Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

U (60 TAHUN)
DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI DI RSUD
SOREANG KABUPATEN BANDUNG

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Dasar Profesional


Dosen Pengampu: Riandi Alfin., M. Kep

Disusun Oleh:
Yusri Rosrinda Widjaya
402023120

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2023
A. LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI
1. Pengertian
Menurut Budyasih dalam Khoirunnisa (2021) oksigen merupakan salah
satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses kehidupan karena oksigen
sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan
menyebabkan kematian. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada
manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran
pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi
masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal.
Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2 dan
pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah
satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami
gangguan. Apabila lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen,
maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
kemungkinan berujung fatal seperti meninggal (Oktaviani, 2022).
2. Proses Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi (Kusnanto dalam Oktaviani, 2022).
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-
ekspirasi). Ventilasi paru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
2) Daya pengembangan dan pengempisan thorak dan paru pada alveoli
dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
3) Jalan napas.
Inspirasi udara dimulai dari hidung hingga alveoli dan sebaliknya saat
ekspirasi, yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis
dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi
sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
4) Pengaturan Nafas
Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons. Pusat
nafas biasanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang
merupakan hasil metabolism sel yang mampu dengan mudah melewati
sawar darah otak atau sawar darah cairan cerebrospinalis. Kenaikan
CO2 inilah yang akan meningkatkan konsentrasi hydrogen dan akan
merangsang pusat nafas. Perangsangan pusat pernafasan oleh
peningkatan CO2 merupakan mekanisme umpan balik yang penting
untuk mengatur konsentrasi CO2 seluruhtubuh. Adanya trauma kepala
atau edema otak atau peningkaan tekanan intracranial dapat
menyebabkan gangguan pada system pengendalian ini
b. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti luasnya permukaan paru, tebal
membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini
sebagai mana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena
tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam
darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
1) Luasnya permukaan paru
Bila luas permukaan total berkurang menjadi tinggal sepertiga saja,
pertukaran gasgas tersebut dapat terganggu secara bermakna bahkan
dalam keadaan istirahat sekalipun. Penurunan luas permukaan
membran yang paling sedikitpun dapat menganggu pertukaran gas
yang hebat saat olahraga berat atau aktifitas lainnya. Pada
konsolidasi paru seperti dijumpai pada randang paru akut, atau pada
tuberkulosa paru, pengangkatan sebagian lobus paru, terjadi
penurunan luas permukaan membran respirasi.
2) Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara
epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena
tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam
darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan
PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam
alveoli.
4) Afinitas gas, yaitu kemampuan untuk menembus dan saling
mengikat hb.
c. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh
dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen
akan berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut
dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb
membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%)
dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1) Kardiak output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung
berkurang, maka jumlah oksigen yang ditransport juga akan
berkurang.
2) Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan
berkurang juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
3) Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya
pembuluh darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan
lancar menuju daerah tujuan.
4) Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau
plasma darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental
keadaan darah maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
5) Suhu lingkungan Panas lingkungan sangat membantu
memperlancar peredaran darah
3. Nilai-nilai normal & cara perhitungan

4. Faktor yang mempengaruhi


a. Posisi tubuh
Pada keadaan duduk atau berdiri pengembangan paru dan
pergerakkan diagfragma lebih baik daripada posisi datar atau tengkurap
sehingga pernapasan lebih mudah.
b. Lingkungan
Oksigen di atmosfer sekitar 21%,namun keadaan ini tergantung dari
tempat atau lingkungannya, contoh pada tempat yang tinggi, dataran
tinggi, dan daerah kutub akan membuat kadar oksigen menjadi
berkurang.
c. Polusi udara
Polusi udara yang terjadi baik karena industri maupun kendaraan
bermotor berpengaruh terhadap kesehatan paru paru dan kadar oksigen
karena mengandung karbon monoksida yang dapat merusak ikatan
oksigen dengan hemoglobin
d. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti
emfisema, bronkitis, dan infeksi lainnya. pengguna alkohol dan obat
obatan memengaruhi susunan saraf pusat yang akan mendepresi
pernapasan sehingga menyebabkan frekuensi pernapasan menurun.
e. Nutrisi
Nutrisi mengandung unsur nutrien sebagai sumber energi dan untuk
memperbaiki sel-sel rusak. Protein berperan dalam pembentukan
hemoglobin yang berfungsi mengikat oksigen untuk disebarkan ke
seluruh tubuh
f. Peningkatan aktivitas tubuh
Aktivitas membutuhkan metabolisme untuk menghasilkan energi.
Metabolisme membutuhkan oksigen sehingga peningkatan metabolisme
akan meningkatkan kebutuhan lebih banyak oksigen.
g. Obstruksi saluran pernapasan
Obstruksi saluran pernapasan seperti pada penyakit asma dapat
menghambat aliran udara masuk ke paru-paru (Utami, 2022).
5. Jenis gangguan
a. Gangguan Irama Pernapasan
1) Pernapasan Cheyne Stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang
amplitudonya mulamula dangkal, makin naik, kemudian menurun
dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru.
Jenis pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung
kongestif, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun
secara fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang
di ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan air laut dan
pada bayi saat tidur.
2) Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan
cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan
ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
3) Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis
pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis
metabolic dan gagal ginjal.
b. Gangguan frekuensi pernapasan
1) Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan
melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.
2) Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun
dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan
normal.
c. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok utama yaitu;
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis,
transeksi servikal. Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi,
seperti asma, emfisema, TBC, dan lain-lain.
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru: Kondisi yang
menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya
kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain. Kondisi yang
menyebabkan penebalan membrane pernapasan, misalnya pada
edema paru, pneumonia, dan lainnya. Kondisi yang menyebabkan
rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa
bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru ke jaringan: Anemia merupakan keadaan
berkurangnya jumla total hemoglobin yang tersedia untuk transfor
oksigen. Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian
besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah
jantung yang rendah.
d. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu
hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia
histotoksik.
1) Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah
arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia
hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia
anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah
arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan
hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen normal,
tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini
dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan karbondioksida.
2) Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat
adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi
menjadi dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia
hipokinetik kongestif.
3) Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas
yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih
rendah dari penggunaannya.
4) Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karena
pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen
kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak
daripada normal (oksigen darah vena meningkat)
6. Pengkajian
7. Diagnosa keperawatan
8. Rencana keperawatan
B. ANALISA DATA

C. PERENCANAAN
D. ISSU ETIK PADA KASUS

Anda mungkin juga menyukai