KEBUTUHAN OKSIGENASI
Oleh :
Astuti, S. Kep
NIM. P2002074
2. Tujuan Khusus
Memaparkan hasil pengkajian klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.
Memaparkan hasil analisa data klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi
Memaparkan prioritas masalah yang muncul pada dengan gangguan
pemenuhan oksigenasi
LAPORAN PENDAHULUAN
OKSIGENASI
A. DEFINISI
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh,
secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap
kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006)
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia
atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas sel. (Wahit Iqbal Mubarak, 2007).
Pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi,
maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru
yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada
yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu
bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang
dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut
usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.
Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2
yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah
ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga
kedalaman pernapasan yang meningkat.
3. Gaya Hidup
Aktivtas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam
tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat
menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-
penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi
membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu
bila memberikan obat obat narkotik analgetik, perawat harus memantau
laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di
dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan
dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh darah yang dapat
disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-
bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah
hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan
menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi
didalam darah. Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit,
dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan
kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat
penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi
hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen.
Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini
sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit
disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung
karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat.
Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi
duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di
sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan
napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea,
dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah
yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila
sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian
atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru.
Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi
keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat.
Obstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok
selama inhalasi (inspirasi).
C. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen menurut Tarwoto
dan Wartonah (2006) antara lain:
1. Faktor Fisiologi
Menurunnya kapasitas peningakatan oksigen (misal: anemia).
Menurunnya konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi.
Hipovolemia mengakibatkan transpor oksigen terganggu akibat tekanan
darah menurun.
Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dll.
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada (kehamilan,
obesitas).
2. Faktor Perkembangan
Bayi prematur: kurangnya pembentukan surfaktan.
Bayi dan toddler: akibat adanya infeksi saluran nafas.
Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran pernafasan dan
merokok.
Dewasa muda dan pertengahan: akibat diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stres.
Dewasa tua: adanya penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteoriklerosis dan ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
Nutrisi: penurunan ekspansi paru pada obesitas.
Exerase: meningkatkan kebutuhan oksigen.
Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.
Substanse abuse dan nikotin: menyebabkan intake nutrisi atau Fe menurun
mengakibatkan penurunan Hb, alkohol menyebabkan depresi pernafasan.
4. Faktor Lingkungan
Tempat kerja (polusi).
Suhu lingkungan.
Ketinggian tempat dari permukaan laut.
D. Patofisologi
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian yaitu menghirup udara (inpirasi),
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih
besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil. Menghembuskan udara (ekspirasi)
tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif
yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar. Proses pemenuhan
oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan
transportasi.
1. Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa
factor, yaitu :
a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer, semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang
di sebut dengan compliance, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2. Difusi, Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-
paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b.Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O²
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
3. Transportasi Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
E. Manifestasi Klinis
o Suara napas tidak normal.
o Perubahan jumlah pernapasan.
o Batuk disertai dahak.
o Penggunaan otot tambahan pernapasan.
o Dispnea.
o Penurunan haluaran urin.
o Penurunan ekspansi paru.
o Takhipnea.
F. WOC
I. Diagnosa Keperawatan
2 Bersihan Jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
berhubungan dengan : intervensi selama ……, Observasi
- Spasme jalan nafas bersihan jalan nafas - Identifikasi
- Hipereksresi jalan nafas meningkat, dengan kemampuan batuk
- Disfungsi neuromuskuler kriteria hasil: - Monitor adanya
- Benda asing dalam jalan nafas - Batuk efektif meningkat retensi sputum
- Adanya jalan nafas buatan - Produksi sputum - Monitor tanda dan
- Sekresi yang tertahan menurun gejalan saluran nafas
- Hiperplasia dinding jalan nafas - Mengi, wheezing - Monitor input dan
- Proses infeksi menurun output cairan
- Respon alergi efek Terapeutik
- agen farmakologis - Atur posisi Fowler/
Ditandai Dengan semi fowler
DS: - Pasang perlak dan
- Dyspnea bengkok di pangkuan
DO: pasien
- Batuk tidak efektif - Buang sekret pada
- Tidak mampu batuk tempat sputum
- Sputum berlebih Edukasi
- Mengi, wheezing atau ronkhi - Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk
efektif
- Anjurkan tarik nafas
dalam melalui
hidung selama 4
detik, ditahan 2 detik,
kemudian keluarkan
perlahan dari mulut
selama 8 detik.
- Anjurkan
mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3
kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam
yang ke 3
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran,
jika perlu
3 Gangguan Pertukaran gas berhubungan Setelah dilakukan Pemantauan
dengan : intervensi selama ……, Respirasi
- ketidakseimbangan ventilasi-perfusi pertukaran gas meningkat Observasi
- perubahan membran alveolus-kapiler dengan kriteria hasil: - Monitor frekuensi,
Ditandai dengan: - Dispnea menurun irama, kedalaman,
DS: - Bunyi nafas tambahan dan upaya nafas.
- Dyspnoe menurun - Monitor pola nafas
- Pusing - Takikardia menurun (bradipnea,
- Penglihatan kabur - Pusing menurun takipnea,
DO: - Takikardia menurun hiperventilasi)
- PCO2 meningkat/menurun - PCO2 membaik - Palpasi
- Po2 menurun - PO2 membaik kesimetrisan
- Takikardia - pH arteri membaik ekpansi paru
- pH arteri menigkat/menurun - Auskultasi bunyi
- Bunyi nafas tambahan nafas
- Monitor saturasi
O2
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil X-
Ray Thorax
Terapeutik
- Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
PPNI. SDKI, SLKI, SIKI. Cetakan ke dua, 2017. Jakarta
Tarwonto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperaweatan.
Jakarta: Salemba Medika.