Mengetahui,
Clinical Teaching
A. Pengertian oksigenasi
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme
sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang sangat berarti
bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karena nya berbagai upaya
perlu dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut,
agar terpenuhi dengan baik. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak
terlepas dari kondisi sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi dan
kardiovaskuler, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan
(Haswita, Sulistyowati, 2017).
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem
(kimia dan fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan tidak berbau,
yang mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen tidak tetap, dalam waktu tertentu membutuhkan oksigen
dalam jumlah banyak karena suatu sebab. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan oksigen dalam tubuh antara lain lingkungan,
latihan, emosi, gaya hidup, dan status kesehatan ( Sutanto, Fitriana, 2017)
B. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat ditentukan
oleh adekuatnya berbagai sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, sitem
kardiovaskuler, dan juga sistem hematologi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
1. Sistem Pernapasan
Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah
sistem pernapasan atau sistem respirasi. Sistem respirasi dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu sistem pernapasan atas yang terdiri dari
hidung, faring, serta laring dan sistem pernapasan bawah yang terdiri
dari trakea dan paru-paru (Saputra, 2013).
Sistem pernapasan atau respirasi memiliki peran sebagai penjamin
ketersediaan oksigen untuk proses metabolisme sel-sel dalam tubuh dan
pertukaran gas. Dalam sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfir,
dan kemudian dibawa ke paru-paru sehingga terjadi pertukaran gas
oksigen dan karbon dioksida di dalam alveoli, selanjutnya oksigen akan
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
di difusi masuk ke kapiler darah untuk digunakan oleh sel dalam proses
metabolisme. Proses pertukaran gas di dalam tubuh disebut dengan
proses oksigenasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Proses oksigenasi merupakan proses yang dimulai dari
pengambilan oksigen di atmosfir, kemudian oksigen yang diambil akan
masuk melalui organ pernapasan bagian atas yang terdiri dari hidung
atau mulut, faring, laring, dan kemudian masuk ke organ pernapasan
bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder,
bronkus tersier, terminal bronkiolus, dan kemudian masuk ke alveoli.
Selain itu organ pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk
pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke
organ pernapasan bagian bawah, menghangatkan filtrasi, dan
melembabkan gas. Sedangkan organ pernapasan bagian bawah,
selain tempat masuknya oksigen juga berfungsi dalam proses difusi gas
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
2. Sistem Kardiovaskuler
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem kardiovaskuler ikut
berperan dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh yang berperan
dalam proses transfortasi oksigen. Oksigen ditransfortasikan ke seluruh
tubuh melalui aliran darah. Adekuat atau tidaknya aliran darah
ditentukan oleh normal atau tidaknya fungsi jantung. Kemampuan
oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi
jantung. Fungsi jantung yang baik dapat dilihat dari kemampuan
jantung memompa darah dan terjadinya perubahan tekanan darah.
Sistem kardiovaskuler ini akan saling terkait dengan sistem pernapasan
dalam proses oksigenasi.
Menurut McCance dan Huether dalam Perry dan Potter, fisiologi
kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang teroksigenasi (darah
dengan kadar karbon dioksida yang tinggi dari oksigen yang rendah)
kebagian kanan jantung dan masuk ke sirkulasi pulmonal, serta darah
yang sudah teroksigenasi (darah dengan kadar O2 yang tinggi dan CO2
yang rendah) dari paru ke bagian kiri jantung dan jaringan. Sistem
kardiovaskuler menghantarkan oksigen, nutrisi, dan substansi lain ke
jaringan dan memindahkan produk sisa dari metabolisme seluler melalui
vaskuler dan sistem tubuh lain (misalnya respirasi, pencernaan, dan
ginjal).
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
3. Sistem Hematologi
Sistem hematologi terdiri dari beberapa sel darah, salah satu sel
darah yang sangat berperan dalam proses oksigenasi adalah sel darah
merah, karena di dalam sel darah merah terdapat hemoglobin yang
mampu mengikat oksigen. Hemoglobin adalah molekul yang
mengandung empat subunit protein globular dan unit heme. Setiap
molekul Hb dapat mengikat empat molekul oksigen dan akan
membentuk ikatan oxy-hemoglobin (HbO2) ( Tarwoto & Wartonah, 2011).
C. Proses oksigenasi
Proses oksigenasi melibatkan sistem pernafasan dan kardiovaskuler.
Prosesnya terdiri dari 3 tahapan yaitu:
a) Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dan
alveoli. Masuknya O2 atmosfir ke dalam alveoli ke atmosfer yang
terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi)
b) Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan karbon
dioksida antara alveoli dengan darah pada membran kepiler alveolar
paru.
c) Transportasi gas merupakan perpindahan gas dari paru ke jaringan
dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah)
(Haswita, Sulistyowati, 2017).
c. Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah
dan kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20
kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada
klien dengan asidosis metabolic dan gagal ginjal.
b. Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya
menurun dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah
frekuensi pernapasan normal.
b) Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok utama yaitu ;
1. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam
darah arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu
hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia
isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika
tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida
dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik
terjadi jika oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat
diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi
anemia dan keracunan karbondioksida.
a. Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi
akibat adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia
hipokinetik dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia
hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.
b. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena
aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
c. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler
jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt
menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida.
Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah
vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal
(oksigen darah vena meningkat).
a. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan
cara memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran
pernapsan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian
oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu
melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi
Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit
tangan pada punggung pasien yang menyerupai
mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan
secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret
pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi
lancar.
Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan
cara memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan
kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien secara
mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan
turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang
ada dalam bronkus terlepas.
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Postural drainase
b. Penghisapan lender
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Hidayat, 2009).
ngan (udara, bakteri, virus, jamur) masuk melalui saluran nafas atas
Hipersekresi mukus Bersihan
jalan nafas
tidak
Hipertermi
Penyempitan a
Metabolis
saluran
m Penurunan
pernafasan
asupan
Keletihan otot
Produksi
pernafasan Hipoksemia
ATP
Lelah,
Obstruksi paru
Intoleran
si
Timbul
Nyerinyeri
kronis
yang berlangsung
a. Identitas Klien
b. Identitas Penanggungjawab
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Gejala yang menjadi keluhan utama pada pasien adalah sesak
napas saat pasien beristirahat atau berbaring diatas tempat
tidur (Sibuea dkk, 2009). Keluhan utama lain yang biasa
muncul pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigen dan
karbondioksida antara lain batuk, peningkatan produksi
sputum, dispnea, hemoptisis, wheezing, stridor, dan chest pain
(Somantri, 2009).
2) Riwayat Kesehatan sekarang
2) Pola eliminasi
Biasanya pada pasien didapatkan pola berkemih yang menurun,
urine yang berwara gelap, berkemih malam hari (nokturia), dan
bisa terjadi diare ataupun konstipasi.
DIAGNOSA
NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Produksi sputum Intervensi Utama
nafas inefektif tindakan menurun - Latihan batuk efektif
keperawatan setelah 2. Tidak sesak - Manajemen jalan nafas
3x24 jam, jalan nafas 3. Tidak sulit - Pematauan pendukung
menjadi efektif berbicara Intervensi Pendukung :
4. Tidak gelisah - Dukungan kepatuhan program
5. Tidak sianossis pengetahuan
6. Frekuensi nafas - Edukasi fisioterapi dada
dalam batas normal - Edukasi pengukuran respirasi
7. Pola nafas normal - Konsultassi via telepon
- Manajemen asma
- Manajemen alergi
- Manajemen anafilaksis
- Manajemen isolasi
- Manajemen ventilasi mekanik
- Manajemen jalan nafs bauatan
- Pemberian obat inhalasi
- Pemberian obat intrapleura
- Manajemen obat intradermal
- Pemberian obat nasal
- Pencegahan aspirasi
- Pengaturan posisi
- Penghisapan jalan nafas
- Penyapihan ventilasi mekanik
- Perawatan trakeostomi
- Skrining tuberculosis
- Stabilisasi jalan nafas
- Terapi oksigen
2 Ketidakefektipan Setelah dilakukan 1. Ventilasi semenit Intervensi Utama
pola nafas tindakan 2. Kapasitas vital - Manajemen jalan nafas
keperawatan setelah 3. Diameter thoraks - Pemantauan respirasi
3x24 jam, pola nafas anterior-posterior Intervensi pendukung :
menjadi efektif 4. Tekanan ekspirasi - Dukungan emosional
5. Tekanan inspirasi - Dukungan kepatuhan program
6. Frekuensi napas pengobatan
normal - Dukungan ventilasi
7. Kedalaman nafas - Edukasi pengukuran respirasi
membaik - Konsultasi via telepon
8. Perkusi dada - Menajemen energy
membaik - Manajemen jalan nafas buatan
- Menajemen medikasi
- Pemberian obta inhalasi
- Pemberian obat intrapleura
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
- Pemberian obat intradermal
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pencegahan aspirasi
- Pengaturan posisi
- Perawatan selang dada
- Manejemen ventilasi mekanik
- Pemantauan neurologis
- Oemberian analgesic
- Pemberian obat
- Perawatan trakheostomi
- Reduksi ansietas
- Stabilisasi jalan nafas
- Terapi relaksasi otot progresif
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Tingkat kesadaran Intervensi utama :
pertukaran gas tindakan membaik - Pemantauan respirasi
keperawatan setelah 2. Tidak ada bunyi - Terappi oksigen
3x24 jam pertukaran nafas tambahan Intervensi pendukung
gas menjadi baik 3. Napas cuping - Dukungan berhenti merokok
hidung membaik - Dukungan ventilasi
- Edukasi berhenti merokok
- Edukasi pengukuran respirasi
- Edukasi fisioterapi dada
- Insersi jalan nafas buatan
- Konsultassi via telepon
- Manajemen ventilasi mekanik
- Pencegahan aspirasi
- Pemberian obat
- Pemberian obat intrapleura
- Pemberian obat intradermal
- Pemberian obat intravena
- Manajemen asam-basa
- Manajemen asam-basa:
alkalosis respiratorik
- Manajemen asam-basa:
Asidosis Respiratorik
- Manajemen energy
- Manajemen jalan nafas
- Manajemen jalan nafas buatan
- Pengaturan posisi
- Pengambilan sampel darah
arteri
- Penyapihan ventilasi mekanik
- Perawatan emboli paru
- Perawatan selang dada
- Reduksi ansietas
4. Gangguan Pola Setelah dilakukan 1. Keluhan sulit tidur Intervensi Utama :
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
Tidur tindakan membaik - Dukungan tidur
keperawatan setelah 2. Keluhan sering - Edukasi aktivitas/istrahat
3x24 jam pola tidur terjaga membaik Intervensi pendukung :
menjadi baik 3. Keluhan tidak puas - Dukungan kepatuhan program
tidur menurun pengobatan
4. Keluahan pola - Dukungan meditasi
tdiur menurun - Dukungan perawatan diri :
5. Keluhan istrahat BAB/BAK
tidak cukup - Fototerapi gangguana
menurun. mood/tidur
- Latihan otogenik
- Manajemen demensia
- Manejemen energy
- Manajemen lingkungan
- Manajemen medikasi
- Manajemen nuutrisi
- Manajemen nyeri
- Manajemen penggantian
hormone
- Pemberian obat oral
- Pengaturan posisi
- Promosi koping
- Promosi latihan fissik
- Reduksi ansietas
- Teknik menenangkan
- Terapip aktivitas
- Terapi music
- Terapi pemijatan
- Terap relaksasi
- Terapi relaksasi otot progresif
5. Gangguan Setelah dilakukan 1. Asupan cairan Intervensi Utama :
Pemenuhan Nutrisi tindakan membaik - Manajemen nutrisi
keperawatan setelah 2. Energy untuk - Promosi berat badan
3x24 jam pemenuhan makan membaik Intervensi Pendukung :
nutrisi klien menjadi 3. Kemamuan - Dukungan kepatuhan program
baik merasakan pengobatan
makanan membaik - Edukasi diet
4. Kemampuan - Edukasi kemoterapi
menikmati - Konseling laktasi
makanan membaik - Konseling nutrisi
5. Asupan nutrisi - Konsultasi
membaik - Manajemen hiperglikemia
6. Stimulus untuk - Manajemen hipoglikemia
makan membaik. - Manajemen kemoterapi
- Manajemen reaksi alergi
- Pemantauan cairan
- Pemantauan nutrisi
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
- Manajemen cairan
- Manajemen demensia
- Manajemen diare
- Manajemen eliminasi feksi
- Manejemen energy
- Manajemen gangguan makan
- Pemantauan vital sign
- Pemberian makanan
- Pembagian makanan eternal
- Pemberian makanan parental
- Pemberian obat intravena
- Terapi menelan
6. Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Melaporkan nyeri Observasi :
tindakan terkontrol - Identifikasi lokasi,
keperawatan setelah 2. Kemampuan karateristik, durasi, frekuensi,
3x24 jam nyeri akut mengenali nyeri kualitas, intensitas nyeri
pasien menjadi baik meningkat - Identifikasi skala nyeri
3. Kemampuan - Identifikasi respon nyeri
mengenali nonverbal
penyebab nyeri - Identifikasi factor yang
4. Kemampuan memperberat dan
menggunakan memperingan nyeri
tehnik non- - Identifikasi pengetahuan dan
farmalokogic keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi oengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek smping
penggunaan analgesic
Terapeutik :
- Berikan terapi
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istrahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Trans
Info Media
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Haswita, dan Sulistyowati. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Timur: CV. Trans
Info Media
Susanto,A.V & Fitriana,Y (2017) Kebutuhan Dasar Manusia (p9). Yogyakarta: Pustaka
Baru Press
Tarwoto dan Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Tarwoto dan Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan proses keperawatan Edisi 5.
Jakarta Selatan: Salemba Medika
Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Cetakan III.
Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Cetakan II. Jakarta
: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim. Pokja. SDKI. PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Cetakan II.
Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien :Tn.N
2) Tempat Tgl Lahir :Gunungkidul, 10 Februari 1956
3) Umur :65 Thn 5 bln 3 hri
4) Jenis Kelamin :Laki-Laki
5) Agama :Islam
6) Pendidikan :SD
7) Pekerjaan :Petani
8) Suku / Bangsa :Jawa
9) Alamat :Giripanggung Tepus Gunung Kidul
10) Diagnosa Medis :Suspect Covid-19
11) No. RM 00682881
12) Tanggal Masuk RS :03 Agustus 2021
Keterangan :
Laki-laki
Tinggalserumah Pasien
Perempuan
Meninggal Pisah
Keterangan :
0 = Mandiri/ tidak tergantung apapun
1 = dibantu dengan alat
2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu alat dan orang lain
4 = Tergantung total
4) Istirahat – tidur
Klien mengatakan sebelum sakit ia tidur malam pada pukul 21.00 –
06.00 dan tidur siang kadang tidak menentu. Tetapi saat sakit klien
mengatakan tidurnya stidak teratur. Klien mengatakan untuk bisa
2) Kepala
Kulit kepala klien terlihat bersih tetapi distribusi rambut tidak
merata,tidak ada nyeri tekan pada kepala. Adanya lingkaran
hitam dibawah mata, konjungtiva anemis, sklera putih serta
terdapat penurunan fungsi penglihatan. Hidung klien terpasang
oksigen NRM yang digunakan untuk bantuan bernafas. Telinga
klien terlihat kotor, terlihat adanya serumen didalam telinga
klien yang sudah mengering.
3) Leher
Tida ada massa serta tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
5) Dada
a) Inspeksi
Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada jejas,
terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi
memanjang, pola nafas takipnea dengan RR: 34x/menit,
SpO2= 85% ,diameter thoraks anterior-posterior meningkat.
b) Palpasi
Saat dipalpasi klien mengatakan tidak ada nyeri pada bagian
dadanya.
c) Perkusi
Terdengan sonor disemua lapang paru ,dan terdengar pekak
dibagian jantung
d) Auskultasi
Terdengar bunyi weezing pada nafas klien. Tidak ada bunyi
jantung tambahan.
6) Payudara
Tampak simetris, tidak teraba masa dan tidak ada nyeri tekan
7) Abdomen
a) Inspeksi
Warna perut sama dengan area sekitar, tidak ada lesi
b) Auskultasi
Bissing usus klien normal 8x/menit.
c) Perkusi
Terdengar timpani
d) Palpasi
Tidak terdapat massa diperut serta tidak terdapat
pembesaran limpa, hati dan pangkreas.
8) Anus dan Rectum
Tidak ada keluhan saat BAB, klien BAB 2x/hari
9) Genetalia
Klien tidak pernah mengalami penyakit seksual, Tidak ada
keluhan saat BAK, Klien BAK 3-4x/hari
03 Tanggal/waktu
Parameter Kriteria Nilai
Dibawah 3 tahun 4
3-7 tahun 3
Usia 8-13 tahun 2
>13 tahun 1
Laki-laki 2
Jenis kelamin Perempuan 1
Kelainan neurologis 4
Perubahan dalam 3
Diagnosis oksigenasi
Kelainan psikis/prilaku 2
Diagnosis lain 1
Tidak menyadari 3
keterbatasan dirinya
Gangguan kognitif Lupa adanya kterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri 1
sendiri
Riwayat jatuh dari tempat 4
tidur
Pasien gunakan alat bantu 3
Faktor lingkungan
Pasien berada ditempat 2
tidur
Diluar ruang perawat 1
Respon terhadap Dalam 24 jam 3
operasi/obat Dalam 48 jam 2
penenang/efek >48 jam 1
anestesi
Bermacam- macam obat 3
digunakan: obat sedatif
fenozin, antidepresan,
laksansia/ deuretika,
Penggunaan obat
narkotik.
Salah satu dari pengobatan 2
diatas
Pengobatan lain 1
Total Skor
Ket : Skror 7-11 = risiko jatuh rendah Skor >12 = risiko jatuh tinggi
Intervensi pencegahan risiko jatuh (beri tanda Tgl
v)
1. Pastikan bel/phpne mudah
terjangkau atau pastikan ada
kelaurga yang menunggu
2. Roda tempat tidur pada posisi
Risiko rendah (RR) dikunci
3. Naikan pagar pengaman tempat
tidur
4. Beri edukasi pasien
1. Lakukan semua pencegahan
risiko jatuh rendah
2. Pasang stiker penanda
berwarna kuning pada gelang
identifikasi
3. Kunjungi dan monitor setiap
Risiko tinggi (RT) shif
4. Penggunaan
kateter/pispot/tolet duduk
5. Strategi mencegah jatuh dengan
penilaian jatuh yang lebih detail
6. Libatkan keluarga untuk
menunggu pasien
Nama/paraf
135-155
Natrium 135 mmol/L
Limp = 2% 25-40%
03/08/2021 Hemogram
23:17
Mon = 2% 3-7%
HCT/HMT 42% 44 %
6. Terapi
Pemberian Terapi Pasien Pasien Tn.N di Ruang instalasi gawat darurat di
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari Yogyakarta
O2 nrm 15 L/menit
Infuse NaCl 5 tpm makro
Inj. Omeprazole 1 amp
Inj. Lovofloxasin 750 mg/24 jam
PERENCANAAN
HARI/TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
03/08/2021 (D.0005) Tanggal: 03 Agustus 2021 Tanggal: 03 Agustus 2021
Pola nafas tidak efektif b.d Pukul: 21:00 Pukul: 21:00
sindrom hipoventilasi d.d Pola nafas (L.01004) Dukungan ventilasi (I.01002)
DS: Setelah diberikan asuhan Observasi
klien mengeluh sesak nafas dan keperawatan selama 6 jam Identifikasi adanya kelemahan otot bantu
memberat saat klien mobilisasi pola nafas membaik, dengan nafas
ditempat tidur. criteria hasil: Identifikasi efek perubahan posisi
Klien mengatakan sesak Klien tidak sesak terhadapstatus pernafasan
dirasakan sejak 1 hari sebelum Frekuensi nafas 18-20 Monitor status respirasi dan oksigenasi
masuk Rumah sakit, sesak x/menit (frekuensi dan kedalaman
memberat ketika klien Tidak terdapat nafas,penggunaan otot bantu nafas,
beraktivitas penggunaan otot bantu bunyi nafas tambahan, saturasioksigen)
DO: nafas Terapeutik
Tampak penggunaan otot bantu Tidak ada pemanjangan Pertahankan kepatenan jalan nafas
pernafasan fase ekspirasi Berikan posisi semi fowler atau fowler
Fase ekspirasi memanjang Diameter thorax anterior- Fasilitasi mengubah posisi senyaman
Pola nafas abnormal (takipnea) posterior normal mungkin
Diameter thorax anterior- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
posterior meningkat Edukasi
RR : 34x/menit Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
SpO2 : 85%
TTD
Erik
TTD
Erik
TTD
Erik
TTD
Erik
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
03/08/2021 (D.0056) Manajemen energy (I.05178) Tanggal: 03 Agustus 2021
Intoleransi aktivitas Observasi Pukul: 07:00
22:00 b.d ketidakseimbangan Identifkasi gangguan fungsi tubuh
antara suplai dan yang mengakibatkan kelelahan S:
kebutuhan oksigen dengan hasil klien mengalami
gangguan pada organ paru Klien mengatakan
(dispnea) sesaknya berkurang
Monitor kelelahan fisik dan Klien mengatakan sesak
emosional dengan hasil klien tidak lagi ketika melakukan
ada tanda burnout syndrome, aktivitas seperti duduk
tetapi klien hanya cemas dengan ditempat tidur
kondisi kesehatannya
Klien mengatakan bisa
Monitor pola dan jam tidur dengan
mobilisasi dengan bantuan
hasil klien sulit tidur di RS
keluarga
Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama Klien mengatakan sulit
melakukan aktivitas dengan hasil tidur
klien pusing ketika banyak gerak O:
Terapeutik
Frekuensi jantung
Sediakan lingkungan nyaman dan
menurun (110x/menit)
rendah stimulus dengan hasil klien
Tekanan darah menurun
ditempatkan diruangan khusus
pasien suspect yang aman dan (153/90 mmHg)
tidak bising Frekuensi nafas membaik
Berikan aktivitas distraksi yang (22x/menit)
menenagkan dengan hasil klien di SpO2 95%
dengarkan murotal al-quran A:
Fasilitasi duduk disisi tempat
Masalah intoleransi aktivitas teratasi
tidur, jika tidak dapat berpindah sebagian
TTD TTD
Erik Erik
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021-2022
MANAGEMENT CASUS : PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU
1,2,3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
ABSTRAK
Pendahuluan
Tuberculosis paru merupakan misalnya karena malnutrisi,
penyakit infeksi yang menyerang penggunaan alkohol, penyakit
parenkim paru-paru, disebabkan oleh maligna, diabetes, AIDS, dan gagal
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ginjal (Somantri, 2009).
ini juga dapat menyebar ke bagian Secara global pada tahun 2016
tubuh lain seperti meningen, ginjal, terdapat 10,4 juta kasus insiden
tulang, dan nodus limfe (Somantri, tuberculosis (CI 8,8 juta – 12, juta)
2009 )Tuberculosis pada manusia yang setara dengan 120 kasus per
ditemukan dalam dua bentuk yaitu 100.000 penduduk. Lima negara
tuberculosis primer, jika terjadi pada dengan insiden kasus tertinggi yaitu
infeksi yang pertama kali dan India, Indonesia, China, Philipina, dan
tuberculosis sekunder, kuman yang Pakistan. Sebagian besar estimasi
dorman pada tuberculosis primer akan insiden tuberculosis pada tahun 2016
aktif setelah bertahun-tahun kemudian terjadi di Kawasan Asia Tenggara
sebagai infeksi endogen menjadi (45%) dimana Indonesia merupakan
tuberculosis dewasa. Mayoritas terjadi salah satu di dalamnya dan 25% nya
karena adanya penurunan imunitas, terjadi di kawasan Afrika. Badan
1
kesehatan dunia mendefinisikan proses oksigenasi, apabila tidak
negara dengan beban tinggi/high terpenuhi akan menyebabkan
burden countries (HBC) untuk metabolisme sel terganggu dan terjadi
tuberculosis berdasarkan 3 indikator kerusakan pada jaringan otak apabila
yaitu tuberculosis, tuberculosis /HIV, masalah tersebut berlangsung lama
dan MDR- tuberculosis. Terdapat 48 akan menyebabkan kematian.
negara yang masuk dalam daftar Kebutuhan oksigenasi merupakan
tersebut. Satu negara dapat masuk kebutuhan dasar manusia yang
dalam salah satu daftar tersebut, atau digunakan untuk kelangsungan
keduanya, bahkan bisa masuk dalam metabolisme sel tubuh
ketiganya. Indonesia bersama 13 mempertahankan hidup dan aktivitas
negara lain, masuk dalam daftar HBC berbagai organ atau sel (Hidayat,
untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya 2015).
Indonesia memiliki permasalahan Peran perawat dalam menangani
besar dalam menghadapi penyakit pasien tuberculosis dengan
tuberculosis (Kemenkes, 2018). menurunkan angka kesakitan dan
Pada tahun 2016 di RSUD Kota kematian dengan cara memutuskan
Kendari di dapatkan jumlah kasus rantai penularan, dalam
tuberculosis paru sebanyak 229 kasus. pelaksanaannya tidak terlepas dari
Pada tahun 2017 tuberculosis paru pemberian pelayanan asuhan
sebanyak 286 kasus di Ruang Rawat keperawatan dengan menggunakan
inap RSUD Kota Kendari. Sedangkan proses keperawatan, pelaksanaan lebih
kasus tuberculosis paru pada tahun ditekankan pada upaya preventif dan
2018 yang didapatkan sebanyak 124 promotif tanpa mengabaikan upaya
kasus (SIRS RSUD Kota Kendari, kuratif dan rehabilitative, juga
2018). ditekankan pada pengawasan bagi
Keluhan yang muncul pada pasien penderita yang menjalani pengobatan,
yang menderita penyakit tuberculosis memberikan pendidikan kesehatan
paru dibagi menjadi dua yaitu keluhan agar penderita dan orang-orang yang
yang timbul pada pernapasan dan beresiko dapat melakukan tindakan
keluhan yang timbul secara sistematis. preventif sehingga dapat mencegah
Keluhan yang timbul secara sistematis dan memutuskan rantai penularan
seperti demam, flu, keringat malam, (Dhyantari, 2014).
anoreksia, penurunan berat badan, Kepatuhan minum obat merupakan
malaise. Sedangkan keluhan yang faktor kunci keberhasilan pengobatan.
muncul pada pernapasan diantaranya Sejumlah pasien di banyak negara
batuk, batuk berdarah, sesak napas, menghentikan pengobatan sebelum
dan nyeri dada sehingga menimbulkan tuntas karena berbagai alasan.
masalah kebutuhan oksigen (Muttaqin, Besarnya angka ketidak patuhan
2008). pengobatan sulit dinilai, namun
Dari hasil penelitian Purwanti diperkirakan lebih dari seperempat
(2013), dampak yang buruk tejadi pada pasien tuberculosis gagal dalam
pasien dengan tuberculosis paru jika menyelesaikan pengobatan 6 bulan.
oksigen bekurang akan mengalami Ketidakpatuhan pengobatan
sesak nafas yang akan mengganggu meningkatkan risiko kegagalan
2
pengobatan dan relaps, serta dianggap adalah munculnya kuman tuberculosis
sebagai salah satu penyebab paling yang resisten terhadap obat, jika ini
penting munculnya drug-resistant terus terjadi dan kuman tersebut terus
tuberculosis (Dhyantari, 2014). menyebar pengendalian obat
Keberhasilan pengobatan tuberculosis akan semakin sulit
tuberculosis tergantung pada dilaksanakan dan meningkatnya angka
pengetahuan pasien dan dukungan dari kematian terus bertambah akibat
keluarga. Tidak adanya upaya dari diri penyakit tuberculosis (Nugroho,
sendiri pasien atau pemberian motivasi 2016).
dari keluarga yang kurang dalam Berdasarkan uraian diatas, maka
memberikan dukungan untuk berobat peneliti tertarik untuk menyajikan
secara tuntas akan mempengaruhi studi kasus mengenai “Asuhan
kepatuhan pasien untuk Keperawatan pada Pasien Tuberculosis
mengkonsumsi obat. Apabila ini paru dalam Pemenuhan Kebutuhan
dibiarkan, dampak yang akan muncul Oksigenasi di Ruang Lavender RSUD
jika penderita berhenti minum obat Kota Kendari”
3
Berdasarkan data dari pengkajian pasien, dan melihat medical record
yang dilakukan merujuk pada batasan pasien. Hasil pengkajian sebagai
karakteristik ketidakfektifan bersihan berikut:
jalan napas pada diagnosa NANDA, Data subjektif yaitu pasien
maka terdapat kesesuaian data dari mengatakan batuk darah, sesak dan
pengkajian dengan diagnosa nyeri dada saat batuk. Data objektif
keperawatan tersebut. Peneliti yaitu keadaan umum pasien lemah,
menegakkan diagnosa ketidakfektifan kesadaran composmentis, pada
bersihan jalan napas. Nursing auskultasi terdapat suara napas
Intervention Classification (NIC) yang tambahan ronchi, pernapasan irreguler,
diberikan monitor status pernafasan dengan frekuensi napas 28 kali/menit,
dan oksigen, posisikan pasien semi tekanan darah 100/60mmHg, suhu
fowler untuk memaksimalkan badan 37°C dan frekuensi nadi 70
ventilasi, auskultasi adanya suara nafas kali/menit.
tambahan dan latih pasien untuk batuk Berdasarakan teori dan studi kasus
efektif. Penerapan intervensi dilakukan diatas peneliti menemukan kesejangan,
selama 3 hari perawwatan. Dengan semua data yang ada pada teori tidak
hasil yang diperoleh Pernapasan 20 semua dimiliki oleh pasien, tetapi
kali/menit, irama pernapasan reguler, semua data yang dimiliki oleh pasien
pasien tidak diberikan oksigen, suara saat pengkajian ada pada teori. Adapun
napas tambahan tidak ada, pasien data yang tidak ditemukan pada pasien
mampu melakukan batuk efektif tanpa yaitu menggunakan otot bantu
bantuan instruksi perawat. pernapasan, vokal premitus meningkat,
bunyi perkusi paru resonan atau sonor,
Pembahasan adanya sianosis perifer, tampak wajah
Pengkajian meringis, pasien mengalami mual,
Menurut teori Muttaqin (2008) muntah, penurunan nafsu makan dan
pengkajian keperawatan pada pasien berat badan. Data penurunan nafsu
tuberculosis paru yaitu sesak nafas, makan dan berat badan tidak dikaji
peningkatan frekuensi napas, oleh peneliti.
menggunakan otot bantu pernapasan, Setiap manusia dalam memberikan
vokal fremitus meningkat, bunyi respon baik bio, psiko, sosial dan
perkusi paru resonan atau sonor, suara spiritual terhadap stimulus berbeda-
napas ronchi, kelemahan fisik, tekanan beda sehingga gejala dan karakteristik
darah biasanya dalam batas normal, yang didapatkan berbeda.
denyut nadi perifer melemah,
kesadaran composmentis, konjungtiva Diagnosa Keperawatan
anemis, pasien merasa mual, Diagnosa keperawatan adalah langkah
muntah,penurunan nafsu makan dan kedua dalam proses asuhan
berat badan. keperawatan yaitu menganalisa data
Studi kasus pada Ny. R yang subjektif dan data objektif yang telah
dilakukan pada tanggal 4 Mei 2019 didapatkan pada tahap pengkajian
pukul 08.00 WITA, dengan melakukan guna menegakkan diagnosa masalah
wawancara pada keluarga dan pasien, keperawatan yang terjadi pada pasien.
observasi pemeriksaan fisik pada Dari data pengkajian yang sudah
4
didapatkan adalah pasien batuk hipoksemia, hipoksia, iritabilitas, nafas
berdarah dan dahaknya sulit cuping hidung, gelisah, somnolen,
dikeluarkan, ada suara nafas tambahan takikardia dan gangguan penglihatan.
, dan pasien nampak sesak dengan 1. Intervensi Keperawatan
frekuesni 28 kali/meit. Dari data Pada penelitian diagnosa keperawatan
pengkajian peneliti menengakkan yang didapatkan adalah
diagnosa ketidakefektifan bersihan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
jalan nafas berhubungan dengan berhubungan dengan mucus
mucus berlebihan. berlebihan, sehingga perencanaan
Menurut Herdman (2018), keperawatan diharapakan bersihan
Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas kembali efektif.
jalan napas berhubungan dengan Menurut Bulechek (2016),
mukus berlebihan mempunyai batasan intervensi yang dapat diberikan pada
karakteristik suara napas tambahan, diganosa keperawatan ketidaefektifan
perubahan pola napas, perubahan bersihan jalan napas adalah monitor
frekuensi napas, sianosis, kesulitan status pernafasan dan oksigen,
verbalisasi , penurunan bunyi napas, posisikan pasien semi fowler untuk
dispnea, sputum dalam jumlah yang memaksimalkan ventilasi, auskultasi
berlebihan, batuk yang tidak efektif, adanya suara nafas tambahan dan latih
ortopnea, gelisah dan mata terbuka pasien untuk batuk efektif.
lebar Dalam studi kasus ini intervensi
Adapun diagnosa keperawatan yang yang diberikan pada Ny. R adalah
ada pada teori tetapi tidak terdapat monitor status pernafasan dan oksigen,
pada studi kasus ini adalah gangguan posisikan pasien semi fowler untuk
pertukaran gas berhubungan dengan memaksimalkan ventilasi, auskultasi
kongesti paru, hipetensi pulmonal, adanya suara nafas tambahan dan latih
penurunan perifer yang mengakibatkan pasien untuk melakukan batuk efektif.
asidosis laktat dan penurunan curah
jantung. Alasan mengapa diagnosa Implementasi Keperawatan
keperawatan tesbut tidak dapat Implementasi keperawatan adalah
dimunculkan oleh penulis karena langkah keempat dalam proses asuhan
kondisi yang dialami pasien tidak keperawatan dimana tindakan yang
cukup untuk mengangkat diagnosa diperlukan untuk mencapai tujuan dan
keperawatan dan ditinjau dari definisi hasil yang telah ditentukan.
dan batasan karakteristik. Gangguan Menurut Rahmaniar (2017), dalam
pertukaan gas adalah kelebihan atau naskah publikasinya yang berjudul
defisit pada oksigenasi dan atau “Asuhan Keperawatan Pada Tn. J dan
eliminasi carbon dioksida pada Ny. D Dengan Tuberkulosis Paru di
membran alveoli kapiler. Ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil
Batasan karakteristik gas darah Padang” untuk mengatasi masalah
arteri abnormal, pH arteri abnormal, keperawatan yang berhubungan
pola pernapasan abnormal, warna kulit dengan kebutuhan oksigenasi peneliti
abnornal, konfusi, penuruna karbon melakukan intervensi menggunakan
dioksida (CO2), diaforesis, disnpenea, Nursing interventions clasification
sakit kepala saat bangun, hiperkapneu, (NIC) manajemen jalan nafas dengan
5
cara posisikan pasien semi fowler, mengatakan lebih efektif jika
lakukan fisioterapi dada, lakukan menerapkan batuk efektif dibanding
batuk efektif, auskultasi suara nafas dengan batuk tanpa ada arahan dari
dan monitor pernafasan. Dalam perawat. Sebelum diajarkan batuk
penelitian ini tindakan keperawatan efektif klien megeluh nyeri dada pada
yang diberikan pada Ny. R selama saat batuk. Klien tidak merasakan
3x24jam yaitu pada tangga 4 sampai nyeri dada pada saat ketika batuk jika
dengan 6 Mei 2019 adalah memonitor melakukan batuk efektif
status pernafasan dan oksigen,
memberikan posisi pasien semi fowler Kesimpulan
untuk memaksimalkan ventilasi, Setelah dilakukan penelitian studi
melakuakn auskultasi adanya suara kasus dengan menggunakan asuhan
nafas tambahan dan melatih pasien keperawatan di ruang Lavender RSUD
untuk melakukan batuk efektif. Kota Kendari pada tanggal 4 sampai
dengan 6 Mei 2019, Asuhan
Evaluasi Keperawatan keperawatan yang dilakukan oleh
Evaluasi keperawatan merupakan penulis pada studi kasus meliputi
proses akhir dari pemberian asuhan pengkajian, menegakkan diagnosa
keperawatan yang memuat kriteria keperawatan, intervensi keperawatan,
hasil dan keberhasilan tindakan dengan implementasi keperawatan, dan
melihat tingkat kemajuan kesehatan evaluasi keperawatan, maka penulis
pasien. menarik kesimpulan sebagai berikut:
Menurut Rahmaniar (2017), setelah 1. Pengkajian keperawatan dilakukan
dilakukan pemberian tindakan dengan wawancara, observasi,
dilakukan evaluasi, data yang pemeriksaan fisik dan melihat
didapatkan sekret sudah berkurang, medical record pasien. Pada Ny.
pasien tampak bisa mengeluarkan R Data Subjektif yaitu pasien
sekret dengan batuk efektif, pernafasan mengatakan batuk berdarah dan
21 kali/menit dan pasien sudah tidak dahaknya sulit dikeluarkan, pasien
terpasang oksigen. Assesment masalah mengeluh sesak dan nyeri dada
teratasi. saat batuk. Data Objektif yang
Sedangkan pada studi kasus yang didapatkan yaitu pasien tampak
dilakukan Ny. R, hasil evaluasi yang batuk darah, nampak sesak,
dilakukan pada tanggal 6 Mei 2019, askultasi terdengar suara nafas
untuk mengatasi masalah keperawatan tambahan ronchi, irama
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pernapasan irreguler. Dengan
berhubungan dengan mucus berlebihan tanda-tanda vital Tekanan darah :
dengan memperlihatkan pasien tidak 100/60mmHg, pernapasan: 28 kali
mengalami sesak, pernapasan 20 menit, nadi: 70 kali/ menit, suhu:
kali/menit, dan pasien mampu 37°C
melakukan batuk efektif tanpa bantuan 2. Diagnosa keperawatan yang
instruksi perawat sesuai dengan data yang
Respon yang disampaikan oleh didapatkan pada saat pengkajian
pasien pada saat peneliti melakukan yaitu ketidakefektifan bersihan
latihan batuk efektif adalah pasien
6
jalan nafas berhubungan dengan Bahasa Intansari Nurjannah &
mucus berlebihan. Roxana Devi Tumanggor.
3. Intervensi keperawatan yang Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
direncanakan adalah monitor Tenggara. 2017. Profil
status pernapasan dan oksigen, Kesehatan Sulawesi Tenggara
posisikan pasien semifowler untuk 2016. Kendari : Dinkes Sultra.
memaksimalkan ventilasi, Retrieved from
auskultasi suara nafas dan adanya http://dinkes.sultraprov.go.id/
suara nafas tambahan serta latih Dhiyantari, Reza, et al. 2014. Gambaran
pasien untuk batuk efektif. Kepatuhan Minum Obat Pada
4. Implementasi keperawatan Penderita Tuberculosis Paru Di
disesuaikan dengan perencanan Wilayah Kerja Puskesmas
yang peneliti susun yang Bebandem Karangasem. E-Jurnal
didapatkan dari teoritis. Tindakan Medika Udayana.
ini dilakukan selama 3 hari Herdman, T, Heather & Kamitsuru
perawatan. Yang dilakukan untuk Shigemi. 2018. Nanda
mengatasi masalah keperawatan Internasional: Diagnosis
berupa tindakan memonitor status Keperawatan Definisi &
pernapasan dan oksigen, Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
memberikan posisi semifowler Jakarta: EGC
untuk memaksimalkan ventilasi, Hidayat, A. Alimul Aziz. 2009.
mengauskultasi suara nafas dan Pengantar Kebutuhan Dasar
adanya suara nafas tambahan serta Manusia Edisi –Buku 2.
melatih pasien untuk batuk efektif. Jakarta: Salemba Medika
5. Evaluasi keperawatan dilakukan Kemenkes RI. 2018. Pusat Data dan
setiap selesai pemberian tindakan Informasi Kesehatan
yaitu selama 3 hari dari tanggal 4 Kementerian Kesehatan RI
Mei sampai dengan 6 Mei 2019. Manurung, Santa et al. 2009. Seri
Dari evaluasi tersebut Asuhan Keperawatan:
memperlihatkan pasien tidak Gangguan Sistem Pernafasan
mengalami sesak, pernapasan 20 Akibat Infeksi. Jakarta: Trans
kali/menit dan pasien mampu Info Media (TIM)
melakukan batuk efektif tanpa Moorhead, Sue et al. 2016. Nursing
bantuan instruksi perawat. Outcomes Classification
(NOC) Edisi 5. Singapore:
DAFTAR PUSTAKA Elsavier, Alih Bahasa Intansari
Budiono & Pertami, Sumirah Budi. Nurjannah & Roxana Devi
2015. Konsep Dasar Tumanggor.
Keperawatan. Jakarta: Bumi Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan
Medika. Keperawatan Klien dengan
Bulechek, Gloria M et al. 2016. Gangguan Sistem Pernapasan.
Nursing Intervensions Jakarta: Saemba Medika
Classification (NIC) Edisi 6. Nugroho, Septian Adi. 2016.
Singapore: Elsavier, Alih Hubungan Antara Pengetahuan
Penderita Tuberculosis dan
7
Dukungan Keluarga dengan Pernapasan, Edisi 2. Jakarta:
Kepatuhan Minum Obat Di Salemba Medika
Wilayah Kerja Puskesmas Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh
Jekulo.Surakarta: Universitas Manusia untuk Mahasiswa
Muhammadiyah Surakarta. Keperawatan Edisi 2. Jakarta :
Retrieved from Salemba Medika
www.eprints.ums.ac.id
Nurarif, Amin Huda & Kusuma,
Hardi. 2016. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA,
NIC, NOC. Yogyakarta:
MediAction Publishing
Nursalam, 2011. Konsep dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Purwanti. 2013. Asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada Tn.S dengan
tuberkulosis paru diruang
mawar 1 RSUD Karanganyar.
Surakarta: Stikes Kusuma
Husada. Retrieved from
http:digilib.stikeskusumahusad
a.ac.id
Rahmaniar, Dwi Sarah. 2017. Asuhan
Keperawatan Pada Tn. J dan
Ny. D Dengan Tuberkulosis
Paru di Ruang Paru RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Padang :
Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang. Retrieved
from https://pustaka.
poltekkespdg.ac.id
SIRS RSUD Kota Kendari.2018. Data
Penyakit TB paru. Kendari :
SIRS RSUD Kota Kendari.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan
Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem
8
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019
Abstrak
Bronkopneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada balita di Indonesia. Diperlukan asuhan
keperawatan yang berkualitas dalam merawat anak dengan bronkopneumonia. Salah satu upaya untuk mencapai
hal tersebut adalah dengan melakukan studi kasus pada masalah tersebut. Penelitian studi kasus deskriptif ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia yang mengalami
masalah oksigenasi. Studi kasus dilakukan pada dua pasien balita dengan instrumen lembar pengkajian sampai
dengan evaluasi keperawatan. Hasil studi kasus menunjukan data pengkajian masalah oksigenasi pada anak
bronkopneumonia adalah sekret kental, napas cepat, dan suara napas ronchi dengan diagnosis keperawatan yang
utama ketidakefektifan bersihan jalan napas. Evaluasi yang didapatkan setelah diberikan intervensi keperawatan
yang sesuai didapatkan perbaikan terkait data pengkajian yang teah disebutkan sebelumnya.
Abstract
Bronchopneumonia is the biggest cause of mortality of children under 5 in Indonesia. Quality nursing care is
needed in treating children with bronchopneumonia. One effort to achieve quality nursing care is by conducting a
case study. Descriptive case study aims to determine the description of nursing care in children with
bronchopneumonia who have oxygenation problems. Case studies were conducted on two under-five patients with
assessment sheet and nursing evaluation (?) as the intstruments. The results of the case study show data on the
assessment of oxygenation problems in bronchopneumonia children are include thick secretions, rapid breathing,
and the sound of rhonchi breath with a nursing diagnosis which is the main ineffectiveness of airway clearance.
Eval uations obtained after being given nursing that are appropriate for improvement are related to previously
received assessment data..
31
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019
kedua kematian balita (15,5%) dari seluruh mempunyai kebutuhan oksigen lebih tinggi
penyebab kematian, jumlah kematian anak dari orang dewasa. Pemenuhan kebutuhan
balita disebabkan kasus bronkopneumonia. oksigen sangat ditentukan oleh keadekuatan
pada tahun 2013 ditetapkan menjadi 78,8% sistem pernafasan dan sistem
per 1000 balita, dan kematian bayi akibat kardiovaskuler. (Poston,2009) pada anak
bronkopneumonia sebanyak 13,6% per dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
1000 bayi. (Riskesdas,2013) Salah satu oksigenasi, salah satu upaya yang dapat
negara berkembang seperti indonesia jika dilakukan untuk menangani anak dengan
dibandingkan dengan negara tetangga bronkopneumonia adalah memberikan
seperti Thailand, terapi antibiotik yang asuhan keperawatan yang berkualitas dan
dilakukan untuk menangani peningkatan kualitas asuhan keperawatan
bronkopneumoia oleh Thailand (65%) lebih salah satunya dengan cara melakukan studi
tinggi 26% dari Indonesia (39%) kasus anak dengan bronkopneumonia.
(Fikri,2016).
METODE
Menurut Wahid dan Imam (2013) faktor
Desain penelitian yang digunakan dalam
yang mengakibatkan resiko terkena
studi kasus ini menggunakan metode
bronkopneumonia diantaranya adalah
deskritif dan pada kasus ini penulis
infeksi saluran pernafasan atas, umur
mengelola kasus dengan menggunakan
dibawah 2 bulan, sosial ekonomi yang
proses keperawatan. Batasan masalah yaitu
rendah, tingkat pendidikan yang rendah,
berdasarkan identifikasi masalah,penulis
pelayanan kesehatan rendah, kepadatan
memberikan batasan ruang lingkup dari
tempat tinggal, penyakit kronis dan
penelitian yang dilakukan dan hanya
imunisasi yang tidak lengkap. Intervensi
membatasi permasalahan pada anak dengan
yang dilakukan untuk menurunkan angka
bronkopneumonia yang mengalami
kesakitan dan kematian balita pada kejadian
masalah oksigenasi. Partisipan pasien yang
ini adalah pemberian ASI ekslusif,
dikelola pada studi kasus ini memiliki
imunisasi yang utamanya berhubungan
karakteristik sebagai berikut yaitu usia
dengan vaksin Streptococcus pneumonia
balita 1-5 tahun dengan diagnosis medis
dan Haemophilus influenza type b, serta
Bronkopneumonia yang mengalami
vaksin campak dan pertusis, peningkatan
masalah oksigenasi dengan atau tanpa
kualitas sanitasi dan hygiene tempat balita
komplikasi.
maupun menggurangi polusi udara dalam
rumah (WHO,2013) kegawatan atau
Definisi operasional proses penerapan
komplikasi yang sering terjadi pada anak
Asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia jika tidak
bronkopneumonia mulai dari pengkajian
ditangani dengan tepat dan segera bisa
sampai dengan evaluasi. Analisa data yang
mengakibatkan atelektasis, empisema,
dikumpulkan dari hasil wawancara,
abses paru dan obtitis media (Bradley
observasi, dan pemeriksaan fisik. Setelah
et.al,2011).
itu data dikelompokkan menjadi data
subjektif dan objektif, dianalisis dan
Kebutuhan oksigenasi merupakan
dibandingkan hasil yang normal. Dari data
kebutuhan fisiologis dasar bagi semua
yang disajikan kemudian data tersebut
manusia untuk kelangsungan hidup sel dan
dibahas dan
jaringan serta metabolisme tubuh. Abak
32
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019
hematokrit 36%, leukosit 13,1 rb/ul, ekonomi dan faktor lingkungan sekitar. dan
trombosit 293 rb/ul, GDS 80 mg/dl, natrium pada An.S pernah dirawat dengan riwayat
141 mEq/dl, kalium 4,0 mEq/L, chlorida tb paru hal ini disebabkan adanya penyebab
1,7 mEq/L. etiologi yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa
dan benda asing. Hal ini sesuai dengan hasil
Setelah dilakukan pengkajian, kemudian penelitian (Guetirrez,2012) bahwa asap
analisa data dari hasil yang didapatkan rokok dari orangtua atau penghuni rumah
masalah keperawatan pada kedua subjek yang satu atap dengan balita merupakan
yaitu yang digambarkan bersihan jalan bahan pencemaran dalam ruang tempat
nafas tidak efektif yang mengalami masalah tinggalyang serius serta akan menambah
oksigenasi. Intervensi yang diberikan resiko kesakitan dari bahan toksik pada
mengauskultasi suara nafas, catat adanya anak-anak dan paparan yang tersu-menerus
suara nafas tambahan, melakukan terapi akan menimbulkan gangguan pernafasan
bronkodilator inhalasi ventolin 1 resp+Ns terutama memperberat timbulnya infeksi
2ml/6 jam, memberikan posisi semifowler, saluran pernafasan akut dan gangguan paru-
melakukanfisioterapi dada, mengajarkan paru pada saat dewasa.
keluarga tentang batuk efektif, dan
menganjurkan minum air hangat. Setelah dilakukan pengkajian kemudian
dianalisa data didapatkan diagnosis
Dan evaluasi yang didapatkan sekret keperawatan pada An.A dan An.S bersihan
berhasil dikeluarkan, sudah tidak sesak lagi, jalan nafas tidak efektif yang mengalami
batuk pilek sudah berkurang, suara nafas masalah oksigenasi. Hal ini sesuai dengan
vesikuler, tidak ada otot bantu nafas, anak hasil penelitian arsyad (2013) bahwa
sudah lebih tenang dari sebelumnya dan ibu didapatkan diagnosa keperawatan pada
mampu melakukan intervensi yang anak yang terkait dengan bronkopneumonia
diajarkan oleh perawat. adalah bersihan jalan nafas tidak efektif
yang mengalami masalah oksigenasi
Penilaian hasil An.A An.S
terjadinya masalah pada ventilasi karena
Respirasi40x/menit30x/menit oksigen yang masuk ke alveoli terjadi
Nadi 120x/menit 110x/menit penyumbatan di bronkus hal ini diakibatkan
SPO295%99% karena adanya penumpukan sekret di
Suhu 37,6o C 36oC bronkus.
CRT< 3< 3
Suara nafas Ronchi Vesikuler Intervensi yang direncanakan pada An.A
GCS1515 dan An.S inhalasi ventolin 1resp+Ns
Status gizi Baik Kurang 2ml/6jam, anjurkan pada keluarga
memberikan air putih hangat, postural
PEMBAHASAN drainase dan fisioterapi dada. Evaluasi yang
Pada kasus ditemukan bahwa orangtua dari didapatkan sekret dapat dikeluarkan dan
An.A dan An.S adalah perokok aktif. Anak keluarga dapat mempraktekkan apa yang
dengan bronkopneumonia yang mengalami diajarkan oleh perawat. Intervensi yang
masalah oksigenasi faktor resikonya dari diteori dan yang didapatkan dikasus
asap rokok, sanitasi lingkungan, faktor sangatlah berbeda.
34
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019
An.S inhalasi ventolin, fisioterapi dada, bisa berhenti merokok karena merokok
postural drainase dan batuk efektif. sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan
Evaluasi yang didapatkan sekret berhasil didalam rumah dalam kehidupannya sehari-
dikeluarkan, tetapi pada An.s mengalami hari. Hal ini menjadi faktor resiko sangat
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang berat bagi anak.
dari kebutuhan tubuh hal tersebut
diakibatkan karena asupan nutrisi yang
REFERENSI
kurang atau tidak adekuat menyebabkan
Alligood, M.R. (2010). Nursing theory:
An.S mengalami gizi kurang. Utilization & application (4th ed.).
Philadephia: Mosby
Evaluasi yang telah diberikan pada asuan Arsyad, 2013. Diagnosis keperawatan pada
keperawatan bronkopneumonia selama 3 anak dengan bronkopneumonia yang
hari dan sudah teratasi bersihan jalan nafas mengalami oksigenasi. Jakarta
tidak efektif. Didapatkan pada kasus An.A selatan. Jakarta
Bradley, 2011. Buku Ajar Asuhan
dengan gizi baik mengalami hari perawatan
Keperawatan Klien dengan Gangguan
selama 5 hari, sedangkan An.S dengan gizi Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba
kurang mengalami hari perawatan selama 7 Medika.
hari, status gizi berpengaruh pada anak Bennete, 2013. Buku Saku Keperawatan
dengan bronopneumonia. Pediatri. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Dhaenkpedro, 2010. Fisioterapi dada dan
Saran postural drainase pada anak
bronkopneumonia. Jakarta selatan.
a. Bagi Rumah Sakit
Jakarta
Dapat memberikan masukan kepada rumah Fikri, 2016. Buku Pintar Asuhan
sakit untuk memberikan pelayanan yang Keperawatan Bayi dan Balita.
berkualitas dalam menangani kasus pada Yogyakarta: Cakrawala Ilmu
anak terutama dengan sistem gangguan Guetirrez-Ramirez SF, Molina-Salinas GM.
pernafasan. 2013 GarciaGuerra JF, dkk.
Enviromental tobacco smoke and
b. Bagi Intitusi Pendidikan
pneumonia in children living in
Memberikan masukan pada institusi Monterrey : mexsico.
khususnya dalam mata kuliah keperawatan Hidayat, 2009. Konsep Family Center Care
anak mengenai postural drainase, fisioterapi pada anak, Jakarta : EGC
dada dan batuk efektif sebagai tindakan Kementrian Kesehatan,R.I.,Riset Kesehatan
keperawatan untuk mengeluarkan dahak Dasar 2013. Jakarta. Badan Penelitian
pada anak dengan bronkopneumonia. dan Pengembangan Kesehatan
Republik Indonesia
Kementrian Kesehatan, R.I. 2014. Profil
c. Bagi penulis selanjutnya Kesehatan 2013. Jakarta.
Mampu meningkatkan tingkat asuhan Kementerian Kesehatan Republik
keperawatan pada klien dengan Indonesia
bronkopneumonia pada anak yang Kusuma, arif dkk. 2015 Asuhan
mengalami masalah oksigenasi. Keperawatan pada anak
Bronkopneumonia. Jakarta
Muluki M, 2009. Asuhan keperawatan
d. Bagi keluarga pasien
anak bronkopneumonia. Departemen
Memberikan pendidikan kesehatan pada Kesehatan. Jakarta
orangtua dari An.A dan An.S masih belum Ngastiyah. 2012 Perawatan Anak Sakit.
Jakarta : EGC
36
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keris Husada Vol. 1 No. 1 Mei 2019
37