OLEH :
NAMA : NANDO WIDYAS UTOMO
NIM : 01.2.19.00698
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 01.2.19.00698
TINJAUAN TEORI
1.1.3 Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2012)
1.1.4 Manifestasi klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya
pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (SDKI,
2016).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman
nafas (SDKI, 2016).
1.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
1. Faktor fisiologis
a. Penurunan kapasitas membawa oksigen
b. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi
2. Faktor perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan
jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-
kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap
diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada
lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas. Tahap
perkembangan klien dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi
jaringan: Bayi Prematur, Bayi dan Todler, Anak usia sekolah dan remaja, Dewasa
muda dan dewasa pertengahan dan Lansia.
3. Faktor lingkungan
4. Gaya hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan
dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi
penyakitparu.
5. Status kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi
penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya
pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem
pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu
contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
6. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan
kedalaman pernapasan.
7. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengarhi pernapasan yaitu:
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.
8. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama
jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut
dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha
inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti
pada penderita asma.
9. Obstruksi jalan nafas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang
saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas
meliputi: hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda
asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila
individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan
napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas
ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan
yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara
mengorok selama inhalasi (inspirasi).
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
1. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung
terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond
miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan
keadekuatan aliran darah koroner.
3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ;
pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).
1.2 Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Dalam SDKI (2016) gangguan kebutuhan oksigenasi disebabkan oleh :
1. Fisiologis
a. Spasme jalan napas
b. Hipersekresi jalan napas
c. Disfungsi neuromuskuler
d. Benda asing dalam jalan napas
e. Adanya jalan napas buatan
f. Sekresi yang tertahan
g. Hiperplasia dinding jalan napas
h. Proses infeksi
i. Respon alergi
j. Efek agen farmakologia (mis. anastesi)
2. Situasional
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
c. Terpajan polutan
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
1. Ortopnea 1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
1. Dispena 1. Gelisah
2. Sulit bicara 2. Sianosis
3. Ortopnea 3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
1. Pusing 1. Sianosis
2. Penglihatan kabur 2. Diaforesis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal
(ceepat/lambat,
regular/irregular,
dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis.
pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun.
Subjektif Objektif
Subjektf Objektif
Mengi 1 2 3 4 5
Wheezing 1 2 3 4 5
Mekonium (pada 1 2 3 4 5
neonatus)
Dispnea 1 2 3 4 5
Ortopnea 1 2 3 4 5
Sulit bicara 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Membur Cukup Sedang Cukup Memb
uk Membu Membai aik
ruk k
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
SIKI
Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0149)
Manajemen jalan napas : Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan
napas.. (I. 01011)
Tindakan (Observasi) Tindakan (Teraupetik)
Monitor pola napas Pertahankan kepatenan jalan napas
(frekuensi, kedalaman, dengan head tilt dan chin-lift (jaw-
usaha napas) trust jika curiga trauma servikal)
Monitor bunyi napas Posisikan semi-Fowler atau Fowler
tambahan (mis. Berikan minum hangat
Gurgling, mengi, Lakukan fisioterpai dada, jika perlu
wheezing, ronkhi Lakukan penghisapan lender kurang
kering) dari 15 detik
Monitor sputum Lakukan hiperoksigenasi sebelum
(jumlah, warna, aroma) penghisap[an endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat
Tindakan (Edukasi) dengan forsep McGill
Berikan oksigen, jika perlu
Anjurkan asupan cairan
Tindakan (Kolaborasi)
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi Kolaborasi pemberian bronkodilator,
Ajarkan teknik batuk ekspektoran, mukolitik, jika perlu
efektif
Latihan batuk efektif : Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif untuk memebersihkan laring, trakea dan bronkiolus dari secret
atau benda asing dijalan napas. (I.01006)
Tindakan (Observasi) Tindakan (Teraupetik)
Identifikasi Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
kemampuan batuk Pasang perlak dan bengkok di
Monitor adanya retensi pangkuan pasien
sputum Buang secret pada tempat sputum
Monitor tanda dan
gejala infeksi saluran Tindakan (Kolaborasi)
napas
Kolaborasi pemberian mukolitik atau
Monitor input dan
ekspektoran, jika perlu
output cairan (mis.
Jumlah dan
karakteristik)
Tindakan (Edukasi)
Tindakan (Kolaborasi)
Kolaborasi pemberian bronchodilator,
jika perlu
1.2.4 Evaluasi
Jalan napas paten dan bersih
DAFTAR PUSTAKA
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER
Mubarak, W I dan Nurul Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori
dan Aplikasi dalam Praktik.Jakarta: EGC
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI
1. BIODATA
Nama : Ny. C
No. Reg/RM :-
Umur : 50 th
Status : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan :-
Alamat : Pesantren-Kediri
Diagnosa Medis : Asma Bronchial
Tanggal MRS : 6 Mei 2020
Tanggal Pengkajian : 6 Mei 2020
Golongan Darah :O
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan sesak disertai batuk, dahak sulit keluar.
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Keturunan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Meninggal
9. KONSEP DIRI
Identitas Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya harus dapat sehat supaya bisa beraktivitas lagi.
Citra Tubuh
Bagian tubuh tidak ada kecacatan
Peran
Sebagai ibu dan istri
Harga Diri
Hubungan pasien dengan keluarga, dan masyarakat baik.
d. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : dinding perut cekung dari dada, tidak ada lesi,
Auskultasi : terdengar bising usus dan peristaltik usus 15x/menit.
Perkusi : terdengar suara tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada penumpukan cairan.
MMT:
5 5
5 5
Keterangan:
5 : Kekuatan otot baik (normal)
4 : Ada gerakan, gravitasi full ROM, beban bertahan sebagian.
3 : Ada gerakan, gravitasi, ada gerakan full ROM, tidak bisa menahan
beban.
2 : Ada gerakan gravitasi, ada gerakan full ROM, bisa menahan beban.
1 : Ada kontraksi, tidak ada gerakan.
0 : Tidak ada kontraksi, meski diraba atau dipalpasi tidak ada gerakan
DATA GAYUT
KEMUNGKINAN
DATA OBYEKTIF MASALAH
PENYEBAB
DATA SUBYEKTIF
DS : Bersihan Jalan Adanya penumpukan
Pasien mengatakan sesak Napas Tidak Efektif secret pada jalan napas
disertai batuk, dahak sulit (D.0149)
keluar.
DO :
a. Pasien tampak lemah
b. Pernapasan cuping hidung
c. Terpasang O2 masker
NRBM 8 lpm
d. Pasien berbaring posisi
setengah duduk di tempat
tidur
e. Terdapat retraksi dinding
dada.
f. Terdapat suara tambahan
wheezing pada lapang paru
kanan dan kiri.
g. Leukosit 21.000 10^3/uI
h. Thorax AP (Kesan : Asma
Bronchial)
i. TTV :
Suhu Tubuh :
36,6 oC
Denyut Nadi :
100 x / mnt
Tekanan Darah:
130/80 mmHg
Pernafasan :
32 / mnt
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
O KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan O: Monitor tanda vital, frekuensi, irama, O: Takikardia, takipnea, dan perubahan Nando
efektif berhubungan dengan tindakan keperawatan kedalaman, dan upaya napas, pola napas TD terjadi dengan beratnya hipoksemia
adanya penumpukan secret selama 2 x 24 jam (seperti bradipnea, takipnea, dan asidosis.Monitor kemampuan batuk
pada jalan napas yang ditandai diharapkan jalan napas hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne- efektif
dengan pasien mengatakan paten dan bersih, dengan Stokes, Biot, ataksik)
sesak disertai batuk, dahak kriteria hasil : O: Monitor adanya produksi sputum O: Penumpukan sekret dapat menunjukkan
sulit keluar, pasien tampak 1. Keadaan umum baik, saturasi O2 dan memperlihatkan
lemah, pernapasan cuping imun meningkat tingkatan/kadar O2 dalam jaringan
hidung, terpasang O2 masker 2. TTV dalam batas T: Posisikan semi-Fowler atau Fowler T: Posisi yang tepat menyebabkan
NRBM 8 lpm, pasien normal berkurangnya tekanan diafragma ke atas
berbaring posisi setengah 3. Sekret cair sampai sehingga klien dapat bernafas dengan
duduk di tempat tidur, terdapat hilang leluasa.
retraksi dinding dada, terdapat T: Berikan minum hangat T: Pemasaukan tinggi cairan membantu
suara tambahan wheezing pada untuk mengencerkan sekret
lapang paru kanan dan kiri, T: Berikan oksigen T: Meningkatkan suplai O2,
leukosit 21.000 10^3/uI, thorax memaksimalkan bernapas, dan
AP (Kesan : Asma Bronchial) menurunkan kerja napas.
S: 36,6 oC, HR:100 x / mnt, E: Jelaskan tujuan dan prosedur batuk E: Supaya sekret menjadi mudah
TD: 130/80 mmHg, RR: 32 / efektif dikeluarkan
mnt C: Kolaborasi dalam pemberian terapi C: Memperbaiki fungsi ventilasi.
TINDAKAN KEPERAWATAN
N TANDA
NO. DX TGL / JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
O TANGAN
1 1 6 Mei 2020 Nando
08.00 Memonitor tanda vital, frekuensi,
irama, kedalaman, dan upaya
napas, pola napas
S : 36,6 oC
HR: 100 x / mnt
TD: 130/80 mmHg
RR: 32 / mnt
08.15 Memonitor adanya produksi
sputum
(Pasien mengatakan sesak disertai
batuk, dahak sulit keluar)
Memberikan posisi semi fowler
08.15 Memberikan O2 masker NRBM 8
lpm
08.20 Memberikan minuman hangat
09.00 Menjelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
(Mengnjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8
detik, menganjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga 3 kali,
menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3)
10.00 Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi
(N-Acetylsistein 2x200 mg, IV
Methylprednisolone 2 x 62,5 mg,
Nebulizer: Pulmicort 3x1,
Ventolin 3x1)
12.00 Memonitor tanda vital, frekuensi,
irama, kedalaman, dan upaya
napas, pola napas
S : 36,6 oC
HR: 90 x / mnt
TD: 120/80 mmHg
RR: 25 / mnt
12.15 Memonitor adanya produksi
sputum
(Pasien mengatakan sesak
berkurang disertai batuk, dahak
masih sulit keluar)
7 Mei 2020
08.00 Memonitor tanda vital, frekuensi,
irama, kedalaman, dan upaya
napas, pola napas
S : 36,6 oC
HR: 86 x / mnt
TD: 120/70 mmHg
RR: 23 / mnt
08.15 Memonitor adanya produksi
sputum
(Pasien mengatakan sesak
berkurang disertai batuk, dahak
masih sulit keluar)
08.15 Memberikan posisi semi fowler
Memberikan O2 masker NRBM 8
lpm
08.20 Memberikan minuman hangat
09.00 Menjelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
(Mengnjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8
detik, menganjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga 3 kali,
menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3)
10.00 Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi
(N-Acetylsistein 2x200 mg, IV
Methylprednisolone 2 x 62,5 mg,
Nebulizer: Pulmicort 3x1,
Ventolin 3x1)
12.00 Memonitor tanda vital, frekuensi,
irama, kedalaman, dan upaya
napas, pola napas
S : 36,8 oC
HR: 88 x / mnt
TD: 120/80 mmHg
RR: 18 / mnt
12.15 Memonitor adanya produksi
sputum
(Pasien mengatakan sesak
berkurang, batuk berkurang,
dahak bisa keluar)
CATATAN PERKEMBANGAN