Disusun Oleh:
Nim : S20094
Kelas : S20B
1. Definisi
1. Hiperventilasi
2. Hipoventilasi
Oksigenasi
ventilasi Transpotasi
Difusi
Inspirasi/ekspirasi
Adanya sumbatan
inadekuat
pada jalan nafas
Polanafas tidak
efektif
Obstruksi jalan
napas
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
4. Manifestasi Klinik
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
6) Trauma berat
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG)
a.Sinus takikardia
b. Sinus bradikardia
d. Aritmia ventrikel
e.Iskemia / infark
i. Mikrovoltase
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Pemeriksaan sputum
7. Komplikasi
2. Asidosis respiratorik
3. Penurunan dorongan hipoksik untuk bernafas
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : keluhan yang paling dirasakan
2) Riwayat Kesehatan : Mulai kapan nyeri, lokari, intensitas,
kualitas, gejala yang menyertai perjalanan nyeri dan
pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Skala nyeri yang
digunakan adalah 0-10.
3) Riwayat Penyakit terdahulu : pengalaman nyeri masa lalu
4) Riwayat penyakit keluarga : meliputi penyakit menular atau
menahun yang disebabkan oleh nyeri
5) Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas
nyeri, kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat
dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
a) P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat
atau ringannya nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan
nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
tahanan terhadap nyeri adalah alkohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau gasukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan
faktor yang dapat menurunkan tahanan terhadap nyeri
adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
tak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
b) (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul,
atau tersayat.
Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka
potong kecil atau laserasi, dan lain-lain. Sensasi
tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain. Anjurkan
pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui ; nyeri
kepala : ada yang membentur.
c) R (Region), daerah perjalanan nyeri.
Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk
menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman.
Untuk melokalisasi nyeri dengan baik dengan lebih
spesifik, perawat kemudian meminta klien untuk
melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal
ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difusi (nyeri
menyebar kesegala arah), meliputi beberapa tempat
atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
d) S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien
seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai
yang ringan, sedang atau parah. Namun makna istilah-
istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu
ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
e) T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau
frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan
awitan, durasi dan rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai
dirasakan? Sudah berapa lama nyeri yang dirasakan?
Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang
sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali
kambuh
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas,
makan, minum, eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur,
kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman,
sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur
tubuh, warna kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan
respirasi.
2) Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai
ekstremitas bawah.
a) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa,
penampilan umum, keadekuatan sirkulasi sitemik, pola
pernapasan, gerakan dinding dada.
b) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau
aksila dan jaringan payudara, sirkulasi perifer, adanya
nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian
kapiler.
c) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-
paru, atau kerja diafragma.
d) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur,
serta bunyi gesekan, atau suara napas tambahan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d baktuk yang tidak
efektif(D.0001)
2) Hipertemi b.d suhu di atas normal(D.0130)
3. Perencanaan keperawatan:
Intervensi (SIKI)
NO Diagnosa Tujuan (SLKI)
DX Keperawatan(S
DKI)
Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk
1
napas tidak tindakan keperawatan Efektif (I.01006)
efektif b.d selama 3x 24 jam
batuk yang diharapkan pernapasan Observasi:
tidak efektif akan meningkat dengan 1. Identifikasi
(D.0001) kriteria hasil: kemampuan
Bersihan Jalan batuk
Nafas(L.01001) 2. Monitor
1. Batuk efektif adanya retensi
meningkat(5) sputum
2. Produksi 3. Monitor tanda
sputum dan gejala
meningkat(1) infeksi saluran
3. Mengi napas
meningkat(1)
4. Wheezing Terapeutik:
meningkat(1) 1. Atur posisi
5. Gelisah semi-Fowler
meningkat(1) atau Fowler
2. Pasang perlak
dan bengkok
di pangkuan
pasien
3. Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi:
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan tarik
napas dalam
melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mencucu
(dibulatkan)
selama 8 detik
3. Anjurkan
mengulangi tarik
napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung
setelah tarik
napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran,
jika perlu
Terapeutik:
1. Sediakan
lingkungan
yang
dingin
2. Longgarka
n atau
lepaskan
pakaian
3. Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
4. Berikan cairan
oral
5. Ganti linen
setiap hari
atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat
berlebih)
6. Lakukan
pendingi
nan
eksternal
(mis.
selimut
hipoterm
ia atau
kompre
dingin
pada
dahi,lehe
r,dada,ab
domen,a
ksila)
7. Hindari
pemberian
antipiretik
atau
aspirin
8. Batasi
oksigen,
jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan
tirah
baring
Kolaborasi:
Kolaborasi cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
4 . Evaluasi Keperawatan
Menurut Muttaqin dan Arif ( 2014 ), evaluasi didefenisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien
yang tampil.
Tujuan evaluasi antara lain :