Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KEBUTUHAN OKSIGEN

DI RUANGAN CEMARA II RSUD TORABELO


KABUPATEN SIGI

DISUSUN OLEH :
NI MADE SUMIARTINI
NIM: 2022032027

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns.Putu Alit Yatika, S.Kep Ns. Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep., M.Kep
NIP: 200031005 NIK: 20120901025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Kebutuhan Dasar


1. Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel.Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi
penambahan O2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup berbahaya terhadap aktifitas sel.
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dari proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap
kali bernapas.
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses
metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal
yang sangat berbahaya bagitubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya,
berbagai upaya perludilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan
oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya
pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh
karena itu setiap perawat harus paham dengan  manisfestasi tingkat
pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah
yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.

2. Anatomi
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk
melakukan respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi
adalah untuk memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen dalam jumlah
yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida (Peate and
Nair, 2011).
Gambar Organ respirasi tampak depan (Tortora dan Derrickson, 2014)
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem
pernafasan bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan
laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan
paru-paru (Peate and Nair, 2011).
3. Fisiologi
Stuktur Sistem Pernafasan
a. Sistem Pernafasan Atas
Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring. Pada
hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan,  humidifikasi, dan
penghangatan.
1) Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan
makanan. Faring terdiri atas nasofaring, orofaring dan
laryngopharynk yang  kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi
menangkap dan dan menghancurkan kuman dan pathogen yang
masuk bersama udara.
2) Laring merupakan struktur yang menyerupai tulang rawan yang
bisa disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara,
laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi
jalannafas bagian bawah dari air dan makanan yang masuk.
b. Sistem Pernafasan Bawah
c. Sistem pernafasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang
dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru
dan pleura.
1) Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin
kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus
utama anatara kanan dan kiri.
2) Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. masing-
masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan
paru kiri 2 lobus) dan dipasah oleh satu bronkus. Jaringan-jaringan
paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan nafas yang bercabang-
cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat
elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung
yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi torakal dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi
permukaan luar paru.
4. Perubahan fungsi
a. Hiperventilasi 
      Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-
paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan,
keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda
hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus. 
b. Hipoventilasi
      Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak  adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda dan
gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit. 
c. Hipoksia 
      Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2
yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan
gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok,
berkurangnya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda
Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak
nafas.
5. Pemeriksaan fisik
a. Mata
1) konjungtiva pucat (karena anemia)
2) konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3) konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
3) Edema
4) Edema periorbital
c. Hidung
Pernafasan dengan cuping hidung
d. Vena leher
Adanya distensi atau bendungan
e. Dada
1) retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas
pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2) pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernapasan)
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5) Cara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)

f. Pola Pernafasan
1) pernapasan normal(eupnea)
2) pernapasan cepat (tachypnea
3) pernapasan lambat (bradypnea)
6. Pemeriksaan diagnostic
a. EKG
b. Echocardiography
c. Kateterisasi jantung
d. Angiografi
7. Tindakan penanganan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Kaji adanya suara tambahan
3) Suction
4) Terapi O2
B. Konsep Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan ,
adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan oksigen.
b. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi
karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi,
mengalami kelemahan otot pernafasan.
c. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi),
perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
d. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi  seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan
oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki
peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
e. Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.
f. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien
terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan
pasien.
g. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan,
situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri
(gemuk/ kurus).
h. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.
i. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
j. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke oksigenasi.
k. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya
pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
b. Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
c. Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran: kesadaran menurun
b. TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c.  Head to toe
 Pemeriksaan penunjang

C. Diagnosa keperawatan (Nanda Noc, Nic 2021-2023)


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Ketidakefektifan pola nafas
N Diagnosa
NOC NIC Rasional
O Keperawatan

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC: Airway suctioning


bersihan jalan 1. Tentukan kebutuhan suction oral dan atau tracheal
keparawatan selama 3x24 1.mengetahui kebutuhan
napas 2. Auskultasi suara nafas sesudah dan sebelum
jam diharapkan melakukansuction suction oralpada pasien
ketidakefektifan jalan nafas 3. Informasikan kepada klien dan keluarga 2.untuk mengetahui suara
dapat teratasi dengan tentang suction nafas pasien
4. Pasang nasal kanul selama dilakukan suction
kriteria hasil: 5. Monitor status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan 3.agar keluarga atau pasien
1. Tidak ada batuk SvO2) dan status hemodinamik (tingkat MAP [mean mengerti dan tahu tentang
2. Suara nafas arterial pressure] dan irama jantung) segera sebelum, suction
tambahan selama dan setelah suction
4.untuk mengatui keadaan
3. Perubahan frekuensi 6. Perhatikan tipe dan jumlah sekresi yang dikumpulkan
napas paasien
4. Perubahan irama 5.agar tidak terdapat secret
pernafasan
pada trenggorokan pasien
5. Sianosis
6. Kesulitan berbicara 6.untuk mengetahui jumlah
7. Penurunan bunyi secret yang dikumpulkan
napas
oleh pasien.
8. Dispnea
9. Sputum dalam
jumlah berlebihan
10. Batuk yang tidak
efektif
11. Ortopnea
12. Gelisah

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Airway management


pertukaran gas keperawatan …x… jam, a. Posisikan klien untuk memaksimalkan potensi
1. Agar pasien tidak
status respiratori: ventilasinya.
pertukaran gas dengan b. Identifikasi kebutuhan klien akan insersi jalan terlalu sesak
indikator:
nafas baik aktual maupun potensial. 2. Agar kebutuhan
1.      Status mental dalam batas
normal (5) c. Lakukan terapi fisik dada oksigen pasien
2.      Dapat melakukan napas d. Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan
atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi terpenuhi
dalam (5)
3.      Tidak terlihat sianosis (5) tambahan 3. Untuk mengetahui
4.      Tidak mengalami somnolen e. Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sesuai suara nafas pasien
(4) kebutuhan
5.      PaO2 dalam rentang 4. Untuk mengetahui
normal (4)
keadaan pasien
6.      pH arteri normal (4)
7.      ventilasi-perfusi dalam
kondisi seimbang (4)

3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC: Respiratory monitoring


a. Monitor rata-rata, irama, kedalaman dan usaha
pola nafas keperawatan selama ..x… 1 Untukmentehui irama
respirasi
diharapkan status nutrisi b. Perhatikan pergerakan dada, amati kesemetrisan, dan suara nafas pasien
klien baik dengan kriteria penggunaan otot-otot aksesoris, dan retraksi otot 2 Untuk mengetahui
hasil: supraklavikuler dan intercostal
c. Monitor pola pernafasan: bradipneu, takipneu,
1. Respiratory Rate (5) hiperventilasi, respirasiKussmaul, pergerakan dada pasien
2. Ekspansi dinding respirasi Cheyne-Stokes 3 Untuk mengetahui pola
d. Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat,
dada simetris (5) pernafasan pada pasien
kecemasan, dan haus udara, perhatikan perubahan
3. Mampu melakukan pada SaO2, SvO2, CO2 akhir-tidal, dan nilai gas 4 untuk mengetahui
inspirasi dalam (5) darah arteri (AGD), dengan tepat tingkat kecemasan pada
e. Monitor kualitas dari nadi
4. Tidak mengalami pasien
f. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.
dispnea (5) 5 untk mnegatahui
5. Tidak mengalami kualitas nadai pada
ortopnea (5) pasien
6. Auskultasi bunyi 6 untuk mengatahui
nafas dalam rentang keadaan pasien.
normal (5)
DAFTAR PUSTAKA

Butcher, Howard K. Et al. 2021. Nursing Interventions Classification (NIC). Ed 7.


Jakarta. Elsevier

Herdman, T. Hether. 2020. Dignosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2021-2023.


Ed 12. Jakarta. EGC

Khaira, Fathmi. (2018). ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Hemoragik
Di Bangsal Saraf RSUP Dr M. Djamil Padang’. Karya Tulis Ilimiah, Prodi D-III
Keperawatan. Padang : Poltekkes Kemenkes RI Padang.

Moorhead, Sue. Et al. 2021. Nursing Outcome Classification (NOC). Ed 6. Jakarta.


Elsevier.

Munir, B. 2015. NEUROLOGI DASAR. 1 ed. Jakarta: CV Sagung Seto.


Nugraha, Alan Yudha. (2018). ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke
Hemoragik Di Ruang Rawat Inap Syaraf RSUP Dr.M.Djamil Padang’. Karya
Tulis Ilimiah, Prodi D-III Keperawatan. Padang : Poltekkes Kemenkes RI
Padang.

Perdana, W. H. 2017. Asuhan Keperawatan Ny. S Di Ruang Teratai RSUD


Banyumas.Skripsi. Purwokerto: Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

Pudiastuti, R. Dewi. (2015). ‘Penyakit Pemicu Stroke’ Yogyakarta : Nuha Medika


Rahmayanti, Destia. (2019). ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke
Hemoragik Di Ruang Rawat Inap Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang’. Karya
Tulis Ilimiah, Prodi D-III Keperawatan. Padang : Poltekkes Kemenkes RI
Padang.

Wati, Eno Apriliya. (2019). ‘Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragik Pada Ny. B dan
Ny. M Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang
Melati RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2019’. Study Literatur, Prodi D-III
Keperawatan. Lumajang : Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai