Anda di halaman 1dari 67

Konsep Dasar Profesi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS SUSPECT


COVID-19 DENGAN MASALAH GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RSUD WONOSARI YOGYAKARTA

Nama : ERIK PRASETYA USMAN


NIM : P07120521002

Mengetahui,

Clinical Teaching

Ns. Agus Sarwo P. S.Kep, M.H.Kes


NIP: 197007282002121002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI

A. Pengertian oksigenasi
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme
sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang sangat berarti
bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karena nya berbagai upaya
perlu dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut,
agar terpenuhi dengan baik. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak
terlepas dari kondisi sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi dan
kardiovaskuler, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan
(Haswita, Sulistyowati, 2017).
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem
(kimia dan fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan tidak berbau,
yang mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen tidak tetap, dalam waktu tertentu membutuhkan oksigen
dalam jumlah banyak karena suatu sebab. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan oksigen dalam tubuh antara lain lingkungan,
latihan, emosi, gaya hidup, dan status kesehatan ( Sutanto, Fitriana, 2017)
B. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat ditentukan
oleh adekuatnya berbagai sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, sitem
kardiovaskuler, dan juga sistem hematologi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
1. Sistem Pernapasan
Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah
sistem pernapasan atau sistem respirasi. Sistem respirasi dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu sistem pernapasan atas yang terdiri dari
hidung, faring, serta laring dan sistem pernapasan bawah yang terdiri
dari trakea dan paru-paru (Saputra, 2013).
Sistem pernapasan atau respirasi memiliki peran sebagai penjamin
ketersediaan oksigen untuk proses metabolisme sel-sel dalam tubuh dan
pertukaran gas. Dalam sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfir,
dan kemudian dibawa ke paru-paru sehingga terjadi pertukaran gas
oksigen dan karbon dioksida di dalam alveoli, selanjutnya oksigen akan
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
di difusi masuk ke kapiler darah untuk digunakan oleh sel dalam proses
metabolisme. Proses pertukaran gas di dalam tubuh disebut dengan
proses oksigenasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Proses oksigenasi merupakan proses yang dimulai dari
pengambilan oksigen di atmosfir, kemudian oksigen yang diambil akan
masuk melalui organ pernapasan bagian atas yang terdiri dari hidung
atau mulut, faring, laring, dan kemudian masuk ke organ pernapasan
bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder,
bronkus tersier, terminal bronkiolus, dan kemudian masuk ke alveoli.
Selain itu organ pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk
pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke
organ pernapasan bagian bawah, menghangatkan filtrasi, dan
melembabkan gas. Sedangkan organ pernapasan bagian bawah,
selain tempat masuknya oksigen juga berfungsi dalam proses difusi gas
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
2. Sistem Kardiovaskuler
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem kardiovaskuler ikut
berperan dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh yang berperan
dalam proses transfortasi oksigen. Oksigen ditransfortasikan ke seluruh
tubuh melalui aliran darah. Adekuat atau tidaknya aliran darah
ditentukan oleh normal atau tidaknya fungsi jantung. Kemampuan
oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi
jantung. Fungsi jantung yang baik dapat dilihat dari kemampuan
jantung memompa darah dan terjadinya perubahan tekanan darah.
Sistem kardiovaskuler ini akan saling terkait dengan sistem pernapasan
dalam proses oksigenasi.
Menurut McCance dan Huether dalam Perry dan Potter, fisiologi
kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang teroksigenasi (darah
dengan kadar karbon dioksida yang tinggi dari oksigen yang rendah)
kebagian kanan jantung dan masuk ke sirkulasi pulmonal, serta darah
yang sudah teroksigenasi (darah dengan kadar O2 yang tinggi dan CO2
yang rendah) dari paru ke bagian kiri jantung dan jaringan. Sistem
kardiovaskuler menghantarkan oksigen, nutrisi, dan substansi lain ke
jaringan dan memindahkan produk sisa dari metabolisme seluler melalui
vaskuler dan sistem tubuh lain (misalnya respirasi, pencernaan, dan
ginjal).
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
3. Sistem Hematologi
Sistem hematologi terdiri dari beberapa sel darah, salah satu sel
darah yang sangat berperan dalam proses oksigenasi adalah sel darah
merah, karena di dalam sel darah merah terdapat hemoglobin yang
mampu mengikat oksigen. Hemoglobin adalah molekul yang
mengandung empat subunit protein globular dan unit heme. Setiap
molekul Hb dapat mengikat empat molekul oksigen dan akan
membentuk ikatan oxy-hemoglobin (HbO2) ( Tarwoto & Wartonah, 2011).
C. Proses oksigenasi
Proses oksigenasi melibatkan sistem pernafasan dan kardiovaskuler.
Prosesnya terdiri dari 3 tahapan yaitu:
a) Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dan
alveoli. Masuknya O2 atmosfir ke dalam alveoli ke atmosfer yang
terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi)
b) Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan karbon
dioksida antara alveoli dengan darah pada membran kepiler alveolar
paru.
c) Transportasi gas merupakan perpindahan gas dari paru ke jaringan
dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah)
(Haswita, Sulistyowati, 2017).

D. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi


a. Faktor fisiologi
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas, penyakit asma.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transpor O2 terganggu seperti pada hipertensi, syok, dan
dehidrasi.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka, dan penyakit hipertiroid.
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
pada kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta
penyakit kronis seperti TB paru.
b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok
4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan
paru- paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
paru menurun.
c. Faktor perilaku
1) Nutrisi: seperti gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya
ikat oksigen berkurang.
2) Latihan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen karena
meningkatnya metabolisme.
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan)
5) Kecemasaan
d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja
2) Temperatur lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut.

E. Tipe kekurangan oksigen dalam tubuh


Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), masalah keperawatan
masalah kebutuhan oksigen terdiri dari:
 Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan
konsentrasi oksigen dalam darah arteri. Pada keadaan hipoksemia
tubuh, akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan
pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh
darah, dan peningkatan nadi.
 Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau
tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat
defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan
oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
ventilasi berhenti spontan. Hipoksia tejadi diakibatkan oleh
menurunnya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi oksigen,
ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, menurunnya difusi
oksigen dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan,
kerusakan atau gangguan ventilasi.
 Perubahan pola nafas, Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan
pada orang dewasa sekitar 12-20X/menit, dengan irama teratur serta
inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernapasan normal disebut
eupnea

F. Masalah Terkait Pemenuhan Kebutuhan Oksigen


Permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
tidak terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistim respirasi, baik
pada anatomi maupun fisiologis dari orga-organ respirasi. Permasalahan
dalam pemenuhan masalah tersebut juga dapat disebabkan oleh adanya
gangguan pada sistem tubuh lain, seperti sistem kardiovaskuler (Abdullah,
2014).

Gangguan respirasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya


peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degenerative, dan lain-
lain.Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap
oksigen tidak terpenuhi secara adekuat. Menurut Abdullah (2014) secara
garis besar, gangguan pada respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu
gangguan irama atau frekuensi, insufisiensi pernapasan dan hipoksia, yaitu;

a) Gangguan irama/frekuensi pernapasan


1. Gangguan irama pernapasan
a. Pernapasan Cheyne stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik, kemudian
menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan
siklus yang baru. Jenis pernapasan Ini biasanya terjadi pada
klien gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan
intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis jenis
pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di ketinggian
12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan air laut dan pada
bayi saat tidur.

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
b. Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan
pernapasan cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan
disertai apnea. Keadaan ini kadang ditemukan pada
penyakit radang selaput otak.

c. Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah
dan kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20
kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada
klien dengan asidosis metabolic dan gagal ginjal.

2. Gangguan frekuensi pernapasan


a. Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya
meningkat dan melebihi jumlah frekuensi pernapasan
normal.

b. Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya
menurun dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah
frekuensi pernapasan normal.

b) Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok utama yaitu ;

1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :


a. Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis,
transeksi servikal.
b. Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,
emfisema, TBC, dan lain-lain.
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
a. Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi
berkurang misalnya kerusakanjaringan paru, TBC, kanker
dan lain-lain.
b. Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane
pernapasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan
lainnya.

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
c. Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang
tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada
thrombosis paru.
3. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan
oksigen dari paru-paru ke jaringan
a. Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total
hemoglobin yang tersedia untuk transfor oksigen.
b. Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian
besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut
oksigen.
c. Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh
curah jantung yang rendah.
c) Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di
dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok
yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan
hipoksia histotoksik.

1. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam
darah arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu
hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia
isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika
tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida
dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik
terjadi jika oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat
diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi
anemia dan keracunan karbondioksida.

a. Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi
akibat adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia
hipokinetik dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia
hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.

b. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena
aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
c. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler
jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt
menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida.
Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah
vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal
(oksigen darah vena meningkat).

F. Penatalaksanaan Pemenuhan Oksigenasi


Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah
tindakan pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui
atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah
mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan
kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO 2 > 60 % mmHg atau
SaO2 > 90 %.

Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :

1) Perubahan frekuensi atau pola napas


2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa
metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen),
fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender
atau subtioning (Abdullah ,2014).

a. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan
cara memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran
pernapsan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian
oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu
melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia (Hidayat,
2009).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem


inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran
tinggi.

1) Sistem aliran rendah


Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan
oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya
dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana,
sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka
dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula.
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling
atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki
kantong yang terus mengembang baik pada saat
inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi,
oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang
antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah
oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10
liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup,
satu katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada
saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah
udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10
– 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.

2) Sistem aliran tinggi


Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2
lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan,
sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang lebih
tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah
dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian
oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup
diatur dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat
diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna biru 24%,
putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau
60%.
a. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan cara postural drainase, clapping, dan
vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan
membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009).

 Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit
tangan pada punggung pasien yang menyerupai
mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan
secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret
pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi
lancar.

 Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan
cara memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan
kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien secara
mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan
turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang
ada dalam bronkus terlepas.
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
 Postural drainase

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan
pengeluaran sekret dari berbagai segmen paru dengan
memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam
pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi
berbeda pada stiap segmen paru.

 Napas dalam dan batuk efektif


Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk
memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan
efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk
efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih
pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara
efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring,
trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing
di jalan napas (Hidayat, 2009).

b. Penghisapan lender
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Hidayat, 2009).

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Pathwey

ngan (udara, bakteri, virus, jamur) masuk melalui saluran nafas atas
Hipersekresi mukus Bersihan
jalan nafas
tidak

Terjadi infeksi dan peradangan Merangsang


PaO2 hipotalamus
rendah meningkatkan titik

Ganggua Suhu tubuh


Kontraksi otot-otot
n di atas
polos saluran
metabolis

Hipertermi
Penyempitan a
Metabolis
saluran
m Penurunan
pernafasan
asupan

Keletihan otot
Produksi
pernafasan Hipoksemia
ATP

Deficit energy Pola nafas tidak Gangguan


efektif pertukaran gas

Lelah,
Obstruksi paru

Intoleran
si
Timbul
Nyerinyeri
kronis
yang berlangsung

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
A. Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
1. Pengkajian Keperawatan

Menurut Brunner & Suddarth (2016), pengkajian keperawatan untuk


pasien gagal jantung berfokus pada pemantauan keefektifan terapi dan
kemampuan pasien untuk memahami dan menjelaskan strategi
manajemen diri. Tanda dan gejala kongesti paru dan kelebihan beban
cairan harus segera dilaporkan yang akan mengganggu pemenuhan
kebutuhan oksigen atau timbulnya masalah oksigenasi. Pengkajian
keperawatan pada pasien dengan masalah oksigenasi meliputi :

a. Identitas Klien

Identitas klien yang perlu dikaji meliputi nama, jenis kelamin,


tanggal lahir, nomor register, usia, agama, alamat, status
perkawinan, pekerjaan, dan tanggal masuk rumah sakit.

b. Identitas Penanggungjawab

Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji meliputi nama, umur,


pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.

c. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama
Gejala yang menjadi keluhan utama pada pasien adalah sesak
napas saat pasien beristirahat atau berbaring diatas tempat
tidur (Sibuea dkk, 2009). Keluhan utama lain yang biasa
muncul pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigen dan
karbondioksida antara lain batuk, peningkatan produksi
sputum, dispnea, hemoptisis, wheezing, stridor, dan chest pain
(Somantri, 2009).
2) Riwayat Kesehatan sekarang

Keluhan yang muncul pada pasien dengan masalah gangguan


kebutuhan oksigen pada saat dikaji adalah adanya sesak napas
yang akan menggangu proses tidur, kesulitan makan karena
sesak napas, sesak napas saat beraktivitas serta munculnya
rasa cemas karena sesak napas .

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Tingkat kesehatan klien dimasa lalu juga menentukan ada atau
tidaknya masalah oksigenasi. Pada seseorang yang sehat,
sistem kardiovaskuler dan pernapasan secara normal
menyediakan oksigen bagi kebutuhan tubuh. Pada penyakit
kardiovaskuler, hal ini sering kali berdampak terhadap
pengangkutan oksigen ke sel tubuh, sedangkan penyakit sistem
pernapasan dapat mempengaruhi oksigenasi dalam darah
(Somantri, 2009).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Perlu dikaji adanya riwayat keluarga yang memiliki penyakit


keturunan

2. Pola Aktivitas Sehari-hari


Menurut Wijaya dan Putri (2013), pola aktivitas yang perlu dikaji pada
pasien dengan masalah gangguan oksigenasi meliputi :
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya pada pasien mengalami kesulitan dan masalah dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi karena adanya sesak napas saat
makan.

2) Pola eliminasi
Biasanya pada pasien didapatkan pola berkemih yang menurun,
urine yang berwara gelap, berkemih malam hari (nokturia), dan
bisa terjadi diare ataupun konstipasi.

3) Pola istirahat dan tidur


Biasanya klien mengalami sulit tidur dan juga istirahat karena
adanya sesak napas yang ditandai dengan kondisi pasien yang
gelisah dan sering terbangun.

4) Pola aktivitas dan latihan


Biasanya klien mengalami keletihan atau kelelahan terus
menerus sepanjang hari, serta sesak napas saat melakukan
aktivitas.
3. Pemeriksaan Fisik
Menurut Saputra (2013), pemeriksaan fisik pada masalah kebutuhan
oksigenasi meliputi empat teknik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui antara lain adanya
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
pembengkakan, pola napas yang tidak normal, atau suara napas yang
tidak normal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memeriksa
seluruh anggota tubuh (head to toe). Menurut Tarwoto dan Wartonah
(2011), hasil pemeriksaan fisik yang biasa ditemukan terkait pasien
dengan gangguan oksigenasi adalah :
1) Keadaan umum : Biasanya pasien gelisah karena sesak napas
2) Tingkat kesadaran
Biasanya Composmentis sampai terjadi penurunan kesadaran
3) Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan Darah : Biasanya terjadi hipotensi atau hipertensi
b) Pernafasn : Takipnea
c) Nadi : Takikardia
d) Suhu Badan : Bisa terjadi hipotermia atau hipertermia
4) Kepala
Normachepal
5) Mata
Biasanya konjungtiva anemis (karena anemia), konjungtiva
sianosis (karena hipoksemia), konjungtiva terdapat pethecial
(karena emboli lemak atau endokarditis), kondisi sklera
tergantung dengan kondisi hati yang baik atau tidak.
6) Mulut dan bibir
Biasanya membran mukosa sianosis, bibir kering, bernapas
dengan mengerutkan mulut.
7) Hidung
Biasanya hidung sianosis, bernapas dengan menggunakan cuping
hidung.
8) Telinga
Telinga sianosis, sejajar dengan kantus mata.
9) Leher
Ada distensi atau bendungan pada vena jugularis, bisa terjadi
pembesaran kelenjar getah bening.
10) Kulit
Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer), sianosis secara umum (hipoksemia), penurunan turgor
(dehidrasi), edema, edema periorbital.

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
11) Thoraks
a) Paru-paru
(1) Inspeksi
Retraksi dinding dada (karena peningkatan aktivitas
pernapasan, dispnes, atau obstruksi jalan napas),
pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada
kanan.
(2) Palpasi
Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena
udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan).
(3) Perkusi
Bunyi perkusi bisa resona, hiperresonan, dullness .
(4) Auskultasi
Suara napas bisa normal (vesikuler, bronkovesikuler,
bronchial) atau tidak normal (crackles, ronkhi, wheezing,
friction rub).
b) Jantung
(1) Inspeksi
Adanya ketidaksimetrisan pada dada, adanya jaringan
parut pada dada, iktus kordis terlihat.
(2) Palpasi
Takikardia, iktus kordis teraba kuat dan tidak teratur
serta cepat.
(3) Perkusi
Bunyi jantung pekak, batas jantung mengalami
pergeseran yang menunjukkan adanya hipertrofi jantung.
(4) Auskultasi
Bunyi jantung irrgular dan cepat, adanya bunyi jantung
S3 atau S4.
12) Abdomen
a) Inspeksi
Perut klien tampak edema, ada perubahan warna kulit,
kulit tampak kering.
b) Auskultasi
Bising usus dalam batas normal.

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
c) Palpasi
Adanya distensi abdomen, terdapat hepatomegali dan
splenomegali.
d) Perkusi
Bunyi pekak karena adanya asites
13) Genitalia dan anus
Klien dengan biasanya akan mengalami masalah dalam proses
eliminasi (BAB dan BAK) sehingga pasien harus dipasang kateter.
14) Ekstremitas
Jari dan kuku sianosis, CRT > 2 detik, akral teraba dingin, edema
pada tungkai, ada clubbing finger.
4. Pengkajian Psikososial
Menurut Somantri (2009), pengkajian psikososial yang perlu dilakukan
meliputi : Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara
signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa penyakit
respiratori timbul akibat adanya stress. Penyakit pernapasan kronik
dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan
dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau
ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat
dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah stress psikososial dan
mencari jalan keluarnya.

5. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a) Ketidakefektipan Bersihan Jalan Nafas
b) Ketidakefektipan Pola Nafas
c) Gangguan Pertukaran Gas
d) Gangguan Pola Tidur
e) Gangguan Pemenuhan Nutrisi
f) Nyeri Akut
g) Ansietas

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
B. Rencana keperawatan

DIAGNOSA
NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Produksi sputum Intervensi Utama
nafas inefektif tindakan menurun - Latihan batuk efektif
keperawatan setelah 2. Tidak sesak - Manajemen jalan nafas
3x24 jam, jalan nafas 3. Tidak sulit - Pematauan pendukung
menjadi efektif berbicara Intervensi Pendukung :
4. Tidak gelisah - Dukungan kepatuhan program
5. Tidak sianossis pengetahuan
6. Frekuensi nafas - Edukasi fisioterapi dada
dalam batas normal - Edukasi pengukuran respirasi
7. Pola nafas normal - Konsultassi via telepon
- Manajemen asma
- Manajemen alergi
- Manajemen anafilaksis
- Manajemen isolasi
- Manajemen ventilasi mekanik
- Manajemen jalan nafs bauatan
- Pemberian obat inhalasi
- Pemberian obat intrapleura
- Manajemen obat intradermal
- Pemberian obat nasal
- Pencegahan aspirasi
- Pengaturan posisi
- Penghisapan jalan nafas
- Penyapihan ventilasi mekanik
- Perawatan trakeostomi
- Skrining tuberculosis
- Stabilisasi jalan nafas
- Terapi oksigen
2 Ketidakefektipan Setelah dilakukan 1. Ventilasi semenit Intervensi Utama
pola nafas tindakan 2. Kapasitas vital - Manajemen jalan nafas
keperawatan setelah 3. Diameter thoraks - Pemantauan respirasi
3x24 jam, pola nafas anterior-posterior Intervensi pendukung :
menjadi efektif 4. Tekanan ekspirasi - Dukungan emosional
5. Tekanan inspirasi - Dukungan kepatuhan program
6. Frekuensi napas pengobatan
normal - Dukungan ventilasi
7. Kedalaman nafas - Edukasi pengukuran respirasi
membaik - Konsultasi via telepon
8. Perkusi dada - Menajemen energy
membaik - Manajemen jalan nafas buatan
- Menajemen medikasi
- Pemberian obta inhalasi
- Pemberian obat intrapleura
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
- Pemberian obat intradermal
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pencegahan aspirasi
- Pengaturan posisi
- Perawatan selang dada
- Manejemen ventilasi mekanik
- Pemantauan neurologis
- Oemberian analgesic
- Pemberian obat
- Perawatan trakheostomi
- Reduksi ansietas
- Stabilisasi jalan nafas
- Terapi relaksasi otot progresif
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Tingkat kesadaran Intervensi utama :
pertukaran gas tindakan membaik - Pemantauan respirasi
keperawatan setelah 2. Tidak ada bunyi - Terappi oksigen
3x24 jam pertukaran nafas tambahan Intervensi pendukung
gas menjadi baik 3. Napas cuping - Dukungan berhenti merokok
hidung membaik - Dukungan ventilasi
- Edukasi berhenti merokok
- Edukasi pengukuran respirasi
- Edukasi fisioterapi dada
- Insersi jalan nafas buatan
- Konsultassi via telepon
- Manajemen ventilasi mekanik
- Pencegahan aspirasi
- Pemberian obat
- Pemberian obat intrapleura
- Pemberian obat intradermal
- Pemberian obat intravena
- Manajemen asam-basa
- Manajemen asam-basa:
alkalosis respiratorik
- Manajemen asam-basa:
Asidosis Respiratorik
- Manajemen energy
- Manajemen jalan nafas
- Manajemen jalan nafas buatan
- Pengaturan posisi
- Pengambilan sampel darah
arteri
- Penyapihan ventilasi mekanik
- Perawatan emboli paru
- Perawatan selang dada
- Reduksi ansietas
4. Gangguan Pola Setelah dilakukan 1. Keluhan sulit tidur Intervensi Utama :
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Tidur tindakan membaik - Dukungan tidur
keperawatan setelah 2. Keluhan sering - Edukasi aktivitas/istrahat
3x24 jam pola tidur terjaga membaik Intervensi pendukung :
menjadi baik 3. Keluhan tidak puas - Dukungan kepatuhan program
tidur menurun pengobatan
4. Keluahan pola - Dukungan meditasi
tdiur menurun - Dukungan perawatan diri :
5. Keluhan istrahat BAB/BAK
tidak cukup - Fototerapi gangguana
menurun. mood/tidur
- Latihan otogenik
- Manajemen demensia
- Manejemen energy
- Manajemen lingkungan
- Manajemen medikasi
- Manajemen nuutrisi
- Manajemen nyeri
- Manajemen penggantian
hormone
- Pemberian obat oral
- Pengaturan posisi
- Promosi koping
- Promosi latihan fissik
- Reduksi ansietas
- Teknik menenangkan
- Terapip aktivitas
- Terapi music
- Terapi pemijatan
- Terap relaksasi
- Terapi relaksasi otot progresif
5. Gangguan Setelah dilakukan 1. Asupan cairan Intervensi Utama :
Pemenuhan Nutrisi tindakan membaik - Manajemen nutrisi
keperawatan setelah 2. Energy untuk - Promosi berat badan
3x24 jam pemenuhan makan membaik Intervensi Pendukung :
nutrisi klien menjadi 3. Kemamuan - Dukungan kepatuhan program
baik merasakan pengobatan
makanan membaik - Edukasi diet
4. Kemampuan - Edukasi kemoterapi
menikmati - Konseling laktasi
makanan membaik - Konseling nutrisi
5. Asupan nutrisi - Konsultasi
membaik - Manajemen hiperglikemia
6. Stimulus untuk - Manajemen hipoglikemia
makan membaik. - Manajemen kemoterapi
- Manajemen reaksi alergi
- Pemantauan cairan
- Pemantauan nutrisi
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
- Manajemen cairan
- Manajemen demensia
- Manajemen diare
- Manajemen eliminasi feksi
- Manejemen energy
- Manajemen gangguan makan
- Pemantauan vital sign
- Pemberian makanan
- Pembagian makanan eternal
- Pemberian makanan parental
- Pemberian obat intravena
- Terapi menelan
6. Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Melaporkan nyeri Observasi :
tindakan terkontrol - Identifikasi lokasi,
keperawatan setelah 2. Kemampuan karateristik, durasi, frekuensi,
3x24 jam nyeri akut mengenali nyeri kualitas, intensitas nyeri
pasien menjadi baik meningkat - Identifikasi skala nyeri
3. Kemampuan - Identifikasi respon nyeri
mengenali nonverbal
penyebab nyeri - Identifikasi factor yang
4. Kemampuan memperberat dan
menggunakan memperingan nyeri
tehnik non- - Identifikasi pengetahuan dan
farmalokogic keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi oengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek smping
penggunaan analgesic
Terapeutik :
- Berikan terapi
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istrahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
ecara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgesic secara tepat
- Ajarkan tehnik
nonfarmakologic untk
mengurangi rasa yeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik, bila perlu.
7. Ansietas Setelah dilakukan 1. Verbalisasi Intervensi Utama :
tindakan kebingungan - Reduksi ansietas
keperawatan setelah menurun - Terapi relaksasi
3x24 jam pasien 2. Verbalisasi Intervensi pendukung :
sudah tidak cemas khawatir akibat - Bantuan kontrol marah
kondisi yang - Biblioterapi
dihadapi menurun - Dukungan emosi
3. Perilkau gelisah - Dukungan hypnosis diri
menurun - Dukungan kelompok
4. Perilaku tegang - Dukungan keyakinan
menurun - Dukungan memaafkan
5. Keluhan puing - Dukungan pelaksanaan ibadah
menurun - Dukungan pengungkapan
6. Anoreksia kebutuhan
menurun - Dukungan proses berduka
7. Palpitasi menurun - Intervensi krisis
- Konseling
- Manajemen demensia
- Persiapan pembedahan
- Teknik distraksi
- Terapi hipnotis
- Teknik imajinasi terbimbing
- Teknik menenangkan
- Terapi biofeedback
- Terapi diversional
- Terapi music
- Terapi penyalahgunaan zat
- Terapi relaksasi otot progresif
- Terapi reminisens
- Terapi seni
- Terapi validasi

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Trans
Info Media

Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Haswita, dan Sulistyowati. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Timur: CV. Trans
Info Media

Saputra, Liondon (2013). Pengaruh Kebutuhan Dasar Manusia.Tangerang Selatan:


Binarupa Aksara Publisher

Susanto,A.V & Fitriana,Y (2017) Kebutuhan Dasar Manusia (p9). Yogyakarta: Pustaka
Baru Press

Tarwoto dan Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Tarwoto dan Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan proses keperawatan Edisi 5.
Jakarta Selatan: Salemba Medika

Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Cetakan III.
Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Cetakan II. Jakarta
: Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Cetakan II.
Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indonesia

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA PROGRAM
STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal :03 Agustus 2021


Jam :20:45
Tempat :Instalasi Gawat Darurat RSUD Wonosari
Oleh :Erik Prasetya Usman
Sumber data :Pasien dan Keluarga
Metode :Wawancara dan Pemeriksaan fisik

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien :Tn.N
2) Tempat Tgl Lahir :Gunungkidul, 10 Februari 1956
3) Umur :65 Thn 5 bln 3 hri
4) Jenis Kelamin :Laki-Laki
5) Agama :Islam
6) Pendidikan :SD
7) Pekerjaan :Petani
8) Suku / Bangsa :Jawa
9) Alamat :Giripanggung Tepus Gunung Kidul
10) Diagnosa Medis :Suspect Covid-19
11) No. RM 00682881
12) Tanggal Masuk RS :03 Agustus 2021

b. Penanggung Jawab / Keluarga


1) Nama : Ny.R
2) Umur 42
3) Pendidikan : SD
4) Pekerjaan : IRT
5) Alamat : Giripanggung Tepus Gunung Kidul
6) Hubungan dengan pasien : Anak
7) Status perkawinan : Sudah Menikah

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sesak nafas dan
memberat saat klien mobilisasi ditempat tidur.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS :
Klien masuk RS pada tanggal 3 Agustus 2021 diruangan
instalasi gawat darurat RSUD Wonosari dengan keluhan sesak
saat bernafas, demam, batuk, lemas dan ngilu seluruh badan.
b) Riwayat Kesehatan Pasien :
Klien sesak sejak 1 hari sebelum masuk Rumah sakit, sesak
memberat ketika klien beraktivitas, sedangkan batuk dirasakan
sejak 1minggu yang lalu, batuk kering tidak disertai sputum.
Demam dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
dan semakin hari semakin parah.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Prenatal
-
b) Perinatal
-
c) Postnatal
-
d) Penyakit yang pernah diderita
Keluarga mengatakan klien memiliki riwayat hipertensi dan
sering mengkonsumsi obat
e) Riwayat Hospitalisasi
Keluarga mengatakan Klien pernah dirawat di RS tahun 2000
karena kecelakaan lalu lintas
f) Riwaya Injury
Keluarga mengatakan klien pernah mengalami kecelakaan lalu
lintas pada tahun 2000 dan mengalami patah tulang bagian
lengan
g) Riwaya Imunisasi
Keluarga lupa riwayatimunisasi pasien

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
h) Riwayat tumbuh kembang
Keluarga mengatakan klien tumbuh dah berkembang sperti
manusia pada umumnya, tida ada kelainan ,serta terjadi
penambahan berat badan dan tinggi badan

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Genogram

Keterangan :
Laki-laki
Tinggalserumah Pasien

Perempuan
Meninggal Pisah

2) Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara,orang tua klien
meninggal karena penyakit jantung, kakak klien meninggal karena
kecelakaan waktu mereka masih remaja, sementara istri klien
meninggal karena penyakit diabetes militus. Klien tinggal bersama
dengan anak pertamanya, di dalam keluarga belum ada yang
pernah menjalani isolasi mandiri.

3. Kesehatan Fungsional (11 Pola Gordon)


1) Nutrisi- metabolic
Sebelum sakit porsi makanannya dalam sehari normal yaitu sekitar
2-3 kali dalam sehari. Tetapi saat klien sakit klien mengatakan tidak
nafsu makan dan klien merasa makanannya tidak terasa. Saat ini
klien sedang mengkonsumsi makanan yang diberikan dari rumah
sakit. Klien mengatakan tidak dapat menghabiskan makanan yang
diberikan.
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
2) Eliminasi
Klien mengatakan sebelum dan saat sakit BAB/BAK normal. klien
BAB 1-2 x/hari dan BAK 3-4kali/hari tanpa ada keluhan
3) Aktivitas/latihan
a) Keadaan aktivitas sehari – hari
Klien mengatakan sudah tidak bekerja lagi. Klien hanya berdiam
diri di rumah dan tidak melakukan aktivitas apapun serta tidak
pernah olahraga. Klien saat ini mengeluh lemah dan sesak ketika
beraktivitas
b) Keadaan pernafasan
Saat ini klien sedang bernafas menggunakan bantuan oksigen
jenis NRM dikarenakan klien merasa sesak dengan SaO2 85%.
Sesak memberat ketikan klien mobilisasi ditempat tidur
c) Keadaan Kardiovaskuler
Klien mengatakan jantungnya berdetak kencang. Klien
mengatakan merasakan adanya detakan jatung yang cepat.

(1) Skala ketergantungan


KETERANGAN
AKTIFITAS
0 1 2 3 4
Bathing 
Toileting 
Eating 
Moving 
Ambulasi 
Walking 

Keterangan :
0 = Mandiri/ tidak tergantung apapun
1 = dibantu dengan alat
2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu alat dan orang lain
4 = Tergantung total
4) Istirahat – tidur
Klien mengatakan sebelum sakit ia tidur malam pada pukul 21.00 –
06.00 dan tidur siang kadang tidak menentu. Tetapi saat sakit klien
mengatakan tidurnya stidak teratur. Klien mengatakan untuk bisa

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
tidur malam atau siang klien sering terbangun dengan durasi jam
tidur paling lama yaitu 1-2 jam.
5) Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Klien mengatakan bahwa pada saat muncul gejala demam dan
batuk, klien hanya mengira itu pengaruh cuaca dan akan sembuh
dalam hitungan hari, klien hanya mengkonsumsi jamu dan hanya
dibiarkan begitu saja, ia tidak mengetahui bahwa penyakitnya akan
menjadi seperti sekarang, klien mengatakan bahwa ia merasa
penyakitnya akan sembuh tetapi pada dasarnya malah semakin
bertambah parah
6) Pola Toleransi terhadap stress-koping
Klien mengatakan jika muncul stress klien sering mencari sesuatu
kegiatan sehingga ia dapat melupakan stressnya.
7) Pola hubungan peran
Klien mengatakan didalam keluarganya ia berperan sebagai orang
yang dituakan Klien berhubungan baik dengan anggota keluarga
yang lain.klien tidak bias membantu perekonomian keluarga karena
klien sudah lansia
8) Kognitif dan persepsi
Klien mengatakan mengetahui apa yang harus ia lakukan ketika
nanti diizinkan pulang oleh dokter.
9) Persepsi diri-Konsep diri
a) Gambaran Diri
Klien mengatakan bahwa saat penglihatannya menurun,klien
menyadari ini pengaruh usianya yang sudah lansia. Klien
mengatakan bahwa ia sangat menyukai bagian keningnya
b) Harga Diri
Klien merasa jarang dihargai oleh anak-anaknya dan kadang
jarang diperhatikan
c) Peran Diri
Dikeluarga klien berperan sebagai kakek, klien sudah tidak
bekerja dan tidak dapat membantu perekonomian keluarga
d) Ideal Diri
Klien mengatakan ketika diperbolehkan pulang nanti,ia akan
berolahraga yang ringan dan menerapkoan prokes

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
e) Identitas Diri
Klien dikeluarga dia sebagai kakek, klien mengatakan sangat
senang dan puas berada disekeliling keluarganya. Klien
mengatakan puas dengan jenis kelaminnya.
10) Reproduksi dan kesehatan
Klien sudah menikah dan memiliki anak dan cucu. Klien tidak ada
keluhan terkait reproduksi

11) Keyakinan dan Nilai


Klien mengatakan beragama islam, untuk nilai-nilai kegamaan klien
mengatakan kadang mengikutinya.

b. Discharge Planning/Perencanaan Pulang


Klien diajarkan cara mengubah posisi secara mandiri, klien
diberitahukan obat-obatan yang di konsumsi, klien diajarkan batuk
efektif jika nanti batuknya berdahak, klien juga diajarkan cara
bagamana meminum obat yang rutin agar hipertensinya terkontrol.

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos mentis (E4 V5 M6)
2) Status Gizi :TB =154 cm
BB = 46 Kg

3) Tanda Vital : TD = 166/96 mmHg Nadi = 130x /mnt


Suhu = 39,2°C RR = 34 x/mnt

4) Skala Nyeri (Visual analog) – usia > 8 tahun

Skala Nyeri (Baker Faces) – usia 3-8 th

Tidak sakit Sedikit Agak Mengganggu Sangat Nyeritak


Nyeri menggangu aktivitas menggangu tertahankan

Ket : beri tanda O

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)


1) Kulit
Kulit klien tampak keriput, terdapat lesi, kulit merah, serta
teraba hangat, suhu badan = 39,2°C

2) Kepala
Kulit kepala klien terlihat bersih tetapi distribusi rambut tidak
merata,tidak ada nyeri tekan pada kepala. Adanya lingkaran
hitam dibawah mata, konjungtiva anemis, sklera putih serta
terdapat penurunan fungsi penglihatan. Hidung klien terpasang
oksigen NRM yang digunakan untuk bantuan bernafas. Telinga
klien terlihat kotor, terlihat adanya serumen didalam telinga
klien yang sudah mengering.
3) Leher
Tida ada massa serta tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
4) Tengkuk
Saat dilakukan pemeriksaan klien mengalami nyeri tengkuk

5) Dada
a) Inspeksi
Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada jejas,
terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi
memanjang, pola nafas takipnea dengan RR: 34x/menit,
SpO2= 85% ,diameter thoraks anterior-posterior meningkat.
b) Palpasi
Saat dipalpasi klien mengatakan tidak ada nyeri pada bagian
dadanya.
c) Perkusi
Terdengan sonor disemua lapang paru ,dan terdengar pekak
dibagian jantung
d) Auskultasi
Terdengar bunyi weezing pada nafas klien. Tidak ada bunyi
jantung tambahan.
6) Payudara
Tampak simetris, tidak teraba masa dan tidak ada nyeri tekan
7) Abdomen
a) Inspeksi
Warna perut sama dengan area sekitar, tidak ada lesi
b) Auskultasi
Bissing usus klien normal 8x/menit.
c) Perkusi
Terdengar timpani
d) Palpasi
Tidak terdapat massa diperut serta tidak terdapat
pembesaran limpa, hati dan pangkreas.
8) Anus dan Rectum
Tidak ada keluhan saat BAB, klien BAB 2x/hari
9) Genetalia
Klien tidak pernah mengalami penyakit seksual, Tidak ada
keluhan saat BAK, Klien BAK 3-4x/hari

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
10) Ekstremitas
a) Atas
Terpasang ivfd pada tangan kanan. Klien bisa mengangkat
tangan menahan beban yang diberikan.
b) Bawah
Klien bisa mengangkat tangan menahan beban yang
diberikan.

Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual


flebitis pada luka tusukan infus :

Tanda yang ditemukan Skor Rencana Tindakan

Tempat suntikan tampak sehat Tidak ada tanda flebitis


0
- Observasi kanula
Salah satu dari berikut jelas: Mungkin tanda dini flebitis
1
 Nyeri tempat suntikan - Observasi kanula
 Eritema tempat suntikan
Dua dari berikut jelas : Stadium dini flebitis

 Nyeri sepanjang kanula 2 - Ganti tempat kanula


 Eritema
 Pembengkakan
Semua dari berikut jelas : Stadium moderat flebitis

 Nyeri sepanjang kanula 3  Ganti kanula


 Eritema  Pikirkan terapi
 Indurasi
Semua dari berikut jelas : Stadium lanjut atau awal
tromboflebitis
 Nyeri sepanjang kanula 4
 Eritema  Ganti kanula
 Indurasi  Pikirkan terapi
 Venous cord teraba
Semua dari berikut jelas : Stadium lanjut tromboflebitis

 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula


 Eritema 5  Lakukan terapi
 Indurasi
 Venous cord teraba
 Demam

*)Lingkari pada skor yang sesuai tanda yang muncul

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Pengkajian risiko jatuh (Humpty Dumpty)

03 Tanggal/waktu
Parameter Kriteria Nilai
Dibawah 3 tahun 4
3-7 tahun 3
Usia 8-13 tahun 2
>13 tahun 1 
Laki-laki 2 
Jenis kelamin Perempuan 1
Kelainan neurologis 4
Perubahan dalam 3 
Diagnosis oksigenasi
Kelainan psikis/prilaku 2
Diagnosis lain 1
Tidak menyadari 3
keterbatasan dirinya
Gangguan kognitif Lupa adanya kterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri 1 
sendiri
Riwayat jatuh dari tempat 4
tidur
Pasien gunakan alat bantu 3
Faktor lingkungan 
Pasien berada ditempat 2
tidur
Diluar ruang perawat 1
Respon terhadap Dalam 24 jam 3
operasi/obat Dalam 48 jam 2
penenang/efek >48 jam 1
anestesi
Bermacam- macam obat 3
digunakan: obat sedatif
fenozin, antidepresan,
laksansia/ deuretika,
Penggunaan obat
narkotik.
Salah satu dari pengobatan 2
diatas
Pengobatan lain 1 
Total Skor
Ket : Skror 7-11 = risiko jatuh rendah Skor >12 = risiko jatuh tinggi
Intervensi pencegahan risiko jatuh (beri tanda Tgl
v)
1. Pastikan bel/phpne mudah 
terjangkau atau pastikan ada
kelaurga yang menunggu
2. Roda tempat tidur pada posisi 
Risiko rendah (RR) dikunci
3. Naikan pagar pengaman tempat 
tidur
4. Beri edukasi pasien 
1. Lakukan semua pencegahan
risiko jatuh rendah
2. Pasang stiker penanda
berwarna kuning pada gelang
identifikasi
3. Kunjungi dan monitor setiap
Risiko tinggi (RT) shif
4. Penggunaan
kateter/pispot/tolet duduk
5. Strategi mencegah jatuh dengan
penilaian jatuh yang lebih detail
6. Libatkan keluarga untuk
menunggu pasien
Nama/paraf

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik

Tabel 3.4 Pemeriksaan laboratorium Tn.N di Ruang instalasi gawat


darurat di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari Yogyakarta Tanggal
03 Agustus 2021

Tanggal Jenis Nilai Rujukan


Hasil Satuan
Pemeriksaan Pemeriksaan
GDS 117 mg/dL 80-140 mg/dL

Urea 32 15-45 mg/Dl

Creatinin 0,8 0,6-1,3 mg/Dl

SGOT 222 10-50 U/L


03/08/ 2021 10-50 U/L
SGPT 143
23:17
Kalium 3,9 3,4-5,3 mmol/L

135-155
Natrium 135 mmol/L

Clorida 110 95-108 mmol/L

Leukosite 19.500 uL 4.500-11.500 uL

Eritrosit 4,9 Ul 4.500-5.400 uL

Hemoglobin 13,8 g/dl 12.0-15.0 g/dl

Seg = 96% 50-75%

Limp = 2% 25-40%
03/08/2021 Hemogram
23:17
Mon = 2% 3-7%

Trombosite 354.000 uL 150-450 uL

HCT/HMT 42% 44 %

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan Radiologi Pasien Tn.N di Ruang instalasi
gawat darurat di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari Yogyakarta

Hari/ Tanggal Jenis Pemeriksaan Kesan/Interpretasi


03/08/2021 Rontgen Thorax System tulang intact
23:26  Reticulo granula +
 Trachea di tengah
 Sinus costofrenius
dekstra lancip, sinistra
lancip
 Diafragma dekstraet
sinistra licin, tak
mendatar
 CTR < 5
Kesan
 Broncopneumonia
 Cor normal

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

6. Terapi
Pemberian Terapi Pasien Pasien Tn.N di Ruang instalasi gawat darurat di
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari Yogyakarta
O2 nrm 15 L/menit
Infuse NaCl 5 tpm makro
Inj. Omeprazole 1 amp
Inj. Lovofloxasin 750 mg/24 jam

Inj. Methylprednisolon 125 mg/8jam


PCT 3X500 mg
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
ANALISA DATA
Tabel 3.7 Analisa Data

Pasien Tn.N di Ruang instalasi gawat darurat di Rumah Sakit


Umum Daerah Wonosari Yogyakarta

DATA PENYEBAB MASALAH


DS: Factor lingkungan Pola nafas tidak
 klien mengeluh sesak (udara, bakteri, virus, efektif
nafas dan memberat saat jamur) masuk melalui (D.0005)
klien mobilisasi ditempat saluran nafas atas
tidur. 
 Klien mengatakan sesak Terjadi infeksi dan
dirasakan sejak 1 hari peradangan
sebelum masuk Rumah 
sakit, sesak memberat Kontraksi otot-otot polos
ketika klien beraktivitas saluran pernafasan
DO: 
 Tampak penggunaan otot Penyempitan saluran
bantu pernafasan pernafasan
 Fase ekspirasi 
memanjang Keletihan otot pernafasan

 Pola nafas abnormal
Dispnea
(takipnea) 
 Diameter thorax anterior- Pola nafas tidak efektif
posterior meningkat TTD
 RR : 34x/menit Erik
 SpO2 : 85%

DS: Factor lingkungan Hipertermi


 Klien mengeluh demam (udara, bakteri, virus, (D.0130)
 Demam dirasakan sejak jamur) masuk melalui
3 hari sebelum masuk saluran nafas atas
rumah sakit dan 
semakin hari semakin Terjadi infeksi dan
parah peradangan
DO: 
 Suhu tubuh diatas nilai Merangsang hipotalamus
normal (39,2°C) meningkatkan titik
 Kulit tampak merah patokan suhu (sel point)
 Kulit teraba hangat 
Suhu tubuh di atas
 Takikardi (130x/menit)
normal TTD
 Takipnea (34x/menit)
 Erik
Hipertermia

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
DS: Factor lingkungan Intoleransi
 Klien mengeluh sesak (udara, bakteri, virus, aktivitas
setelah beraktivitas jamur) masuk melalui (D.0056)
 Klien mengeluh lemas saluran nafas atas
 Klien mengeluh lelah 
DO: Terjadi infeksi dan
 Frekuensi jantung peradangan
meningkat >20% dari 
kondisi istirahat PaO2 rendah
(130x/menit) PaCO2 tinggi
 Tekanan darah berubah 
Gangguan metabolism
>20% dari kondisi
jaringan
istirahat (166/96 mmHg)

 Dispnea (34x/menit)
Metabolism anaerob
 SpO2 85% 
Produksi ATP menurun

Deficit energy

Lelah, lemah TTD
 Erik
Intoleransi aktivitas

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASAR PRIORITAS

1. Pola nafas tidak efektif b.d sindrom hipoventilasi d.d klien


mengeluh sesak bernafas dan memberat saat klien mobilisasi
ditempat tidur, Klien mengatakan sesak dirasakan sejak 1 hari
sebelum masuk Rumah sakit, sesak memberat ketika klien
beraktivitas, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, Fase
ekspirasi memanjang, Pola nafas abnormal (takipnea), Diameter
thorax anterior- posterior meningkat, RR : 34x/menit, SpO2 : 85%
2. Hiprtermia b.d proses penyakit (infeksi) d.d Klien mengeluh
demam, demam dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit dan semakin hari semakin parah, suhu tubuh diatas nilai
normal (39,2°C), Kulit tampak merah, Kulit teraba hangat,
Takikardi (130x/menit), Takipnea (34x/menit)
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d.d klien mengeluh sesak setelah beraktivitas,
klien mengeluh lemas, klien mengeluh lelah, frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi istirahat (130x/menit), Tekanan
darah berubah >20% dari kondisi istirahat (166/96 mmHg),
Dispnea (34x/menit), SpO2 85%

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien / NO CM : Tn.N/00682881 Ruang: Instalasi Gawat Darurat

PERENCANAAN
HARI/TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
03/08/2021 (D.0005) Tanggal: 03 Agustus 2021 Tanggal: 03 Agustus 2021
Pola nafas tidak efektif b.d Pukul: 21:00 Pukul: 21:00
sindrom hipoventilasi d.d Pola nafas (L.01004) Dukungan ventilasi (I.01002)
DS: Setelah diberikan asuhan Observasi
 klien mengeluh sesak nafas dan keperawatan selama 6 jam  Identifikasi adanya kelemahan otot bantu
memberat saat klien mobilisasi pola nafas membaik, dengan nafas
ditempat tidur. criteria hasil:  Identifikasi efek perubahan posisi
 Klien mengatakan sesak  Klien tidak sesak terhadapstatus pernafasan
dirasakan sejak 1 hari sebelum  Frekuensi nafas 18-20  Monitor status respirasi dan oksigenasi
masuk Rumah sakit, sesak x/menit (frekuensi dan kedalaman
memberat ketika klien  Tidak terdapat nafas,penggunaan otot bantu nafas,
beraktivitas penggunaan otot bantu bunyi nafas tambahan, saturasioksigen)
DO: nafas Terapeutik
 Tampak penggunaan otot bantu  Tidak ada pemanjangan  Pertahankan kepatenan jalan nafas
pernafasan fase ekspirasi  Berikan posisi semi fowler atau fowler
 Fase ekspirasi memanjang  Diameter thorax anterior-  Fasilitasi mengubah posisi senyaman
 Pola nafas abnormal (takipnea) posterior normal mungkin
 Diameter thorax anterior-  Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
posterior meningkat Edukasi
 RR : 34x/menit  Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
 SpO2 : 85%

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Kolaborasi
 Kolaborasi pemebrian obat
Pemantauan respirasi (I.01014)
Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman
upaya nafas
 Monitor pola nafas
 Monitor adanya produksi sputum
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu

TTD
Erik

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
03/08/2021 (D.0130) Tanggal: 03 Agustus 2021 Tanggal: 03 Agustus 2021
Hiprtermia b.d proses penyakit Pukul: 21:00 Pukul: 21:00
(infeksi) d.d Termoregulasi (L.14134) Manajemen hipertermi (I.15506)
DS: Setelah diberikan asuhan Observasi
 Klien mengeluh demam keperawatan selama 6 jam  Identifikasi penyebab hipertermi
 Demam dirasakan sejak 3 termoregulasi membaik,  Monitor suhu tubuh
hari sebelum masuk rumah dengan criteria hasil:  Monitor haluaran urine
sakit dan semakin hari  Suhu tubuh 36,5-37,5°C  Monitor komplikasi akibat hipertermi
semakin parah  Kulit merah menurun Terapeutik
DO:  Suhu kulit membaik  Sediakan lingkungan yang dingin
 Suhu tubuh diatas nilai  Takikardi menurun  Longgarkan atau lepaskan pakaian
normal (39,2°C)  Takipnea menurun  Berikan cairan oral
 Kulit tampak merah  Ganti linen setiap hari atau lebih
 Kulit teraba hangat seringjika mengalami hiperhidrosis
 Takikardi (130x/menit)  Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Takipnea (34x/menit)  Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
 Ajurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

TTD
Erik

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
03/08/2021 (D.0056) Tanggal: 03 Agustus 2021 Tanggal: 03 Agustus 2021
Intoleransi aktivitas b.d Pukul: 21:00 Pukul: 21:00
ketidakseimbangan antara suplai Toleransi aktivitas Manajemen energy (I.05178)
dan kebutuhan oksigen d.d (L.05047) Observasi
 Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
DS: Setelah diberikan asuhan
mengakibatkan kelelahan
 Klien mengeluh sesak setelah keperawatan selama 6 jam
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
beraktivitas toleransi aktivitas meningkat,
 Monitor pola dan jam tidur
 Klien mengeluh lemas dengan criteria hasil:
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
 Klien mengeluh lelah  Tidak ada keluhan melakukan aktivitas
DO: lelah Terapeutik
 Frekuensi jantung meningkat  Tidak ada dispnea  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
>20% dari kondisi istirahat setelah aktivitas stimulus
(130x/menit)  Frekuensi nadi 60-100  Berikan aktivitas distraksi yang menenagkan
 Tekanan darah berubah x/menit  Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
>20% dari kondisi istirahat  Saturasi oksigen 95- tidak dapat berpindah atau berjalan
(166/96 mmHg) 100% Edukasi
 Tekanan darah 120/80  Anjurkan tirah baring
 Dispnea (34x/menit)
mmHg  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 SpO2 85%
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
 Frekuensi nafas 18-20
dan gejala jika tanda dan gejala tidak
x/menit
berkurang
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

TTD
Erik

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
C. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien / NO CM : Tn.N/00682881 Ruang: Instalasi Gawat Darurat

Hari/tanggal/jam Diagnose keperawatan Pelaksanaan Evaluasi


03/08/2021 (D.0005) Dukungan ventilasi (I.01002) Tanggal: 03 Agustus 2021
Pola nafas tidak efektif Observasi Pukul: 07:00
21:10
b.d sindrom  Identifikasi adanya kelemahan otot
hipoventilasi bantu nafas dengan hasil terdapat S:
penggunaan otot bantu nafas
(muscullus intercostalis interna,  Klien mengatakan
muscullus sternocleidomastoideus) sesaknya sudah berkurang
 Identifikasi efek perubahan posisi  Klien mengatakan tidak
terhadap status pernafasan sesak lagi ketika
dengan hasil perubahan posisi melakukan mobilisasi
dapat mengurangi sesak klien O:
 Monitor status respirasi dan
oksigenasi dengan hasil RR:  Tidak terdapat penggunaan
28x/menit (takipnea), nafas cepat otot bantu pernafasan
dan dangkal, masih terdapat  Fase ekspirasi normal
penggunaan otot bantu nafas,  Pola nafas normal
SpO2 88%  Diameter thorax anterior-
Terapeutik posterior normal
 Berikan posisi semi fowler atau
 RR : 24x/menit
fowler dengan hasil klien diberkan
posisi semi fowler  SpO2 : 95%
 Fasilitasi mengubah posisi A:
senyaman mungkin dengan hasil Masalah pola nafas tidak efektif
pasien dibantu mobilisasi teratasi

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
senyaman mungkin oleh perawat P:
maupun keluarga
Lanjutkan intervensi (klien pindah
 Berikan oksigenasi sesuai ke ruang perawatan)
kebutuhan dengan hasil klien
diberikan terapi oksigen NRM 15
liter/menit
Edukasi
 Ajarkan mengubah posisi secara
mandiri dengan hasil klien
mengerti apa yang dijelaskan
perawat dan akan mencobanya
perlahan.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian terapi Inj. TTD
Methylprednisolon 125 mg/8jam Erik

03/08/2021 (D.0130) Manajemen hipertermi (I.15506) Tanggal: 03 Agustus 2021


Hiprtermia b.d proses Observasi Pukul: 07:00
21:30 penyakit (infeksi)  Identifikasi penyebab hipertermi
dengan hasil terdapat infeksi pada S:
dan peradangan pada saluran
udara (bronkus) dan kantung  Klien mengatakan masih
udara (alveolus) demam
 Monitor suhu tubuh dengan hasil O:
SB: 39,2°C
 Suhu tubuh 38,0°C
 Monitor komplikasi akibat
 Kulit teraba hangat
hipertermi dengan hasil tidak ada
komplikasi akibat hipertermi  Takikardi (110x/menit)
 Frekuensi nafas 24x/menit
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Terapeutik A:
 Sediakan lingkungan yang dingin
Masalah hipertermi belum teratasi
dengan hasil klien ditempatkan
pada ruangan yang memiliki P:
pendingin ruangan Lanjutkan intervensi (klien pindah
 Longgarkan atau lepaskan pakaian ke ruang perawatan)
dengan hasil klien dilepaskan
pakaiannya
 Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis dengan hasil linen
belum diganti karena klien tidak
hiperhidrosis
 Berikan oksigen jika perlu dengan
hasil klien diberikan terapioksigen
NRM 15 L/menit
Edukasi
 Anjurkan tirah baring dengan hasil
klien mengikuti perintah perawat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
dengan hasil klien diberikan terapi
cairan NaCl makro 5 tpm PCT dan
Lovofloxasin 750 mg/24 jam

TTD
Erik

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
03/08/2021 (D.0056) Manajemen energy (I.05178) Tanggal: 03 Agustus 2021
Intoleransi aktivitas Observasi Pukul: 07:00
22:00 b.d ketidakseimbangan  Identifkasi gangguan fungsi tubuh
antara suplai dan yang mengakibatkan kelelahan S:
kebutuhan oksigen dengan hasil klien mengalami
gangguan pada organ paru  Klien mengatakan
(dispnea) sesaknya berkurang
 Monitor kelelahan fisik dan  Klien mengatakan sesak
emosional dengan hasil klien tidak lagi ketika melakukan
ada tanda burnout syndrome, aktivitas seperti duduk
tetapi klien hanya cemas dengan ditempat tidur
kondisi kesehatannya
 Klien mengatakan bisa
 Monitor pola dan jam tidur dengan
mobilisasi dengan bantuan
hasil klien sulit tidur di RS
keluarga
 Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama  Klien mengatakan sulit
melakukan aktivitas dengan hasil tidur
klien pusing ketika banyak gerak O:
Terapeutik
 Frekuensi jantung
 Sediakan lingkungan nyaman dan
menurun (110x/menit)
rendah stimulus dengan hasil klien
 Tekanan darah menurun
ditempatkan diruangan khusus
pasien suspect yang aman dan (153/90 mmHg)
tidak bising  Frekuensi nafas membaik
 Berikan aktivitas distraksi yang (22x/menit)
menenagkan dengan hasil klien di  SpO2 95%
dengarkan murotal al-quran A:
 Fasilitasi duduk disisi tempat
Masalah intoleransi aktivitas teratasi
tidur, jika tidak dapat berpindah sebagian

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
atau berjalan dengan hasil klien P:
belum bias duduk dikarenakan
Lanjtkan intervensi (klien pindah ke
pusing
ruang perawatan)
Edukasi
 Anjurkan tirah baring dengan hasil
klien mengikuti anjuran
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap dengan hasil klien
mengikuti anjuran
 Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala jika tanda
dan gejala tidak berkurang dengan
hasil keluarga mengikuti anjuran
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan dengan hasil klien
diberikan makanan sesuai dengan
diit penyakitnya yaitu rendah
garam, tinggi protein, tinggi kalori

TTD TTD
Erik Erik

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
MANAGEMENT CASUS : PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU

Muhaimin Saranani1, Dian Yuniar Syanti Rahayu2, Ketrin3

1,2,3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

ABSTRAK

Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru,


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Somantri, 2009). Pada tahun 2017 di
Sulawesi Tenggara ditemukan 2.587 kasus baru BTA (+). Pada tahun 2016 di RSUD
Kota Kendari di dapatkan jumlah kasus tuberculosis paru sebanyak 229 kasus
sedangkan tahun 2017 sebanyak 286 kasus ( Rekam Medik dan SIRS Kota Kendari ).
Tujuan : Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien tuberculosis paru dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi di Ruang Lavender RSUD Kota Kendari. Metode:
Pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deksriptif yaitu dengan studi
kasus. Hasil: Diagnosa Keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan mucus berlebihan. Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam
didapatkan hasil : pasien tidak mengalami sesak, pernapasan 20 kali/menit, suara
napas tambahan tidak ada dan pasien mampu melakukan batuk efektif tanpa bantuan
instruksi perawat. Kesimpulan: Tindakan batuk efektif dapat membantu
mengeluarkan sekret dan mengurangi nyeri dada.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru, Kebutuhan Oksigenasi,

Pendahuluan
Tuberculosis paru merupakan misalnya karena malnutrisi,
penyakit infeksi yang menyerang penggunaan alkohol, penyakit
parenkim paru-paru, disebabkan oleh maligna, diabetes, AIDS, dan gagal
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ginjal (Somantri, 2009).
ini juga dapat menyebar ke bagian Secara global pada tahun 2016
tubuh lain seperti meningen, ginjal, terdapat 10,4 juta kasus insiden
tulang, dan nodus limfe (Somantri, tuberculosis (CI 8,8 juta – 12, juta)
2009 )Tuberculosis pada manusia yang setara dengan 120 kasus per
ditemukan dalam dua bentuk yaitu 100.000 penduduk. Lima negara
tuberculosis primer, jika terjadi pada dengan insiden kasus tertinggi yaitu
infeksi yang pertama kali dan India, Indonesia, China, Philipina, dan
tuberculosis sekunder, kuman yang Pakistan. Sebagian besar estimasi
dorman pada tuberculosis primer akan insiden tuberculosis pada tahun 2016
aktif setelah bertahun-tahun kemudian terjadi di Kawasan Asia Tenggara
sebagai infeksi endogen menjadi (45%) dimana Indonesia merupakan
tuberculosis dewasa. Mayoritas terjadi salah satu di dalamnya dan 25% nya
karena adanya penurunan imunitas, terjadi di kawasan Afrika. Badan

1
kesehatan dunia mendefinisikan proses oksigenasi, apabila tidak
negara dengan beban tinggi/high terpenuhi akan menyebabkan
burden countries (HBC) untuk metabolisme sel terganggu dan terjadi
tuberculosis berdasarkan 3 indikator kerusakan pada jaringan otak apabila
yaitu tuberculosis, tuberculosis /HIV, masalah tersebut berlangsung lama
dan MDR- tuberculosis. Terdapat 48 akan menyebabkan kematian.
negara yang masuk dalam daftar Kebutuhan oksigenasi merupakan
tersebut. Satu negara dapat masuk kebutuhan dasar manusia yang
dalam salah satu daftar tersebut, atau digunakan untuk kelangsungan
keduanya, bahkan bisa masuk dalam metabolisme sel tubuh
ketiganya. Indonesia bersama 13 mempertahankan hidup dan aktivitas
negara lain, masuk dalam daftar HBC berbagai organ atau sel (Hidayat,
untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya 2015).
Indonesia memiliki permasalahan Peran perawat dalam menangani
besar dalam menghadapi penyakit pasien tuberculosis dengan
tuberculosis (Kemenkes, 2018). menurunkan angka kesakitan dan
Pada tahun 2016 di RSUD Kota kematian dengan cara memutuskan
Kendari di dapatkan jumlah kasus rantai penularan, dalam
tuberculosis paru sebanyak 229 kasus. pelaksanaannya tidak terlepas dari
Pada tahun 2017 tuberculosis paru pemberian pelayanan asuhan
sebanyak 286 kasus di Ruang Rawat keperawatan dengan menggunakan
inap RSUD Kota Kendari. Sedangkan proses keperawatan, pelaksanaan lebih
kasus tuberculosis paru pada tahun ditekankan pada upaya preventif dan
2018 yang didapatkan sebanyak 124 promotif tanpa mengabaikan upaya
kasus (SIRS RSUD Kota Kendari, kuratif dan rehabilitative, juga
2018). ditekankan pada pengawasan bagi
Keluhan yang muncul pada pasien penderita yang menjalani pengobatan,
yang menderita penyakit tuberculosis memberikan pendidikan kesehatan
paru dibagi menjadi dua yaitu keluhan agar penderita dan orang-orang yang
yang timbul pada pernapasan dan beresiko dapat melakukan tindakan
keluhan yang timbul secara sistematis. preventif sehingga dapat mencegah
Keluhan yang timbul secara sistematis dan memutuskan rantai penularan
seperti demam, flu, keringat malam, (Dhyantari, 2014).
anoreksia, penurunan berat badan, Kepatuhan minum obat merupakan
malaise. Sedangkan keluhan yang faktor kunci keberhasilan pengobatan.
muncul pada pernapasan diantaranya Sejumlah pasien di banyak negara
batuk, batuk berdarah, sesak napas, menghentikan pengobatan sebelum
dan nyeri dada sehingga menimbulkan tuntas karena berbagai alasan.
masalah kebutuhan oksigen (Muttaqin, Besarnya angka ketidak patuhan
2008). pengobatan sulit dinilai, namun
Dari hasil penelitian Purwanti diperkirakan lebih dari seperempat
(2013), dampak yang buruk tejadi pada pasien tuberculosis gagal dalam
pasien dengan tuberculosis paru jika menyelesaikan pengobatan 6 bulan.
oksigen bekurang akan mengalami Ketidakpatuhan pengobatan
sesak nafas yang akan mengganggu meningkatkan risiko kegagalan

2
pengobatan dan relaps, serta dianggap adalah munculnya kuman tuberculosis
sebagai salah satu penyebab paling yang resisten terhadap obat, jika ini
penting munculnya drug-resistant terus terjadi dan kuman tersebut terus
tuberculosis (Dhyantari, 2014). menyebar pengendalian obat
Keberhasilan pengobatan tuberculosis akan semakin sulit
tuberculosis tergantung pada dilaksanakan dan meningkatnya angka
pengetahuan pasien dan dukungan dari kematian terus bertambah akibat
keluarga. Tidak adanya upaya dari diri penyakit tuberculosis (Nugroho,
sendiri pasien atau pemberian motivasi 2016).
dari keluarga yang kurang dalam Berdasarkan uraian diatas, maka
memberikan dukungan untuk berobat peneliti tertarik untuk menyajikan
secara tuntas akan mempengaruhi studi kasus mengenai “Asuhan
kepatuhan pasien untuk Keperawatan pada Pasien Tuberculosis
mengkonsumsi obat. Apabila ini paru dalam Pemenuhan Kebutuhan
dibiarkan, dampak yang akan muncul Oksigenasi di Ruang Lavender RSUD
jika penderita berhenti minum obat Kota Kendari”

Metode Penelitian Pasien terpasang oksigen,pasien


Penelitian ini merupakan penelitian mengeluh sesak, nyeri dada saat batuk
studi kasus deskriptif. Studi kasus , batuk berdarah dan sulit dikeluarkan.
deskriptif. Penelitin dilakukan selama Pasien mengatakan masuk rumah sakit
3 hari perawatan. Sampel penelitian ini karena batuk darah. Pasien pernah
adalah pasien yang mendapatkan mengalami penyakit yang sama dan
perawatan dengan tuberculosis paru pernah dirawat di RSU Bahteramas
yang memiliki masalah dalam pada tahun 2015. Adapun riwayat
pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pengobatan tuberculosis paru yaitu
terdapat batuk dan sekret, terdapat pasien mengatakan pernah diberikan
suara napas tambahan, pasien yang obat selama 6 bulan. Hasil dari
terpasang oksigen dan pasien yang pengkajian fisik didapatkan data
menjalani rawat inap. Peneliti keadaan umum pasien lemah,
menggunakan instrumen dan observasi kesadaran composmentis, tekanan
sebagai instrumen penelitian ini. Alat darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 70
ukur yang digunakan menggunakan kali permenit, suhu badan 37°C dan
pedoman NIC dan NOC yang frekuensi pernapasan 28 kali per
dilakukan dengan pasien mengenai menit. Hasil inspeksi dada simetris,
Tuberculosis paru dalam pemenuhan tidak ada retraksi dinding dada
kebutuhan oksigenasi. meskipun pasien tampak sesak, pada
palpasi dada vocal fremitus suara sama
Hasil Studi Kasus pada kedua sisi paru, pada auskultasi
Nama pasien adalah Ny. R berusia terdapat bunyi nafas tambahan ronchi,
40 tahun. Pasien masuk Rumah sakit pada perkusi dada hasilnya redup,
dengan keluhan batuk darah sejak 1 terdapat batuk darah dengan sputum,
hari yang lalu disertai sesak. Pasien irama nafas irreguler namun tidak
diantar oleh saudaranya pada tanggal 3 terlihat adanya retraksi dinding dada.
Mei 2019 pukul 23.15. Saat dilakukan

3
Berdasarkan data dari pengkajian pasien, dan melihat medical record
yang dilakukan merujuk pada batasan pasien. Hasil pengkajian sebagai
karakteristik ketidakfektifan bersihan berikut:
jalan napas pada diagnosa NANDA, Data subjektif yaitu pasien
maka terdapat kesesuaian data dari mengatakan batuk darah, sesak dan
pengkajian dengan diagnosa nyeri dada saat batuk. Data objektif
keperawatan tersebut. Peneliti yaitu keadaan umum pasien lemah,
menegakkan diagnosa ketidakfektifan kesadaran composmentis, pada
bersihan jalan napas. Nursing auskultasi terdapat suara napas
Intervention Classification (NIC) yang tambahan ronchi, pernapasan irreguler,
diberikan monitor status pernafasan dengan frekuensi napas 28 kali/menit,
dan oksigen, posisikan pasien semi tekanan darah 100/60mmHg, suhu
fowler untuk memaksimalkan badan 37°C dan frekuensi nadi 70
ventilasi, auskultasi adanya suara nafas kali/menit.
tambahan dan latih pasien untuk batuk Berdasarakan teori dan studi kasus
efektif. Penerapan intervensi dilakukan diatas peneliti menemukan kesejangan,
selama 3 hari perawwatan. Dengan semua data yang ada pada teori tidak
hasil yang diperoleh Pernapasan 20 semua dimiliki oleh pasien, tetapi
kali/menit, irama pernapasan reguler, semua data yang dimiliki oleh pasien
pasien tidak diberikan oksigen, suara saat pengkajian ada pada teori. Adapun
napas tambahan tidak ada, pasien data yang tidak ditemukan pada pasien
mampu melakukan batuk efektif tanpa yaitu menggunakan otot bantu
bantuan instruksi perawat. pernapasan, vokal premitus meningkat,
bunyi perkusi paru resonan atau sonor,
Pembahasan adanya sianosis perifer, tampak wajah
Pengkajian meringis, pasien mengalami mual,
Menurut teori Muttaqin (2008) muntah, penurunan nafsu makan dan
pengkajian keperawatan pada pasien berat badan. Data penurunan nafsu
tuberculosis paru yaitu sesak nafas, makan dan berat badan tidak dikaji
peningkatan frekuensi napas, oleh peneliti.
menggunakan otot bantu pernapasan, Setiap manusia dalam memberikan
vokal fremitus meningkat, bunyi respon baik bio, psiko, sosial dan
perkusi paru resonan atau sonor, suara spiritual terhadap stimulus berbeda-
napas ronchi, kelemahan fisik, tekanan beda sehingga gejala dan karakteristik
darah biasanya dalam batas normal, yang didapatkan berbeda.
denyut nadi perifer melemah,
kesadaran composmentis, konjungtiva Diagnosa Keperawatan
anemis, pasien merasa mual, Diagnosa keperawatan adalah langkah
muntah,penurunan nafsu makan dan kedua dalam proses asuhan
berat badan. keperawatan yaitu menganalisa data
Studi kasus pada Ny. R yang subjektif dan data objektif yang telah
dilakukan pada tanggal 4 Mei 2019 didapatkan pada tahap pengkajian
pukul 08.00 WITA, dengan melakukan guna menegakkan diagnosa masalah
wawancara pada keluarga dan pasien, keperawatan yang terjadi pada pasien.
observasi pemeriksaan fisik pada Dari data pengkajian yang sudah

4
didapatkan adalah pasien batuk hipoksemia, hipoksia, iritabilitas, nafas
berdarah dan dahaknya sulit cuping hidung, gelisah, somnolen,
dikeluarkan, ada suara nafas tambahan takikardia dan gangguan penglihatan.
, dan pasien nampak sesak dengan 1. Intervensi Keperawatan
frekuesni 28 kali/meit. Dari data Pada penelitian diagnosa keperawatan
pengkajian peneliti menengakkan yang didapatkan adalah
diagnosa ketidakefektifan bersihan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
jalan nafas berhubungan dengan berhubungan dengan mucus
mucus berlebihan. berlebihan, sehingga perencanaan
Menurut Herdman (2018), keperawatan diharapakan bersihan
Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas kembali efektif.
jalan napas berhubungan dengan Menurut Bulechek (2016),
mukus berlebihan mempunyai batasan intervensi yang dapat diberikan pada
karakteristik suara napas tambahan, diganosa keperawatan ketidaefektifan
perubahan pola napas, perubahan bersihan jalan napas adalah monitor
frekuensi napas, sianosis, kesulitan status pernafasan dan oksigen,
verbalisasi , penurunan bunyi napas, posisikan pasien semi fowler untuk
dispnea, sputum dalam jumlah yang memaksimalkan ventilasi, auskultasi
berlebihan, batuk yang tidak efektif, adanya suara nafas tambahan dan latih
ortopnea, gelisah dan mata terbuka pasien untuk batuk efektif.
lebar Dalam studi kasus ini intervensi
Adapun diagnosa keperawatan yang yang diberikan pada Ny. R adalah
ada pada teori tetapi tidak terdapat monitor status pernafasan dan oksigen,
pada studi kasus ini adalah gangguan posisikan pasien semi fowler untuk
pertukaran gas berhubungan dengan memaksimalkan ventilasi, auskultasi
kongesti paru, hipetensi pulmonal, adanya suara nafas tambahan dan latih
penurunan perifer yang mengakibatkan pasien untuk melakukan batuk efektif.
asidosis laktat dan penurunan curah
jantung. Alasan mengapa diagnosa Implementasi Keperawatan
keperawatan tesbut tidak dapat Implementasi keperawatan adalah
dimunculkan oleh penulis karena langkah keempat dalam proses asuhan
kondisi yang dialami pasien tidak keperawatan dimana tindakan yang
cukup untuk mengangkat diagnosa diperlukan untuk mencapai tujuan dan
keperawatan dan ditinjau dari definisi hasil yang telah ditentukan.
dan batasan karakteristik. Gangguan Menurut Rahmaniar (2017), dalam
pertukaan gas adalah kelebihan atau naskah publikasinya yang berjudul
defisit pada oksigenasi dan atau “Asuhan Keperawatan Pada Tn. J dan
eliminasi carbon dioksida pada Ny. D Dengan Tuberkulosis Paru di
membran alveoli kapiler. Ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil
Batasan karakteristik gas darah Padang” untuk mengatasi masalah
arteri abnormal, pH arteri abnormal, keperawatan yang berhubungan
pola pernapasan abnormal, warna kulit dengan kebutuhan oksigenasi peneliti
abnornal, konfusi, penuruna karbon melakukan intervensi menggunakan
dioksida (CO2), diaforesis, disnpenea, Nursing interventions clasification
sakit kepala saat bangun, hiperkapneu, (NIC) manajemen jalan nafas dengan

5
cara posisikan pasien semi fowler, mengatakan lebih efektif jika
lakukan fisioterapi dada, lakukan menerapkan batuk efektif dibanding
batuk efektif, auskultasi suara nafas dengan batuk tanpa ada arahan dari
dan monitor pernafasan. Dalam perawat. Sebelum diajarkan batuk
penelitian ini tindakan keperawatan efektif klien megeluh nyeri dada pada
yang diberikan pada Ny. R selama saat batuk. Klien tidak merasakan
3x24jam yaitu pada tangga 4 sampai nyeri dada pada saat ketika batuk jika
dengan 6 Mei 2019 adalah memonitor melakukan batuk efektif
status pernafasan dan oksigen,
memberikan posisi pasien semi fowler Kesimpulan
untuk memaksimalkan ventilasi, Setelah dilakukan penelitian studi
melakuakn auskultasi adanya suara kasus dengan menggunakan asuhan
nafas tambahan dan melatih pasien keperawatan di ruang Lavender RSUD
untuk melakukan batuk efektif. Kota Kendari pada tanggal 4 sampai
dengan 6 Mei 2019, Asuhan
Evaluasi Keperawatan keperawatan yang dilakukan oleh
Evaluasi keperawatan merupakan penulis pada studi kasus meliputi
proses akhir dari pemberian asuhan pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan yang memuat kriteria keperawatan, intervensi keperawatan,
hasil dan keberhasilan tindakan dengan implementasi keperawatan, dan
melihat tingkat kemajuan kesehatan evaluasi keperawatan, maka penulis
pasien. menarik kesimpulan sebagai berikut:
Menurut Rahmaniar (2017), setelah 1. Pengkajian keperawatan dilakukan
dilakukan pemberian tindakan dengan wawancara, observasi,
dilakukan evaluasi, data yang pemeriksaan fisik dan melihat
didapatkan sekret sudah berkurang, medical record pasien. Pada Ny.
pasien tampak bisa mengeluarkan R Data Subjektif yaitu pasien
sekret dengan batuk efektif, pernafasan mengatakan batuk berdarah dan
21 kali/menit dan pasien sudah tidak dahaknya sulit dikeluarkan, pasien
terpasang oksigen. Assesment masalah mengeluh sesak dan nyeri dada
teratasi. saat batuk. Data Objektif yang
Sedangkan pada studi kasus yang didapatkan yaitu pasien tampak
dilakukan Ny. R, hasil evaluasi yang batuk darah, nampak sesak,
dilakukan pada tanggal 6 Mei 2019, askultasi terdengar suara nafas
untuk mengatasi masalah keperawatan tambahan ronchi, irama
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pernapasan irreguler. Dengan
berhubungan dengan mucus berlebihan tanda-tanda vital Tekanan darah :
dengan memperlihatkan pasien tidak 100/60mmHg, pernapasan: 28 kali
mengalami sesak, pernapasan 20 menit, nadi: 70 kali/ menit, suhu:
kali/menit, dan pasien mampu 37°C
melakukan batuk efektif tanpa bantuan 2. Diagnosa keperawatan yang
instruksi perawat sesuai dengan data yang
Respon yang disampaikan oleh didapatkan pada saat pengkajian
pasien pada saat peneliti melakukan yaitu ketidakefektifan bersihan
latihan batuk efektif adalah pasien

6
jalan nafas berhubungan dengan Bahasa Intansari Nurjannah &
mucus berlebihan. Roxana Devi Tumanggor.
3. Intervensi keperawatan yang Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
direncanakan adalah monitor Tenggara. 2017. Profil
status pernapasan dan oksigen, Kesehatan Sulawesi Tenggara
posisikan pasien semifowler untuk 2016. Kendari : Dinkes Sultra.
memaksimalkan ventilasi, Retrieved from
auskultasi suara nafas dan adanya http://dinkes.sultraprov.go.id/
suara nafas tambahan serta latih Dhiyantari, Reza, et al. 2014. Gambaran
pasien untuk batuk efektif. Kepatuhan Minum Obat Pada
4. Implementasi keperawatan Penderita Tuberculosis Paru Di
disesuaikan dengan perencanan Wilayah Kerja Puskesmas
yang peneliti susun yang Bebandem Karangasem. E-Jurnal
didapatkan dari teoritis. Tindakan Medika Udayana.
ini dilakukan selama 3 hari Herdman, T, Heather & Kamitsuru
perawatan. Yang dilakukan untuk Shigemi. 2018. Nanda
mengatasi masalah keperawatan Internasional: Diagnosis
berupa tindakan memonitor status Keperawatan Definisi &
pernapasan dan oksigen, Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
memberikan posisi semifowler Jakarta: EGC
untuk memaksimalkan ventilasi, Hidayat, A. Alimul Aziz. 2009.
mengauskultasi suara nafas dan Pengantar Kebutuhan Dasar
adanya suara nafas tambahan serta Manusia Edisi –Buku 2.
melatih pasien untuk batuk efektif. Jakarta: Salemba Medika
5. Evaluasi keperawatan dilakukan Kemenkes RI. 2018. Pusat Data dan
setiap selesai pemberian tindakan Informasi Kesehatan
yaitu selama 3 hari dari tanggal 4 Kementerian Kesehatan RI
Mei sampai dengan 6 Mei 2019. Manurung, Santa et al. 2009. Seri
Dari evaluasi tersebut Asuhan Keperawatan:
memperlihatkan pasien tidak Gangguan Sistem Pernafasan
mengalami sesak, pernapasan 20 Akibat Infeksi. Jakarta: Trans
kali/menit dan pasien mampu Info Media (TIM)
melakukan batuk efektif tanpa Moorhead, Sue et al. 2016. Nursing
bantuan instruksi perawat. Outcomes Classification
(NOC) Edisi 5. Singapore:
DAFTAR PUSTAKA Elsavier, Alih Bahasa Intansari
Budiono & Pertami, Sumirah Budi. Nurjannah & Roxana Devi
2015. Konsep Dasar Tumanggor.
Keperawatan. Jakarta: Bumi Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan
Medika. Keperawatan Klien dengan
Bulechek, Gloria M et al. 2016. Gangguan Sistem Pernapasan.
Nursing Intervensions Jakarta: Saemba Medika
Classification (NIC) Edisi 6. Nugroho, Septian Adi. 2016.
Singapore: Elsavier, Alih Hubungan Antara Pengetahuan
Penderita Tuberculosis dan

7
Dukungan Keluarga dengan Pernapasan, Edisi 2. Jakarta:
Kepatuhan Minum Obat Di Salemba Medika
Wilayah Kerja Puskesmas Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh
Jekulo.Surakarta: Universitas Manusia untuk Mahasiswa
Muhammadiyah Surakarta. Keperawatan Edisi 2. Jakarta :
Retrieved from Salemba Medika
www.eprints.ums.ac.id
Nurarif, Amin Huda & Kusuma,
Hardi. 2016. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA,
NIC, NOC. Yogyakarta:
MediAction Publishing
Nursalam, 2011. Konsep dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Purwanti. 2013. Asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada Tn.S dengan
tuberkulosis paru diruang
mawar 1 RSUD Karanganyar.
Surakarta: Stikes Kusuma
Husada. Retrieved from
http:digilib.stikeskusumahusad
a.ac.id
Rahmaniar, Dwi Sarah. 2017. Asuhan
Keperawatan Pada Tn. J dan
Ny. D Dengan Tuberkulosis
Paru di Ruang Paru RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Padang :
Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang. Retrieved
from https://pustaka.
poltekkespdg.ac.id
SIRS RSUD Kota Kendari.2018. Data
Penyakit TB paru. Kendari :
SIRS RSUD Kota Kendari.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan
Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem

8
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019

STUDI KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA YANG MENGALAMI MASALAH
OKSIGENASI DIRUANG MELATI RSUD PASAR MINGGU
Cut Deswita Kanassa Suci*, Fitri Annisa*
*
Akademi Keperawatan Keris Husada
E-mail: cutdes97@gmail.com

Abstrak
Bronkopneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada balita di Indonesia. Diperlukan asuhan
keperawatan yang berkualitas dalam merawat anak dengan bronkopneumonia. Salah satu upaya untuk mencapai
hal tersebut adalah dengan melakukan studi kasus pada masalah tersebut. Penelitian studi kasus deskriptif ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia yang mengalami
masalah oksigenasi. Studi kasus dilakukan pada dua pasien balita dengan instrumen lembar pengkajian sampai
dengan evaluasi keperawatan. Hasil studi kasus menunjukan data pengkajian masalah oksigenasi pada anak
bronkopneumonia adalah sekret kental, napas cepat, dan suara napas ronchi dengan diagnosis keperawatan yang
utama ketidakefektifan bersihan jalan napas. Evaluasi yang didapatkan setelah diberikan intervensi keperawatan
yang sesuai didapatkan perbaikan terkait data pengkajian yang teah disebutkan sebelumnya.

Kata kunci. Bronkopneumonia, asuhan keperawatan, oksigenasi

Abstract
Bronchopneumonia is the biggest cause of mortality of children under 5 in Indonesia. Quality nursing care is
needed in treating children with bronchopneumonia. One effort to achieve quality nursing care is by conducting a
case study. Descriptive case study aims to determine the description of nursing care in children with
bronchopneumonia who have oxygenation problems. Case studies were conducted on two under-five patients with
assessment sheet and nursing evaluation (?) as the intstruments. The results of the case study show data on the
assessment of oxygenation problems in bronchopneumonia children are include thick secretions, rapid breathing,
and the sound of rhonchi breath with a nursing diagnosis which is the main ineffectiveness of airway clearance.
Eval uations obtained after being given nursing that are appropriate for improvement are related to previously
received assessment data..

Keywords: bronchopneumonia, nursing care, oxygenation

PENDAHULUAN Menurut World Health Organization


Bronkopneumonia merupakan salah satu (WHO) (2013) didunia, angka kematian
penyakit yang menyerang saluran nafas anak akibat bronkopneumonia atau infeksi
bagian bawah. Bronkopneumonia menjadi saluran pernafasan akut yang
penyebab kematian terbesar penyakit mempengaruhi paru-paru dinyatakan
saluran nafas bawah yang menyerang anak- menjadi penyebab kematian sekitar 1,2 juta
anak dan balita hampir diseluruh dunia. anak setiap tahun. Dapat dikatatakan, setiap
jam ada 230 anak didunia yang meninggal
Diperkirakan bronkopneumonia banyak karena bronkopneumonia. Angka itu
terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh bahkan melebihi angka kematian yang
karena itu pengobatan penderita disebabkan oleh AIDS, malaria dan
bronkopneumonia dapat menurunkan angka tuberkulosis. Berdasarkan hasil Riskesdas
kematian anak (Bennete,2013). tahun 2013 menyebutkan bahwa di
indonesia bronkopneumonia menepati
31
peringkat

31
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019

kedua kematian balita (15,5%) dari seluruh mempunyai kebutuhan oksigen lebih tinggi
penyebab kematian, jumlah kematian anak dari orang dewasa. Pemenuhan kebutuhan
balita disebabkan kasus bronkopneumonia. oksigen sangat ditentukan oleh keadekuatan
pada tahun 2013 ditetapkan menjadi 78,8% sistem pernafasan dan sistem
per 1000 balita, dan kematian bayi akibat kardiovaskuler. (Poston,2009) pada anak
bronkopneumonia sebanyak 13,6% per dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
1000 bayi. (Riskesdas,2013) Salah satu oksigenasi, salah satu upaya yang dapat
negara berkembang seperti indonesia jika dilakukan untuk menangani anak dengan
dibandingkan dengan negara tetangga bronkopneumonia adalah memberikan
seperti Thailand, terapi antibiotik yang asuhan keperawatan yang berkualitas dan
dilakukan untuk menangani peningkatan kualitas asuhan keperawatan
bronkopneumoia oleh Thailand (65%) lebih salah satunya dengan cara melakukan studi
tinggi 26% dari Indonesia (39%) kasus anak dengan bronkopneumonia.
(Fikri,2016).
METODE
Menurut Wahid dan Imam (2013) faktor
Desain penelitian yang digunakan dalam
yang mengakibatkan resiko terkena
studi kasus ini menggunakan metode
bronkopneumonia diantaranya adalah
deskritif dan pada kasus ini penulis
infeksi saluran pernafasan atas, umur
mengelola kasus dengan menggunakan
dibawah 2 bulan, sosial ekonomi yang
proses keperawatan. Batasan masalah yaitu
rendah, tingkat pendidikan yang rendah,
berdasarkan identifikasi masalah,penulis
pelayanan kesehatan rendah, kepadatan
memberikan batasan ruang lingkup dari
tempat tinggal, penyakit kronis dan
penelitian yang dilakukan dan hanya
imunisasi yang tidak lengkap. Intervensi
membatasi permasalahan pada anak dengan
yang dilakukan untuk menurunkan angka
bronkopneumonia yang mengalami
kesakitan dan kematian balita pada kejadian
masalah oksigenasi. Partisipan pasien yang
ini adalah pemberian ASI ekslusif,
dikelola pada studi kasus ini memiliki
imunisasi yang utamanya berhubungan
karakteristik sebagai berikut yaitu usia
dengan vaksin Streptococcus pneumonia
balita 1-5 tahun dengan diagnosis medis
dan Haemophilus influenza type b, serta
Bronkopneumonia yang mengalami
vaksin campak dan pertusis, peningkatan
masalah oksigenasi dengan atau tanpa
kualitas sanitasi dan hygiene tempat balita
komplikasi.
maupun menggurangi polusi udara dalam
rumah (WHO,2013) kegawatan atau
Definisi operasional proses penerapan
komplikasi yang sering terjadi pada anak
Asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia jika tidak
bronkopneumonia mulai dari pengkajian
ditangani dengan tepat dan segera bisa
sampai dengan evaluasi. Analisa data yang
mengakibatkan atelektasis, empisema,
dikumpulkan dari hasil wawancara,
abses paru dan obtitis media (Bradley
observasi, dan pemeriksaan fisik. Setelah
et.al,2011).
itu data dikelompokkan menjadi data
subjektif dan objektif, dianalisis dan
Kebutuhan oksigenasi merupakan
dibandingkan hasil yang normal. Dari data
kebutuhan fisiologis dasar bagi semua
yang disajikan kemudian data tersebut
manusia untuk kelangsungan hidup sel dan
dibahas dan
jaringan serta metabolisme tubuh. Abak

32
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019

dibandingkan dengan hasil penelitian gangguan sensori. Sistem Genetalia :


terdahulu dan secara teoritis. normal. Sistem Integumen warna kulit
normal, tidak ada luka. Dengan
Etika penelitian Anonymity menyebutkan Laboratorium hemoglobin 12,2gr/dl,
nama pasien dalam bentuk inisial, hematokrit 37%, leukosit 24,2rb/ul,
Confidentiality kerahasiaan tidak trombosit 529rb/ul, GDS 88 mg/dl, natrium
disebarluaskan tanpa izin yaitu identitas 144 mEq/dl, kalium 5,30 mEq/L, chlorida
dan status penyakit. Beneficience berbuat 107 mEq/L.Hasil Rontgen terdapat bercak
baikdengan memaksimalkan manfaat dan infiltrat yang sebagian berkonfluent di
meminimalkan resiko. Justice bersifat adil suprahiler kiri.
bagi seluruh subjek penelitian. Non
maleficence tidak menimbulkan Subjek II (An.S) Pada saat dilakukan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pasien. pemeriksaan fisik didapatkan hasil Sistem
Pernafasan Spontan, suara nafas vesikuler,
HASIL penggunaan alat bantu nafas O2 1Lpm,
Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang tidak ada penggunaan otot bantu nafas,
sebagai subjek studi kasus yaitu Subjek I tidak ada retrasi dada, tidak ada pernafasan
(An.A) Pada saat dilakukan pemeriksaan cuping hidung, RR 30x/menit, SPO2 99%.
fisik didapatkan hasil Sistem Pernafasan Sistem Sirkulasi : Tidak ada sianosis, tidak
Spontan, suara nafas ronkhi, penggunaan pucat, CRT <3 detik, akral teraba hangat,
alat bantu nafas O2 1Lpm, tidak ada suhu 360C. Sistem Kardiovaskuler : bunyi
penggunaan otot bantu nafas, tidak ada jantung reguler, tidak ada suara jantung
retrasi dada, tidak ada pernafasan cuping tambahan, denyut nadi teraba kuat
hidung, RR 40x/menit, SPO2 95%. Sistem 110x/menit. Sistem Gastrointestinal :
sirkulasi Tidak ada sianosis, tidak pucat, mukosa lembab, tidak ada pembesaran
CRT <3 detik, akral teraba hangat, suhu tonsil, terdapat mual dan muntah 1x,
37,60C. Sistem Kardiovaskuler bunyi abdomen teraba lembek, turgor elastis,
jantung reguler, tidak ada suara jantung bising usus normal, diet makanan lunak
tambahan, denyut nadi teraba kuat 500cc/hari, kualitas makan kurang,
120x/menit. Sistem Gastrointestinal frekuensi makan 3x/hari, cara makan
mukosa lembab, tidak ada pembesaran dibantu. Sistem Eliminasi : BAB normal,
tonsil, tidak ada mual dan muntah, urine spontan dan berwarna kuning jernih.
abdomen teraba lembek, turgor elastis, Sistem Neurologi : kesadaran
bising usus normal, diet cair dan bubur composmentis, GCS 15, ada refleks cahaya,
saring 500cc/hari, kualitas makan baik, ubun-ubun datar, pupil isokor.Sistem
frekuensi makan 3x/hari, cara makan Musculoskeletal : tidak terdapat kelainan
dibantu. Sistem Eliminasi : BAB normal, tulang, pergerakan bebas, tidak ada
urine spontan dan berwarna kuning jernih. pembesaran organ, tidak ada gangguan
Sistem Neurologi : kesadaran sensori. Sistem Genetalia : normal. Sistem
composmentis, GCS 15, ada refleks cahaya, Integumen : warna kulit normal, tidak ada
ubun-ubun datar, pupil isokor. Sistem luka. Hasil rontgen terdapat bercak infiltrat
Musculoskeletal tidak terdapat kelainan yang sebagian berkonfluent di suprahiler
tulang, pergerakan bebas, tidak ada kanan perihiler dan parakardial kiri.
pembesaran organ, tidak ada Dengan Laboratorium hemoglobin
11,6gr/dl,
33
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019

hematokrit 36%, leukosit 13,1 rb/ul, ekonomi dan faktor lingkungan sekitar. dan
trombosit 293 rb/ul, GDS 80 mg/dl, natrium pada An.S pernah dirawat dengan riwayat
141 mEq/dl, kalium 4,0 mEq/L, chlorida tb paru hal ini disebabkan adanya penyebab
1,7 mEq/L. etiologi yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa
dan benda asing. Hal ini sesuai dengan hasil
Setelah dilakukan pengkajian, kemudian penelitian (Guetirrez,2012) bahwa asap
analisa data dari hasil yang didapatkan rokok dari orangtua atau penghuni rumah
masalah keperawatan pada kedua subjek yang satu atap dengan balita merupakan
yaitu yang digambarkan bersihan jalan bahan pencemaran dalam ruang tempat
nafas tidak efektif yang mengalami masalah tinggalyang serius serta akan menambah
oksigenasi. Intervensi yang diberikan resiko kesakitan dari bahan toksik pada
mengauskultasi suara nafas, catat adanya anak-anak dan paparan yang tersu-menerus
suara nafas tambahan, melakukan terapi akan menimbulkan gangguan pernafasan
bronkodilator inhalasi ventolin 1 resp+Ns terutama memperberat timbulnya infeksi
2ml/6 jam, memberikan posisi semifowler, saluran pernafasan akut dan gangguan paru-
melakukanfisioterapi dada, mengajarkan paru pada saat dewasa.
keluarga tentang batuk efektif, dan
menganjurkan minum air hangat. Setelah dilakukan pengkajian kemudian
dianalisa data didapatkan diagnosis
Dan evaluasi yang didapatkan sekret keperawatan pada An.A dan An.S bersihan
berhasil dikeluarkan, sudah tidak sesak lagi, jalan nafas tidak efektif yang mengalami
batuk pilek sudah berkurang, suara nafas masalah oksigenasi. Hal ini sesuai dengan
vesikuler, tidak ada otot bantu nafas, anak hasil penelitian arsyad (2013) bahwa
sudah lebih tenang dari sebelumnya dan ibu didapatkan diagnosa keperawatan pada
mampu melakukan intervensi yang anak yang terkait dengan bronkopneumonia
diajarkan oleh perawat. adalah bersihan jalan nafas tidak efektif
yang mengalami masalah oksigenasi
Penilaian hasil An.A An.S
terjadinya masalah pada ventilasi karena
Respirasi40x/menit30x/menit oksigen yang masuk ke alveoli terjadi
Nadi 120x/menit 110x/menit penyumbatan di bronkus hal ini diakibatkan
SPO295%99% karena adanya penumpukan sekret di
Suhu 37,6o C 36oC bronkus.
CRT< 3< 3
Suara nafas Ronchi Vesikuler Intervensi yang direncanakan pada An.A
GCS1515 dan An.S inhalasi ventolin 1resp+Ns
Status gizi Baik Kurang 2ml/6jam, anjurkan pada keluarga
memberikan air putih hangat, postural
PEMBAHASAN drainase dan fisioterapi dada. Evaluasi yang
Pada kasus ditemukan bahwa orangtua dari didapatkan sekret dapat dikeluarkan dan
An.A dan An.S adalah perokok aktif. Anak keluarga dapat mempraktekkan apa yang
dengan bronkopneumonia yang mengalami diajarkan oleh perawat. Intervensi yang
masalah oksigenasi faktor resikonya dari diteori dan yang didapatkan dikasus
asap rokok, sanitasi lingkungan, faktor sangatlah berbeda.

34
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019

Pada dewasa dilakukan tindakan suction meningkatkan stress dan ketidaknyamanan


tetapi pada anak tidak dilakukan pada anak.
dikarenakan anak masih mampu untuk
mengeluarkan sekret dengan cara Perawat memfasilitasi membantu untuk
fisioterapi dada dan postural drainase. kesembuhan anak yang sakit selama
dirawat. Kebutuhan keamanan dan
Implementasi yang diberikan pada An.A kenyamanan bagi orangtua pada anaknya
dan An.S dengan diagnosis bersihan jalan selama perawatan merupakan bagian yang
nafas tidakefektif yaitu mengauskultasi terpenting dalam mengurangi dampak
suara nafas, catat adanya suara nafas psikologis anak sehingga rencana
tambahan, melakukan terapi inhalasi keperawatan dengan berprinsip pada aspek
bronkodilator ventolin 1resp+Ns 2ml/6jam, kesejahteraan anak akan tercapai.
memberikan posisi semifowler, melakukan
fisioterapi dada, mengajarkan keluarga Setelah dilakukan evaluasi didapatkan
tentang batuk efektif, dan menganjurkan bahwa anak bronopneumonia yang
minum air hangat. Batuk efektif dan berstatus gizi baik memiliki hari rawat yang
postural drainase dengan tujuan untuk lebih pendek sedangkan gizi kurang hari
melepaskan mucus dari dinding saluran rawat lebih panjang. Hal tersebut sesuai
nafas dan untuk merangsang timbulnya dengan penelitian yang dilakukan Nurul
reflek batuk, sehingga dengan reflek batuk (2015) bahwa lama hari rawat pada anak
mukus akan lebih mudah dikeluarkan. Jika bronkopneumonia dipengaruhi oleh status
saluran nafas bersih maka pernafasan akan gizi. Menurut Savitha (2015), menyatakan
menjadi normal dan ventilasi menjadi lebih bahwa keadaan malnutrisi berpengaruh
baik. jika saluran nafas bersih dan ventilasi pada proporsi bronkopneumonia pada
baik maka frekuensi batuk akan menurun balita. Pada penelitian ini kami dijumpai
(Dhaenkpedro, 2010). Hasil yang balita yang mengalami bronkopneumonia
didapatkan setelah melakukan lebih banyak dengan gizi kurang
implementasi keperawatan yaitu sekret dibandingkan pada balita dengan gizi cukup
berhasil dikeluarkan, sesakdan batuk pilek atau lebih.
menjadi berkurang, suara nafas normal.

Menurut hidayat,(2009) konsep Family


KESIMPULAN
Bronkopneumonia adalah infeksi saluran
center care perawatan yang berfokus pada
pernafasan akut bagian bawah yang
keluarga dalam pemberian asuhan
mengenai parenkim paru. Pada saat
keperawatan pada anak karena anak selalu
dilakukan pengkajian pada An.A dan An.S
membutuhkan orangtua dirumah sakit
ditemukan tanda dan gejala demam, batuk,
seperti aktivitas bermain atau program
pilek, dahak susah dikeluarkan, nafas cepat,
perawatan lainnya. Pentingnya keterlibatan
adanya bunyi nafas tambahan (Ronkhi) dan
keluarga ini dapat mempengaruhi proses
sesak.
kesembuhan pada anak. Program terapi
yang telah direncanakan untuk anak bisa
Masalah keperawatan yang didapatkan
saja tidak terlaksana jika perawat selalu
membatasi keluarga hal ini hanya akan adalah diagnosis bersihan jalan nafas tidak
efektif yang mengalami masalah
oksigenasi. Tindakan yang dilakukan pada
An.A dan
35
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019

An.S inhalasi ventolin, fisioterapi dada, bisa berhenti merokok karena merokok
postural drainase dan batuk efektif. sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan
Evaluasi yang didapatkan sekret berhasil didalam rumah dalam kehidupannya sehari-
dikeluarkan, tetapi pada An.s mengalami hari. Hal ini menjadi faktor resiko sangat
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang berat bagi anak.
dari kebutuhan tubuh hal tersebut
diakibatkan karena asupan nutrisi yang
REFERENSI
kurang atau tidak adekuat menyebabkan
Alligood, M.R. (2010). Nursing theory:
An.S mengalami gizi kurang. Utilization & application (4th ed.).
Philadephia: Mosby
Evaluasi yang telah diberikan pada asuan Arsyad, 2013. Diagnosis keperawatan pada
keperawatan bronkopneumonia selama 3 anak dengan bronkopneumonia yang
hari dan sudah teratasi bersihan jalan nafas mengalami oksigenasi. Jakarta
tidak efektif. Didapatkan pada kasus An.A selatan. Jakarta
Bradley, 2011. Buku Ajar Asuhan
dengan gizi baik mengalami hari perawatan
Keperawatan Klien dengan Gangguan
selama 5 hari, sedangkan An.S dengan gizi Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba
kurang mengalami hari perawatan selama 7 Medika.
hari, status gizi berpengaruh pada anak Bennete, 2013. Buku Saku Keperawatan
dengan bronopneumonia. Pediatri. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Dhaenkpedro, 2010. Fisioterapi dada dan
Saran postural drainase pada anak
bronkopneumonia. Jakarta selatan.
a. Bagi Rumah Sakit
Jakarta
Dapat memberikan masukan kepada rumah Fikri, 2016. Buku Pintar Asuhan
sakit untuk memberikan pelayanan yang Keperawatan Bayi dan Balita.
berkualitas dalam menangani kasus pada Yogyakarta: Cakrawala Ilmu
anak terutama dengan sistem gangguan Guetirrez-Ramirez SF, Molina-Salinas GM.
pernafasan. 2013 GarciaGuerra JF, dkk.
Enviromental tobacco smoke and
b. Bagi Intitusi Pendidikan
pneumonia in children living in
Memberikan masukan pada institusi Monterrey : mexsico.
khususnya dalam mata kuliah keperawatan Hidayat, 2009. Konsep Family Center Care
anak mengenai postural drainase, fisioterapi pada anak, Jakarta : EGC
dada dan batuk efektif sebagai tindakan Kementrian Kesehatan,R.I.,Riset Kesehatan
keperawatan untuk mengeluarkan dahak Dasar 2013. Jakarta. Badan Penelitian
pada anak dengan bronkopneumonia. dan Pengembangan Kesehatan
Republik Indonesia
Kementrian Kesehatan, R.I. 2014. Profil
c. Bagi penulis selanjutnya Kesehatan 2013. Jakarta.
Mampu meningkatkan tingkat asuhan Kementerian Kesehatan Republik
keperawatan pada klien dengan Indonesia
bronkopneumonia pada anak yang Kusuma, arif dkk. 2015 Asuhan
mengalami masalah oksigenasi. Keperawatan pada anak
Bronkopneumonia. Jakarta
Muluki M, 2009. Asuhan keperawatan
d. Bagi keluarga pasien
anak bronkopneumonia. Departemen
Memberikan pendidikan kesehatan pada Kesehatan. Jakarta
orangtua dari An.A dan An.S masih belum Ngastiyah. 2012 Perawatan Anak Sakit.
Jakarta : EGC

36
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019

Nurul, 2015. Status gizi pada anak


bronkopneumonia. Jakarta barat.
Jakarta
Poston, B. (2009). An exercise in personal
exploration: Maslow’s hierarchy of
needs. The surgical technologist.
Diambil dari
http://www.ast.org/publications/Journ
al%20Archive/2009/8_August_2009/
CE.pdf pada tanggal 1April 2012.
Savitha, 2015. Pengaruh hari rawat pada
anak bronkopneumonia. Jakarta barat.
Jakarta
Sukarmin, Sujono Riyadi. 2012 Asuhan
Keperawatan pada Anak. Graha Ilmu.
Jakarta
World Health Organization (WHO). 2013.
End Preventable Deaths : Global
Action Plan for Prevention and
Control of pneumonia and Diarrhoea.
UNICEF
Wahid, A.,Iman, S. 2013. Keperawatan
Medikal Bedah. Asuhan
Keperawatan pada Gangguan Sistem
Respirasi. Jakarta Timur.

37

Anda mungkin juga menyukai