MANAJEMEN KEBIDANAN
NIM:PO7124122073
KELAS: 1B
A. PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP
PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI
a. Responden 1 Ranting Kotatip Puskesmas Cilacap Utara 2 Bidan Praktik Mandiri dalam
melaksanakan dokumentasi asuhan kebidanan tidak menggunakan SOAP seperti yang
dilaksanakan di Rumah Sakit. Di bidan hanya menggunakan catatan dalam bentuk naratif
meliputi hasil pemeriksaaan fisik pasien dan untuk catatan perkembangan pasien tidak
dicantumkan dalam dokumentasi tetapi dilaksanakan oleh bidan seperti untuk pasien yang akan
bersalin sebelum pembukaan lengkap harus makan dan minum agar memiliki tenaga dan tidak
lemas. Dilakukan monitoring dan evaluasi hanya pada saat perpanjangan Surat Ijin Praktik Bidan.
Tidak ada monitoring dan evaluasi secara rutin.
b. Responden 2 Ranting Kotatip Rumah Sakit Manajemen kebidanan yang dibuat belum
mengunakan SOAP yang dilengkapi dengan catatan perkembangan pasien. Bidan masih
menunggu buku habis karena format dalam satu buku harus sama tidak bisa dicampur dengan
format lain. Bidan juga belum bisa pindah buku yang baru apabila satu buku belum habis hingga
halaman terakhir. Dilakukan monitoring dan evaluasi hanya pada saat perpanjangan Surat Ijin
Praktik Bidan. Selain itu tidak ada monitoring dan evaluasi lagi dari Dinas Kesehatan.
d. Responden 4 Ranting Cilacap Sesuai dengan peraturan bidan harus melakukan pencatatan
pendokumentasian asuhan kebidanan secara sistematis. Catatan perkembangan yang dilakukan
di Bidan Praktik Mandiri menggunakan SOAP yaitu: S adalah data subjektif menanyakan biodata,
keluhan utama pasien, riwayat obstetrik, riwayat kesehatan, O adalah data objektif mencatat
hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan meliputi pemeriksaan fisik, psikologis dan
pemeriksaan penunjang, A adalah analisa yang diperoleh dari pengkajian bidan kemudian di
interpretasikan untuk merumuskan diagnose kebidanan dan masalah kebidanan, P adalah
perencanan asuhan kebidanan yang akan dilakukan bidan berdasakan diagnosa dan masalah
kebidanan yang terjadi pada pasien. Dilakukan monitoring dan evaluasi hanya pada saat
perpanjangan Surat Ijin Praktik Bidan. Ikatan Bidan juga melaksanakan evaluasi hasil
pendokumentasian asuhan kebidanan untuk memastikan bahwa dokumentasi ynag dilakukan
sudah sesuai dengan standard an asuhan yang diberikan bermanfaat untuk pasien.
f. Responden 6 Ranting Sidareja Bidan sudah mengetahui dokumentasi asuhan kebidanan sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan tentang ijin dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu
dokumentasi harus dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan standar profesi bidan agar
semua tindakan asuhan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan kondisi pasien. Dilakukan
monitoring dan evaluasi hanya pada saat perpanjangan Surat Ijin Praktik Bidan.
Dari penjelasan di atas bidan masuk dalam salah satu tenaga kesehatan, yang mana
untuk memperoleh kewenangan bidan juga harus mematuhi ketentuan Pasal 23 ayat
(3)Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yaitu memiliki izin. Bidan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik secara mandiri maupun di fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah. Dalam hal ini pemerintah diwakili oleh
Departemen Kesehatan. Pemberian kewenangan kepada bidan yang sudah memenuhi
syarat tertentu diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun
2017 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan.
Bagi bidan yang sudah di berikan izin oleh pemerintah harus menjalankan
kewenangannya untuk melaksanakan pekerjaannya secara profesional, sebab seorang
tenaga kesehatan dalam melakukan pekerjaannya, selalu dituntut untuk sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur tindakan medik. Oleh karena itu bagi profesi
kesehatan khususnya bidan harus memahami norma dan aturan yang berlaku di profesinya.
Dasar kewenangan bidan sangat tegas dan kuat karena telah diatur oleh Pasal
23Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan untuk pelaksanaan
teknisnya telah didelegasikan melalui pasal 23 ayat (5) undang-undang tersebut kepada
peraturan menteri dan dalam hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 ini mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat profesi bidan karena peraturan ini melaksanakan ketentuan undang-undang yaitu
pasal 23 ayat (5) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang berbunyi :
“Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)20 diatur dalam
Peraturan Menteri”.
Oleh karena itu, agar tidak melanggar atau melampaui kewenangannya, bidan harus
mematuhi peraturan ini, karena peraturan ini mempunyai kekuatan hukum mengikat profesi
bidan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Bidan termasuk peraturan perundang-undangan lain yang
diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam hal ini
diperintahkan pasal 3 ayat (5) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Oleh karena itu, semua bidan di Indonesia baik yang menyelenggarakan praktek mandiri
maupun yang di fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan kewenangannya sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan tersebut.
Menurut analisis penulis, bidan yang melakukan praktek mandiri melanggar kode
etik, wewenang bidan dan Pasal 20 Ayat 2Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia disebutkan bahwa
dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan
berwenang melakukan: pelayanan neonatal esensial; penanganan kegawatdaruratan,
dilanjutkan dengan perujukan; pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah; dan konseling dan penyuluhan. Pada ayat (5), Pemantauan tumbuh kembang
bayi, anak balita, dan anak prasekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi
kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi badan,
stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh kembang balita dengan
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Pasal 22 Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik
Bidan Indonesia menyebutkan bahwa “Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18, Bidan memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan :
Hasil wawancara yang dilakukan pada ketua program studi yang dimana Perencanaan
pembelajaran praktek laboratorium klinik kebidanan di Prodi D III Kebidanan Politeknik Bhakti Asih
Purwakarta yang disusun oleh TIM Akademik mulai dari merancang persiapan kegiatan pembelajaran
serta menentukan pengajar serta keterlibatan SDM Laboratorium untuk menunjang kegiatan praktik
laboratorium kebidanan. Tahap persiapan tersebut di susun satu bulan sebelum kegiatan semester baru
berjalan. Tahapan selanjutnya telah diadakan rapat untuk mesosialisasikan kepada Direktur, Wadir
bidang akademik dan kemahasiswaan, Wadir bidang non akademik dan, ketua serta Penanggung jawab
laboratorium dan melibatkan semua dosen pembimbing praktek klinik.
Dalam rapat perencanaan dilakukan identifikasi dengan cara menampung masukan dari
dosen pengajar. Dalam rapat tersebut dibahas mengenai capaian pembelajaran mahasiswa baik teori
ataupun praktiklaboratorium, dengan adanya kalander akademik yang telah dirancang oleh pihak prodi
selam aproses pembelajaran terdapat 14 minggu efektif perkuliahan dan 2 minggu efektif dilakukan UTS
dan UAS serta ujia praktek.
DAFTAR PUSTAKA