Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTIHAN DASAR OKSIGENANSI

Dosen Pembimbing : Ns.Wahyu Rima Agustin , M.Kep.

Disusun Oleh:

Nama : Alfiana Ardianti Ika Saftri

Nim : S20094

Kelas : S20B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

A. KONSEP GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR

1. Definisi

Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang


diperlukan dalam proses kehidupan karena oksigen sangat
berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka
akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila
berlangsung lama akan menyebabkan kematian Proses
pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan
dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan,
pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi
masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ
pernafasan agar berfungsi secara normal (Aryani, 2013)
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang
dibutuhkan oleh tubuh bersama dengan unsur lain seperti
hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur yang
diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak,
membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan
sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat
banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Aryani, 2013)
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru
terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel
radang kedalam dinding alveoli dan ronggainterstisium.
pneumonia adalah proses inflamasi, yang melibatkan parenkim
paru (Jaypee, 2012)
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2)
ke dalam sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika.
Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara
bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses
pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang
dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan
oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan
untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Aryani,
2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme
tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai
aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhanoksigenasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
fisiologi,perkembangan perilaku,dan lingkungan(Aryani,2013)
2. Etiologi

Etiologi menurut Roudelph. (2012),tanda dan gejala:

1. Hiperventilasi

2. Hipoventilasi

3. Deformitas tulang dan dinding dada,

4. Nyeri,cemas, penurunan energy/kelelahan,

5. Kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,


kerusakan kognitif / persepsi,

6. Obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis

7. kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane


kapiler-alveoli.
3. Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi


dan trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah
oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan
nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran
mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan
pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga
dapat mempengaruhi pertukaran gas (Bennete, 2013).
Pathway
Pernapasan
(Nurlitasari 2021)

Oksigenasi

ventilasi Transpotasi
Difusi

Inspirasi/ekspirasi
Adanya sumbatan
inadekuat
pada jalan nafas

Polanafas tidak
efektif
Obstruksi jalan
napas

Bersihan jalan
nafas tidak efektif
4. Manifestasi Klinik

Adanya penurunan tekanan inspirasi atau ekspirasi


menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi
permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas,
pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh
menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anteriorposterior, frekuensi
nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan
oksigenasi (PPNI. 2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas
yaitu takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas,
hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna kulit
abnormal (pucat. kechitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia,
sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan
kedalaman nafas (PPNI, 2011).
5. Penatalaksanaan

Menurut Deswani (2011), terapi oksigen adalah tindakan


pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui
atmosfir atau FiO2 > 21%. Tujuan terapi oksigen adalah
mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja
napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 >
60% mmHg atau SaO2 > 90%. Indikasi pemberian oksigen
dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas

2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas

3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas

5) Menurunnya kerja miokard

6) Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan


beberapa metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen
(pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk
efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Deswani,
2011).

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG)

a.Sinus takikardia

b. Sinus bradikardia

c.Atrial takikardia / futer / fibrilasi

d. Aritmia ventrikel

e.Iskemia / infark

f. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan


kelainan segmen ST menunjukkan penyakit jantung
iskemik
g. Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik
menunjukkanstenosis aorta dan penyakit jantung
hipertensi
h. Blok atrioventikular

i. Mikrovoltase

j. Left bunddle branch block (LBBB) kelainan segmen


ST/T menunjukkan disfungsi ventrikel kiri kronis
k. Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan
hipertrofi kanan menunjukkan disfungsi ventrikel kanan.
b. Rontgen Toraks

Foto rontgen toraks posterior-anterior dapat menunjukkan


adanya hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali.
Bukti yang menunjukkan adanya peningkatan tekanan vena
paru adalah adanya diversi aliran darah ke daerah atas dan
adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi


pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, dan pemeriksaan
darah lengkap.

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia,


2015).

d. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan


ditemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat
di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak
sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan
kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif
maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan
ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA negatif

7. Komplikasi

Terdapat banyak masalah yang berhubungan dengangangguan


oksigenasi, adalah:
1. Retensi karbondioksida

2. Asidosis respiratorik
3. Penurunan dorongan hipoksik untuk bernafas

4. Kekeringan mukosa dan disfungsi mukosiliar

5. Dehidrasi akibat sekresi respirasi dan retensi sputum

Komplikasi Pneumonia menurut Herdman (2015) yaitu :

4. Selang dada terdorong ke luar (tension pneumotoraks)

5. Udara di dalam rongga pleura tidak mengalir


B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Pasien :nama,jenis kelamin,alamat,umur,agama,status
perkawinan,pendidikan,pekerjaan
2) Penanggung
jawab:nama,jeniskelamin,umur,pendidikan,pekerjaan,alam
at,hubungan klien

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : keluhan yang paling dirasakan
2) Riwayat Kesehatan : Mulai kapan nyeri, lokari, intensitas,
kualitas, gejala yang menyertai perjalanan nyeri dan
pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Skala nyeri yang
digunakan adalah 0-10.
3) Riwayat Penyakit terdahulu : pengalaman nyeri masa lalu
4) Riwayat penyakit keluarga : meliputi penyakit menular atau
menahun yang disebabkan oleh nyeri
5) Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas
nyeri, kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat
dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
a) P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat
atau ringannya nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan
nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
tahanan terhadap nyeri adalah alkohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau gasukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan
faktor yang dapat menurunkan tahanan terhadap nyeri
adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
tak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
b) (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul,
atau tersayat.
Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka
potong kecil atau laserasi, dan lain-lain. Sensasi
tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain. Anjurkan
pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui ; nyeri
kepala : ada yang membentur.
c) R (Region), daerah perjalanan nyeri.
Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk
menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman.
Untuk melokalisasi nyeri dengan baik dengan lebih
spesifik, perawat kemudian meminta klien untuk
melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal
ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difusi (nyeri
menyebar kesegala arah), meliputi beberapa tempat
atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
d) S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien
seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai
yang ringan, sedang atau parah. Namun makna istilah-
istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu
ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
e) T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau
frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan
awitan, durasi dan rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai
dirasakan? Sudah berapa lama nyeri yang dirasakan?
Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang
sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali
kambuh
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas,
makan, minum, eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur,
kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman,
sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur
tubuh, warna kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan
respirasi.
2) Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai
ekstremitas bawah.
a) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa,
penampilan umum, keadekuatan sirkulasi sitemik, pola
pernapasan, gerakan dinding dada.
b) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau
aksila dan jaringan payudara, sirkulasi perifer, adanya
nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian
kapiler.
c) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-
paru, atau kerja diafragma.
d) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur,
serta bunyi gesekan, atau suara napas tambahan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d baktuk yang tidak
efektif(D.0001)
2) Hipertemi b.d suhu di atas normal(D.0130)
3. Perencanaan keperawatan:
Intervensi (SIKI)
NO Diagnosa Tujuan (SLKI)
DX Keperawatan(S
DKI)
Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk
1
napas tidak tindakan keperawatan Efektif (I.01006)
efektif b.d selama 3x 24 jam
batuk yang diharapkan pernapasan Observasi:
tidak efektif akan meningkat dengan 1. Identifikasi
(D.0001) kriteria hasil: kemampuan
Bersihan Jalan batuk
Nafas(L.01001) 2. Monitor
1. Batuk efektif adanya retensi
meningkat(5) sputum
2. Produksi 3. Monitor tanda
sputum dan gejala
meningkat(1) infeksi saluran
3. Mengi napas
meningkat(1)
4. Wheezing Terapeutik:
meningkat(1) 1. Atur posisi
5. Gelisah semi-Fowler
meningkat(1) atau Fowler
2. Pasang perlak
dan bengkok
di pangkuan
pasien
3. Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi:
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan tarik
napas dalam
melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mencucu
(dibulatkan)
selama 8 detik
3. Anjurkan
mengulangi tarik
napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung
setelah tarik
napas dalam
yang ke-3

Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran,
jika perlu

Hipertemi b.d Setelah dilakukan Manajemen


2
suhu diatas tindakan keperawatan Hipertermia
normal selama 3x24 jam (I.15506)
(D.0130) diharapkan pernapasan
akan meningkat dengan Observasi:
kriteria hasil: 1. Identifkasi
(Termoregulasi penyebab
L.14134) hipertermi (mis.
1. Suhu tubuh dehidrasi
membaik (5) terpapar
2. Suhu kulit lingkungan
membaik(5) panas
3. Kadar glukosa penggunaan
darah membaik(5) incubator)
4. Pengisian kapiler 2. Monitor suhu
membaik(5) tubuh
5. Ventilasi membaik 3. Monitor
(5) kadar
6. Tekanan darah elektroli
membaik(5) t
4. Monitor
haluaran
urine

Terapeutik:
1. Sediakan
lingkungan
yang
dingin
2. Longgarka
n atau
lepaskan
pakaian
3. Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
4. Berikan cairan
oral
5. Ganti linen
setiap hari
atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat
berlebih)
6. Lakukan
pendingi
nan
eksternal
(mis.
selimut
hipoterm
ia atau
kompre
dingin
pada
dahi,lehe
r,dada,ab
domen,a
ksila)
7. Hindari
pemberian
antipiretik
atau
aspirin
8. Batasi
oksigen,
jika perlu

Edukasi:
1. Anjurkan
tirah
baring

Kolaborasi:
Kolaborasi cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu

4 . Evaluasi Keperawatan
Menurut Muttaqin dan Arif ( 2014 ), evaluasi didefenisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien
yang tampil.
Tujuan evaluasi antara lain :

• Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.

• Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari


tindakan keperawatan yang telah diberikan.
• Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
• Mendapatkan umpan balik
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika

Aryani. (2013). Prosedur Kebutuhan Oksigenasi. Jakarta :


C.V. Trans Info Media Bennete. (2013). Buku Saku
Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. (2012). Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Deswani. (2011). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta:


Salemba Medika Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2011). Sistem
Oksigenasi. Jakarta: Salemba Medika Potter, A & Perry, A. (2012). Buku
ajar fundamental keperawatan, vol.2, edisi keempat. Jakarta: EGC

Herdman (2015). Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2016,


Edisi 10. Jakarta: EGC Jaypee. (2012). IAP Textbook of
Pediatrics. Thrids Edition. India: Medical Publhishers Roudelph.
(2012). Buku Pediatrik Rubolph. Edisi 20. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai