathologis :

a.       gagal jantung

b.      pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)

5)      Kussmaul’s ( hyperventilasi )
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.

6)      Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat

7)      Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan
sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha.
Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

6. Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.


Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
7. Tanda dan Gejala

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan


oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya
pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2011).

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,


hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman
nafas (NANDA, 2011).
Proses keperawatan

1. Pengkajian

Tanggal masuk : 24 juli 2020

Tanggal pengkajian :24 juli 2020

Ruang : IGD

Pengkaji : ray pamungkas wicaksono

1. Biodata Pasien

- Data Pasien

Nama                           : An.k

Umur                           : 20 Tahun

Agama                         : Islam

Jenis Kelamin              : laki laki

Suku                            : jawa

Alamat                        : karanganyar,rt 02 rw 03

Tanggal Masuk            : 24 juni 2020

No. RM                       : 00044586

Diagnosa Medis          : appendisitis

- Data Penanggung Jawab

Nama                           : Ny. M

Umur                           : 40 Tahun
Hubungan dg Klien    : ibu pasien

Pekerjaan                     : wirausaha

Alamat                          :karanganyar rt 02 rw 03

2. Anamnese riwayat kesehatan


a. Alasan masuk rumah sakit
“ps mengatakan nyeri perut sebelah kanan bawah, ps mengtakan sakit perut
karena kurang nafsu makan, sakitnya seperti ditusuk tusuk dan nyeri semakin
bertambah”.

b. Keluhan utama
“pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah,nyeri seperti ditusuk tusuk”.

c. Riwayat kesehatan masa lalu


“ Pasien mengatakan sebelumnya Klien tidak pernah sakit seperti ini. Klien juga
baru kali ini mengalaminya”.

d. Riwayat penyakit sekarang


“ps mengatakan nyeri perut sebelah kanan bawah, ps mengtakan sakit perut
karena kurang nafsu makan, sakitnya seperti ditusuk tusuk dan nyeri semakin
bertambah”.

e. Riwayat penyakit keluarga


“pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami DM, Hipertensi,
dan penyakit menurun serta penyakit menular lainnya”.

f. Riwayat pengobatan / alergi


- Makanan
“pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan”
- Obat- obatan
“pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi pada obat-obatan”
- Lain lain
“pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi lainnya”

g. Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :

Paien sering angkat beban yang berat, sering nyuci dalam keadaan membungkuk.

c.       Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan umum   :

a.    Penampilan      : Pasien tampak lemah

b.    Kesadaran       : komposmentis

2.      TTV

a.       Tekanan darah             : 130/90 mmHg

b.      Nadi                             : 82x /menit

c.       Nafas                            : 24x /menit

d.      Suhu                             : 36,5℃

3.      Pemeriksaan Fisik Persistem

1)  Sistem Pernapasan

     a. Hidung

Inspeksi      : Tidak ada pernafasan cuping hidung

Palpasi        : tidak ada nyeri tekan

a. Mulut
     Inspeksi  : mukosa bibir kering , tidak ada sianosis.

Sinus paranasalis

Inspeksi      : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi

Palpasi        : tidak ada nyeri tekan

b. Leher

Inspeksi      : simetris kanan kiri, JVP tidak meningkat

Palpasi        : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar

Limfe

c. Faring

Inspeksi      : tidak ada odem

Area dada

Inspeksi      : pola nafas efektif

Palpasi        : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi  : vesikuler.

2)  Kardiovaskuler dan limfe

- Wajah                                

Inspeksi      : pucat, konjungtiva merah muda

- Leher 

Inspeksi      : tidak ada bendungan vena jugularis

Palpasi        : irama denyutan arteri carotis communis normal

- Dada
Inspeksi      : dada terlihat simetris

Palpasi        : letak ictus kordis ( ICS 5, 1 cm medial dari garis midklavikula


sinistra)

Perkusi       : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.

Auskultasi  : bunyi jantung S1-S2 Tunggal4.      Reflek fisiologis :

Reflek biceps ++/++, Reflek triceps ++/++, Reflek KPR ++/++,Reflek APR ++/+
+

3)  Perkemihan dan eliminasi uri

Laki-laki

- Genetalia eksterna

Inspeksi      : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi.

Palpasi        : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan

- Kandung kemih

Inspeksi      : tidak ada benjolan, dan pembesaran

Palpasi        : kandung kemih penuh

- Ginjal :

Inspeksi      : tidak ada pembesaran daerah pinggang

Palpasi        : tidak ada nyeri tekan.

Perkusi       : tidak ada nyeri ketok.

4) Sistem pencernaan – eliminasi alvi

- Mulut

Inspeksi      : mukosa bibir pucat, gigi tidak ada plak dan karies. Tidak ada
pembesaran kelenjar karotis. Tidak ada lesi.
Palpasi        : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,

- Lidah

Inspeksi      : bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.

Palpasi        : tidak ada nyeri tekan dan odem.

- Abdomen

Inspeksi      : ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas operasi.

Palpasi        : abdomen teraba keras pada kuadran III, terdapat nyeri tekan pada
kuadran kanan bawah

     Perkusi       : tidak ada acietes.

     Auskultasi : bising usus normal.

5)  Sistem muskuloskeletel dan integumen.

     Anamnesa

Kulit      : kering, tidak mengelupas dan bersisik,

Kekuatan otot   

                                                                                                        

6)    Sistem endokrin dan eksokrin

- Kepala

Inspeksi      : Tidak terlihat moon face, tidak alophesia (botak), rambut rontok

- Leher

Inspeksi      : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid

Palpasi        : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas bawah
Palpasi        : Akral hangat  kering merah, tidak ada edema, tidak ada nyeri
tekan,  atrofi  tungkai kiri

7)      Sistem reproduksi

Perempuan

- Payudara

Inspeksi      : payudara simetris

Palpasi        : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

- Axila

Inspeksi      : Tidak ada benjolan, tidak ada massa

Palpasi        : Tidak ada benjolan, tidak ada massa

- Genetalia

Inspeksi      : tidak ada edema, tidak ada varises

Palpasi        : tidak ada nyeri tekan

8)      Persepsi sensori

- Mata

Inspeksi      : bentuk simetris, kornea normal, warana iris hitam, lensa normal
jernih,  sklera putih

Palpasi        : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata

Penciuman-(hidung)

Palpasi        : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat palpasi fosa kanina

  Perkusi       : tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus frontalis dan fosa
kanina
9) pemeriksaan penunjang

a. pemeriksaan lab

Jenis Hasil Normal Interpretasi


HGB 13, 7 g/ dL 12.0-18.0 Normal
WBC 7,10 X10 3/ 4.00-10.00 Normal
UI
HCT 42,2 % 37.0-54.0 Normal
PLT 198X10 3 UI 150-400 Normal
KEP 68
Ureum 20,5 15-45 mg/dL Normal
Kreatinin 0,55 0,6-1.1 mg/dL Normal
SGOT 51 37⸰ 30⸰ 25⸰ Normal
<37 <25
<18
SGPT 37 37⸰ 30⸰ 25⸰ Normal
<40 <29
<22

b. rontgen

jenis pemeriksaan : thoraks AP/PA dewasa ( film besar ) dan abdeomen dewasa
( film dewasa )

 Thorax :
- COR : besar dan bentuk baik
- Pulmo : hilus baik tidak tampak infiltrat sinus, diagfrakma baik
- Kesan : COR dan pulmo dalam batas normal
 Abdomen (BNO)
- Prepreitonial flat line tampak udara, usus baik, tidak tampak bayangan
opak dikedua paravertebra-tulang lunak
- Kesan : tidak tampak batu opak sepanjang trantus urinarius.
10) pengobatan

Jenis Dosis Frekuensi Cara pemberian


RL 500 ml/8 jam 20 tetes/ menit IV
Cefotaxime 1 gr + 5 cc 2x1 gr IV
aquabides
Metronidazole 500 ml 2x1 IV
Ranitidine 2cc/ 50 mg 3x1 IV
Keterolac 30 mg 3x1 Perdrip

Kasus

Pasien An.K (20th). Ps. Mengatakan nyeri dibagian perut bawah sebelah
kanan. Ps. Mengatakan sakit perut karena kurang nafsu makan, sakitnya sepetri
ditusuk-tusuk. Ps. Sakit perut disebelah kanan bawah. Nyeri ps bertambah,
sehingga pada tgl 24 juni 2020 pada jam 12.30 WIB ps di bawa ke RSUD
karanganyar oleh ibunya. Ibu ps. Mengatakan keluarga tidak pernah menderita
penyakit menular dan menurun dalam keluarga. Ps. Tampak lemah, td: 130/90
mmHg, n:82x/menit ,s: 36,5℃, rr: 21x/menit.

Data fokus
Nama pasien : An. k umur : 20th
Ruang : IGD nomor RM : 0082316
dx.medis : appendisitis

Ds Do
- Ps. Mengatakan nyeri dibagian - Ps. Tampak lemah
perut bawah sebelah kanan. - Ttv: td : 130/90 mmHg
P: nyeri S: 36,5℃
Q: seperti di tusuk tusuk N : 82x/ menit
R:perut bagian kanan bawah Rr : 21x/menit
S:8
T: terus menerus

- Ps. Mengatakan sakit perut


karea kurang nafsu makan
- Ps. Mengatakna nyeri
bertambah.
- Ibu ps. Mengatakan tidak ada
riwayat penyakit menular dan
menurun dalam keluarga.

Analisa data
Nama pasien : An. k umur : 20th
Ruang : IGD nomor RM : 0082316
dx.medis : appendisitis

No Data Etiologi Problem


1 Ds : - Ps. Mengatakan nyeri Apendisitis nekrosis Nyeri abdomen
dibagian perut bawah sebelah Apendisitis supuratif
kanan.
- Ps mengatakan nyeri
semakin bertambah Apendisitis kronis

P: nyeri
Q: seperti di tusuk Respond lokal saat
tusuk terjadi inflamsi
R:perut bagian kanan
bawah
S:8 Pengeluaran HSBP
T: terus menerus

Do : - Ps. Tampak lemah


Ttv: td : 130/90
mmHg Nyeri abdomen
S: 36,5℃
N : 82x/ menit
Rr : 21x/menit

2 Ds : - ps mengatakan sakit Menekan dinding Nafsu makan


perut karena tidak nafsu appendisitis menurun
makan

Do : - Ps. Tampak lemah Merangsang tunika


Ttv: td : 130/90 seriosa dan
mmHg peritonium viseral
S: 36,5℃
N : 82x/ menit
Rr : 21x/menit Persyarafan
appendiks
Sama dengan usus

Nafsu makan
menurun
Diagnosa keperawatan dan prioritasnya
Nama pasien : An. k umur : 20th
Ruang : IGD nomor RM : 0082316
dx.medis : appendisitis

No Dx. Keperawatan Prioritas

1 Nyeri abdomen b.d peradangan pada Nyeri abdomen


apendiks

2 Nafsu makan menurun b.d Nafsu makan menurun


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan

Perencanaan keperawatan
Nama pasien : An. k umur : 20th
Ruang : IGD nomor RM : 0082316
dx.medis : appendisitis
Dx keperawatan Intervensi
Nyeri
-Tujuan: - Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik,
Setelah dilakukan beratnya (skala 0-10)
tindakan keperawatan - Observasi tanda vital
diharapkan nyeri - Mempertahankan istirahat dengan posisi semi
berkurang atau hilang. fowler
- Dorong ambulasi dini
-criteria hasil : - Berikan aktivitas hiburan
-      - Pasien melaporkan - Kolaborasi
nyeri hilang/terkontrol.
. Berikan analgetik
-      -Tampak rileks,
mampu istirahat/tidur
dengan tepat.
-      -Skala nyeri 0-3

Dx keperawatan 2 Intervensi
Nafsu makan menurun
-Tujuan : - Kaji pengetahuan klien tentang pentingnya
Setelah di lakukannya nutrisi bagi tubuh
tindakan keperawatan - Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi
kebutuhan nutrisi klien yang adekuat bagi tubuh terutama pada lansia
terpenuhi secara - Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
adekuat - Anjurkan klien membiasakan makan makan
pagi
-Kriteria hasil : - Ajarkan jenis jenis makanan yang harus di
-nafsu makan klien konsumsi oleh usia dan pentingnya tinggi
meningkat serat bagi tubuh
- porsi yang disediakan - Dampingi klien saat makan
habis
- Pantau berat badan klien setiap 2 hari sekali
- klien makan 3 kali
dengan kalori yang
cukup
- dalam waktu 1-2 bulan
ada peningkatan BB

Implementasi dan evaluasi


Nama pasien : An. k umur : 20th
Ruang : IGD nomor RM : 0082316
dx.medis : appendisitis

No Implementasi Evaluasi
dx.
1 - mengkaji nyeri, catat lokasi, S: - Ps. Mengatakan nyeri dibagian
perut bawah sebelah kanan.
karakteristik, beratnya
- Ps mengatakan nyeri
(skala 0-10) semakin bertambah
- mengobservasi tanda vital P: nyeri
- Mempertahankan istirahat Q: seperti di tusuk tusuk
R:perut bagian kanan
dengan posisi semi fowler bawah
- mendorong ambulasi dini S:8
T: terus menerus
- memberikan aktivitas
hiburan O : - Ps. Tampak lemah
Ttv: td : 130/90 mmHg
- Kolaborasi dengan dokter S: 36,5℃
N : 82x/ menit
. memberikan analgetik
Rr : 21x/menit

A : masalah nyeri abdomen b.d


peradangan apendisik belum
teratasi

P : lanjutkan intervensi
- Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, beratnya
(skala 0-10)
- Observasi tanda vital
- Mempertahankan istirahat
dengan posisi semi fowler
- Dorong ambulasi dini
- Berikan aktivitas hiburan
- Kolaborasi dengan dokter
. Berikan analgetik

2 - mengkaji pengetahuan klien S : - ps mengatakan sakit perut


karena tidak nafsu makan
tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh O : - Ps. Tampak lemah
Ttv: td : 130/90 mmHg
- memberikan penjelasan S: 36,5℃
tentang pentingnya nutrisi N : 82x/ menit
Rr : 21x/menit
yang adekuat bagi tubuh
terutama pada lansia P : masalah nafsu makan menurun
b.d ketidakseimbangan nutrisi
- menganjurkan klien makan kurang dari kebutuhan belum
sedikit tapi sering teratasi
- mengajurkankan klien A : lanjutkan intervensi
membiasakan makan makan - Kaji pengetahuan klien
pagi tentang pentingnya nutrisi
- mengajarkan jenis jenis bagi tubuh

makanan yang harus di - Beri penjelasan tentang


konsumsi oleh usia dan pentingnya nutrisi yang
pentingnya tinggi serat bagi adekuat bagi tubuh
tubuh terutama pada lansia
- mendampingi klien saat - Anjurkan klien makan
makan sedikit tapi sering
- memantau berat badan klien - Anjurkan klien
setiap 2 hari sekali membiasakan makan
makan pagi
- Ajarkan jenis jenis
makanan yang harus di
konsumsi oleh usia dan
pentingnya tinggi serat
bagi tubuh
- Dampingi klien saat makan
- Pantau berat badan klien
setiap 2 hari sekali

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Apendistis merupakan imflamasi apendiks verniformis, karena struktur
yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi . penyebabdari apendisitis adalah adanya
obstruksi pada lumen apendikal oleh apendikolit, hiperplasian folikel
limfoid submukosa,fekalit,atau parasit. Gejala apendisitis adalah nyeri
viseral didaerah epigastrium di sekitar umbilikus dengan keluhan mual
muntah. Dalam beberapa jam nyeri akan bepindah ke kanan bawah. Nyeri
kemudain dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga disebut
nyeri somatik. Komplikasi apendisitis adalah perforis, peritonitis, abses
apendiks.

B. Saran
Dengan dibuatnya laporan ini, kami berharap laporan inidapat bermanfaat
bagi mahasiswa dan dapat menambah pengetahuan tentang apendisitis.
Semoga kita juga dapat mencegah terjadinnya apendisitis dengan cara diet
tinggi serat.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7622698/Askep_APP.
Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien,           EGC; Jakarta.
Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica,
Jakarta.
Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, EGC; Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2,
EGC; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai