Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PEMBAHASAN

A. INPUT

Dasar hukum yang mendukung terbentuknya bidan delima yaitu undang-


undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Permenkes nomor 28 tahun
2017, anggaran dasar IBI bab 2 pasal 8 dan anggaran rumah tangga IBI bab 3
pasal 14, SPK ( standar pelayanan kebidanan ) IBI tahun 2002.

Seorang bidan praktik swasta perlu untuk dipantau kualias pelayanan


yang di berikannya kepada masyarakat agar masyarakat merasa aman
menerima pelayanan bidan. Oleh karena bidan praktik swasta tidak tepantau
oleh pemerintah maka IBI selaku organisasi profesi bidan bertanggung jawab
moral terhadap pelayanan anggotanya dengan cara menstandarisasi pelayanan
bidan melalui sebuh rangakaian proses yang di sebut bidan delima.

Bidan yang telah terstandarisasi dengan sebutan bidan delima memiliki


alasan penting untuk di bentuk yaitu untuk mempertahankan dan meningkatkan
kuantitas dan kualitas pelayanan BPS sesuai kebutuhan masyarakat,
Melindungi masyarakat sebagai konsumen dan bidan sebagai provider dari
praktik yang tidak terstandar, Sebagai standarisasi pelayanan kebidanan bagi
BPS sejalan dengan rencana strategis IBI, Menjadi standar dalam
mengevaluasi pelayanan kebidanan karena memiliki tools ( perangkat ) yang
lebih lenkap, sebagai bagian dari pelaksanaan rencana kerja IBI dalam
pelayanan kebidanan sekaligus untuk mempertahankan dan meningkatkan citra
IBI sebagai tempat pilihan terbaik bagi praktik pendidikan bidan.

Syarat bidan delima adalah bidan praktik swasta minimal telah


melaksanakan praktik 3 tahun dan memiliki surat izin praktik bidan yang masih
berlaku, mempunyai motivasi untuk meningkatkan mutu pelayanan sesuai

8
9

dengan standar terkini, bersedia memenuhi ketentuan fasilitas, kompetensi


keterampilan, perilaku dan pengetahuan sesuai standar.

Permenkes nomor 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelengaraan praktik


bidan bab 1 pasal 1 ayat 3 menjelaskan tentang surat tanda registrasi bidan
yang selanjutnya disingkat STRB adalah bukti tertulis yang di berikan oleh
pemerintah kepada bidan yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pada ayat 5 yang
menjelaskan tentang praktik mandiri bidan adalah tempat pelaksanaan
rangkaian kegiatan pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara
perorangan.
Mengacu lewat peraturan tersebut diatas maka praktik bidan delima dapat
menjalankan seluruh pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
yang berkualitas sesuai standar yang ditetapkan kepada masyarakat serta
membangun mitra kerja sesama jejaring dalam peningkatan kesehatan ibu dan
anak.
Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja di bidan delima didasarkan atas
pendidikan, sertifikat kompetensi dan STRB ( Surat tanda regisrasi bidan )
Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2014 bab 1 pasal 1 tentang
ketentuan umum ayat 7 yaitu sertifikat kompetensi adalah surat tanda
pengakuan terhadap kompetensi tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan
praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi dan ayat 9 tentang
Registrasi adalah pencacatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah
memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu lain serta mempunyai pengakuan secara hukum untuk
menjalankan praktik, dan berdasarkan Permenkes 28 tahun 2017 bab 2 tentang
perizinan pasal 3 tentang STRB ayat 1 dan ayat 2 yaitu setiap bidan harus
memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik keprofesiannya dan STRB
yang dimaksudkan pada ayat 1 di peroleh setelah bidan memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10

Sarana dan prasarana yang digunakan di dalam pelayanan bidan delima


telah sesuai dengan Permenkes 28 tahun 2017 pasal 37 tentang ketentuan lebih
lanjut mengenai persyaratan pembangunan prasarana, peralatan dan obat-
obatan yang dimaksud pasal 30 sampai pasal 36 yang tercantum dalam
lampiran ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Mentri
Kesehatan point B dan C.
Sumber Daya Tenaga kerja di bidan delima Kuswatiningsih berjumlah 2
orang dengan latar belakang pendidikan masing-masing adalah satu orang
berpendidikan D3 kebidanan dan D4 kebidanan yang memiliki surat tanda
registrasi bedasarkan Permenkes nomor 28 tahun 2017 pasal 42 ayat 1 yaitu
bidan dalam menyelenggarakan praktik mandiri bidan dapat di bantu oleh
tenaga kesehatan lain atau tenaga non kesehatan, ayat 2 tenaga kesehatan lain
sebagaimana di maksud pada ayat 1 harus memiliki SIP sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Standar Prosedur Operasional ( SPO ) yang digunakan dalam
melaksanakan pelayanan di bidan delima Kuswatiningsih belum lengkap
dimana tidak terdapat SPO pelayanan Antenatal dan pelayan nifas ,
berdasarkan bahan kajian tersebut di atas belum sesuai dengan Permenkes
nomor 28 tahun 2017 dalam lampiran persyaratan praktik mandiri bidan point

B. PROSES
Berdasarkan hasil kajian dari bab 2 tentang proses pelayanan yang ada di
bidan Kuswatiningsih antara lain pencegahan infeksi, konseling, asuhan
Keluarga Berencana, asuhan kehamilan, asuhan persalinan normal, asuhan bayi
baru lahir, asuhan nifas, kunjungan ulang ibu dan bayi, pemasangan dan
pencabutan IUD dan implant maka seluruhnya sudah sesuai dengan standar
kriteria dalam SPO, namun berdasarkan hasil kajian manajement bidan delima
maka ada terdapat tiga kriteria yang tidak memenuhi standar kriteria yaitu :
jenis pelayanan yang di berikan kepada klien tidak terpampang di ruangan
pendaftaran atau ruang tunggu, tidak ada protap pelayanan yang di tempatkan
sesuai area kerja dan dapat terlihat oleh siapapun baik bidan delima atau klien.
11

Konseling yang dilakukan di bidan delima Kuswatiningsih dalam


penggunaan obat dan alat kontrasepsi sudah berdasarkan SPO dan dilakukan
secara rutin setiap ada kunjungan akseptor KB dengan menggunakan media
bantu konseling.
Dalam pemberian pengobatan di bidan delima Kuswatiningsih mengacu
pada SPO dan persediaan perbekalan obat sudah memenuhi persyaratan,
penyimpanan obat belum sesuai dengan ketentuan FIFO( First in first out ).
Pelayanan Sistem rujukan yang dilakukan pada bidan delima
Kuswatiningsih berdasarkan jenis kasus, bila kasus kedaruratan kebidanan
maka di rujuk langsung ke rumah sakit rujukan dan bagi kasus yang tidak
termasuk kasus gawat darurat kebidanan maka di rujuk ke Puskesmas/ faskes
pertama yang memiliki JKN.
Pertemuan sesama bidan delima di cabang IBI Sleman Timur
dilaksanakan setiap bulan. Pertemuan rutin yang dilaksanakan di bidan delima
Kuswatiningsih dilaksanakan setiap bulan unuk membahas pencatatan dan
pelaporan serta mutu kualitas pelayanan sedangkan pertemuan untuk
pembahasan kasus tidak dilaksanakan secara rutin setiap bulan, namun
pertemuan yang dilaksanakan bila ada kasus yang terjadi pada ibu maupun
bayi.
Proses Pencegahan infeksi yang dilaksanakan di bidan delima
Kuswatiningsih telah sesuai dengan SPO. Proses pembuangan limbah medis di
bidan delima Kuswatiningsih belum sesuai dengan SPO terdapat di dalam
Permenkes 28 tahun 2017 Pasal 38 ayat 1 yaitu praktik mandiri bidan harus
melaksanakan pengelolaan limbah medis untuk pembuangan limbah medis
sedangkan di bidan delima Kuswatiningsih bekerjasama dengan Puskesmas,
hal ini di dukung oleh Permenkes nomor 28 tahun 2017 pasal 38 ayat 2 yaitu
pengelolaan limbah medis sebagaimana di maksud pada ayat 1 dapat dilakukan
melalui kerja sama dengan institusi yang memiliki instalasi pengelolaan
limbah.
Bangunan praktik mandiri bidan delima Kuswatiningsih merupakan
bangunan bertingkat dimana pada lantai satu di gunakan sebagai tempat praktik
12

bidan delima dan pada lantai dua di gunakan sebagai tempat tinggal keluarga
namun akses keluar masuk keluarga dan pasien menggunakan satu pintu hal
ini bila dikaitkan dengan Permenkes nomor 28 tahun 2017 pasal 33 ayat 1, 2, 3
maka bangunan praktik bidan delima Kuswatiningsih belum sesuai dengan
aturan yang ada di Permenkes.
Untuk monitoring dan evaluasi pelayanan di bidan delima
Kuswatiningsih dilakukan setiap bulan yang di buktikaan dengan dokumentasi
arsip laporan bulanan yang dikirim ke Puskesmas setiap tanggal 28 bulan
berjalan. Bukti notulen dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh bidan
delima kuswatiningsih telah dicatat dan didokumentasikan dengan baik.
Kegiatan Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh bidan delima
kuswatiningsih antara lain : penyuluhan kesehatan kepada masyarakat yang
dilaksanakan rutin setiap akhir bulan, serta pelaksanaan bakti sosial berupa
pemeriksaan IVA yang rutin dilaksanakan satu tahun satu kali.

C. OUTPUT

1) Kuantitatif
Jenis pelayanan dan jumlah rata-rata tiap bulan ( dalam tiga bulan
terakhir ) adalah sebagai berikut : jumlah peserta Keluarga Berencana
(KB) yang mendapat pelayanan adalah 231 pasien, jumlah pasien
pelayanan kebidanan untuk ANC terdapat 300 pasien, Persalinan terdapat
45 pasien, pemeriksaan nifas terdapat 120 pasien, imunisasi terdapat 369
pasien.
2) Kualitatif
Dari hasil wawancara kami dengan ibu yang dilakukan di bidan
delima, ibu mengatakan bahwa dari awal kehamilan sampai melahirkan
ibu selalu menggunakan fasilitas bidan delima sebagai tempat menerima
pelayanan, hingga saat ini dimana ibu membawa anaknya untuk diperiksa
kesehatannya, Ibu mengatakan bahwa pelayanan di bidan delima
Kusmiatiningsih sangat memuaskan dimana setiap kebutuhan, keluhan
yang disampaikan dengan cepat direspon dan di tangani oleh bidan
13

Kuswatiningsih. Dari pernyataan ibu menunjukkan bahwa pelayanan di


bidan delima Kuswatiningsih berkualitas dilaksanakan dengan cepat, tepat,
aman dan nyaman sesuai standar serta mampu memberikan intervensi
yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai