Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


DI RUANG Ali BIN ABU THALIB
RUMAH SAKIT ISLAM PURWODADI

OLEH :
ROMADHONA SITI NUR ROFIAH
2001033

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
UNIVERSITRAS AN-NUUR PURWODADI
TA 2021/2022
I. KONSEP DASAR PEMENUHAN OKSIGENASI
A. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan utama bagi manusia dan penting untuk
kelangsungan hidup (Fundamental of Nursing, 2010).
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh (Andarmoyo,sulistyo, 2012).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin
Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara
optimal. Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan
transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan
mengurangi stress pada miokardium (Potter & Perry, 2012).
B. Fungsi Fisiologis
1. Anatomi Pernapasan
a. Hidung
Organ ini berfungsi sebagai saluran udara dan penyaring udara
karena terdapat bulu-bulu di restibulum.
b. Faring atau tenggorok
Merupakan struktur sperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletak dalam langit-
langit nasofaring . Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiration dan digestif  (Brunner & Suddarth. 2002).
c. Laring
Adalah pangkal tenggorok yang merupakan jalinan tulang rawan
yang dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum.
Fungsi laring adalah melembabkan dan menyaring udara sebelum
bergerak ke dalam trakea.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring sebanyak 16-20 cincin dan panjang
9-11 cm, dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitalium dan sel
cangkir yang berfungsi mengeluarkan debu atau benda asing lainnya.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebratorakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan
trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan
ke bawah ke arah tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai
cabang 2, kiri dan kanan yang dibatasi oleh garis pembatas.
f. Pulmo (Paru-paru)
Merupakan salah satu organ pernapasan yang berada di dalam
kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua
paru sangat lunak, elastis, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya
ringan dan terapung di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan
berbintik-bintik karena partikel-partikel debu yang masuk termakan oleh
fagosit. Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara
udara atmosfer dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru
ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi
ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan
mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi) ( Syafudin,
2011).
2. Proses Fisiologis
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO² dari kapiler ke alveoli.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi fisiologis
Faktor fisiologis menurutA. Aziz Alimul H. 2010 :
a. Menurunnya kapalitas pembawa O2 (Hb).
b. Menurunnya kosentrasi O2 saat inspirasi.
c. Hypovolemi.
d. Meningkatkan laju metabolik.
e. Meningkatnya pergerakan dada.
C. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Jenis- Jenis Gangguan A.Aziz alimul H. 2010 yaitu:
a) Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
tubuh akibat defisiensi oksigen.
b) Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit
karena paru-paru terjadi emboli.
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang
terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah
peningkatan O2 dalam paru-paru.
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan
cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam
penggunaan O2.
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran nafas
c) Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif.
Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat
infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
d) Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vascular.
2. Tanda gejala
Tanda gejala yang mungkin muncul karena gangguan oksigenasi menurut
Perry Potter 2001 yakni :
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Kejang
d. Sakit kepala
e. Kelelahan
f. Cemas
g. Penurunan tingkat kesadaran
3. Penyebap gangguan pemenuhan pemenuhan oksigenasi
a. Bakteri
b. Firus
c. Alergi
d. Kemasukan benda asing
4. Penyebab gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia
Penyebab gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah
penyumbatan misalnya inflamasi kebutuhan jalan nafas. Penyempitan rongga
nafas dan kerusakan jalan nafas yang disebapkan oleh:
1) Bakteri
2) Firus
3) Alergi
4) Kemasukan benda asing.
A. Penatalaksanaan (Hidayat 2010)

Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1) Penatalaksanaan medis
a. Pemantauan Hemodinamika
b. Pengobatan bronkodilator
c. Melakukan tindakan nebulizer, kanul nasal, masker untuk membantu
pemberian oksigen jika diperlukan.
d. Fisoterapi dada
2) Penatalaksanaan keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Pengisafan lendir
4) Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian (Tarwoto & Wartonah 2012)


1. Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab. Berisi nama, umur,
alamat, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang: keluhan yang dirasakan oleh pasien sesuai dengan
gejala-gejala yang ada.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu: riwayat yang pernah dialami pasien dahulu.
c. Riwayat kesehatan Keluarga: Informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk
penyakit kronik (menahun/terus-menerus), seperti diabetes millitus dan jatung,
infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis.
3. Riwayat Keperawatan
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen, dll.
4. Faktor yang berhubungan
Meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kardiovaskular ( Tekanan darah dan bunyi jantung)
b. Sistem neurologi
c. Sistem gastrointestinel
d. Sistem pengelihatan
e. Sistem integumen (status turgor kulit udema)
B. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif
C. Intervensi Keperawatan (SDKI )

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


1 Pola nafas tidak efektif (D.0005) SLKI (L.01004) SIKI (I.01012)
Penyebab : Respirasi : Respirasi :
a. depresi pusat pernafasan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
b. hambatan upaya nafas keperawatan 2x24jm, maka 1. Observasi
c. deformitas dinding dada pola nafas tidak efektif a. Monitor pola nafas (frekuensi,
d. deformitas tulang dada meningkat dengan kriteria kedalaman, usaha nafas)
e. gangguan neoromuscular hasil : b. Monitor bunyi nafas tambahan
f. gangguan neurologis a. Penggunaan otot bantu (gurgling, mengi, wheezhing,
g. penurunan energy nafas menurun ronkhi)
h. obesitas b. Dispnea menurun 2. Terapeutik
i. posisi tubuh yang menghambat c. Pemanjangan fase a. Posisikan semi fowller
ekspansi paru ekspirasi menurun b. Berikan menuman hangat
j. sindrom hipoventilasi d. Frekuensi nafas c. Berikan oksigen
k. kerusakan inervasi diagfrahma membaik 3. Edukasi
l. cedera pada medulla spinalis e. Kedalaman nafas a. Anjurkan asupan cairan 200ml/
m. efek agen farmakologis membaik hari, jika tidak kontraindikasi
n. kecemasan b. Ajarkan teknik batuk efektif
gejala dan tanda mayor subjektif : 4. Kolaborasi
dyspnea Kolaborasi pemberian bronkodilator,
obyektif : ekspektoran, mukolitik, jika perlu
a. penggunaan otot bantu
pernafasan Pemantauan respirasi
b. fase ekspirasi memanjang 1. Observasi
c. pola upnormal a. Monitor frekusnsi, irama,
gejala dan tanda minor sujektif : kedalaman, dan upaya nafas
ortopnea b. Monitor pola nafas (seperti
obyektif bradipnea, takipnea,
a. pernafasan purset lips hiperventilasi, kusmaul,
b. pernafasan cuping hidung cheyne-strokes, ataksisk)
c. diameter thorax anterior c. Monitor saturasi oksigen
poterior meningkat. d. Auskulasi bunyi nafas
d. Ventilasi semenit menurun e. Palpasi kesimetrisan ekspansi
e. Kapasitas vital menurun paru
f. Tekanan ekspirasi menurun f. Monitor nilai AGD
g. Tekanan inspirasi menurun g. Monitor hasil x-ray thorax
h. Ekspursi dada berubah 2. Terapeutik
Konsisi klinis terkait : a. Atur interval pemantauan
a. Depresi sistem syaraf pusat respirasi sesuai kondisi pasien
b. Cedera kepala b. Dokumentasikan hasil
c. Trauma thorax pemantauan
d. Gullian bare sydrome 3. Edukasi
e. Multiple sclerosis a. Jelaskan tujuan dan prosedur
f. Myasthenia gravis pemantauan
g. Stroke b. Informasikan hasil pemantauan,
h. Kuadridlegia jika perlu
i. Intoksikasi alcohol

2 Bersihan jalan nafas tidak efektif SLKI (L.01001) SIKI (I.01006)


(D.0001) Respirasi Respirasi :
Penyebab Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif
Fisiologis keperawatan 2x24jm, maka 1. Observasi
a. Spasme jalan nafas bersihan jalan nafas a. Indentifikasin kemampuan
b. Hipersekresi jalan nafas meningkat dengan kriteria batuk
c. Disfungsi neuromuscular hasil : b. Monitor adanya retensi sputum
d. Benda asing dalam jalan nafas a. Batuk efektif c. Monitor tanda dan gejala
e. Adanya jalan nafas buatan meningkat infeksi
f. Sekresi yang bertahan b. Mengi menurun d. Monitor input dan output cairan
g. Hyperplasia dinding jalan nafas c. Wheezing menurun 2. Terapeutik
h. Proses infeksi d. Meconium (pada a. Atur posisi semi fowler
i. Respon alergi nconates) menurun b. Buang spett pada tempat
j. Efek agen farmakologis e. Frekuensi nafas sputum
Situasional membaik 3. Edukasi
a. Merokok aktif f. Pola nafas membaik Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
b. Merokok pasif efektif
c. Terpajan polutan 4. Kolaborasi
Gejala dan mayor Kolaborasi pemberian mukolitik atau
Subjektif (tidak tersedia) espektoran
Objektif
a. Batuk tidak efektif Manajemen jalan nafas
b. Tidak mampu batuk 1. Observasi
c. Sputum berlebih a. Monitor pola nafas
d. Menggi, wheezing atau ronkhi b. Monitor bunyi nafas tambahan
kering
2. Terapeutik
a. Atur posisi semi fowler
b. Berikan minuman hangat
c. Berikan oksigen
3. Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan
200ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Pemantauan respirasi
1. Observasi
a. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya nafas
b. Monitor pola nafas
c. Monitor saturasi oksigen
d. Auskultasi bunyi nafas
e. Palpasi kesimetrisan ekpansi paru
f. Monitor nilai AGD
g. Monitor hasil x-ray thorax
2. Terapeutik
a. Atur interfal pemantuan respirasi
sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
D. Evaluasi keperawatan menurut (Hidayat 2012)
Evaluasi terhadap masalah kebutuan oksigenasi secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan menurut (Hidayat 2012):
1. Mempertahankan jalan nafas secara efektif yang ditunjukkan dengan cra adanya
kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak adanya sumbatan, frekuensi,
irama, kedalaman napas normal, serta tidak adanya tanda hipoksia.
2. Mempertahankan pola napas yang efektif yang ditunjukan dengan adanya
kemampuan untuk bernapas, rekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, tidak
ditemukan aadanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru berkembang dengan baik.
3. Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya
kemampuan untuk bernapas secara efektif, tidak ditemukan dispenea pada usaha
napas, inspirasi dan ekspirasi dalam batas normal, serta saturasi oksigen dan pco2
dalam keadaan normal.
4. Meningkatkkan ferpusi jaringan dengan adanya kemampuan pengisian kapiler,
frekuensi, irama kekuatan nadi dalam batas normal, dari status hidrasi normal.
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2010. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Nanda International (2013). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2015. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nanda International (2017). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC
Hidayat, A. A.(2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: EGC.

Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction

Anda mungkin juga menyukai