OLEH :
KELOMPOK A DAN B
( ) ( )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Laporan
Pendahuluan yaitu “Pemenuhan Kebutuhan Gangguan Respirasi” dapat
terselesaikan. Dan tak lupa pula kita kirimkan salawat dan salam kepada Nabi
Muhammad saw, yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju
alam terang benderang seperti sekarang ini.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu penyelesaian tugas mahasiswa
Keperawatan Dasar Profesi Ners dalam mempelajari, memahami, menjelaskan
mengenai pemenuhan gangguan eliminasi. Penulis menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada
pembaca atas kontribusinya baik berupa saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca khususnya mahasiswa keperawatan sebagai tambahan referensi
dalam mendalami mata kuliah yang ada di keperawatan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..
Penulis
BAB I
KONSEP DASAR KEBUTUHAN OKSIGENASI/ RESPIRASI
1. Definisi
Respirasi adalah proses terjadinya pertukaran udara antara oksigen dan
karbondioksida di dalam tubuh. Proses respirasi menghasilkan oksigen
yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Oksigen
merupakan unsur yang dibutuhkan untuk melangsungkan metabolisme
tubuh.
Ketika terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen, salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian terapi oksigen.
Terapi oksigen bertujuan untuk mempertahankan tercukupinya kadar
oksigen di dalam tubuh, menurunkan kerja sistem respirasi, serta
menurunkan kerja jantung. (Risnah et al., 2022)
2. Fisiologi Sistem Pernapasan
Proses respirasi terdiri dari 2 mekanisme, yaitu :
a. Inspirasi Proses inspirasi merupakan proses menghirup udara (oksigen)
dari luar tubuh masuk ke dalam paru-paru melalui saluran respirasi. Pada
saat terjadi proses inspirasi, maka volume dari rongga dada akan menjadi
lebih besar, sedangkan besar tekanan rongga dada menjadi lebih kecil.
b. Ekspirasi Proses ekspirasi sendiri merupakan suatu proses ketika kita
menghembuskan udara keluar melalui hidung. Proses ini terjadi relaksasi
otot pernapasan sehingga tidak membutuhkan banyak energi. Pada saat
terjadi ekspirasi, maka volume rongga dada akan turun kembali,
sedangkan tekanan rongga dada akan naik bila dibandingkan pada saat
inspirasi.
Proses respirasi/oksigenasi terdiri atas tiga tahapan, yakni ventilasi, difusi,
dan transportasi.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses pertukaran gas dari dan ke paru-paru. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi proses ini :
1) Konsentrasi oksigen di udara.
2) Kepatenan saluran respirasi.
3) kemampuan dada dan alveoli untuk mengembang yang juga disebut
dengan compliance paru. Dengan compliance, serta recoil atau
kemampuan paruparu untuk mengeluarkan karbondioksida.
b. Difusi
Difusi merupakan proses pertukaran antara oksigen dan karbodioksida
yang terjadi pada alveoli dengan kapiler paru-paru. Proses ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Luas pemukaan paru-paru.
2) Permeabilitas membran respirasi.
3) Perbedaan konsentrasi dan tekanan oksigen.
4) Kemampuan oksigen untuk mengikat haemoglobin.
c. Transportasi
Transportasi adalah proses distribusi oksigen dari kapiler darah ke
seluruh sel dan jaringan tubuh, serta karbondioksida dari jaringan tubuh
ke kapiler paru-paru. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses ini,
antara lain :
1) Cardiac output, frekuensi nadi.
2) Pembuluh darah, hematokrit, eritrosit, dan kadar haemoglobin.
(Risnah et al., 2022)
Gambar 5. Mekanisme pernapasan
Sumber: (Chalik, 2016)
Sistem Aliran (Low-Flow Delivery - aman dan sederhana - tidak dapat digunakan pada onstruksi nasal
Rendah Devices) - mudah ditolenransi - menyebabkan kekeringan pada membrane
- efektif untuk konsentrasi rendah mukosa
kanula nasal 1-6 L/menit
- tidak mengganggu saat makan atau - dapat mencabut dengan mudah
masker wajah 6-12L/ menit berguna untuk jangka pendek, misalnya - kontraindikasi untuk pasien dengan retensi
sederhana pada pemindahan pasien CO²
35%-50%
- mungkin menyebabkan perasaan
(simple face mask)
klaustrofobia (fobia rung sempit)
- terapi terputus pada saat makan dan minum
- peningkatan risiko aspirasi
masker partial dan 10-15 L/menit - berguna untuk jangka pendek - terasa panas dan membekap; mungkin
nonrebreather - memberikan kenaikan FiO² mengiritasi kulit; dibutuhkan pemasangan
60%-90%
- dengan mudah melembabkan O² yang rapat
- tidak menyebabkan kekeringan - mengganggu aktivitas makan dan bicara
membrane mukosa - kantung dapat terpelintir atau terlipit; tidak
boleh sampai kempis total
kanula oxygen- 8 L/ menit - diindikasikan untuk penggunaan O² - kanula tidak dapat dibersihkan
conserving jangka panjang di rumah - lebih mahal ketimbang kanula standar
sampai dengan 30%-
(oxymizer) - memberikan peningkatan konsentrasi
50%
O² dan aliran yang lebih rendah
Sistem Aliran (High-Flow Delivery - memberikan jumlah oksigen spesifik - masker dan tambahan kelembaban
Tinggi Device) dengan tambahan kelembaban mungkin mengiritasi kulit
- memberikan aliran O² yang rendah - terapi terputus saat makan dan minum
masker venturi 24%-50%
secara konstan - kecepatan aliran spesifik harus dipatuhi
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI/ RESPIRASI
A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Identitas Identitas meliputi biodata pasien, seperti nama, umur, jenis
kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor rekam medik,
dan diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama Keluhan yang sering ditemukan antara lain batuk,
dyspnea, haemoptisis, peningkatan produksi sputum, dan nyeri
dada.
2) Riwayat kesehatan saat ini
a) Waktu terjadinya keluhan.
b) Proses terjadinya.
c) Kapan keluhan mulai dirasakan.
d) Bagaimana keluhan mulai terjadi.
e) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan yang
dialami.
3) Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat merokok, dapat menjadi
salah satu penyebab carcinoma paru, emfisema, dan bronchitis
kronik. Anamnesa yang dilakukan meliputi:
a) Usia pasien pertama kali merokok.
b) Rerata jumlah rokok yang dihisap dalam sehari.
c) Usia pasien berhenti merokok.
4) Riwayat pengobatan
5) Alergi
6) Tempat tinggal
7) Riwayat kesehatan keluarga
a) Adanya penyakit infeksi tertentu yang dapat ditularkan,
seperti tuberculosis.
b) Adanya riwayat alergi, seperti asma bronchial, hal ini
menunjukkan adanya faktor predisposisi dalam keluarga.
c) Pasien dengan riwayat bronchitis kronik yang bertempat
tinggal di daerah dengan polusi udara tinggi yang dapat
memperberat timbulnya penyakit.
d) Genogram.
8) Riwayat kesehatan lingkungan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Mata Konjungtiva pucat (anemia), konjungtiva sianosis
(hipoksemia), atau terdapat pethecia pada konjungtiva (emboli
lemak atau endocarditis).
2) Hidung
a) Pernapasan cuping hidung.
b) Deviasi septum.
c) Perforasi.
3) Mulut dan Bibir
a) Membran mukosa sianosis.
b) Bernapas dengan mengerutkan mulut.
4) Leher Adanya distensi/bendungan pada vena jugularis.
5) Dada
a) Inspeksi
i. Pasien harus duduk utamanya saat pemeriksaan bagian
posterior dada.
ii. Observasi lateral dekstra, sinistra, anterior, dan
posterior.
iii. Amati adanya skar, lesi, massa, serta kelainan tulang
belakang (kifosis, lordosis, dan scoliosis) pada bagian
posterior dada.
iv. Catat frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, dan
kesimetrisan gerakan dada.
v. Observasi penggunaan otot bantu pernapasan.
vi. Observasi durasi ekspirasi dan inspirasi.
vii. Observasi kelainan bentuk dada.
- Pigeon chest : terdapat peningkatan diameter
anterior-posterior.
- Funnel chest : terjadi depresi bagian bawah sternum.
- Barrel chest : diameter anterior-posterior sama
dengan diameter transversal.
viii. Observasi adanya retraksi abnormal selama fase
inspirasi pada ruang intercostae, hal ini
mengindikasikan terdapat obstruksi saluran respirasi.
b) Palpasi Palpasi kesimetrisan pergerakan dada, adanya nyeri
tekan, dan palpasi tactil vremitus (vibrasi).
c) Perkusi Kaji resonansi paru-paru dan organ di sekitarnya,
serta ekskursi (pengembangan) diafragma. Ada dua bunyi
perkusi pada area dada (thoraks) :
i. Bunyi perkusi normal:
- Resonan (sonor) : umumnya bernada rendah,
normal terdengar pada perkusi jaringan paru.
- Dullness : terdengar pada area jantung atau paru.
- Tympani : terdengar pada area abdomen yang berisi
udara.
ii. Bunyi perkusi abnormal
- Hiper resonan : terdengar pada area paru yang berisi
udara, lebih rendah dari bunyi resonan.
- Flatness : Seperti bunyi perkusi pada area femur,
lebih tinggi dari dullness.
d) Auskultasi
i. Suara napas normal
- Bronchial, terdengar seperti suara dalam pipa,
nyaring, keras, dan hembusannya lembut.
- Vesikuler, terdengar halus dan lembut seperti
hembusan angina sepoi-sepoi.
- Bronkovesikuler, perpaduan antara suara napas
bronchial dan vesikuler.
ii. Suara napas tambahan
- Wheezing: terdengar nyaring, terus-menerus, dan
berirama, disebabkan adanya penyempitan jalan
napas.
- Ronchi: disebabkan adanya sekresi kental dan
produksi sputum meningkat.
- Pleural friction rub: seperti gesekan pleura,
disebabkan adanya inflamasi pada pleura, terdengar
kasar, berciut, dan nyeri ketika bernapas.
- Fine cracles: seperti suara rambut yang bergesekan,
suara meletup akibat udara melewati alveoli.
- Coars cracles: disebabkan adanya cairan pada
saluran respirasi besar, terdengar lemah, kasar, dan
berubah jika pasien batuk.
6) Kulit
a) Sianosis perifer, akibat terjadinya penurunan darah kapiler
karena vasokontriksi.
b) Sianosis umum, pada kondisi hipoksemia.
c) Penurunan turgor kulit, kondisi dehidrasi.
d) Edema preorbital.
7) Jari dan kuku
a) Sianosis.
b) Clubbing finger.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Menentukan keadekuatan konduksi jantung
1) Pemeriksaan EKG.
2) Exercise stress test.
b. Menentukan kontraksi miokardium aliran darah
1) Echocardiography
2) Angiografi.
3) Kateterisasi jantung.
c. Untuk mengetahui ventilasi dan oksigenasi
1) Tes fungsi paru dengan spirometry.
2) Oksimetri.
3) Pemeriksaan darah lengkap.
d. Mengetahui struktur sistem respirasi
1) Bronkhoskopi.
2) CT scan paru.
3) X-ray thoraks.
e. Menentukan adanya infeksi sistem respirasi/sel abnormal
1) Kultur swab tenggorokan.
2) Specimen sputum.
3) Sitologi.
B. Diagnosis Keperawatan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2016)
1. Masalah 1 : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
b. Batasan Karakteristik
GKejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
tidak tersedia Batuk tidak efektif
Tidak mampu batuk
Sputum berlebih
Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
Mekonium di jalan nafas (pada neonatus)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Dispnea Gelisah
Sulit bicara Sianosis
Ortopnea Bunyi napas menurun
Frekuensi napas berubah
Pola napas berubah
c. Faktor yang Berhubungan
1) Fisiologis:
a) Spasme jalan napas
b) Hipersekresi jalan napas
c) Disfungsi neuromuskuler
d) Benda asing dalam jalan napas
e) Adanya jalan napas buatan
f) Sekresi yang tertahan
g) Hiperplasia dinding jalan napas
h) Proses infeksi
i) Respon alergi
j) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
2) Situasional:
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
2. Masalah Keperawatan 2 : Gangguan Pertukaran Gas
a. Definisi: Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Dispnea PCO2 meningkat/menurun
PO2 menurun
Takikardia
pH arteri meningkat/menurun
Bunyi napas tambahan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Pusing Sianosis
Penglihatan kabur Diaforesis
Gelisah
Napas cuping hidung
Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/iregular,
dalam/dangkal)
Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan)
Kesadaran menurun
c. Faktor yang Berhubungan
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membran alveolus-kapiler
3. Masalah Keperawatan 3 : Pola Napas Tidak Efektif
a. Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Tidak tersedia Penggunaan otot bantu pernapasan
Fase ekspirasi memanjang
Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea,
hiperventilasi kussmaul cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Ortopnea Pernapasan pursed-lip
pernapasan cuping hidung
diameter thoraks antaerior-posterior meningkat
ventilasi semenit menururn
kapasitas vital menurun
tekanan ekspirasi menurun
ekskursi dada berubah
c. Faktor yang Berhubungan
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis (mis elektroensefalogram [EEG] positif,
cedera kepala ganguan kejang)
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke atas)
13) Cedera pada medula spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
4. Masalah Keperawatan 4 : Gangguan penyapihan ventilator
a. Definisi : ketidakmampuaan beradaptasi dengan pengurangan
bantuan ventilator mekanik yang dapat menghambat dan
memperlama proses penyapihan
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Tidak tersedia Frekuensi napas meningkat
Penggunaaan otot bantu napas
Napas mengap-mengap
Upaya nafas dan bantuan fentilator tidak singkron
Nafas dangkal
Agitasi
Nilai gas darah arteri abnormal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Lelah auskultasi suara inspirasi menurun
Kuatir mesin rusak warna kulit abnormal (mis. Pucat, sianosis)
Focus meningkat pada pernapasan napas paradox abdominal
Gelisah diaphoresis
ekspresi wajah takut
tekanan darah meningkat
frekuensi nadi meningkat
kesadaran menurun
c. Faktor yang Berhubungan
fisiologis
1) Hipersekresi jalan napas
2) Ketidakcukupan energy
3) Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan, efek sedasi)
Psikologi
1) Kecemasan
2) Perasaan tidak berdaya
3) Kurang terpapar informasi tentang proses penyapihan
4) Penurunan motivasi
Situasional
1) Ketidakadekuatan dukungan sosial
2) Ketidaktepatan kecepatan proses penyapihan
3) Riwayat kegagalan berulang dalam upaya penyapihan
4) Riwayat ketergantungan ventilator >4 hari
5. Masalah Keperawatan 5 : Gangguan ventilasi spontan
a. Definisi : penurunan cadangan energy yang mengakibatkan
individu tidak mampu bernapas secra adekuat
b. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Dispnea Penggunaaan otot bantu napas meninggkat
Volume tidal menurun
PCO2 meningkat
PO2 menurun
SAO2 menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Tidak tersedia Gelisah
Takikardia
Kolaborasi
Untuk menentukan berapa dosis oksigen
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
yang diberikan
Kolaborasi penggunaan oksigen saat Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
aktivitas dan/atau tidur pasien
3. Masalah Keperawatan 3 : Pola Napas Tidak Efektif
a. Tujuan : luaran dan kriteria hasil Pola napas membaik
b. Kriteria Hasil:
Dispnea menurun
Penggunaan otot bantu napas menurun
Pemanjangan fase ekspirasi menurun
Frekuensi napas membaik
Kedalaman napas membaik
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Jalan Napas Penurunan bunyi napas dapat
Observasi menunjukkan atelectasis, ronkhi
Monitor pola napas (frekuensi, mengi menunjukkan akumulasi secret,
kedalaman, usaha napas) ketidakmampuan membersihkan
jalan napas menimbulkan penggunaan
otot bantu dan peningkatan kerja napas
Monitor bunyi napas tambahan Mengetahui ada tidaknya suara napas
(mis. Gurgling, mengi, ronkhi tambahan yang menghalangi jalan
kering) napas
Monitor sputum (jumlah, warna, Untuk mengetahui seberapa parah
aroma) kondisi pasien
Teraupetik
Pertahankan kepatenan jalan napas
Untuk mempertahankan dan
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
memelihara kepatenan jalan napas
thrust jika curiga trauma cervical)
Untuk memudahkan pasien dalam
Posisikan semi-Fowler atau Fowler
bernapas
Untuk mengencerkan secret dan
Berikan minum hangat
memudahkan dalam bernapas
Lakukan fisioterapi dada, jika Membantu membersihkan dan
perlu mengelurkan sekret serta
melonggarkan jalan napas
Lakukan penghisapan lendir Mengurangi sesak, melonggarkan
kurang dari 15 detik jalan napas dan mengencerkan sekret
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Menghindari hipoksemi akibat suction
penghisapan endotrakeal
Membebaskan sumbatan dari benda
Keluarkan sumbatan benda padat
padat
dengan forsepMcGill
Edukasi
Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
Ajarkan melakukan teknik relaksasi
untuk memberikan efek ketenangan pada
napas dalam
klien
Ajarkan mengubah posisi secara
Posisi yang baik dan nyaman untuk pasien
mandiri
Teknik batuk efektif dapat mengeluarkan
Ajarkan teknik batuk efektif
dahak
Kolaborasi Pemberian bronkodilator untuk
Kolaborasi pemberian bronkodilator meredakan gejala akibat penyempitan
jika perlu saluran pernapasan.
6. Masalah Keperawatan 6 : Risiko aspirasi
a. Tujuan : luaran dan kriteria hasil tingkat aspirasi menurun
b. Kritria hasil
Tingkat kesadaran meningkat
Kebersihan mulut meningkat
Dyspnea menurun
Kelemahan otot menurun
Akumulasi secret menurut
Batukmenurun
Sianosis menurun
Gelisah menurun
Frekueensi napas membaik
c. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi Keperawatan Rasional
Manajemen Jalan Napas
Observasi
Untuk mengetahui pola napas (frekuensi
Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman usaha napas)
kedalaman usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronhi untuk mengetahui bunyi napas tambahan
kering)
Monitor sputum Untuk mengetahui adanya sputum
Teraupetik
Pertahanakan kepatenan jalan napas Mempertahankan kepatenan jalan napas
dengan headtill dan childlift (jawtrust untuk membukam jalan napas.
jika dicurigai trauma servikal)
Minum air hangat dapat membantu
melarutkan dahak dan juga membantu
Posisikan semi fowler dan fowler
untuk melegakan saluran pernapasan.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu Apabila terdapat sumbatan benda padat
Lakukan pengisapan lendir kurang Pengisapan lendir digunakan berguna
dari 15 detuk membuka jalan napas.
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Agar tidak kekurangan oksigen
pengisapan endotrakheal
Keluarkan sumbatan benda padat
Agar tidak terjadi obstruksi jalan napas
dengan forcape dan encegil
Berikan oksigen jika perlu Memenuhi kebutuhan oksigen
Edukasi Mengajarkan kepada keluarga klien agar
Anjurkan asupan cairan 2000 ml jika kiranya memenuhi asupan cairan 2000 ml
tidak kontraindikasi apabila tidak ada kontraindikasi
Teknik batuk efektif ini dapat membantu
Ajarkan teknik batuk efektif
pengeluaran dahak
Kolaborasi Pemberian bronkodilator untuk
Kolaborasi pemberian bronkodilator meredakan gejala akibat penyempitan
expetoran mukolitik jika perlu saluran pernapasan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
IDENTITAS KLIEN
1. PENGKAJIAN
REKAMAN ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN AWAL
B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluahan : pasien datang dengan riwayat kecelakaan lalu lintas, datang di igd dalam keadaan
Utama penurunan kesadaran
Keluhan saat
ini : pasien tampak susah bernapas disebabkan oleh sputum yang menumpuk.
D. KEBUTUHAN DASAR
NYERI
- Suhu : 360 C
- Nyeri: tidak ada nyeri
- Lain-lain :
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
- Kebisaan minum : keluarga pasien mengatakan - keluarga pasien mengatakan pasien hanya bisa
pemberian minum pada pasien sebanyak 3x/hari baring
- Punggung kuku : normal Warna: merah muda - Kesulitan bergerak : ( ) Tidak () Ya
- Mata cekung : (√) Tidak ( ) Ya : Ka/Ki - Kekuatan otot : pasien tidak mampu mengangkat
- Konjungtiva : merah muda Sklera : putih ekstremitasnya terlalu lama
- Edema : (√) Tidak ( ) Ya : Ka/Ki - Tremor: pasien tampak tidak tremor
- Distensi vena jugularis : tidak ada - Keluhan saat ini : pasien lemat saat melakukan
- Ssites : tidak ada pergerakan
Spider Neavi : tidak ada Penggunaan alat bantu : tidak ada
Minum per NGT : ( ) Tidak (√) Ya. - Pelaksanaan aktivitas: ( )Mandiri( )Parsial () Total
Terpasang dekompresi (NGT):() Tidak ( ) Ya - Jenis aktifitas yang perlu dibantu: melakukan
Dimulai tgl : 7/9/23 Jenis Cairan: Dipasang kegiatan memiringkan pasien ke kanan dan ke kiri
di : hidung dengan tujuan mencegah decubitus dan merilekskan
- Terpasang infuse : ( )Tidak (√) Ya 20 tts/menit otot-otot pasien.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah Masalah Keperawatan: Gangguan mobilitas fisik
ELIMINASI OKSIGENIASI
NEOROSENSORIS KEAMANAN
SEKSUALITAS
- Pria
- Tidak ada
Masala Keperawatan : tidak ada masalah
Keterangan:
G1: kakek dan nenek pasien dari ayah keduanya masih hidup sedangkan
kakek dan nenek dari ibu sudah meninggal dengan penyebab usia (tidak
ada riwayat penyakit genetik).
G2: ayah pasien merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara dan ibu
pasien merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara.
G3: pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien tinggal
sendiri (tidak serumah dengan keluarga).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan: traumatic brain injury + trauma cervical
H. Penyimpangan KDM
2. KLASIFIKASI DATA
3. KATEGORISASI DATA
KATEGORISASI DATA DATA SUBJEKTIF DAN
OBJEKSTIF
RESPIRASI - Pernafasan : 37 X/menit
- SPO2: 97
4. ANALISIS DATA
No. Data Etiologi Masalah
TD : 125/82 HmHg
Nadi : 118 X/menit
S: 36oC gangguan kordinasi
Pernafasan : 37 X/menit gerak ekstermitas
SPO2: 97
kesadaran: somnolen (GCS : 10
tracheostomy tube) kelemahan
- Kebersihan gigi kotor
- Kebersihan badan Kotor
ketidakmampuan
- Keadaan rambut Kotor
membersihkan diri
- Keadaan kulit kepala Kotor
- Keadaan kuku panjang dan Kotor
- luka gores pada lutut pasien akibat
kecelakaan
3. Ds: Trauma kepala (intra
- keluarga pasien mengatakan pasien kranial)
Gangguan
hanya bisa baring
Mobilitas Fisik
Do:
- Pasien Kesulitan bergerak saraf motorik
penumpukan feses
5. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
I. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b/d Hipersekresi Jalan Napas d/d:
Ds:
Do:
- TTV:
TD : 125/82 HmHg
Nadi : 118 X/menit
S: 36oC
Pernafasan : 37 X/menit
SPO2: 97
kesadaran: somnolen (GCS : 10 tracheostomy tube)
- pasien susah bernapas disebabkan oleh sputum yang menumpuk
- pasien terpasang NGT
- pasien terpasang tracheostomy tube
- Pasien terdengar bunyi napas tambahan ronchi pada respirasi
- terdapat sputum dengan tekstur kental berwarna hijau pada pasien
- tampak retraksi dada
- pasien terpasang oksigen (kanul nasal 3L)
II. Deficit Perawatan Diri b/d Kelemahan d/d:
Ds:
- Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah dimandikan
Do:
- TTV:
TD : 125/82 HmHg
Nadi : 118 X/menit
S: 36oC
Pernafasan : 37 X/menit
SPO2: 97
kesadaran: somnolen (GCS : 10 tracheostomy tube)
- Kebersihan gigi kotor
- Kebersihan badan Kotor
- Keadaan rambut Kotor
- Keadaan kulit kepala Kotor
- Keadaan kuku panjang dan Kotor
- luka gores pada lutut pasien akibat kecelakaan
III. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Gangguan Neuromoskuler d/d:
Ds:
- keluarga pasien mengatakan pasien hanya bisa baring
Do:
- Pasien Kesulitan bergerak
- pasien tidak mampu mengangkat ekstremitasnya terlalu lama
- pasien lemah saat melakukan pergerakan
IV. Konstipasi b/d kelemahan otot abdomen d/d:
Ds:
- Keluarga pasien mengatakan pasien biasanya buang air besar 1
x/minggu
Do:
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI RASIONAL
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan Fisioterapi Dada
Efektif b/d Hipersekresi Jalan tindakan keperawatan Observasi:
Napas d/d: 3x24 jam diharapkan ⁻ Identifikasi indikasi dilakukan - Untuk mengetahui indikasi
Ds: Bersihan Jalan Napas fisioterapi dada fisioterapi dada
Do: meningkat dengan ⁻ Monitor status pernapasan - Untuk mengetahui pernapasan
- TTV: kriteria hasil: ⁻ Monitor jumlah dan karakter pada pasien
TD : 125/82 HmHg ⁻ produksi sputum - Untuk mengetahui banyaknya
Nadi : 118 X/menit sputum Terapeutik sputum pasien
S: 36oC menurun ⁻ Posisikan pasien sesuai dengan - Untuk mempermudah meluruhnya
Pernafasan : 37 X/menit ⁻ pola napas area paru yang mengalami secret
SPO2: 97 membaik penumpukan sputum - Untuk melepas secret dari dinding
kesadaran: somnolen (GCS : 10 ⁻ Lakukan perkusi dengan posisi dada
tracheostomy tube) telapak tangan ditangkupkan - Untuk mengoptimalkan
disebabkan oleh sputum yang ⁻ Lakukan pengisapan lender - Agar pasien dan keluarga
Nadi : 118 X/menit perawatan diri nyaman - Agar pasien merasa nyaman
S: 36oC meningkat - fasilitasi mandi selama personal hyegien
Pernafasan : 37 X/menit Edukasi - Agar pasien dan keluarga
SPO2: 97 - Jelaskan manfaat mandi dan dampak mengetahui pentingnya personal
kesadaran: somnolen (GCS : 10 tidak mandi terhadap kesehatan hyegine.
tracheostomy tube) - Ajarkan kepada keluarga cara
- Kebersihan gigi kotor memandikan pasien
7. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Fisioterapi Dada
⁻ Monitor status pernapasan
hasil: terdengar bunyi napas tambahan ronchi
⁻ Monitor jumlah dan karakter sputum
hasil: banyak jumlah sputum yang keluar dengan karakter sputum
berwarna hijau
I ⁻ Posisikan pasien sesuai dengan area paru yang mengalami
penumpukan sputum
08.30 hasil: lebih mudah dalam melakukan teknik perkusi dan
mempermudah pengeluaran sputum
⁻ Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan ditangkupkan selama
3-5 menit
hasil: setelah lebih 3 menit, sekret sedikit-sedikit mulai keluar
⁻ Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada
hasil: keluarga pasien telah mengetahui manfaat dan prosedur
fisioterpai dada
⁻ Ajarkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung selama proses
fisioterapi dada
hasil: perlahan lahan pasien mulai terlatih bernapas
2. rabu, 27/9/2023 Dukungan Perawatan Diri: Mandi annisa
- monitor kebersihan tubuh
II 08.00 hasil: lipatan dan belakang punggung pasien kotor
- monitor integritas kulit
hasil: terdapat beberapa luka gores akibat kecelakaan dan sedikit kulit
bersisik di kaki pasien
- sediakan peralatan mandi
hasil: peralatan mandi telah disiapkan oleh keluarga pasien
08.27 - sediakan lingkungan aman dan nyaman
hasil: menutup sampiran pasien
- fasilitasi mandi
hasil: melakukan personal hyegine pada pasien
Fisioterapi Dada
⁻ Monitor status pernapasan
08.30 hasil: terdengar bunyi napas tambahan ronchi
I ⁻ Monitor jumlah dan karakter sputum
hasil: banyak jumlah sputum yang keluar dengan karakter sputum
berwarna hijau
⁻ Posisikan pasien sesuai dengan area paru yang mengalami
penumpukan sputum
hasil: lebih mudah dalam melakukan teknik perkusi dan
mempermudah pengeluaran sputum
⁻ Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan ditangkupkan selama
3-5 menit
hasil: setelah lebih 3 menit, sekret sedikit-sedikit mulai keluar
⁻ Ajarkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung selama proses
fisioterapi dada
⁻ hasil: perlahan lahan pasien mulai terlatih bernapas
09.20
Dukungan mobilisasi
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
hasil: ekstremitas atas dan bawah bisa digerakkan
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
10.06 hasil: vital sign dalam kondisi stabil
III - Fasilitasi melakukan pergerakan
hasil: pasien terbantu dalam melakukan mobilisasi
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
hasil: keluarga mengetahui cara melakukan mobilisasi pada pasien
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
hasil: keluarga mengetahui manfaat mobilisasi pada pasien
Manajemen Konstipasi
- periksa tanda dan gejala konstipasi
hasil: pasien jarang BAB dalam sepekan
- identifikasi faktor resiko konstipasi
IV 10.11 hasil: pasien jarang makan makanan berserat
- melakukan massage pada abdomen
hasil: menstimulus respon eliminasi
- jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
hasil: keluarga pasien paham tentang penyebab konstipasi
3. Dukungan Perawatan Diri: Mandi annisa
kamis, 28/9/2023 - monitor kebersihan tubuh
II hasil: belakang punggung pasien kotor
08.18 - monitor integritas kulit
hasil: terdapat beberapa luka gores akibat kecelakaan
- sediakan peralatan mandi
hasil: peralatan mandi telah disiapkan oleh keluarga pasien
- sediakan lingkungan aman dan nyaman
hasil: menutup sampiran pasien
- fasilitasi mandi
hasil: melakukan personal hyegine pada pasien
08.20
Fisioterapi Dada
⁻ Monitor status pernapasan
hasil: terdengar bunyi napas tambahan ronchi
⁻ Monitor jumlah dan karakter sputum
hasil: banyak jumlah sputum yang keluar dengan karakter sputum
berwarna hijau
⁻ Posisikan pasien sesuai dengan area paru yang mengalami
penumpukan sputum
hasil: mempermudah pengeluaran sputum
I 10.00 ⁻ Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan ditangkupkan selama
3-5 menit
hasil: setelah lebih 3 menit, sekret sedikit-sedikit mulai keluar
⁻ Ajarkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung selama proses
fisioterapi dada
⁻ hasil: perlahan lahan pasien mulai terlatih bernapas
Dukungan mobilisasi
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
hasil: ekstremitas atas dan bawah bisa digerakkan
III - Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
hasil: vital sign dalam kondisi stabil
- Fasilitasi melakukan pergerakan
11.15 hasil: pasien terbantu dalam melakukan mobilisasi
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
hasil: keluarga mengetahui cara melakukan mobilisasi pada pasien
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
hasil: keluarga mengetahui manfaat mobilisasi pada pasien
4. Dukungan mobilisasi annisa
jumat, 29/9/2023 - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
III hasil: ekstremitas atas dan bawah bisa digerakkan
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
11.30 hasil: vital sign dalam kondisi stabil
- Fasilitasi melakukan pergerakan
hasil: pasien terbantu dalam melakukan mobilisasi
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
hasil: keluarga mengetahui cara melakukan mobilisasi pada pasien
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
hasil: keluarga mengetahui manfaat mobilisasi pada pasien
Manajemen Konstipasi
IV - periksa tanda dan gejala konstipasi
hasil: pasien jarang BAB dalam sepekan
11.53 - identifikasi faktor resiko konstipasi
hasil: pasien jarang makan makanan berserat
- melakukan massage pada abdomen
hasil: menstimulus respon eliminasi
8. EVALUASI KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSIS KEPERAWATAN HARI/ EVALUASI NAMA JELAS
TANGGAL/JAM
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif selasa, 26/9/2023 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif annisa
b/d Hipersekresi Jalan Napas d/d: 14.00 S: -
Ds: O: pasien masih tampak susah bernapas
Do: A: masalah belum teratasi
⁻ TTV: P: intervensi dilanjutkan
TD : 125/82 HmHg ⁻ Monitor status pernapasan
Nadi : 118 X/menit ⁻ Monitor jumlah dan karakter sputum
S: 36oC ⁻ Posisikan pasien sesuai dengan area paru yang mengalami
Pernafasan : 37 X/menit penumpukan sputum
SPO2: 97 ⁻ Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
kesadaran: somnolen (GCS : ditangkupkan selama 3-5 menit
E3M4V1) ⁻ Lakukan pengisapan lendir untuk mengeluarkan secret
⁻ pasien susah bernapas ⁻ Ajarkan inspirasi perlahan dan dalam melalui
disebabkan oleh sputum yang
menumpuk S: pasien tampak membalas dengan anggukan saat menanyakan
⁻ pasien terpasang NGT pasien sedikit sudah mudah bernapas
⁻ pasien terpasang ETT O: pasien tampak sedikit mulai mudah bernapas
⁻ Pasien terdengar bunyi napas A: masalah belum teratasi
tambahan ronchi pada respirasi P: intervensi dilanjutkan
⁻ terdapat sputum dengan tekstur ⁻ Monitor status pernapasan
kental berwarna hijau pada ⁻ Monitor jumlah dan karakter sputum
pasien ⁻ Posisikan pasien sesuai dengan area paru yang mengalami
⁻ tampak retraksi dada penumpukan sputum
⁻ pasien terpasang oksigen (kanul ⁻ Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
nasal 3L) ditangkupkan selama 3-5 menit
⁻ Ajarkan inspirasi perlahan dan dalam melalui
S: pasien tampak membalas dengan anggukan saat menanyakan
pasien sedikit sudah mudah bernapas
O: pasien tampak mulai mudah bernapas
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
⁻ Monitor status pernapasan
⁻ Monitor jumlah dan karakter sputum
⁻ Posisikan pasien sesuai dengan area paru yang mengalami
penumpukan sputum
⁻ Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
ditangkupkan selama 3-5 menit
⁻ Lakukan pengisapan lendir untuk mengeluarkan secret
⁻ Ajarkan inspirasi perlahan dan dalam melalui
2. Deficit Perawatan Diri b/d 14.30 Defisit Perawatan Diri annisa
Kelemahan d/d: S: keluarga pasien mengatakan anaknya terlihat bersih dari
Ds: sebelumnya
⁻ Keluarga pasien mengatakan O: pasien tampak lebih bersih setelah perawatan diri
pasien belum pernah dimandikan A: terdapat bekas luka gores, kuku masih panjang, dan sedikit
Do: kulit bersisik di kaki pasien
⁻ TTV: P: intervensi dilanjutkan
TD : 125/82 HmHg - identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan diri
Nadi : 118 X/menit - monitor kebersihan tubuh
S: 36oC - monitor integritas kulit
Pernafasan : 37 X/menit - sediakan peralatan mandi
SPO2: 97 - sediakan lingkungan aman dan nyaman
kesadaran: somnolen (GCS : - fasilitasi mandi
E3M4V1) - Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap
⁻ Kebersihan gigi kotor kesehatan
⁻ Kebersihan badan Kotor - Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien
⁻ Keadaan rambut Kotor
⁻ Keadaan kulit kepala Kotor S: keluarga pasien mengatakan anaknya terlihat bersih dari
⁻ Keadaan kuku panjang dan sebelumnya
Kotor O: pasien tampak lebih bersih setelah perawatan diri
luka gores pada lutut pasien A: terdapat bekas luka gores dan kuku masih panjang
akibat kecelakaan P: intervensi dilanjutkan
- monitor kebersihan tubuh
- monitor integritas kulit
- sediakan peralatan mandi
- sediakan lingkungan aman dan nyaman
- fasilitasi mandi
- Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien
Terjemahannya
“Maka, siapa yang Allah kehendaki mendapat hidayah, Dia akan melapangkan
dadanya untuk menerima Islam. Siapa yang Dia kehendaki menjadi sesat, Dia
akan menjadikan dadanya sempit lagi sesak seakan-akan dia sedang mendaki ke
langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang- orang yang tidak
beriman” (QS al An’am (6):125)
Al-qur’an memberikan kiasan bagi orang-orang yang sesat dari jalan Allah
seakan dada mereka sesak lagi sempit. Mengapa Allah mengibaratkan mereka
dengan orang yang mendaki ke langit,Karena, tentu saja di luar angkasa kadar
oksigen sangatlah kurang. Mereka tidak mampu bernapas dengan baik sehingga
dada mereka menjadi sesak. Oleh sebab itu manusia harus selalu bersyukur atas
nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
G. Jurnal Pendukung
Ketidakefektifan bersihan jalaan nafas merupakan ketidakmampuan
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan
bersihan jalan nafas. Berdasarkan diagnosis di atas dalam menangani
permasalahan tersebut dengan melakukan fisioterapi dada. Fisioterapi dada
merupakan cara tindakan non farmakologi yang berguna bagi penderita penyakit
akut maupun kronis yang menggunakan teknik postural drainase, perkusi dan
vibrasi yang sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki
ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Tujuan fisioterapi dada
yaitu memelihara, mengembalikan fungsi pernafasan dan membantu
mengeluarkan sekret dari bronkus untuk mencegah penumpukan sekret dalam
bronkus, dan memperbaiki pergerakan dan aliran sekret sehingga dapat
memperlancar jalan nafas (Ningrum et al., 2019)
Diagnosis kedua yang diambil yaitu dukungan perawatan diri dengan
memfasilitasi melakukan perawatan diri secara mandiri atau dibantu oleh keluarga
serta menganjurkan untuk melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan. Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasa manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, dukungan
keluarga merupakan suatu bentuk hubungan inter personal yang melindungi
seseorang dari efek stress yang buruk (Wiyono, 2019)
Diagnosis ketiga adalah gangguan mobilitas fisik dengan intervensi dukungan
mobilisasi dimana klien dan keluarganya diberikan edukasi latihan fisik dan juga
ROM yang dapat meningkatkan skala kekuatan otot dari yang tadinya 3 menjadi
5, untuk latihan mobilisasi ini dilakukan secara rutin setiap hari selama 15 menit.
Saran kepada keluarga pasien diharapkan keluarga pasien dapat melakukan teknik
mobilisasi ataupun ROM secara mandiri pada saat pulang ke rumah dan dapat
digunakan sebagai pengantar pengobatan atau sebagai alternatif pengobatan non-
farmakologi berupa latihan mobilisasi yang dapat dilakukan oleh tenaga medis.
Selain itu harapannya dapat menjadi acuan untuk penanganan pasien dengan
masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik (Kusuma & Triana, 2022)
Diagnosis keempat adalah konstipasi dengan intervensi manajemen konstipasi
dimana klien melakukan salah satu terapi yang terbukti untuk mencegah
konstipasi yaitu massage abdomen dan minum air hangat. Massage abdomen
dapat menurunkan konstipasi melalui beberapa mekanisme yang berbeda-beda
antara lain dengan menstimulasi sistem persyarafan simpatis sehingga dapat
menurunkan tegangan pada otot abdomen serta memberikan efek pada relaksasi
sfingter. Selanjutnya, dengan mengkonsumsi air putih pagi hari dapat mengatasi
konstipasi. Dengan demikian massage abdomen yang dikombinasikan dengan
terapi air putih merupakan alternatif yang tepat untuk mencegah konstipasi
(Rantesigi & Agusrianto, 2019)
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kasus Tn.R sebagai berikut:
1. Tn.R mengalami penyakit Traumatic Brain Injury atau lebih dikenal dengan sebutan
cedera otak traumatis yang di sebabkan oleh benturan, pukulan atau sentakan pada
kepala, atau cedera kepala tembus yang mengganggu fungsi normal otak. Pada saat
dilakukan pengkajian didapatkan pasien datang dengan riwayat kecelakaan lalu lintas,
datang di IGD dalam keadaan penurunan kesadaran dan pasien mengeluh susah
bernapas disebabkan oleh sputum yang menumpuk
2. Terdapat 4 diagnosis yang dapat ditegakkan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi jalan napas, deficit perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromoskuler, konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
3. Intervensi yang dilakukan yaitu fisioterapi dada untuk diagnosis bersihan jalan napas
tidak efektif, dukungan perawatan diri untuk diagnosis defisit perawatan diri,
dukungan mobilisasi untuk diagnosis gangguan mobilitas fisik, manajemen konstipasi
untuk diagnosis konstipasi
4. Implementasi yang dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 26 September sampai
dengan 28 September 2023
5. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir dinas dan diperoleh hasil bahwa keempat
diagnosis teratasi sebagian dimana intervensi tetap dilanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, R. D., & Triana, N. Y. (2022). Implementasi Edukasi Mobilisasi Dini Terhadap
Kekuatan Otot Pada Anak Dengan Gangguan Mobilitas Fisik. 6(November), 1377–
1386.
Ningrum, H. W., Widyastuti, Y., & Enikmawati, A. (2019). Penerapan Fisioterapi Dada
Terhadap Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Bronkitis Usia Pra
Sekolah. PROFESI (Profesional Islam) Media Publikasi Penelitian, 1–8.
Rantesigi, N., & Agusrianto, A. (2019). Penerapan Massage Abdomen dan Minum Air Putih
Hangat untuk Mencegah Konstipasi pada Asuhan Keperawatan dengan Kasus Stroke di
RSUD Poso. Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, 13(2), 91.
https://doi.org/10.33860/jik.v13i2.273
Rohadi, Priyanto, B., Wardhana, D. P. W., & Wahyuni. (2023). Dasar-Dasar Ilmu Bedah
Saraf. Salemba Medika.
Wiyono, H. (2019). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Perawatan Diri Pada
Lansia di Tlogomas Kota Malang. Nursing News, 2(1).
Anie novieastari, kusman ibrahim, sri ramdaniati. (2020). Dasar Dasar Keperawatan Vol.2.
penerbit Elsevier Inc.
https://www.google.co.id/books/edition/Fundamentals_of_Nursing_Vol_2_9th_Indone/
vez3DwAAQBAJ?
hl=en&gbpv=1&dq=manfaat+dan+kerugian+konsentrasi+oksigen&pg=PA828&printsec=fro
ntcover
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. penerbit
dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.
Risnah, Musdalifah, Amal, Nurhidayah, & Rasmawati. (2022). Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia, 15(2), 1–23.
Tim Pokja SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia defenisi dan
Indikator Diagnostik( SDKI). Dewan Pengurus PPNI.
Uliyah, M., & Hidayat, A. A. (2021). Keperawatan Dasar 1 untuk Pendidikan Vokasi. e-book
keperawatan: Health Books Publishing.