Anda di halaman 1dari 8

MELAKUKAN PENGORGANISASIAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN DENGAN

MANAJEMEN KEBIDANAN

NAMA: FHADILLA RAHMA DEWI

NIM:PO7124122073

KELAS: 1B
A. PELAKSANAAN DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP
PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI

. Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Kebidanan sesuai dengan Standar Asuhan Kebidanan


Sebagaimana diatur dalam Kepmenkes No 369/Menkes/SK/III/2007 pada Bidan Praktik Mandiri
Kabupaten Cilacap Wawancara dengan 6 Bidan Praktek Mandiri (BPM) masing masing ranting di
Kabupaten Cilacap dalam melaksanakan manajemen kebidanan yaitu dokumentasi asuhan
kebidanan dengan hasil sebagai berikut:

a. Responden 1 Ranting Kotatip Puskesmas Cilacap Utara 2 Bidan Praktik Mandiri dalam
melaksanakan dokumentasi asuhan kebidanan tidak menggunakan SOAP seperti yang
dilaksanakan di Rumah Sakit. Di bidan hanya menggunakan catatan dalam bentuk naratif
meliputi hasil pemeriksaaan fisik pasien dan untuk catatan perkembangan pasien tidak
dicantumkan dalam dokumentasi tetapi dilaksanakan oleh bidan seperti untuk pasien yang akan
bersalin sebelum pembukaan lengkap harus makan dan minum agar memiliki tenaga dan tidak
lemas. Dilakukan monitoring dan evaluasi hanya pada saat perpanjangan Surat Ijin Praktik Bidan.
Tidak ada monitoring dan evaluasi secara rutin.

b. Responden 2 Ranting Kotatip Rumah Sakit Manajemen kebidanan yang dibuat belum
mengunakan SOAP yang dilengkapi dengan catatan perkembangan pasien. Bidan masih
menunggu buku habis karena format dalam satu buku harus sama tidak bisa dicampur dengan
format lain. Bidan juga belum bisa pindah buku yang baru apabila satu buku belum habis hingga
halaman terakhir. Dilakukan monitoring dan evaluasi hanya pada saat perpanjangan Surat Ijin
Praktik Bidan. Selain itu tidak ada monitoring dan evaluasi lagi dari Dinas Kesehatan.

c. Responden 3 Ranting Kroya Dokumentasi yang digunakan di Bidan Praktek Mandiri


menggunakan sistem dokumentasi Subjectif, Objectif, Assessment, Planning (SOAP) dengan
melampirkan catatan perkembangan. Keuntungan menggunakan dokumentasi asuhan
kebidanan SOAP dapat memberikan asuhan kebidanan yang berkesinambungan. Dilakukan
monitoring dan evaluasi hanya pada saat perpanjangan Surat Ijin Praktik Bidan. Selain itu hanya
evaluasi yang dilakukan hanya antar bidan saja. Sebagai bahan koreksi unntuk lebih
meningkatkan pencatatan dokumentasi yang sistematis sesuai dengan evidence based yaitu
pelayanan yang bermutu sesuai dengan asuhan kebidanan sehingga dapat sesuai dengan
standar profesi bidan.

d. Responden 4 Ranting Cilacap Sesuai dengan peraturan bidan harus melakukan pencatatan
pendokumentasian asuhan kebidanan secara sistematis. Catatan perkembangan yang dilakukan
di Bidan Praktik Mandiri menggunakan SOAP yaitu: S adalah data subjektif menanyakan biodata,
keluhan utama pasien, riwayat obstetrik, riwayat kesehatan, O adalah data objektif mencatat
hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan meliputi pemeriksaan fisik, psikologis dan
pemeriksaan penunjang, A adalah analisa yang diperoleh dari pengkajian bidan kemudian di
interpretasikan untuk merumuskan diagnose kebidanan dan masalah kebidanan, P adalah
perencanan asuhan kebidanan yang akan dilakukan bidan berdasakan diagnosa dan masalah
kebidanan yang terjadi pada pasien. Dilakukan monitoring dan evaluasi hanya pada saat
perpanjangan Surat Ijin Praktik Bidan. Ikatan Bidan juga melaksanakan evaluasi hasil
pendokumentasian asuhan kebidanan untuk memastikan bahwa dokumentasi ynag dilakukan
sudah sesuai dengan standard an asuhan yang diberikan bermanfaat untuk pasien.

e. Responden 5 Ranting Majenang Bidan sudah mengetahui pendokumentasian asuhan


kebidanan harus secara sistematis karena sangat berguna bagi pasien dan bidan. Bagi pasien
lama maupun pasien baru berguna karena memiliki catatan agar bidan dalam melakukan
pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi bidan. Dilakukan monitoring dan
evaluasi hanya pada saat perpanjangan Surat Ijin Praktik Bidan

f. Responden 6 Ranting Sidareja Bidan sudah mengetahui dokumentasi asuhan kebidanan sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan tentang ijin dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu
dokumentasi harus dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan standar profesi bidan agar
semua tindakan asuhan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan kondisi pasien. Dilakukan
monitoring dan evaluasi hanya pada saat perpanjangan Surat Ijin Praktik Bidan.

B. Regulasi Hukum Bagi Bidan Dalam Melakukan Asuhan Kebidanan Pada


Balita Di Bidan Praktik Mandiri Menurut Permenkes Nomor 28 Tahun 2017
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

 Kewenangan bidan dalam Melakukan Pengobatan Pada Balita

Berbicara mengenai kewenangan bidan dalam praktik pelayanan kebidanan, ada


baiknya membahas megenai kata kewenangan itu sendiri. Menurut Wila Chandrawila
Supriadi seorang tenaga kesehatan yang melakukan pekerjaan tanpa kewenangan, dapat
dianggap melanggar salah satu standar profesi tenaga kesehatan. Wewenang menurut S. F.
Marbun ialah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara
yuridis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku
untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.

Kewenangan menurut P. Nicolai adalah kemampuan untuk melakukan tindakan


hukum tertentu (yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat
hukum, dan mencakup mengenai timbulnya dan lenyapnya akibat tertentu. Kewenangan
berisi hak dan kewajiban tertentu, hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak
melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak lain melakukan tindakan tertentu,
sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan
tertentu .
Sesuai dengan dengan Pasal 23 ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan bahwatenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, adapun pelayanan kesehatan yang dimaksud harus sesuai dengan
bidang keahlian yang dimiliki. Selain itu dalam ayat (3) juga disebutkan bahwa dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari
pemerintah. Tenaga kesehatan yang dimaksud meliputi tenaga medis, tenaga keperawatan
dan bidan; dan tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik serta tenaga keteknisian medis.

Dari penjelasan di atas bidan masuk dalam salah satu tenaga kesehatan, yang mana
untuk memperoleh kewenangan bidan juga harus mematuhi ketentuan Pasal 23 ayat
(3)Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yaitu memiliki izin. Bidan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik secara mandiri maupun di fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah. Dalam hal ini pemerintah diwakili oleh
Departemen Kesehatan. Pemberian kewenangan kepada bidan yang sudah memenuhi
syarat tertentu diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun
2017 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan.

Bagi bidan yang sudah di berikan izin oleh pemerintah harus menjalankan
kewenangannya untuk melaksanakan pekerjaannya secara profesional, sebab seorang
tenaga kesehatan dalam melakukan pekerjaannya, selalu dituntut untuk sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur tindakan medik. Oleh karena itu bagi profesi
kesehatan khususnya bidan harus memahami norma dan aturan yang berlaku di profesinya.

Dasar kewenangan bidan sangat tegas dan kuat karena telah diatur oleh Pasal
23Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan untuk pelaksanaan
teknisnya telah didelegasikan melalui pasal 23 ayat (5) undang-undang tersebut kepada
peraturan menteri dan dalam hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 ini mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat profesi bidan karena peraturan ini melaksanakan ketentuan undang-undang yaitu
pasal 23 ayat (5) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang berbunyi :
“Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)20 diatur dalam
Peraturan Menteri”.

Oleh karena itu, agar tidak melanggar atau melampaui kewenangannya, bidan harus
mematuhi peraturan ini, karena peraturan ini mempunyai kekuatan hukum mengikat profesi
bidan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Bidan termasuk peraturan perundang-undangan lain yang
diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam hal ini
diperintahkan pasal 3 ayat (5) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Oleh karena itu, semua bidan di Indonesia baik yang menyelenggarakan praktek mandiri
maupun yang di fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan kewenangannya sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan tersebut.

Menurut analisis penulis, bidan yang melakukan praktek mandiri melanggar kode
etik, wewenang bidan dan Pasal 20 Ayat 2Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia disebutkan bahwa
dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan
berwenang melakukan: pelayanan neonatal esensial; penanganan kegawatdaruratan,
dilanjutkan dengan perujukan; pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah; dan konseling dan penyuluhan. Pada ayat (5), Pemantauan tumbuh kembang
bayi, anak balita, dan anak prasekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi
kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi badan,
stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh kembang balita dengan
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Pasal 22 Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik
Bidan Indonesia menyebutkan bahwa “Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18, Bidan memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan :

a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau

b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari


dokter.

C. Manajemen Mutu Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Dosen


 Laboratorium Kebidanan memeliki Visi Menjadi laboratorium yang berkualitas dan
terpercaya dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa dan mampu bersaing di dunia
industri. Misi Mengadakan praktikum asuhan kebidanan dalam rangka meningkatkan
kompetensi mahasiswa. Menyediakan tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya
untuk melakukan pengajaran praktik kepada mahasiswa.Menyelenggarakan praktikum
yang berkualitas untuk peserta didik. Memberikan sarana dan prasarana untuk
menunjang kegiatan praktikum dan proses pembelajaran. Menjadi wadah untuk
pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan pengabdian dan penelitian.
Tujuan Sebagai tempat berlangsungnya kegiatan praktikum yang dapat menunjang
pembelajaran dan pengembangan keterampilan. Sarana untuk menguji atau evaluasi
terhadap ketercapaian target kurikulum. Sebagai tempat untuk pelaksanaan Tri Darma
Perguruan Tinggi. Sarana untuk berlatih mahasiswa baik secara mandiri ataupun
kelompok dalam rangka meningkatkan kompetensi dan keterampilan praktikum.
 Laboratorium yang tersedia di Politeknik Bhakti Asih Purwakarta terdiri dari
Laboratorium Antenatal Care (ANC), Intra Natal Care (INC), Post Natal Care (PNC),
Laboratorium Kebutuhan Dasar Klinik (KDK), Laboratorium Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal, Laboratorium Komunitas dan Laboratorium 60m2, dengan kapasitas 30-
40 mahasiswa dilengkapi fasilitas yang modern sebagai penunjang pembelajran untuk
mencapai hasil pembelajaran.

1) Laboratorium KDK Laboratorium yang digunakan untuk melatih ketrammpilan


kebutuhan dasar manusia dengan menggunakan proses keperawatan dan konsep dasar

2) Laboratorium Antenatal Care Laboratorium yang digunakan untuk melatih


ketrampilan peserta didik pada klien (pasien) ibu hamil mulai dari anamnesa,
pemeriksaan fisikm sampai dengan pemeriksaan alboratorium, dengan umur Kehamilan
Trimester I sampai dengan Trimester III secara fisiologi tidak mempunyai masalah atau
gangguan hanya melakukan deteksi terhadap kasus-kasus pathologis
3) Laboratorium Intranatal Care Laboratorium yang digunakan untuk melatih
ketrampilan peserta didik pada klien (pasien ibu bersain dengan menggunakan phantom
manikin mulai dari anamnesaa, pemeriksaan fisik, pertolongan persalinan normal
dengan umur Kehamilan akhir Trimester III secara fisiologis tidak mempunyai masalah
atau gangguan hanya melakukan deteksi terhadap kasus-kasus pathologis

4) Laboratorium Postnatal Care Laboratorium yang digunakan untuk melatiih


keterampilan peserta didik pada klien (pasien) ibu masa nifas dengan menggunakan
phantom manikin mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dengan kasus normal dengan
umur asa nifas sampai dengan enam (6) minggu secara fisiologis tidak mempunyai
masalah atau gangguan hanya melakukan deteksi terhadap kasus-kasus pathologis

5) Laboratorium Komunitas Laboratorium yang digunakan untuk melatih keterampilan


kebidanan komunitas, kebijakan atau program pokok kesehatan dalam pelayanan atau
asuhan kebidanan di komunitas, mengembangkan rasa percaya diri dalam melakukan
asuhan kebidanan komunitas

6) Laboratorium Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Laboratorium yang


digunakan utnuk praktek kegawatdaruratan mahasiswa bidan, demonstrasi kasus gawat
darurat, antara lain : Basic Life Support (BLS) / Resusitasi Jantung Paru (RJP), Neonatus
Life Support (NLS), penanganan kasus-kasus pathologis.

Hasil wawancara yang dilakukan pada ketua program studi yang dimana Perencanaan
pembelajaran praktek laboratorium klinik kebidanan di Prodi D III Kebidanan Politeknik Bhakti Asih
Purwakarta yang disusun oleh TIM Akademik mulai dari merancang persiapan kegiatan pembelajaran
serta menentukan pengajar serta keterlibatan SDM Laboratorium untuk menunjang kegiatan praktik
laboratorium kebidanan. Tahap persiapan tersebut di susun satu bulan sebelum kegiatan semester baru
berjalan. Tahapan selanjutnya telah diadakan rapat untuk mesosialisasikan kepada Direktur, Wadir
bidang akademik dan kemahasiswaan, Wadir bidang non akademik dan, ketua serta Penanggung jawab
laboratorium dan melibatkan semua dosen pembimbing praktek klinik.

Dalam rapat perencanaan dilakukan identifikasi dengan cara menampung masukan dari
dosen pengajar. Dalam rapat tersebut dibahas mengenai capaian pembelajaran mahasiswa baik teori
ataupun praktiklaboratorium, dengan adanya kalander akademik yang telah dirancang oleh pihak prodi
selam aproses pembelajaran terdapat 14 minggu efektif perkuliahan dan 2 minggu efektif dilakukan UTS
dan UAS serta ujia praktek.

Perencanaan penyusunan kurikulum pembelajaran praktek laboratorium klinik kebidanan di


prodi DIII Kebidanan Politeknik Bhakti Asih Purwakarta berpegang pada visi misi program studi,
kurikulum baik secara nasional, maupun kurikulum bagi tenaga kesehatan yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, dan kurikulum institusi dalam menjalani setiap program dari
hasil pengamatan laboratorium mempunyai buku pedoman penyusunan kurikulum. Rumusan capaian
pembelajaran berdasarkan standar nasional pendidikan dan Kementrian Kesehatan.
Pada rapat disosialisasikan jadwal pertemuan yang sesuai dengan rencana pembelajran
semester dan rencana pembelajaran praktek serta jadwal laboratorium yang dibuat oleh ketua unit
laboratorium dan penanggung jawa laboratorium, pemantauan kegiatan proses belajar mengajar di
laboratorium melalui absensi dosen mahasiswa. Perencanaan mahasiswa masing-masing mempunyai
logbook capaian kompetisi, isi dari logbook terdiri dari jenis keterampilan, tingkatan capaian apa saja
yang harus dicapai oleh mahasiswa sesuai semester yang berjalan dan sesuai dengan angkatn, serta
tanda tangan dosen pengajar di masing-masing logbooknya cara pengisian disosialisasikan kepada dosen
dan dosen diajarkan bagaimana cara mengisi logbook dan menilai ketercapaiannya

DAFTAR PUSTAKA

D PUSPITASARI - Jurnal Idea Hukum, 2019 - jih.fh.unsoed.ac.id


L Yulianti, NR Lova, D Wahidin - Jurnal Educatio FKIP UNMA, 2022 - ejournal.unma.ac.id

R Nuryuniarti, E Nurmahmudah - Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 2019 - researchgate.net

Anda mungkin juga menyukai