Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN OKSIGENASI PADA PASIEN DYSPEPSIA


DI RUANG SADEWA RSUD JOMBANG

Disusun Oleh :

Maratus Sholikah (7318013)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT.


Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
OKSIGENASI PADA PASIEN DYSPEPSIA DI RUANG SADEWA RSUD
JOMBANG yang merupakan tugas Praktik Keperawatan Dasar Profesi (KDP),
Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU Jombang.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


laporan ini. Oleh karena itu penyusun mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun bagi penyusun sehingga dapat
menyempurnakan laporan selanjutnya.

Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan Keperawatan
Gangguan Oksigenasi Pada Pasien Dyspepsia.

Jombang, 13 September 2022

Maratus Sholikah
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Oksigenasi
1. Definisi Oksigenasi
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua
proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang
zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta
pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga
merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh
(Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam
sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan
kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi
merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang
dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari
lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon
dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa
factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati,
2012).
2. Proses Oksigenasi
Menurut Hidayat (2011), mengatakan proses pemenuhan kebutuhan
oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan
transportasi gas.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
1) Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi
2) Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
3) Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom (terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, kerja
saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga
vasokontriksi atau proses penyempitan dapat terjadi).
4) Refleks batuk dan muntah
5) Adanya peran mukus siliaris sebagai barier atau penangkal benda
asing yang mengandung interveron dan dapat mengikat virus.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya
surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan toraks.
Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan
disekresi saat kita menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik namun recoil terganggu, maka CO2 tidak
dapat keluar secara maksimal. Pusat pernapasan, yaitu medula
oblongata dan pons, dapat memengaruhi proses ventilasi, karena
CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat merangsang pusat
pernapasan dan bila pCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2 di kapiler alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal
membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstitial (keduanya dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan), perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini
sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan
O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena
pulmonalis masuk dalam darah secara difusi), pCO2 dalam arteri
pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli, dan afinitas gas (kemampuan
menembus dan saling mengikat hemoglobin).
c. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin
(97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2 akan berikatan
dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam
plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah
(65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
curah jantung (cardiac output), kondisi pembuluh darah, latihan
(exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb. (Alimul Hidayat, 2009).
3. Jenis Gangguan Oksigenasi
Permasalahan pemenuhan oksigen tidak terlepas dari gangguan pada
sistem respirasi baik pada anatomi mzupun fisiologi dari organ-organ
respirasi. Gangguan pada sistem respirasi dapat muncul akibat adanya
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif, dan lain sebagainya.
Gangguan tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
terpenuhi. Secara garis besar, gangguan respirasi dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu :
a. Gangguan Irama/Frekuensi Pernapasan
1) Gangguan Irama Pernapasan
a) Pernapasan “Cheyne-stokes” yaitu siklus pernapasan yang
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian makin
menurun dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan
siklus baru. Pernapasan ini biasanya terjadi pada pasien gagal
jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis
obat. Namun secara fisiologis, pernapasan ini terutama terdapat
pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki diatas permukaan
laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan “biot” yaitu pernapasan yang mirip dengan cheyne-
stokes, namun amplitudonya rata dan disertai apnea. Pernapasan
ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan “kussmaul” yaitu pernapasan yang jumlah dan
kedalaman meningkat melebihi 20 x/menit. Pernapasan ini dapat
ditemukan pada pasien dengan asidosis metabolik dan gagal
ginjal.
2) Gangguan Frekuensi Pernapasan
a) Takipnea / hipernea, yatitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya
meningkat diatas frekuensi napas normal. Bradipnea, yaitu
kebalikan dari takipnea dimana frekuensi napas jumlahnya
menurun dibawah frekuensi napas normal.
b. Insufisiensi Pernapasan
Penyebab Insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu:
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru’
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru ke jaringan.
c. Hipoksia
Hipoksia merupakan keadaan dimana oksigen dalam jaringan
mengalami kekurangan. Hipoksia dapat dibagi kedalam kelompok yaitu:
1) Hipoksemia
2) Hipoksia Hipokinetik (Stagnant anoksia/anoksia bendungan)
3) Overventilasi Hipoksia
4) Hipoksia Histotoksik

4. Tanda dan Gejala Gangguan Oksigenasi


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Pernurunan ventilasi permenit, penggunaan otot mafas
tambahan, pernapasan flaring (napas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, napas pendek, posisi tubuh menunjukkan 3 poin, napas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior,
frekuensi napas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola napas yang tidak efektif menjadi gangguan oksigenasi
(NANDA, 2018).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritablitas, hipoksia, kebingunan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman),
hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, irama, keedalaman
napas, dan frekuensi abnormal (NANDA, 2018).
5. Pathway Gangguan Oksigenasi

Udara di atmosfer

Udara masuk melalui


hidung yang terdapat
patogen

Sumbatan bronkus

Udara terjebak di paru

Udara di serap oleh


aliran darah
Tidak ada saluran
untuk meloloskan
Susunan gas dalam udara
Gangguan pengeluaran
darah
mukus

Ventilasi Kolateral
Oksigen lebih cepat
Akumulasi mukus
diserap dari nitrogen
pada bronkus
dan helium Udara lolos melalui
pori alveoli/ fistula
Bersihan Jalan bronkioli alveolar
Napas Tidak Efektif Dispnea

Gangguan
Pola napas cepat dan pengembangan
dangkal paru/kolaps arteri

Pola Napas Tidak


Efektif Vntilasi dan perfusi
tidak seimbang

Gangguan
Pertukaran Gas
6. Komplikasi dan Masalah yang Mungkin Muncul
a. Hipoksemia
b. Hipoksia
c. Gagal napas
d. Perubahan pola napas
7. Pemeriksaan Penunjang Gangguan Oksigenasi
a. Pemeriksaan fungsi paru, untuk mengetahui kemampuan paru dalam
melakukan pertukaran gas secara efisien.
b. Analisa gas darah
1) Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
2) Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
3) Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
4) Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu serangan dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
c. Oksimetri, untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada, untuk memeriksa adanya cairam, massa,
fraktur, dan proses-proses abnormal
e. Bronkoskopi, untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau
sputum/benda asing yang mengahambat jalan napas.
f. Endoskopi, melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi
g. Fluoroskopi, mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja
jantung dan kontraksi paru
h. CT-Scan, mengidentifikasi adanya massa abnormal
8. Terapi Oksigenasi
Terapi oksigen pertama kali dipakai dalam bidang kedokteran pada tahun
1800 oleh Thomas Beddoes, kemudian dikembangkan oleh Alvan Barach
pada tahun 1920 untuk pasien dengan hipoksemia dan penyakit paru
obstrukif kronik. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen lebih dari udara
atmosfer atau FiO2 > 21%. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan
oksigenasi jaringan dan mencegah asidosis respiratorik, mencegah hipoksia
jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
memperthankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90%. (Tarwoto & Wartonah,
2015).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), Pemberian oksigen atau terapi
oksigen dapat dilakukan melalui metode berikut ini :

a. Sistem aliran rendah


Pemberian oksigen dengan mengggunakan system ini ditujukan
pada pasien yang membuthkan oksigen tetapi masih mampu bernapas
normal. Contih pemberian oksigen dengan aliran rendah adalah sebagai
berikut :
1. Nasal kanula, diberikan dengan kontinu aliran 1-6 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 24-44%.
a) Keuntungan : toleransi klien baik, pemasangannya mudah, klien
bebas untuk makan dan minum, harga lebih murah (Asmadi,
2008).
b) Kerugian : mudah lepas, tidak dapat memberikan konsentrasi
oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien
bernapas dari mulut, mengiritasi selaput lender, nyeri sinus
(Asmadi, 2008).
2. Sungkup muka sederhana (simple mask), diberikan kontinu atau
selang-seling 5-10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60%.
a) Keuntungan : konsentrasi oksigen yang diperoleh lebih tinggi
dari nasal kanula, system humidifikasi dapat ditingkatkan
(Asmadi, 2008).
b) Kerugian : umumnya tidak nyaman bagi klien, membuat rasa
panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi, aktivitas makan dan
bicara terganggu, dapat menyebabkan mual dan muntah
sehingga dapat menyebabkan aspirasi, jika aliran rendah dapat
menyebabkan penumoukan karbondioksida (Asmadi, 2008).
3. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Sungkup ini memiliki
kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan
ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah
oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekpirasi pada
kantong. Aliran oksigen 8-12 liter/menit, dengan konsentrasi 60-
80%.
a) Keuntungan : konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup
muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender (Asmadi,
2008).
b) Kerugian : kantong oksigen bisa terlipat, menyebabkan
penumpukan oksigen jika aliran lebih rendah (Asmadi, 2008).
4. Sungkup muka dengan kantong non-rebreathing. Sungkup ini
mempunyai 2 katup; 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup
pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara
kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10-12 liter/menit,
konsentrasi oksigen 80-100%.
a) Keuntungan : konsentrasi oksigen yang diperoleh hampir 100%
karena adanya katup satu arah antara kantong dan sungkup
sehingga kantong mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi
dan tidak tercampur dengan udara ekspirasi, dan tidak
mengeringkan selaput lender (Asmadi, 2008).
b) Kerugian : kantong oksigen bisa terlipat, berisiko untuk
terjadinya keracunan oksigen, serta tidak nyaman bagi klien
(Asmadi, 2008).
b. Sistem Aliran Tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih
stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari
system aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka
dengan ventury dengan aliran sekitar 2-15 liter/menit. Prinsip pemberian
oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur
dengan alat yang memungkinkan konsentrasi dapat diatur sesuai dengan
warna alat, misalnya: warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning
35%, merah 40%, dan hijau 60%. (Tarwoto & Wartonah, 2015).

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Gangguan Oksigenasi


1. Pengkajian
a. Identitas
Kaji data pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi.
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan gangguan oksigenasi, keluhan utama yang biasa
muncul adalah sesak nafas, nyeri dada, batuk, dahak tidak bisa keluar,
dapat disertai demam
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji waktu mulai terjadinya sesak, penyebab terjadi sesak, serta upaya
apa yang dilakukan pasien untuk mengatasi keadaan tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat menderita asma, CHF, AMI, ISPA.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga, atau penyakit lain yang
berpotensi menurun pada anggota keluarganya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran: Kesadaran menurun
2) TTV: Peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
3) Pemeriksaan Head to toe
a) Mata
- Inspeksi : Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva
sianosis (karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie
( karena emboli atau endokarditis)
b) Mulut dan bibir
- Inspeksi : Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut, batuk, adanya sputum
c) Hidung
- Inspeksi : Pernafasan dengan cuping hidung
d) Dada
- Inspeksi : Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak
simetris antara dada kanan dan kiri, frekuensi napas cepat
- Auskultasi : Terdapat suara napas tambahan
e) Ekstremitas
- Atas : Simetris, tidak ada edema, tidak terdapat gangguan
- Bawah : Ekstremitas bawah simetris, tidak terdapat
gangguan

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
3. Intervensi
Diagnosa SLKI (Luaran) SIKI (Intervensi)
Keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Latihan batuk
nafas tidak efektif keperawatan selama 3x24 efektif
berhubungan jam, masalah pada pasien Observasi
dengan sekresi berkurang atau hilang - Identifikasi
yang tertahan dengan Kriteria Hasil : kemampuan batuk
Bersihan Jalan Napas
- Batuk efektif meningkat - Monitor adanya
(5) retensi sputum
- Produksi sputum Terapeutik
menurun (5) - Atur posisi semi
- Wheezing menurun (5) fowler/fowler
- Dispnea menurun (5) - Buang sekret pada
- Gelisah menurun (5) tempat sputum
- Frekuensi napas Edukasi
membaik (5) - Jelaskan tujuan dan
- Pola napas membaik (5) prosedur batuk
efektif
- Anjurkan tarik
nafas dalam melalui
hidung selama 4
detik, ditahan 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan bibir
mecucu
(dibulatkan) selama
8 detik
- Anjurkan
mengulangi tarik
nafas dalam 3x
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam ke
3
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
mukolitik /
ekspertoran
Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan
efektif keperawatan selama 3x24 Napas
berhubungan jam, masalah pada pasien Observasi
dengan hambatan berkurang atau hilang - Monitor pola napas
upaya napas dengan kriteria hasil : - Monitor bunyi
Pola Napas : napas tambahan
- Dispnea menurun (5) - Monitor sputum
- Pernapasan cuping Terapeutik
hidung menurun (5) - Posisikan semi
- Frekuensi napas fowler atau fowler
membaik (5) - Berikan oksigen
- Kedalaman napas Edukasi
membaik (5) - Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik
Gangguan Setelah dilakukan asuhan Terapi Oksigen
pertukaran gas keperawatan selama 3x24 - Observasi
berhubungan jam, masalah pada pasien - Monitor aliran
dengan berkurang atau hilang oksigen secara
ketidakseimbangan dengan Kriteria Hasil : periodik dan
ventilasi-perfusi Pertukaran Gas : pastikan fraksi yang
- Dispnea cukup diberikan cukup
menurun (4) - Monitor tanda-
- Bunyi napas tambahan tanda hipoventilasi
menurun (5) - Terapeutik
- Pusing menurun (5) - Bersihkan sekret
- Gelisah menurun (5) pada mulut, hidung
- Napas cuping hidung dan trakea, j/p
menurun (5) - Edukasi
- Takikardia membaik Ajarkan pasien dan
(5) keluarga cara
- Pola napas membaik menggunakan
(5) oksigen dirumah
SUMBER PUSTAKA

Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi. 2013. Askep pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Brunner and Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah ed. 12. Jakarta : EGC.
Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.
Hidayat, Aziz Alimul. 2011. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Kevin Andrian. 2020. “Sering Sesak Napas? Ini Bisa Menjadi Penyebabnya.”
Alodokter. 2020.https://www.alodokter.com/sering-sesak-nafas-ini-bisa-
menjadi-penyebabnya.
NANDA International. 2018. NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Nurul Rafiqua. 2020. “Sesak Napas.” Sehatq. 2020.https://www.sehatq. com/
penyakit /sesak-napas.

Perry, Potter. 2012. Fundamentals of Nursing : Fundamental Keperawatan, Buku


3 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas : Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang
Selatan : Binarupa aksara publisher.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), edisi 1. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2017
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), edisi 1, cetakan II. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2017
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), edisi 1, cetakan II. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2017
Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Wijaya, Andra Saferi dan Putri, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
: Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai