Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI PADA PASIEN DIPSNEA

DI RUANG ICCU RSUD JOMBANG

Disusun Oleh :

Tin Muntakhibah 7318036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Oksigenasi

Pada Pasien Dipsnea di Ruang ICCU RSUD Jombang

Nama Mahasiswa : Tin Muntakhibah 7318036

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini telah di setujui dan disahkan

Pada:

Hari :

Tanggal :

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

…………..…………………

………………………………..
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan LAPORAN

PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. D DENGAN

ASMA BRONKHIAL DI RUANG UGD RSNU JOMBANG yang merupakan tugas

Praktik Lapangan Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Sarjana Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU Jombang.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

laporan ini. Oleh karena itu penyusun mengundang pembaca untuk memberikan saran

serta kritik yang dapat membangun bagi penyusun sehingga dapat menyempurnakan

laporan selanjutnya.

Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Asuhan Keperawatan pada

Pasien An. D dengan asma bronchial di ruang UGD RSNU jombang.

Jombang, 13 Juni 2022

Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses kehidupan
karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan pada
jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian Proses pemenuhan
kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui
saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal
(Taqwaningtyas, Ficka (2013)(Budyasih, 2014)

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh bersama dengan
unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur yang diperlukan
oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran,
fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan,
serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan
sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).(Eki,
2017)

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik itu
bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara
bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan
lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari
lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke
lingkungan (Saputra, 2013).

Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati,
2012).
B. Etiolologi

a. Faktor fisiologis

1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.


2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluaran napas
bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu hamil, luka.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.

b. Faktor perkembangan

1) Bayi premature
2) Bayi dan toodler
3) Anak usia sekolah dan pertengahan

c. Dewasa tua

Faktor perilaku

1) Nutrisi
2) Latihan fisik
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi kecemasan

Faktor lingkungan

1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut (Haswita & Reni, 2017)
C. Jenis Gangguan Oksigenasi

Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), jenis Gangguan Oksigenasi dalam tubuh di bagi
menjadi 7 bagian yaitu:

1. Hipoksemia
Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri
(PaO2) atau saturasi O2 arteri ( SaO2 ) dibawah normal (normal PaO 85-100 mmHg,
SaO,95%). Pada neonates, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada dewasa, anak,
dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan oleh
ganguuan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada tempat yang
kurang oksigen. Pada keadaan hivoksemia, tubuh akan melakukan kompensasi
dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi
pembuluh darah, dan peningkata nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di anaranya sesak
nafas, frekuensi nafas dapat mencapai 35 kali per menit, nadi cepat dan dangkal, serta
sianosis.
2. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau
meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah
4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain:

1. Menurunnya hemoglobin
2. Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada di puncak gunung
3. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracunan sianida
4. Menurunya difusi oksigen dan alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia
5. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
6. Kerusakan atau gangguan ventilasi Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan,
kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan
cepat dan dalam sianosis sesak nafas, serta jari tabuh (clubling finger).
3. Gagal Napas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen
karna pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekut sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh
adanya peningkatan gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal nafas di tandai oleh
adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal
nafas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang mengontrol system
pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan obat, gangguan metabolism,
kelemahan otot pernapsan, dan obstruktif jalan nafas.
4. Perubahan Pola Napas

Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa sekitar 12-20
x/menit,dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernafasan
normal disebut eupnea. Perubahan pola nafas dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

1) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.


2) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.
3) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih
dari 24 x/menit.
4) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16x/menit.
5) Kussmaul, yaitu pernpasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama,
sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada pasien koma
dengan penyakit diabetes mellitus dan uremia.
6) Cheyne-stokes,merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur-
ansur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara teratur.
Misalnya pada keracunan obat bius,penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
7) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan
periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis. (Ambara, 2019)

D. Klasifikasi

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi, difusi
dan transportasi.
1. Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat
terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal
benda asing yang mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh
proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan
gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan
disekresi saat pasien menerik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik
akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal.
Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses
ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat
pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.

2. Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan

2
CO , di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor :

a. Luasnya permukaan paru


b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli
dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan
2 2
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O hal ini dapat terjadi sebagai mana O dari

2
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O dari rongga alveoli lebih

2
tinggi dari tekanan O dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara
berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam
alveoli
d. Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb

3. Transportasi Gas
2 2
Merupakan proses pendistribusian antara O kapiler ke jaringan tubuh CO ,jaringan
tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hb membentuk
oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan
dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan
sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal
pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen
yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan
o2 oleh sel.(Pradana, 2019)
E. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas(Sasmi, 2016).
F. Manifestasi Klinis

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan


oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior- posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya
pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,


hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal,
sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia,
sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas
(NANDA, 2011).
G. Pathway

Udara masuk melalui hidung, melewati faring, laring, trakea, dan menuju
paru-paru.

Terjadi infeksi dan proses


peradangan

Hipersekresi jalan napas Kontraksi otot-otot polos


saluran pernafasan

Akumulasi secret berlebih

Penyempitan saluran
pernafasan
Secret mengental di jalan
napas
Depresi pusat pernafasan

-Dispnea
Gangguan penerimaan o2 Obstruksi jalan nafas
-Hiperkapnia
dan pegeluaran co2 -Hipoksemia
-Hipoksia
-Batuk yang tidak efektif -Penggunaan otot bantu
H.
Ketidakseimbangan
-Penurunan bunyi nafas pernapasan
ventilasi dan perfusi
-Sputum dalam jumlah -Nafas cuping hidung
yang berlebih -Pola pernafasan
-Dispnea -Perubahan pola nafas abnormal (kecepatan,
-Fase ekspirasi -Suara nafas tambahan irama, kedalaman)
memanjang (ronchi,wheezing, sianosis
-Gas Darah Arteri crackles)
abnormal
-Penurunan kapasitas
paru
-Pola nafas abnormal BERSIHAN JALAN NAFAS POLA NAFAS TIDAK
-Takipnea TIDAK EFEKTIF EFEKTIF
Hiperventilasi
Pernafasan sukar

GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
I. PENATALAKSANAAN

H. PENATALAKSANAAN

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen
melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen
adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah
hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan
PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :

1. 1)  Perubahan frekuensi atau pola napas


2. 2)  Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3. 3)  Hipoksemia
4. 4)  Menurunnya kerja napas
5. 5)  Menurunnya kerja miokard
6. 6)  Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa

metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas
dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).

a. Inhalasi oksigen Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara


memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan menggunakan alat
bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu
melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega
terjadinya hipoksia.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem
aliran rendah dan sistem aliran tinggi.

1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen
dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini
diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya
dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka

Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi :

A. Pengkajian

1. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal
masuk sakit, rekam medis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea (sampai bisa
berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi (pada beberapa kasus lebih
banyak paroksimal).
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi timbulnya penyakit ini, di
antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah
(rhinitis, utikaria, dan eskrim).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dengan asma sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit turunan, tetapi
pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada
anggota keluarganya.

B. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1)  Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi duduk
2)  Dada diobservasi
3)  Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
4)  Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa,
dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakkan dada.
6)  Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung pernapasan diafragma, dan
penggunaan otot bantu pernapasan.
7)  Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase eksifirasi
(E). Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase ekspirasi yang memanjang
menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada
klien Chronic Airflow Limitation (CAL) / Chornic obstructive Pulmonary
Diseases (COPD)
8)  Kelainan pada bentuk dada
9)  Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura
10)  Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
a. Palpasi
1)  Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan kulit, dan mengetahui vocal/ tactile
premitus (vibrasi)
2)  Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti :
massa, lesi, bengkak.
3)  Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara(Nuraruf & Kusuma, 2015)
b. Perkusi
Suara perkusi normal :
1) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.
2) Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian jantung,
mamae, dan hati
3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang berisi udara
4)  Hipersonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi darah.
5)  Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat terdengar
pada perkusi daerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi jaringan. (Nuraruf &
Kusuma, 2015)
d. Auskultasi
1)  Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan bunyi
nafas normal, bunyi nafas tambahan (abnormal).
2)  Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas
dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3)  Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub, dan crackles.
(Nuraruf & Kusuma, 2015)
C. Diagnosa Keperawatan
Menurut diagnosis keperawatan Nanda (2015), diagnosa keperawatan yang dapat
diambil pada pasien dengan asma adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan dan
deformitas dinding dada
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida
Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan volume sekuncup
jantung
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(hipoksia) kelemahan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju
metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot penguyah
6. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita

2.2.1 Asuhan Keperawatan Kasus An. D dengan asma bronchial di ruang UGD RSNU
jombang.
2.2.2 Pengkajian
a. Biodata
Nama : An. D
Umur : 10 tahun
Agama : Islam
Alamat : Gatah, Ngoro
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Tanggal MRS : 13 Juni 2022
Dx Medis : Asma Bronkhial
Nomer Register : 370670
Tanggal Pengkajian : 13 Juni 2022

b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak napas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD dengan kondisi lemas, pasien mengatakan sesak napas
hilang timbul dan semakin memberat di pagi hari, batuk berdahak dan susah
dikeluarkan, pilek dan nyeri perut dari malam. Nyeri terasa seperti tertusuk
dibagian perut atas, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul.
d. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Keluarga pasien mengatakan, pasien memiliki Riwayat asma bonkhial sejak
kecil pada usia 5 tahun dan sudah berkali-kali mengalami hal yang sama.
Keluarga pasien mengatakan pasien sering kambuh Ketika batuk, kecapekan dan
dalam kondisi udara berdebu atau berasap.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita asma
bronchial.
f. Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola tidur / istirahat
pola tidur pasien teratur, pasien tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Pasien
tidur siang biasa jam 14.00-15.00 pasien hanya tidur 1 jam saat siang, dan
tidur malam jam 21.00-06.30 pagi pasien hanya tidur malam selama 9 jam
2. Pola eliminasi
Pola eliminasi pasien normal, BAK berwarna kuning jernih, BAK sebanyak 8
kali sehari, BAB 2 kali sehari, konsistensi lembek. BAK dan BAB secara
mandiri.
3. Pola makan/ minum
Makan 3 kali sehari, setiap makan porsi habis, minum 5 gelas sehari
4. Pola kebersihan diri
Bersih, mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 3 hari sekali
5. Pola kegiatan dan kebiasaan lain
Pasien sekolah dan bermain secara normal dengan teman temanya setiap hari
6. Pola hubungan dan peran (konsep diri)
Anggota keluarga baik, pasien dan teman sebaya baik, pasien mengatakan
lingkungan rumah bersih dan ramai.
7. Pola seksual
Pasien belum menikah
8. Pola penanggulangan stress
Keluarga mengatakan pasien adalah orang yang ceria, sewajarnya anak anak
yang selalu bermain Bersama dengan teman temanya. Dalam 6 bulan sekali
pasien dan keluarga pergi untuk berlibur bersama untuk mengurangi stres.
g. Data Psikososial
1. Hubungan pasien dan keluarga :
Sangat baik, pasien dating ke rumah sakit ditemani kakeknya, pasien mampu
kooperatif dengan kakeknya selama perawatan di RS.
2. Hubungan pasien dengan pasien lain :
Baik, pasien mampu berinteraksi dengan pasien lain yang berada di sekitarnya.
3. Dukungan keluarga terhadap pasien :
Keluarga sangat mendukung agar pasien segera sembuh
4. Reaksi pasien saat interaksi :
Pasien dapat berinteraksi baik dengan keluarga, pasien lain, maupun dengan
perawat di RS.
h. Data Spiritual
1. Konsep tentang penguasaan kehidupan :
Pasien percaya bahwa tuhan yang memiliki kekuasaan atas kehidupan dan
kematian manusia.
2. Sumber kekuatan/ harapan saat sakit :
Pasien selalu berdoa memohon kesembuhan pada tuhan
3. Ritual agama yang bermakna/ berarti/ harapan saat ini :
Pasien melaksanakan sholat dan ngaji setiap sore dengan teman temannya di
masjid (TPA)
4. Sarana/ peralatan/ orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual:
Pasien melaksanakan sholat dengan mukena
5. Keyakinan pasien terhadap kesembuhan penyakit :
Pasien yakin bisa sembuh
6. Persepsi terhadap penyakit :
Pasien menganggap sakit ini ujian dari tuhan
i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
Cukup, GCS 456, kesadaran composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36⁰ C
Nadi : 110 x/ menit
Respirasi : 28 x/ menit
3. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : rambut lebat bersih tidak ada ketombe, berwarna hitam lurus dan
sedikit panjang, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada hematoma
4. Pemeriksaan wajah :
Inspeksi : Wajah tidak terdapat ada odem, tidak ada luka, bentuk wajah
simetris
5. Pemeriksaan mata
Inspeksi : mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, tidak ada
ikterus, pupil isokor, pelpebra simetris
Reflek cahaya : sensitif, mengecil saat terkena cahaya
Ketajaman penglihatan : pasien mampu melihat dengan jelas sampai jarak 5
m
Alat bantu : tidak ada alat bantu
6. Hidung
Pasien mampu membedakan jenis bau
Inpeksi : tidak tampak kotoran hidung, mukosa hidung lembab, ada sekret
Palpasi : tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan
7. Mulut
Pasien mampu membedakan jenis rasa
Inspeksi : mukosa bibir lembab, mulut nampak bersih
8. Telinga
Pasien mampu mendengar dengan baik
Inspeksi : sedikit kotor, terdapat cerumen
Palpasi : tidak ada benjolan
9. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada benjolan, nadi karotis teraba, tidak ada nyeri telan
10. Integumen
inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi
Palpasi : CRT <2 detik
11. Thoraks atau dada
Inspeksi : dada kanan kiri saat inspirasi dan ekspirasi simetris, tidak ada
tarikan intercostae,
12. Paru
Perkusi : sonor
Auskultasi : ada wheezing
13. Jantung
Perkusi : suara pekak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : S1 S2 terdengar tunggal , tidak ada murmur
14. Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada meteorismus,
Palpasi : pada perut bagian kanan bawah tidak ada nyeri apendiks
Perkusi : terdengar suara timpani
Auskultasi : terdengar suara bising usus 12 kali/ menit
15. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Inspeksi : Ekstremitas atas mampu melakukan ROM aktif
Palpasi : tidak ada odem, tidak ada nyeri tekan
b. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Kedua ekstremitas bawah mampu melakukan ROM aktif
Palpasi : tidak ada odem, Tidak ada nyeri tekan
16. Kelamin dan sekitarnya
Inspeksi : Kelamin bersih, tidak terdapat penyakit kelamin.
17. Muskoloskeletal
Kekuatan otot pada ekstermitas kuat
18. Neurologi
Terdapat gerakan reflek, tidak ada paralisis.

j. Pemeriksaan Penunjang
-
k. Penatalaksanaan atau Terapi
Penatalaksanaan pasien asma bronchial dengan diberikan nebulezer selama 30
menit
2.2.3 Analisa Data
Nama Pasien : An. D Dx Medis : Asma Bronchiale
No. Register : 370670 Ruangan : Ruang UGD

No Kelompok data Kemungkinan Masalah


penyebab
1. DS: sekresi yang teratahan Bersihan jalan
- Pasien sesak napas sejak napas tidak
malam dan memberat di efektif
pagi hari
DO:
- Pasien Nampak lemas dan
kesulitas bernapas
- GCS 456
- Tingkat kesadaran
Composmentis
- TD : 110/70 mmHg
- Suhu : 36⁰ C
- Nadi : 110 x/ menit
- Respirasi : 28 x/ menit
- Terdengar wheezing
- Dahak tidak bisa keluar

2.2.4 Daftar Diagnosa Keperawatan


Nama Pasien : An. D Dx Medis : Asma Bronchiale
No. Register : 370670 Ruangan : Ruang UGD

No Dx Keperawatan Tanggal TTD


Ditemukan Teratasi
1 Bersihan jalan napas 13 juni 13 juni
tidak efektif b/d 2022 2022
sekresi yang tertahan Pukul 13.00 Pukul 13.40

2.2.5 Rencana Keperawatan


Nama Pasien : An. D Dx Medis : Asma Bronchiale
No. Register : 370670 Ruangan : Ruang UGD

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1 Bersihan jalan Bersihan jalan napas : 1. Latihan batuk efektif
napas tidak - Batuk efektif (3)
Obsservasi
efektif b/d - Produksi sputum (2)
sekresi yang - wheezing (3) - identifikasi kemampuan batuk

tertahan - frekuensi napas (4) - monitor adanya retensi sputum

Terapeutik

- atur posisi semi fowler/fowler

Edukasi

- jelaskan tujuan dan prosedur batuk


efektif

- anjurkan Tarik napas dalam melalui


hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik

- anjurkan mengulangi tarik napas


dalam hingga 3 kali

- anjurkan batuk dengan kuat


langsung setelah Tarik napas yang ke
3
Kolaborasi

- kolaborasi pemberian mukolitik


atau ekspektoran,jika perlu

1. pemberian obat inhalasi


observasi
- - monitor efek terapeutik obat
- - monitor efek samping, toksisitas,
dan interaksi obat
- Terapeutik
- - lakukan prinsip enam benar
- Edukasi
- Anjurkan bernapas lambat dan
dalam selama penggunaan
nebulizer
- anjurkan ekspirasi lambat melalui
hidung atau bibir dengean
mengkerut

2.2.6 Catatan Keperawatan


Nama Pasien : An. D Dx Medis : Asma Bronchiale
No. Register : 370670 Ruangan : Ruang UGD

Tanggal / No Tindakan Keperawatan Respon Pasien TTD


Jam Dx
13 juni 1 - mengidentifikasi kemampuan - Pasien mampu
2022 / batuk batuk secara efektif
13.35 - Pasien mampu
- memonitor adanya retensi
mengeluarkan
sputum
sputum
- mengatur posisi semi - Pasien merasa lebih
fowler/fowler nyaman Ketika di

- menjelaskan tujuan dan posisikan semi

prosedur batuk efektif fowler


- Pasien mampu
- menganjurkan Tarik napas
bernapas
dalam melalui hidung selama 4
memahami tujuan
detik, ditahan selama 2 detik,
dan prosedur batuk
kemudian keluarkan dari mulut
efektif
dengan bibir mencucu
- Pasien dapat
(dibulatkan) selama 8 detik
mengikuti anjuran
-mengaanjurkan mengulangi tarik perawat
napas dalam hingga 3 kali - Pasien mampu
batuk dengan kuat
- menganjurkan batuk dengan
setelah Tarik napas
kuat langsung setelah Tarik napas
yang ke 3
yang ke 3

2 - menganjurkan bernapas lambat - Selama pemberian


dan dalam selama penggunaan nebulizer pasien
nebulizer dapat melakukan
- menganjurkan ekspirasi pernapasan dalam
lambat melalui hidung atau dan lambat sesuai
bibir dengean mengkerut yang diajarkan
perawat
- Pasien mampu
ekspirasi lambat
melalui hidung
dengan baik

2.2.7 Catatan Perkembangan


Nama Pasien : An. D Dx Medis : Asma Bronchiale
No. Register : 370670 Ruangan : Ruang UGD

Tanggal Jam No. Catatan Perkembangan sebelum dilakukan TTD


Dx intervensi
13 juni 13.00 1 S : Pasien mengatakan sesak napas sejak malam
2022 dan memberat di pagi hari
O : Pasien Nampak lemas dan kesulitas bernapas
GCS 456
Tingkat kesadaran Composmentis
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36⁰ C
Nadi : 110 x/ menit
Respirasi : 28 x/ menit
Terdengar wheezing
Sputum tidak bisa keluar
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : akan dilakukan Intervensi

Tanggal Jam No. Catatan Perkembangan setelah dilakukan TTD


Dx intervensi
13 juni 13.40 1 S : Pasien mengatakan akan melakukan aktivitas
2022 yang diajarkan oleh perawat sesuai dengan
kemampuannya
O : - Pasien nampak mengikuti anjuran perawat
- Pasien mampu bernapas secara efektif
- Pasien mampu batuk secara efektif
- Pasien mampu mengeluarkan sputum
- Sudah tidak terdengar wheezing
- Keadaan umum cukup
- GCS 456
- Tingkat kesadaran composmentis
- TD : 110/70 mmHg
- Suhu : 36⁰ C
- Nadi : 110 x/ menit
- Respirasi : 24 x/ menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Pada An. D dengan asma bronchial di ruang
UGD RSNU jombang, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Data hasil pengkajian fisik yang diperoleh adalah kesadaran pasien composmentis,
keadaan umum pasien :cukup, pasien mengeluh sesak napas sejak malam dan
memberat di pagi hari, nyeri perut bagian atas.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada asma bronchiale adalah
bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan
3. Intervensi
Intervensi yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosa yang ada dan semuanya
dapat dilaksanakan. Hal ini antara lain karena dukungan dari keluarga, perawat
rungan dan pembimbing.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan penulis dan
intervensi yang telah disusun baik tindakan keperawatan mandiri maupun kolaborasi.
5. Evaluasi
Pada evaluasi keperawatan semua masalah keperawatan yang diangkat pada kasus
telah teratasi dan akan dihentikan
3.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
a. Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan yang
baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
b. Bagi Penulis
Penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien asma bronkhiale pada anak yang lebih berkualitas
c. Bagi Rumah Sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan rumah sakit khususnya RSNU
Jombang dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama
yang baik antara tim kesehatan dan pasien serta keluarga yang ditujukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan
pasien asma bronkhiale pada anak khususnya diharapkan rumah sakit mampu
menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio
Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit
Dalam, FKUI/RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I.  Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai