Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA:

OKSIGENASI

DISUSUN OLEH :

YULIYAH
NPM 22.0604.0046

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022

0
1
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh bersama
dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur
yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit kesemua proses penting tubuh
seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila
terdapat banyakoksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan
untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013). Oksigenasi merupakan proses
penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika.
Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas.
Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu
dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk
mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).

Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang


digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012). Oksigen merupakan gas
yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen
diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh
dari atmosfer melalui proses bernapas. Di atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat
karbon dioksida, nitrogen, dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium (Tarwoto and
Wartonah 2015).

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya system


pernafasan, system kardiovaskuler, dan system hematologi. System pernafasan atau
respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan
metabolism selsel tubuh dan pertukaran gas. System kardiovaskuler berperan dalam
proses transportasi oksigen melalui aliran darah dan system hematologi yaitu sel darah
merah yang sangat berperan dalam oksigenasi karena di dalamnya terdapat

2
hemoglobin yang mampu mengikat oksigen (Tarwoto and Wartonah 2015).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.
Secara fungsional, tidak adanya oksigen menyebabkan tubuh mengalami kemunduran
bahkan kematian. Sehingga kebutuhan oksigen menjadi kebutuhan paling utama atau
vital. Pemenuhan kebutuhan oksigen dipengaruhi oleh proses pernafasan secara
fungsional (Asmadi 2008). Pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga
tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas (Hidayat 2009). Berikut
pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh, yaitu :
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah
tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot
polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (terjadinya
rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi,
kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi atau proses
penyempitan dapat terjadi).
d. Refleks batuk dan muntah
e. Adanya peran mukus siliaris sebagai barier atau penangkal benda asing yang
mengandung interveron dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah complience dan recoil. Complience merupakan kemampuan
paru untuk mengembang. Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu
adanya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya
kolaps serta gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel
alveoli dan disekresi saat kita menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan
mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik
namun recoil terganggu, maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal. Pusat
pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dapat memengaruhi proses
ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.

3
Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat merangsang pusat pernapasan dan
bila pCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.

2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan
CO2 di kapiler alveoli. Proses pertukaran ini. dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstitial (keduanya dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan), perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis masuk dalam darah secara difusi),
pCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli, dan afinitas gas
(kemampuan menembus dan saling mengikat hemoglobin).
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb
membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2
akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam
plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (cardiac
output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

Sistem tubuh yang berperan dalam membantu pemenuhan kebutuhan oksigenasi


adalah saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.
1. Saluran pernapasan bagian atas, terdiri atas:
a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melaluihidung.
b. Esophagus.
c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laringsaat
proses menutup.
2. Saluran pernapasan bagian bawah, terdiri atas:
a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrae torakalis kelima.
b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi

4
bronchus kanan dan kiri.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigendengan
karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan.

C. ETIOLOGI
Gangguan pemenuhan oksigenasi disebabkan oleh berbagi faktor, diantaranya
sebagai berikut :
A. Hiperventilasi
Upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru- paru agar pernafasan
lebih cepat dan dalam. Tanda dan gejalanya yaitu takikardia, nafas pendek, nyeri
dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi
B. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2
tubuh atau mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada etelektasis
(kolaps paru). Tanda dan gejalanya nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, kardiak disritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak
arrest
C. Hipoksia
Kondisi tidak tercukupinya pemenuhan O2 dalam tubuh akibat dari defisiensi O2
yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 di sel. Tanda dan gejalanya
kelelahan, kecemasan, menunrunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernafasan cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas dan clubbing finger.
D. Hipoksemia
Hipoksemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam
pembuluh arteri. Hipoksemia bisa terjdi karena kurangnya tekanan parsial O2
(PaO2) atau kurangnya saturasi oksigen (SaO2) dalam pembuluh arteri.
Seseorang dikatakan hipoksemia apabila tekanan darah parsial pada pembuluh
arterinya kurang dari 50 mmHg.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi
pernafasan misalnya yang berkaitan dengan kemampuan ekspansi paru dan diafragma,
kemampuan transportasi atau perfusi. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:

5
1. Posisi tubuh
Pada keadaan duduk atau berdiri pengembangan paru dan pergerakan diafragma
lebih baik dari pada posisi datar atau tengkurap sehingga pernafasan lebih mudah.
Ibu hamil atau tumor abdomen dan makan sampai kenyang akan menekan
diafragma ke atas sehingga pernafasan lebih cepat.
2. Lingkungan
Oksigen di atmosfer sekitar 21 %, namun keadaan ini tergantung dari tempat atau
lingkungannya, contohnya : pada tempat yang tinggi, dataran tinggi, dan daerah
kutub akan membuat kadar oksigen menjadi kurang, maka tubuh akan
berkompentensasi dengan meningkatkan jumlah pernafasan. Lingkungan yang
panas juga akan meningkatkan pengeluaran oksigen.
3. Polusi udara
Polusi udara yang terjadi baik karena industry maupun kendaraan bermotor
berpengaruh terhadap kesehatan paru-paru dan kadar oksigen karena mengandung
karbon monoksida yang dapat merusak ikatan oksigen dengan haemoglobin.
4. Zat alergen
Beberapa zat allergen dapar mempengaruhi fungsi pernafasan, seperti makanan, zat kimia,
atau benda sekitar yang kemudian merangsang membrane mukosa saluran pernafasan
sehingga mengakibatkan vasokontriksi atau vasodilatasi pembuluh darah, seperti
pada pasien asma.
5. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernafasan seperti emfisema,
bronchitis, kanker, dan infeksi paru lainnya. Penggunaan alcohol dan obat-obatan
mempengaruhi susunan saraf pusat yang akan mendepresi pernafasan sehingga
menyebabkan frekwensi pernafasan menurun.
6. Nutrisi
Nutrisi mengandung unsure nutrient sehingga sumber energy dan untuk
memperbaiki sel- sel yang rusak. Protein berperan dalam pembentukan hemoglobin
yang berfungsi mengikat oksigen untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Jika
hemoglobin berkurang atau anemia, maka pernafasan akan lebih cepat sebagai
kompensasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
7. Peningkatan aktivitas tubuh
Aktivitas tubuh membutuhkan metabolism untuk menghasilkan energy.
Metabolism membutuhkan oksigen sehingga peningkatan metabolism akan
meningkat kebutuhan lebih banyak oksigen.
8. Gangguan pergerakan paru
6
Kemampuan pengembangan paru juga berpengaruh terhadap kemampuan kapasitas
dan volume paru. Penyakit yang mengakibatkan gangguan pengembangan paru di
antaranya adalah pneumotoraks dan penyakit infeksi paru menahun.
9. Obstruksi saluran pernafasan
Obstruksi saluran pernafasan seperti pada penyakit asma dapat menghambat aliran
udara masuk ke paru-paru

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan


oksigen yang banyak karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen didalam tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu lingkungan, latihan, emosi, gaya
hidup, dan status kesehatan (Asmadi 2008).
1. Lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen dipengaruhi oleh ketinggian tempat, pada
tempat yang tinggi tekanan barometer akan turun dan menyebabkan tekanan
oksigen turun. Demikian pula kadar oksigen dipengaruhi oleh polusi udara. Udara
yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi mengakibatkkan turunya
konsentrasi udara.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas, menyebabkan peningkatan denyut jantung
dan respirasi rate, sehingga kebutuhan terhadap oksigen juga meningkat.
3. Emosi
Perubahan psikologi seseorang mempengaruhi denyut jatung yang mengakibatkan
peningkatan kebutuhan oksigen.
4. Gaya hidup
Gaya hidup tidak sehat seperti merokok menpengaruhi status oksigen seseorang,
sehingga memperburuk penyakit arteri koroner dan dan pembuluh darah sehingga
menganggu suplai oksigen ke seluruh tubuh.
5. Status kesehatan
Status kesehatan seseorang mempengaruhi pememnuhan kebutuhan oksigen orang
tersebut.

D. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen menurut (Ambarwati, 2014),

7
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen diantaranya
adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan
lingkungan.
1. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen seseorang.
Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya adalah :
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat
terpapar zat beracun
b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi

c. Hipovolemia

d. Peningkatan laju metabolic


e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada sepertikehamilan,
obesitas dan penyakit kronis.
2. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu,
proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit
kronis.
3. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi sistem
pernapasan individu.
a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan danmerokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres
yang mengakibatkan penyakit jantung dan pparu.
e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
4. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi pernapasan. Status nutrisi,
gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan penggunaan zat-zat tertentu
secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi

8
lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah :
a. Suhu lingkungan
b. Ketinggian
c. Tempat kerja (polusi)

Proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pernapasan eksternal dan
pernapasan internal. Pernapasan eksternal adalah proses pertukaran gas secara
keseluruhan antara lingkungan eksternal dan pembuluh kapiler paru (kapiler
pulmonalis), sedangkan pernapasan internalmerupakan proses pertukaran gas antara
pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh (Saputra, 2013). Tercapainya fungsi utama
dari sistem pernapasan sangat tergantung dari proses fisiologi sistem pernapasan itu
sendiri yaitu ventilasi pulmonal, difusi gas, transfortasi gas serta perfusi jaringan.
Keempat proses oksigenasi ini didukung oleh baik atau tidaknya kondisi jalan napas,
keadaan udara di atmosfir, otot-otot pernapasan, fungsi sistem kardiovaskuler serta
kondisi dari pusat pernapasan (Athoilah & Kusnadi, 2013). Sel di dalam tubuh
sebagian besarnya memperoleh energi melalui reaksi kimia yang melibatkan
oksigenasi dan pembuangan karbondioksida. Proses Pertukaran gas dari pernapasan
terjadi di lingkungan dan darah (Ernawati, 2012).
1. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu ventilasi pulmoner,
difusi gas, dan transfor oksigen serta karbon dioksida ( Saputra,2013).
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan pergerakan udara masuk dan kemudian keluar dari paru-paru
(Tarwoto & Wartonah, 2011). Keluar masuknya udara dari atmosfer kedalam
paru-paru terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara yang menyebabkan
udara bergerak dari tekanan yang tinggi ke daerah yang bertekanan lebih rendah.
Satu kali pernapasan adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Inspirasi
merupakan proses aktif dalam menghirup udara dan membutuhkan energi yang
lebih banyak dibanding dengan ekspirasi. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali
inspirasi ± 1 – 1,5 detik, sedangkan ekspirasi lebih lamayaitu ± 2 – 3 detik dalam
usaha mengeluarkan udara (Atoilah, 2013).

Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2011), ada tiga kekuatan yang berperan dalam
ventilasi, yaitu ; compliance ventilasi dan dinding dada, teganganpermukaan yang
disebabkan oleh cairan alveolus, dan dapat diturunkanoleh adanya surfaktan serta
pengaruh otot-otot inspirasi.
9
1) Compliance atau kemampuan untuk meregang merupakan sifat yang dapat
diregangkannya paru-paru dan dinding dada, hal initerkait dengan volume serta
tekanan paru-paru. Struktur paru- paru yang elastic akan memungkinkan paru-
paru untuk meregang dan mengempis yang menimbulkan perbedaantekanan dan
volume, sehingga udara dapat keluar masuk paru- paru.
2) Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus mempengaruhi
kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan disebabkan oleh adanya cairan
pada lapisan alveolus yang dihasilkan oleh sel tipe II.
3) Otot-otot pernapasan. Ventilasi sangat membutuhkan otot- otot pernapasan
untuk megembangkan rongga toraks.
b. Difusi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), difusi adalah proses pertukaran oksigen
dan karbon dioksida dari alveolus ke kapiler pulmonal melalui membrane, dari
area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi yang rendah. Proses
difusi dari alveolus ke kapiler paru-paru antara oksigen dan karbon dioksida
melewati enam rintangan atau barier, yaitu ; melewati surfaktan, membran
alveolus, cairan intraintestinal, membran kapiler, plasma, dan membran sel darah
merah. Oksigen berdifusi masuk dari alveolus ke darah dan karbon dioksida
berdifusi keluar dari darah ke alveolus. Karbon dioksida di difusi 20 kali lipat
lebih cepat dari difusi oksigen, karena CO2 daya larutnya lebih tinggi. Beberapa
faktor yang memengaruhi kecepatan difusi adalah sebagai berikut: Perbedaan
tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan tekanan maka semakin cepat
pula proses difusi.
1) Besarnya area membrane. Semakin luas area membrane difusi maka akan
semakin cepat difusi melewati membrane
2) Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka akan semakin cepat
proses difusi.
3) Koefisien difusi, yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan membran
paru. Semakin tinggi koefisien maka semakin cepat difusi terjadi.
c. Transportasi oksigen
Sistem transportasi oksigen terdiri atas paru-paru dan sistem kardiovaskuler.
Penyampaian tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke dalm paru-paru
(ventilasi), darah mengalir ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi,
serta kapasitas kandungan paru (Perry, 2010). Menurut Atoilah (2013), untuk
mencapai jaringan sebagian besar (± 97 %) oksigen berikatan dengan

10
haemoglobin, sebagian kecil akan berikatan dengan plasma (± 3 %). Setiap satu
gram Hb dapat berikatan dengan 1,34 ml oksigen bila dalam keadaan konsentrasi
drah jenuh (100 %). Ada beberapa faktor-faktor yang memengaruhi transportasi
oksigen, yaitu:
1) Cardiac Output
Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang maka jumlah
oksigen yang ditransport juga akan berkurang.
2) Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan berkurang
juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.

3) Latihan fisikAktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya


pembuluh darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan lancar menuju
daerah tujuan.
4) Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau plasma
darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental keadaan darah
maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
5) Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah.
2. Pernapasan internal
Pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara pembuluh darah kapiler
dan jaringan tubuh. Setelah oksigen berdifusi ke dalam pembuluh darah, darah yang
banyak mengandung oksigen akan diangkut ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler
sistemik. Di bagianini terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara kapiler
sistemik ke sel jaringan, sedangkan karbon dioksida berdifusi dari sel jaringan ke
kapiler sistemik (Saputra,2013). Pertukaran gas dan penggunaannya di jaringan
merupakan proses perfusi. Proses ini erat kaitannya dengan metabolisme atau proses
penggunaan oksigen didalam paru (Atoilah & Kusnadi, 2013).

E. MANIFESTASI KLINIS
Penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.
Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan
nafas flaring (nafas cuping hidung) dyspnea, ortopnea, penyimpangan dada, nagas pendek,
posisi tubuh menunjukkan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital
menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidakefektif sehingga menjadi gangguan

11
oksigenasi (Nanda 2018). Beberapa tanda dan gejala pada kerusakan pertukaran gas yaitu
takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebinggungan, AGD
abnormal, sianosis, pucat, hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal
frekuensi, irama dan kedalaman nafas. Suara nafas tidak normal berupa crakcles, wheezing,
ronchi, stridor, dan pleura friction rub. Jumlah pernafasan juga mengalami perubahan (normal,
takipnea atau bradipnea) (Nanda 2018).
Menurut Abdullah (2014) secara garis besar, gangguan pada respirasi dikelompokkan
menjadi tiga yaitu gangguan irama atau frekuensi, insufisiensi pernapasan dan
hipoksia, yaitu:
1. Gangguan irama/ frekuensi pernapasan
a. Gangguan irama pernapasan
1) Pernapasan Cheyne stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik, kemudian menurun dan

berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis
pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongestif,
peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara
fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di
ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan air laut dan pada bayi
saat tidur.
2) Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan
cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini
kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
3) Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis
pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis metabolic
dan gagal ginjal.
b. Gangguan frekuensi pernapasan
1) Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan
melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.

2) Bradipnea

12
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan
jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal.
2. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompokutama
yaitu:
a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
1) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi
servikal.
2) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema,
TBC, dan lain-lain.
b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
1) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya
kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
2) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya.
3) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak
normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.
c. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-
paru ke jaringan
1) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobinyang
tersedia untuk transfor oksigen.
2) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar
hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
3) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah
jantung yang rendah.
3. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam jaringan.
Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia
hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksiahistotoksik.
a. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri.
Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia
anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik
terjadi jika tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida dalam
darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen
normal, tetapi jumlah oksigenyang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini
13
dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan karbondioksida.

b. Hipoksia hipokinetik

Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya


bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis
yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.
c. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.
d. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karenapengaruh
racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena
dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena
meningkat).

F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH OKSIGENASI

1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Alimul Hidayat (2009) dan Arif Muttaqin (2008) pengkajian keperawatan
pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah sebagai berikut:
a. Riwayat Pengkajian
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi:
1) Ada tidaknya riwayat merokok dan riwayat batuk kronis.
Bertempat tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
2) Adanya riwayat atau faktor pencetus eksaserbasi yang meliputi alergen, stress
emosional, peningkatan aktifitas fisik yang berlebihan, serta infeksi saluran
pernafasan.
3) Pada pengkajian ditemukan pasien anoreksia, penurunan berat badan, dan
kelemahan adalah hal yang umum terjadi.
4) Pada tahap pengkajian lanjut ditemukan pasien sesak nafas, didapatkan kadar
oksigen rendah (hipoksemia) dan karbon dioksida yang tinggi (hiperkapnea).
Pasien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat pengumpulan sekresi.
Setelah infeksi terjadi, pasien mengalami mengi yang berkepanjangan saat
ekspirasi.

b. Pola Batuk dan Produksi Spontan


14
Pengkajian pada pola batuk dilakukan dengan cara menilai batuk termasuk batuk
kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing. Pengkajian juga dilakukan klien
mengalami sakit pada tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat
dimana klien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap
lingkungan, tempat tinggal klien (berdebu, penuh asap, dan adanya kecendrungan
mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. pengkajian sputum dilakukan dengan cara
memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang
dikeluarkan oleh klien.
c. Pengkajian fisik
Menurut Arif Muttaqin (2009) mengatakan sebagai berikut:
1) Inspeksi: Menentukan tipe jalan nafas, seperti menilai nafas spontan melalui
hidung, mulut, oral, nasal, kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan,
ada atau tidaknya secret, perdarahan, bengkak atau obstruksi mekanik.
a) Menentukan tipe jalan napas, seperti menilai napas spontan melalui hidung, mulut,
oral, nasal, kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau
tidaknya secret, perdarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik.
b) Penghitungan frekuensi pernapasan; frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit.
Pada pasien PPOK terlihat adanya usaha dan peningkatan frekuensi pernapasan.
c) Pemeriksaan sifat pernapasan. Pasien terlihat penggunaan otot bantu napas
(sternokleidomastoid).
d) Pengkajian irama pernapasan. Pada pasien terlihat bentuk dada barrel chest akibat
udara yang terperangkap, penipisan masa otot, bernapas dengan bibir yang
dirapatkan, dan pernapasan abnormal yang tidak efektif.
e) Pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan. Pasien ditemukan adanya
dispnea terjadi saat beraktivitas bahkan pada saat aktivitas kehidupan sehari-hari

2) Palpasi: Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan
yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis,
atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan
dinding thoraks pada saat inspirasi dan ekspirasi terjadi. Palpasi pada pasien yaitu
ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
3) Perkusi: Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya suara
perkusi paru. Terdapat beberapa suara perkusi sebagai berikut:
a) Sonor, bunyinya seperti kata “dug-dug”.
b) Redup, dianggap sebagai suara tidak normal

15
c) Pekak, adalah suara yang terdengar seperti memperkusi paha, terdapat pada rongga
pleura yang berisi nanah, tumor pada permukaan paru.
d) Hipersonor, bunyi perkusi apabila udara relative lebih padat, ditemukan pada
emfisema dan pneumonotoraks.
e) Timpani, bunyinya seperti ucapan “dang-dang”. Suara ini menunjukkan bahwa di
bawah tempat yang diperkusi terdapat penimbunan udara, seperti pada
pneumonotoraks. Perkusi pada pasien didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma mendatar atau menurun.

4) Auskultasi: Pengkajian ini untuk menilai adanya suara napas, di antaranya adalah
suara napas dasar dan suara napas tambahan.
- Suara napas dasar: Merupakan suara napas pada orang dengan paru yang sehat,
seperti:
a) Vesikuler, adalah ketika suara inspirasi lebih keras dan lebih tinggi nadanya.
Suara vesikuler dapat didengar pada sebagian paru.
b) Bronkhial, suara yang didengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi, bunyinya
bisa sama atau lebih panjang, antara inspirasi dan ekspirasi terdengar jarak
pause yang jelas. Suara bronchial terdengar di daerah trakea dekat bronkus,
dalam keadaan tidak normal bisa terdengar seluruh daerah paru.
c) Bronkovaskular, suara yang terdengar antara vesikuler dan bronchial, ketika
ekspirasi menjadi lebih panjang, hingga hampir menyamai inspirasi. Suara ini
lebih jelas terdengar pada manubrium sterni. Pada keadaan tidak normal juga
terdengar pada daerah lain dari paru.
- Suara napas tambahan: Merupakan suara yang terdengar pada dinding thoraks
berasal dari kelainan dalam paru, termasuk bronkus, alveoli, dan pleura. Suara
tambahan seperti:
a) Ronkhi, yaitu suara yang terjadi dalam bronchi karena penyempitan lumen
bronkus.
b) Mengi (wheezing), yaitu ronkhi kering yang tinggi, terputus nadanya, dan
panjang, terjadi pada asma.
c) Ronkhi basah, yaitu suara berisik yang terputus akibat aliran udara yang
melewati cairan (ronkhi basah, halus, sedang, atau kasar tergantung pada
besarnya bronkus yang terkena dan umumnya terdengar pada inspirasi).
d) Krepitasi, adalah suara seperti hujan rintik-rintikyang berasal dari bronkus,
alveoli, atau kavitasi yang mengandung cairan.

16
e) Krepitasi halus menandai adanya eksudat dalam alveoli yang membuat alveoli
saling berlekatan.
f) Krepitasi kasar, terdengar seperti suara yang timbul bila meniup dalam air.
Suara ini terdengar selama inspirasi dan ekspirasi. Ditemukan bunyi napas
ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan obstruksi pada bronkiolus.
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht)
meningkat. Jumlah eritrosit meningkat, eosinofil dan total IgE serum meningkat.
Pulse Oksimetri, SaO2 oksigenasi menurun.
e. Pemeriksaan diagnostic
1) Radiologi Thoraks foto (AP dan lateral): Menunjukkan adanya hiperinflasi
paru, pembesaran jantung, dan bendungan area paru. Pada emfisema paru
didapatkan diafragma dengan letak yang rendah dan mendatar.
2) Bronkografi: Menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi
kuat.
3) Pengukuran Fungsi Paru Kapasitas inspirasi menurun, volume residu
meningkat pada emfisema, bronchitis, dan asma.
4) Analisa Gas Darah: PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada
asma. Nilai pH normal, asidosis, alkalosis, respiratorik ringan sekunder.
5) Angiografi: Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan diagnosis tentang
keadaan paru, emboli atau tumor paru, aneurisma, emfisema, kelainan
congenital.
6) Radio Isotop: Bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya emboli paru.
Ventilasi scanning untuk mendeteksi ketidaknormalan ventilasi, misalnya pada
emfisema.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
b. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
c. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan perilaku atau aktifitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (DPP PPNI
2018).

17
Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Bersihan jalan nafas Bersihan Jalan Nafas Management Jalan Nafas
tidak efektif (D.0001) (L.01001) (I.14509)
Definisi: Ketidakmampuan Definisi: Observasi:
membersihkan sekret atau Kemampuan membersihkan 1. Monitor pola nafas
obstruksi jalan nafas untuk sekret atau obstruksi jalan (frekuensi, kedalaman dan
mempertahankan bersihan nafas untuk mempertahankan usaha nafas)
jalan napas. jalan nafas tetap paten. 2. Monitor bunyi nafas
Penyebab: Kriteria Hasil: tambahan (gurgling,
Fisiologis a. Batuk efektif meningkat mengi, wheezing, ronkhi
a. Spasme jalan nafas b. Produksi sputum menurun kering)
b. Hipersekresi jalan nafas c. Mengi menurun 3. Monitor sputum (jumlah,
disfungsi neuromuskuler d. Wheezing menurun warna, dan aroma)
c. Benda asing dalam jalan e. Dispneu menurun Terapeutik:
nafas f. Ortopneu menurun 1. Pertahankan kepatenan
d. Adanya jalan nafas buatan g. Sianosis menurun jalan nafas dengan headtlit
e. Sekresi yang tertahan h. Frekuensi nafas membaik dan chin-lift
f. Hyperplasia dinding jalan i. Pola nafas membaik 2. Posisikan semi fowler atau
nafas fowler
g. Proses infeksi 3. Berikan minuman hangat
h. Respon alergi 4. Lakukan fisisoterapi dada.
i. Efek agen Jika perlu
Farmakologis (mis: anestesi) 5. Lakukan penghisapan
Situasional lender kurang dari 15 detik
a. Merokok aktif 6. Lakukan hiperoksigenasi
b. Merokok pasif sebelum penghisapan
c. Terpajan polutan endotracheal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forcep
McGill
8. Berikan oksigenasi
Edukasi:
1. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak

18
kontraindikasi
2. Anjurkan tehnik batuk
efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
bronchodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauana Respirasi
(D.0003) Definisi: (I.01014)
Definisi: Oksigenasi dan atau Observasi:
Kelebihan atau defisit eleminasi karbondioksida 1. Monitor frekuensi, irama,
oksigenasi dan/atau eliminasi pada membran alveolus kedalaman dan upaya
karbondioksida pada kapiler dalam batas normal nafas
membran alveolar-kapiler. Kriteria Hasil: 2. Monitor pola napas
Penyebab: a. Tingakt kesadaran 3. Monitor kemampuan
a. Ketidakseimbangan meningkat batuk efektif
ventilasi-perfusi b. Dyspneu menurun 4. Monitor adanya produk
b. Perubahan membrane c. Bunyi nafas tambahan sputum
alveolus-kapiler mnurun 5. Monitor adanya
Gejala dan tanda mayor: d. Gelisah menurun sumbatan jalan nafas
Subjektif: e. Nafas cuping hidung 6. Auskultasi bunyi nafas
a. Dispnea menurun 7. Monitor saturasi oksigen
Obyektif f. PCO2 membaik 8. Monitor rontgen thorax
a. PCO2 meningkat/menurun g. PO2 membaik Terapeutik:
b. PO2 menurun h. Takikardia membaik 1. Atur interval pemantauan
c. Takikardia i. PH arteri membaik respirasi sesuai kondisi
d. Bunyi nafas tambahan j. Sianosis membaik pasien
Gejala dan tanda minor k. Pola nafas membaik 2. Dokumentasikan hasil
Subjektif l. Warna kulit membaik pemantauan
a. Pusing Edukasi:
b. Penglihatan kabur 1. Jelaskan tujuan dan
Obyektif prosedur pemantauan
a. Sianosis 2. Informasikan hasil
b. Diaphoresis pemantauan, jika perlu.

19
c. Gelisah
d. Nafas cuping hidung
e. Pola nafas abnormal
(cepat/lambat,
regular/ireguler)
f. Warna kulit abnormal
g. Penurunan kesadaran

3. Pola Nafas Tak Efektif Pola Napas (L.01004) Pemantauan respirasi


(D.0005) Definisi: (I.01014)
Definisi: Inspirasi dan/ atau ekspirasi Observasi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang memberikan ventilasi 1. Monitor frekuensi,
yang tidak memberikan adekuat irama,kedalaman dan
ventilasi adekuat. Kriteria Hasil: upaya napas
Penyebab: a. Ventilasi semenit 2. Monitor pola napas
a. Depresi pusat pernafasan meningkat (seperti bradipneu,
b. Hambatan upaya napas b. Kapasitas vital meningkat takipneu, hiperventilasi,
(misal nyeri saat bernapas, c. Tekanan ekspirasi kusmaul, cheyne-stokes,
kelemahan otot meningkat biot, ataksis)
pernapasan) d. Tekanan inspirasi 3. Monitor kemampuan batuk
c. Deformitas dinding dada meningkat efektif
d. Deformitas tulang dada e. Dispneu menurun 4. Monitor adanya produksi
e. Gangguan neuro muskular f. Pengguanan otot bantu sputum
f. Gangguan neurologik napas menurun 5. Monitor adanya sumabatan
g. Imaturitas neurologis g. Pemanjangan fase jalan napas
h. Penurunan energi ekspirasi 6. Palpasi kesimetrisan
i. Obesitas h. Ortopnea menurun ekspansi paru
j. Posisi tubuh yang i. Pernapasan cuping hidung 7. Auskultasi bunyi napas
menghambat ekspansi menurun 8. Monitor saturasi oksigen
paru j. Frekuensi napas membaik 9. Monitor nilai AGD
k. Sindrom hipoventilasi k. Kedalaman napas 10. Monitor hasil x-ray
l. Kerusakan inervasi membaik torax
diafragma Terapeutik:
m. Cidera pada medulla 1. Atur interval pemantauan
spinalis respirasi sesuai kondisi

20
n. Efek agen farmakologis pasien
o. Kecemasan 2. Dokumentasikan hasil
Gejala dan taanda mayor: pemantauan
Subyektif: Edukasi:
a. dispnea 1. Jelaskan tujuan dan
Obyektif: prosedur pemantauan
a. Penggunaan otot bantu 2. Informasikan hasil
pernafasan pemantauan, jika perlu.
b. Fase ekspirasi memanjang
c. Pola nafas abnormal
(takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
Gejala dan tanda minor:
Subyektif:
a. Ortopnea
Obyektif
a. Pernafasan cuping hidung
b. Kapasitas vital menurun
c. Tekanan ekspirasi
menurun
d. Tekanan inspirasi
menurun
e. Ventilasi semenit menurun

G. PATHWAY
Konsentrasi O2 menurun
CO2 dan H+ naik

21
Chemoreseptor pada cabang aorta dan carotid merangsang medulla

Impuls melalui spina cord ke otot respiratory untuk berkontraksi

Impuls melalui
Diafragma spina cordotot
melengkung ke otot respiratory
intercostal untuk
kontraksi
berkontraksi
Impuls melalui spina cord ke otot respiratory untuk
berkontraksi
Paru-paru
Impuls melalui mengembang
spina cord ke otot respiratory untuk
berkontraksi
Impuls melalui spina cord ke otot respiratory untuk
berkontraksi
Inhalasi

Dibawa sampai alveoli

Difusi O2 dan CO2

O2 larut dlm plasma CO2 dibuang melalui sal nafas


dan diikat Hb (ekshalasi/ekspirasi)

Obstruksi napas yang disebabkan berbagai etiologi

Pengeluaran
Ventilasi pernapasam Perubahan vol. Sekuncup,
mucus berlebih
preload dan afterload
serta kontraktilitas
Hipo/hiperventilasi Ketidakefektifan
bersihan jl nafas
Terganggunay difusi O2
Takipneu/bradipneu dan CO2 di alveolus

Ketidakefektifan Penurunan curah Gg pertukaran gas


pola nafas jantung

Sumber: (Athoilah & Kusnadi, 2013), (Perry, 2013)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, F. R. (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Dua Satria Offset.

22
Andarmoyo. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Graha Ilmu.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Athoilah, E. M., & Kusnadi, E. (2013). Askep pada Klien dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Manusia. In Media.

DPP PPNI, Pokja SDKI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

DPP PPNI, Pokja SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

DPP PPNI, Pokja SLKI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia; Aplikasi,


Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Perry, P. (2010). Fundamentals of Nursing : Fundamental Keperawatan, Buku 3


Edisi 7. Elsevier.

Rahayu, Pebriana Puji, and Mutiara Dewi Listiyanawati. 2020. “Asuhan Keperawatan
Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi.”

Saputra, L. (2013). Catatan Ringkas : Kebutuhan Dasar Manusia. Binarupa Aksara


Publisher.

Sudarth, Bruner &. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
8th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tarwoto, and Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Rahayu, Pebriana Puji, and Mutiara Dewi Listiyanawati. 2020. “Asuhan


Keperawatan Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi.”

Sudarth, Bruner &. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. 8th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tarwoto, and Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN INFARK
CEREBRI DAN BRPN DI BANGSAL ANYELIR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH TIDAR MAGELANG

24
Disusun oleh:
Yuliyah
22.0604.0046

PRODI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022

25
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp (0293) 326945 web: www.ummgl.ac.id email:tatausahafikes@gmail.com

26
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : YULIYAH


Semester/Tingkat : 1/1
Tempat Praktek : RSUD TIDAR KOTA MAGELANG
Tanggal Pengkajian : 26/09/2022

DATA PASIEN

A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : An. A
2. Umur : 4 th
3. Alamat : mentawa baru Ketapang
4. Agama : islam
5. Tanggal masuk RS/RB : 23 September 2022
6. Nomor Rekam Medis : 00514176
7. Bangsal : Anyelir

B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA


1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum:
1) Keluhan utama
Batuk berdahak
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengalami kejang 1 kali dirumah kemudian dibawa ke RS
terdekat yakni RS Gumuk Walik dan mendapatkan penanganan,
selanjutnya pasien dirujuk ke RSUD tidar Kota Magelang dan masuk
melalui IGD pada tanggal 23 september 2022.
Keluarga mengatakan pasien batuk berdahak, pilek serta nafsu
makan berkurang, sudah tidak demam dan tidak kejang
3) Alasan masuk rumah sakit
Pasien rujukan dari RS sawsta dengan keluhan kejang, demam, batu
berdahak dan sesak nafas
5) Suhu : 36 8◦C
6) Nadi : 94 x/ menit
7) Respirasi : 26 x/ menit SPO2 96 %

b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):


Sebelumnya pasien pernah opname di kalimantan dengan infark cerebri
satu setengah tahun yang lalu dan lemah ektremitas kanan atas bawah. 2
bulan yang lalu pasien kejang tanpa demam.
c. Riwayat pengobatan
Jika sakit pasien berobat ke rumah sakit.
d. Kemampuan mengontrol kesehatan:
- Yang dilakukan bila sakit : kontrol ke puskesmas/RS
e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):
Pasien berasal dari keluaga dengan ekonomi dan sosial yang baik

27
f. Pengobatan sekarang:

No Nama Obat Kandungan Dosis

1. Inj. paracetamol paracetamol 1 fb

2. Inj. sibital phenobarbital 2 x 25 mg

3. Inj. cefotaxim cefotaxim 3 X 650 tab

4. Ambroxol syrup Ambroxol hcl 3 x 3,5 ml

5. Zinc yrup zinc 1 x 1 cth

6. L-bio probiotik 1 X 1 sachet

7. Nebulizer nacl nacl 3cc/6 jam

8. Infus D ½ 12 TPM

2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:
1) BB biasanya : 13 kg
2) Tinggi Badan : cm
3) IMT :-
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:
Tidak ada

c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir,


conjungtiva anemis/tidak:
Rambut : rambut bersih
Konjungtiva : tidak anemis
Mukosa bibir : lembab
Turgor kulit : elastis
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di
rumah sakit:
Nafsu makan klien menurun, klien tidak menghabiskan makanan dari rs

e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah


sakit:
Klien bermain dan beraktifitas bersama keluarga.

f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,


mengunyah,dll)
Klien tidak mengalami gangguan menelan dan mengunyah

28
g. Cairan masuk
Infus : 12 tpm(1,1500cc)
Cairan : 600 cc/24 jam
Air metabolisme : 210

h. Cairan keluar
Urine : 200
Muntah :-
IWL :10 x BB = 1 x 13=130 cc/24 jam

i. Penilaian Status Cairan (balance cairan)


-

j. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : perut tampak simetris tidak tampak massa
Auskultasi : bising usus 30 x/mnt
Palpasi : supel
Perkusi : tympani

3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
Frekuensi urine 200 cc ,warna kuning jernih

2) Riwayat kelainan kandung kemih


Klien mengatakan tidak ada riwayat kandung kemih

3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)


Frekuensi urine 200 cc ,warna kuning jernih bau khas urin

4) Distensi kandung kemih/retensi urine


Klien tidak mengalami distensi kandung kemih

b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Klien mengatakan 3 hari yang lalu BAB cair sekarang tidak

2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi


Klien tidak mengalami konstipasi

c. Sistem Integument
1) Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu)
Warna kulit sawo matang,lembab,turgor kulit elastis,suhu 36,8

4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : 10 jam

29
2) Insomnia : pasien tidak mengalami
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: memeluk bantal bayi
b. Aktivitas
1) Pekerjaan :-
2) Kebiasaan olah raga : -
3) ADL
a) Makan : di bantu keluarga
b) Toileting : di bantu keluarga
c) Kebersihan : di bantu keluarga
d) Berpakaian : di bantu keluarga
4) Bantuan ADL :

5) Kekuatan otot :
3 4
3 4

6) ROM : aktif
7) Resiko untuk cidera :-

c. Cardio respons
1) Penyakit jantung :tidak ada penyakit jantung
2) Edema esktremitas :tidak ada edema ekstremitas
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring :-
b) Duduk :-
4) Tekanan vena jugularis: tidak ada

5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : tak tampak ictus cordis
b) Palpasi : tak teraba ictus cordis
c) Perkusi : redup
d) Auskultasi : lup dup

d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : pasien batuk berdahak, pilek -
2) Penggunaan O2 : pasien tidak menggunakan selang oksigen
3) Kemampuan bernafas :baik
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll)
Pasien betuk, sputum berlebih, kental warna putih, whezing -
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : tak tampak iktus cordis
b) Palpasi : tidak teraba iktus cordis
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : vesikuler, ronkhi -, whwzing -

30
5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan :-
2) Kurang pengetahuan :-
3) Pengetahuan tentang penyakit: -
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) bagus
b. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung :-
2) Sakit kepala : riwayat infark cerebri
3) Penggunaan alat bantu : tidak menggunakan alat bantu
4) Penginderaan : baik

c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : tidak kesulitan dalam berkomunikasi

6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : kadang menangis jika diberi
tindakan
2) Perasaan putus asa/kehilangan :-
3) Keinginan untuk mencederai :-
4) Adanya luka/cacat :-

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan :-
2) Orang terdekat :ibu
3) Perubahan konflik/peran :-
4) Perubahan gaya hidup :-
5) Interaksi dengan orang lain :-

8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual :-
2) Periode menstruasi :-
3) Metode KB yang digunakan :-
4) Pemeriksaan SADARI :-
5) Pemeriksaan papsmear :-

9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : ada perasaan takut
2) Kemampan untuk mengatasi :tidak terkaji
3) Perilaku yang menampakkan cemas ;-

10. LIFE PRINCIPLES

31
a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : -
2) Kemampuan untuk berpartisipasi :baik
3) Kegiatan kebudayaan :-
4) Kemampuan memecahkan masalah :-

11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi :tidak ada alergi
b. Penyakit autoimune :tidak ada penyakit autoimune
c. Tanda infeksi :-
d. Gangguan thermoregulasi :sebelumnya ada gangguan
thermoregulasi
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, pendarahan, hipoglikemia,
Sindrome disuse, gaya hidup yang tetap)
ada gangguan atau resiko cedera berhubungan dengan kejang

12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :
3) Regio (dimana letaknya) :-
4) Scala (berapa skalanya) :-
5) Time (waktu) :-
b. Rasa tidak nyaman lainnya :-
c. Gejala yang menyertai :-

13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan :baik
b. DDST (Form dilampirkan) :-
c. Terapi Bermain (SAB dilampirkan) :bermain bersama orang
tua

32
C. DATA LABORATORIUM

Tanggal Hasil Harga Interpretas


Jenis Pemeriksaan Satuan
& Jam Pemeriksaan Normal i
23-09- Haemoglobin 11.9 12-16 g/dl rendah
22 Leukosit 11,3 4-10 10^3/ul tinggi
Hematokrit 35.9 40-54 % rendah

Ars cov negatif negatif

24-09- Urin lengkap


2022 Kekeruhan keruh jernih - -
keton 2+ negatif -
Berat jenis Tinggi
Ph
Leukosit urin 500 Negatif Ul tinggi
Blood urin 10 Negatif Ul tinggi
Lekosit 5-10 2-4 /lbp

D. DATA RADIOLOGI

1. Foto thorax/ tgl:23-09-2022


Kesan : broncopneumonia
2. Ct-scan kepala/ 26-09-2022
Kesan : infark periventrikuler sinestra

E. ANALISA DATA

Nama Inisial Pasien : AN A Diagnosa Medis : Infark


cerebri

33
No. Rekam Medis : 514176 Bangsal : Anyelir
No Tanggal dan
Data Subyektif Data Objektif
Jam pengkajian

1. 26 September - Keluarga mengatakan - Pasien tampak batuk dan


2022 pasien batuk berdahak , pilek, sputum berlebih
pilek berkurang - S/N : 36,8 C/ 90x/mnt
07.00
- Foto rongent; gambaran
brpn

2. 26 September - Keluarga mengatakan - Ekstremitas kanan atas


2022 alas an masuk RS bawah lemah
karena kejang 1 x
09.00
dirumah
- Keluarga mengatakan 2
bulang yang lalu kejang
tanpa demam

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Inisial Pasien : AN A Diagnosa Medis : Infark


cerebri
No. Rekam Medis : 514176 Bangsal : Anyelir
No Tgl/jam Symptom Etiologi Problem

34
1. 26 September DS: Produksi mucus Bersihan jalan nafas
2022 Keluarga mengatakan berlebih
pasien batuk berdahak ,
07.00
pilek
DO:

1. Nadi= 102 menit


2. Suhu= 36,8◦C
3. Rr= 26x/menit
4. SPO2= 98%

. 5. Pasien tampak batuk


dan pilek

2. 26 September DS: Resiko perfusi Infark cerebri


2022 jaringan cerebral
- Keluarga mengatakan
tidak efektif
alas an masuk RS
karena kejang 1 x
dirumah
- Keluarga mengatakan 2
bulang yang lalu kejang
tanpa demam
DO:
Ekstremitas kanan atas lebih
lemah

35
G. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Inisial Pasien : AN A Diagnosa Medis : Infark


cerebri
No. Rekam Medis : 514176 Bangsal : Anyelir
No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
dan Jam Keperawata
n
1 26-09- D. 0001 L 01001 I.01006
2022 Bersihan Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif
07.00 jalan nafas keperawatan selama 1x24 jam, Observasi :
tidak efektif diharapkan masalah teratasi - identifikasi kemampuan batuk
dengan Kriteria Hasil: - Identifikasi adanya retensi sputum
- pasien mampu batuk - Monitor adanya tanda dan gejala
secara efektif ISPA
- produksi sputum - Monitor input dan output
berkurang Terapeutik
- whezing – - Atur posisi semi fowler
- frekwensi nafas baik - Pasang bengkok/perlak/tissue di dekat
pasien
- Buang secret pada tempatnya
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
- Anjurkan Tarik nafas dalam 4 detik,
tahan selama 2 detik kemudian
keluarkan dengan bibir mencucu
- Anjurkan mengulangi 3 kali
- Anjurkan batuk kuat
-
I,01015

Pemberian Obat Inhalasi

Observasi;

- Identifikasi kemungkinan alergi,


indikasi dan kontra indikasi obat

36
- Verifikasi order obat dan tanggal
kadaluarsa
- Monitor tanda vital dan efek samping
obat
Terapeutik

- Lakukan prinsip 6 benar sebelum


pemberian obat
- Berikan obat sesuai petunjuk
- Posisikan inhaler/ masker mengarah
pada mulut dan hidung.
Edukasi

- Ajarka keluarga tentang pemberiaan


obat
- Jelaskaan jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang diharapkan
dan efek samping obat
- Jelaskan factor yang dapat
meningktkan dan menurunkan
efektifitas obat.
2. 22-09- D.0017 L. I 09325
2022 Risiko Setelah dilakukan tindakan
Management peningkatan intrakranial
09.00 perfusi keperawatan selama 1x24 jam,
Observasi :
cerebral diharapkan masalah teratasi
- identifikasi penyebab TIK
tidak efektif dengan Kriteria Hasil:
- Identifikasi tanda dan gejala
- Tingkat kesadaran baik
peningkatan TIK
- Sakit kepala –
- monitor status pernafasan
- Demam -reflek syaraf +
- Monitor intake dan output cairan
- Suhu dan nadi normal
Terapeutik
- minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
- hindari manufer valsava
- cegah terjadinya kejang
Pertahankan suhu tubuh normal
- berikan posisi semi fowler

37
- libatkan keluarga dalam perawtan
pasien
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan jika perlu

38
H. IMPLEMENTASI

Nama Inisial Pasien : AN A Diagnosa Medis : Infark


cerebri
No. Rekam Medis : 514176 Bangsal : Anyelir
No. Tanggal Diagnos
Implementasi Respon (DO & DS)
dan Jam a

1. 26 1 S: -
Septembe - mengidentifikasi
- Keluarga pasien mengatakan pasien sering batuk
r 2022 kemampuan batuk
berdahak.
- mengidentifikasi
07.00
adanya retensi sputum O:

- Memantau adanya - Pasien tampak terbatuk batuk


tanda dan gejala infeksi
- Kemampuan mengeluarkan sputum relative
saluran nafas
rendah.

07.30
- Mengajarkan pada
S:
keluarga pasien tentang
- keluarga mengatakan senang dibantu
batuk efektif
- keluarga bersedia menyediakan minum dalam
- Mengatur posisi tidur
kodisi hangat
semi fowler
O:
- Menganjurkan
memberikan minum dalam - pasien kooperatif diatur posisi semi fowler
kondisi hangat
- Menganjurkan untuk
meningkatkan asupan nutrisi
08.00 dan cairan

- Memberikan therapi
sesuai advis; Inj. sibital
phenobarbital 2 x 25
mg

39
Inj. cefotaxim
cefotaxim 3 X 650
mg
2. 09.30 - Menganjurkaan S: keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit

2. keluarga untuk memberikan sudah tidak kejang


obat oral ambroxol sesuai Keluarga pasien mengatakan pasien kurang nafsu
petunjuk dan dosis makan

O: Pasien tidak tampak sesak nafas

- mengidentifikasi R; 26 x/mnt SPo2 98 %


penyebab TIK
- mengidentifikasi tanda
dan gejala peningkatan TIK O:
- monitor status - pemeriksaan CT Scan berhasil dilakukan dengan
10.00 pernafasan lancar
- Memantau intake dan
- sedasi ringan dilakukan oleh dr. anesthesi di rung
output cairan
radiologi
- meminimalkan
stimulus dengan
menyediakan lingkungan
yang tenang
- memantau suhu tubuh

11.30 pasien

- kolaborasi dokter
anesthesi pemberian O:
pemberian sedasi pre - N: 100x/mnt
pemeriksaan CT- Scan
- S; 36 8
- memantau kelancaran
- R 24 x/mnt
infus
- Spo2 98 %
- mengantar pasien
- KU sedang dan sadar penuh
melakukan pemeriksaan CT-
1. scan - Pasien tampak mengantuk

40
27/09/202 - mendampingi dokter
2 anesthesi memberikaan
1.
inform konsent
14.00

- memantau kesadaran
pasien

- memebrikan oksigen
canule 2 lt/mnt

- memantau pernafasan,
saturasi dan nadi pasien

S; Keluarga mengatakan akan bekerjasama secaraa


15.30
efektif dalam pemberian obat oral dan nebulizer
O:
Pasien kurang kooperatif dalam pemberian nebulizer
- N: 100x/mnt
- memantau keadaan
- S; 36 8
umum dan pernafasan
- R 24 x/mnt
. pasien
- Spo2 98 %
- mengidentifikasi
kemungkinan alergi,
2. 2 O: Hasil pemeriksaan CT Scan hari kemarin infark
indikasi dan kontra indikasi
cerebri
obat
Inform consent +
17.00 - melakukan verifikasi
Kejang –
order obat dan tanggal
kadaluarsa
- Memonitor tanda vital
dan efek samping obat
- melakukan prinsip 6
benar sebelum pemberian
obat

41
- melibatkan keluarga S;
dalam pemberian - Keluarga pasien mengatakan pasien sudah tidak
1.
obat nebulizer. demam, tidak kejang
- menjelaskaan jenis obat, - Keluargaa mengatakan pasien masih batuk tapi

28/09/202 alasan pemberian, tindakan produksi sputum sudah menurun

2 yang diharapkan dan efek - Keluargaa mengatakan asupan makan dan


samping obat minum pasien meningkat.
14.00
- menjelaskan factor O:
yang dapat meningktkan dan - Pasien tampak batuk ringan dengan sputum
menurunkan efektifitas obat. yang berkurang.
- Pasien tampak ceria
- Memberikan edukasi - Aktifitas bermain pasien meningkat
kepada keluarga tentang - Advis dokter boleh pulang
persiapan pemeriksaan EEG

16.00

- -Memantau keadaan
umum, pernafasan pasien,
16.30 sputum dan aktifitas

- Memberikan terapi
sesuai advis

- Memberikan edukasi
persiapan pulang

- Memberikaan injeksi
- Melepas infus dan
gelang pasien

42
I. EVALUASI
Nama Inisial Pasien : AN A Diagnosa Medis : Infark
cerebri
No. Rekam Medis : 514176 Bangsal : Anyelir
No. Tanggal dan Diagnosa
Jam Keperawa Evaluasi paraf
tan

1. 26 1 S:
September
- keluarga mengatakan senang dibantu perawat Yuliyah
2022
- keluarga bersedia bekerjasama dalam program perawatan,
12.00 dengan melatih btuk efektif pada anak daan menyajikan minum
yng cukup dalam kondisi hangat
O:

- Pasien masih tampak batuk berdahak


- pasien kooperatif diatur posisi semi fowler
- N: 100x/mnt

- S; 36 8

- R 24 x/mnt

- Spo2 98 %

- Tidak demam, tidak sesak nafas.

A: Masalah belum tertasi


P: Lanjutkan interfensi batuk efektif
Pemantauan jalan nafas
2.
15.00

S: keluarga pasien mengatakan selama di rumah sakit sudah tidak


kejang
Yuliyah
O:
14.00 - pemeriksaan CT Scan berhasil dilakukan ,

43
- KU sedang dan sadar penuh

- Pasien tampak mengantuk efek anesthesi

1 A:masalah belum teratasi


P: Lanjutkan interfensi, lacak hasil ct scan
27-09-2022

18.30 Yuliyah

S:
- Keluarga mengatakan akan bekerjasama secaraa efektif dalam
pemberian obat oral dan nebulizer

- Keluarga mengatakan dahak sudah berkurang, frekwensi batuk


menurun

O: : 102x/mnt
- - S; 36 5

- - R 24 x/mnt

- - Spo2 98 %
2.
- Masih batuk tapi produksi sputum menurun

A: Masalaah teratasi Sebagian


P: Lanjutkaan interfensi inhalasi uap nebulizer

S: Keluargaa mengatakan pasien tidaak kejang dan tidaak demam


O: Hasil pemeriksaan CT Scan infark cerebri
- Kejang –, demam –

- Advisi.kolaboraatif pemeriksaan EEG besok


1.
A;Masalah belum teratasi

28-09-22 P; Lanjutkan intervensi pemamntauaan TIK


Persiapan pemeriksaan EEG
16.30

Yuliyah
S:

44
Keluargaa mengatakan pasien masih batuk tapi produksi sputum sudah
menurun
2.
-Keluargaa mengatakan asupan makan dan minum pasien meningkat.
O: pasien tampak batuk ringan dengan sputum yang sedikit
A: Masalah teratasi Sebagian
P; nasehat pulang

S: Keluarga pasien mengatakan pasien sudah tidak demam, tidak


kejang
O:.Pasien tampak ceria, aktifitas meningkat, kejang-, demam -
A; Masalah teratasi

45
46

Anda mungkin juga menyukai