Anda di halaman 1dari 22

UNTUK MEMENUHI TUGAS PRA UAS MATA KULIAH

ETIKA PROFESI DAN PERUNDANG-UNDANGAN


Dosen Pengampu : Anissa Syafitri A, M.Tr.Keb

Nama : Dian Kirana Putri

NPM : 230107001P

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023/2024
SOAL

1. Seorang wanita berusia 33 tahun datang ke PMB dengan kondisi hamil dan tidak membawa
buku KIA. Hasil anamnesa diketahui bahwa keadaan ibu baik, namun dilihat dari kondisi
fisik ibu dapat digolongkan sebagai orang dengan HIV/AIDS. Pasien tidak memberikan
kejelasan apapun, pasien menyatakan bahwa hasil tes PPIA atau pencegahan penularan
HIV/AIDS ke anak negative di puskesmas Mawar. Keesokan harinya bidan melakukan
pemeriksaan rekam medis pasien ke puskesmas Mawar dan ditemukan hasil reaktif.
Kemudian bidan melaukan penyebaran informasi terkait kondisi pasien dengan memfoto
rekam medis full dengan tujuan memperingati teman sejawat agar berhati-hati dan meminta
pasien ke RS apabila ada yang bertemu.
A. Apakah konflik etik dan penyimpangan yang terjadi?
B. Apaah tindakan bidan dibenarkan?Kenapa?
C. Bagaimana dengan pasien?
D. Bagaimana penyelesaian masalah etik tersebut?

2. Cari jurnal nasional tentang Etika Profesi Bidan lalu review dan telaah jurnal tersebut
masimal 5tahun terahir
3. Cari jurnal internasional maksimal 2 tahun terakhir tentang kebidanan lalu review

JAWABAN

1. A. Apakah konflik etik dan penyimpangan yang terjadi?


Jawaban : Konflik etik dan penyimpangan yang terjadi adalah dilema etik tenaga kesehatan
dalam menangani pasien yang mengalami HIV/AIDS sehingga penyedia layanan kesehatan
menunjukkan tigkat stigma dan diskriminasi terkait HIV yang tinggi

B. Apakah tindakan bidan dibenarkan? Kenapa?

Jawaban : Tindakan bidan tersebut tidak sepenuhnya dibenarkan yaitu dengan memfoto
rekam medis pasien, karena rekam medis merupakan bagian dari privasi pasien dan
kewajiban tenaga kesehatan untuk tetap menjaga hak privasi pasien, Tetapi tindakan untuk
memberikan informasi kepada teman sejawat lainnya diperlukan karena agar lebih berhati
hati dalam menangani pasien yg terkena HIV/AIDS untuk mencegah penularan hiv yang
semakin tinggi.

C. Bagaimana dengan pasien?

Jawaban : Untuk pasien agar tetap tenang dan mengikuti prosedur dan anjuran yang tenaga
kesehatan yg diberikan

D. Bagaimana penyelesaian masalah etik tersebut


Jawaban : Penyelesaian masalah etik tersebut adalah dengan memberikan edukasi terutama
kepada masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS dan dampak negative dari pergaulan bebas.

Dan untuk pasien yang sudah terdiagnosa HIV/AIDS agar tetap mengikuti anjuran yang
tenaga kesehatan berikan. Serta untuk tenaga kesehatan tetap menjaga privasi pasien dan
tetap berhati – hati dalam melakukan tindakan untuk mencegah penularan HIV/AIDS

2. Jawaban soal No 2
Berdasarkan jurnal hasil penelitian Lilis Zuniawati Setianingsih dkk, 2021 tentang etika
profesi bidan bahwa kode etik profesi penting diterapkan, karena semakin meningkatnya
tuntutan terhadap pelayanan kesehatan dan pengetahuan serta kesadaran hukum masyarakat
tentang prinsip dan nilai moral yang terkandung dalam pelayanan profesional. Kewenangan
bidan di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Peraturan didalamnya menyebutkan bahwa bidan memiliki
wewenang dalam memberikan pelayanan meliputi kesehatan ibu dan anak, kesehatan
reproduksi perempuan, dan KB. Sehingga bidan dapat memberikan pelayanan yang sesuai
dengan wewenangnya dan tidak melakukan penyimpangan atau yang bukan seharusnya
dilakukan bidan (Permenkes, 2017).
Berdasarkan hasil wawancara dari penelitian yang dilakukan, bidan sudah melaksanakan
kewajibannya sesuai aturan dalam melakukan tugas dan wewenangnya selain memberikan
pelayanan di PMB, bidan juga ikut serta dalam kegiatan dimasyarakat seperti dasawisma dan
posyandu. Penerapan pelayanan yang diberikan bidan melakukan pelayanan pun sudah sesuai
dengan aturan yang berlaku, seperti memberikan pelayanan ibu, anak, kesehatan reproduksi
dan Keluarga Berencana (KB). Pengaplikasian kode etik yang terdapat dalam pelayanan yang
bidan berikan salah satunya terdapat pada kegiatan masyarakat seperti dasawisma dan
posyandu, dimana bidan berperan untuk memberikan promosi kesehatan berupa penyuluhan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam memperhatikan kesehatan diri,
keluarga maupun lingkungan sekitarnya.

3. Jawaban soal No 3
Berdasarkan jurnal hasil penelitian Miftahul Hakiki, 2023 bahwa kehamilan merupakan
suatu perubahan yang dialami oleh ibu selama kehamilannya. Oleh karena itu, asuhan yang
diberikan kepada ibu hamil harus asuhan yang bisa meminimalkan intervensi. Bidan harus
bisa memfasilitasi asuhan kepada ibu hamil yang bisa memberikan kenyamanan terhadap ibu
hamil. Dimana peristiwa yang terjadi pada seorang wanita, dimulai dari proses fertilisasi
(konsepsi) sampai bayi lahir. Proses ini menyebabkan perubahan fisik, mental, dan sosial yang
memberikan efek maupun dampak yang berbeda pada setiap wanita hamil.
Hiperemeses gravidarum merupakan suatu keadaan terjadinya mual muntah yang
berlebihan, berlangsung kurang lebih 10 kali dalam 24 jam sehingga pekerjaan sehari-hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Hiperemesis gravidarum yang merupakan
komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan, karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energy. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan energi maka ibu
hamil memerlukan Plan Based Diet, dimana diet ini harus memenuhi nutrisi yang dibutuhkan
oleh tubuh seperti : Asam folat, Kalsium, Zat besi, Protein, kacang – kacangan, menghindari
makanan yang mengandung tinggi mercuri, dan harus mengetahui makanan apa yang harus
dihindari / tidak boleh dikosumsi Ibu hamil
99

Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol. 3, No. 2, Januari 2021, 99-107


P-ISSN: 2654-7821 E-ISSN: DOI:

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KODE ETIK BIDAN DALAM


PENERAPAN KEWENANGAN BIDAN BERDASARKAN PERMENKES
NO. 28 TAHUN 2017 DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOBANG
KABUPATEN PANDEGLANG
TAHUN 2019

Lilis Zuniawati Setianingsih*, Fathiyati & Henny Theresia Marbun


STIKes Salsabila Serang
*Email: sni.liliez11@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan kode
etik bidan dalam penerapan kewenangan bidan di Praktik Mandiri Bidan wilayah
Puskesmas Sobang Kabupaten Pandeglang. Desain penelitian menggunakan
deskriptif kualitatif dengan metode observasional, subjek penelitian yaitu pemilik
dan penanggung jawab Praktik Mandiri Bidan. Didapatkan 2 partisipan,
penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data
menggunakan wawancara langsung (Indepth Interview). Berdasarkan hasil
penelitian bahwa semua responden telah memahami kode etik profesi bidan dan
mampu menerapkan pelayanan yang diberikan sesuai dengan kewenangannya
yang diatur dalam Permenkes No.28 Tahun 2017 tentang Izin Penyelenggaraan
Praktik Bidan serta mampu melaksanakan kode etik tersebut dengan baik dalam
pelayanan kesehatan yang diberikan. Disarankan agar terus up date dengan ilmu
pengetahuan baru, sehingga dapat terus memberikan pelayanan yang optimal demi
kesejahteraan kesehatan pasien dan masyarakat.
Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Kode Etik Bidan, Penerapan Kewenangan
ABSTRACT
This study aims to describe the level of knowledge of the midwife's code of
ethics in the application of the midwife's authority in the Independent Practice of
Midwives in the Sobang Health Center, Pandeglang Regency. The research
design uses a qualitative descriptive with observational methods, the research
subjects are the owner and person in charge of the Independent Midwife Practice.
Obtained 2 participants, determination of the sample using purposive sampling.
Methods of data collection using In-depth Interview. Based on the results of the
study, all respondents understood the code of ethics for the midwifery profession
and were able to implement the services provided in accordance with their
authority as stipulated in Permenkes No. 28 of 2017 concerning Permits to
Practice Midwives and were able to properly implement the code of ethics in the
health services provided. It is recommended to keep up to date with new
knowledge, so that we can continue to provide optimal services for the health
welfare of patients and the community.
Keyword: Knowledge Level, Midwife Code of Ethics, Application of Authority

Naskah Dikirim: November 2020, Direview: Desember 2020, Diterbitkan: Januari 2021
100

PENDAHULUAN
Ketika masyarakat merasakan ketidak puasan terhadap pelayanan atau
apabila seorang bidan merugikan pasien, tidak menutup kemungkinan di meja
hijaukan. Bahkan didukung semakin tinggi peran media baik media massa
maupun media elektronik, merupakan hal yang perlu diperhatikan dan perlu
didukung pemahaman bidan mengenai kode etik profesi bidan dan hukum
kesehatan. Bentuk kesalahan dalam hukum pidana dapat berupa kesengajaan atau
kelalaian. Permasalahan kesalahan yang terjadi dalam dunia pelayanan kesehatan,
haruslah dicari secara per kasus, baik faktor pemberi pelayanan, pasien atau
faktor-faktor diluar kedua subjek tersebut. Kesalahan yang paling berat dalam hal
pelayanan kesehatan adalah apabila terjadi keteledoran. Keteledoran lebih berat
dari kekurang hati-hatian. Jadi meskipun telah ada suatu informasi oleh pemberi
layanan kesehatan terhadap pasien, dimana akhirnya pasien memberikan
persetujuan dilakukan tindakan medis, tetap akan menjadi suatu peristiwa yang
melibatkan hukum pidana, apabila ternyata timbul akibat yang disebabkan oleh
suatu kesalahan (Saifuddin, 2015).
Angka Kematian Ibu berkisar 305 per 100.000 menurut Survei Angka
Sensus (Supas) tahun 2015. Dari 14.640 total kematian ibu yang dilaporkan hanya
4.999, berarti ada 9.641 yang tidak dilaporkan ke pusat. Dari data tersebut, ada
83.447 kematian ibu di desa maupun kelurahan, sementara di Puskesmas ada
9.825 kematian ibu, dan 2.868 kematian ibu di rumah sakit, dari laporan tempat
kematian ibu yang terjadi, adalah di rumah sakit 77%, di rumah 15,6%, di
perjalanan ke fasilitas pelayanan kesehatan 4,1%, di fasilitas kesehatan lainnya
2,5% dan kematian ibu di tempat lainnya sebanyak 0,8%. Sementara itu, data
yang dipaparkannya terbaca angka kematian neonatal (AKN) 15 per 1000 KH
menurut SDKI tahun 2017. Kematian neonatal di desa/kelurahan 0-1 per tahun
sebanyak 83.447, di Puskesmas kematian neonatal 7-8 per tahun sebanyak 9.825,
dan angka kematian neonatal di rumah sakit 18 per tahun sebanayak 2.868. Pada
kesempatan itu pula, dipaparkan tentang penyabab kematian ibu. Akibat gangguan
hipertensi sebanyak 33,07%, perdarahan obstetrik 27.03%, komplikasi non
obstetric 15.7%, komplikasi obstetric lainnya 12.04% infeksi pada kehamilan
6.06% dan penyebab lainnya 4.81%. Sementara penyebab kematian neonatal
tertinggi disebabkan oleh komplikasi kejadian intraparum tercatat 283%, akibat

Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol. 3, No. 2, Januari 2021


101

gangguan respiratori dan kardiovaskular 21.3%, BBLR dan premature 19%,


kelahiran kongenital 14, 8%, akibat tetanus neonatorum 1,2%, infeksi 7.3% dan
akibat lainnya 8.2%. (Rakernas, 2019)
Kode etik profesi penting diterapkan, karena semakin meningkatnya tuntutan
terhadap pelayanan kesehatan dan pengetahuan serta kesadaran hukum masyarakat
tentang prinsip dan nilai moral yang terkandung dalam pelayanan profesional.
Kewenangan bidan di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2017
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Peraturan didalamnya
menyebutkan bahwa bidan memiliki wewenang dalam memberikan pelayanan
meliputi kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi perempuan, dan KB. Sehingga
bidan dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan wewenangnya dan tidak
melakukan penyimpangan atau yang bukan seharusnya dilakukan bidan (Permenkes,
2017).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pelayanan KIA/KB
untuk studi pendahuluan di Puskesmas Sobang yang dilakukan pada tanggal 28
November tahun 2019 dari data yang dimiliki Puskesmas Sobang terdapat 6 PMB
yang berada di wilayah Puskesmas Sobang. Bidan di Puskesmas Sobang
mengatakan untuk pencatatan, pelaporan, pelayanan ANC Terpadu yang wajib
minimal 1 kali dilakukan rujukan ke Puskesmas telah dilakukan oleh bidan PMB
sudah cukup baik dan sesuai dengan peraturan pemerintah, akan tetapi untuk hal
rujukan mengenai keterlambatan dalam penanganan pelayanan kesehatan tidak
dapat dipastikan karena memerlukan penapisan dan berkaitan langsung dengan
bidan PMB yang memiliki SOP yang diterapkan dalam pelayanan di PMB nya.
Oleh karena itu, bidan harus memperhatikan dan memahami mengenai kode etik
profesi bidan agar terhindar dari masalah hukum yang dapat menjerat bidan ke
meja hijau.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif, metode deskriptif
yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian
tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Hardani,
2020). Penelitian ini ditertentu menggunakan cara purposive sampling, dengan
metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan
melakukan wawancara mendalam (indepth interview).

Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol. 3, No. 2, Januari 2021


102

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Pengetahuan bidan tentang Kode Etik Bidan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang
pengetahuan kode etik bidan didapatkan hasil wawancara bahwa dari 2 partisipan
telah mengetahui tentang kode etik bidan. Pertanyaan pertama mengenai
pengertian kode etik bidan, dimana jawaban dari kedua partisipan mengatakan
bahwa kode etik bidan adalah aturan yang harus ditaati dalam menjalankan tugas
sesuai kewenangan nya sebagai seorang bidan. Hal itu tercantum dalam aturan
Permenkes No. 28 tahun 2017 tentang izin penyelenggaraan praktik bidan bahwa
didalamnya tedapat aturan mengenai kewenangan bidan.
Pertanyaan kedua mengenai fungsi kode etik yang diketahui kedua
responden yaitu memberikan pelayanan sesuai dengan aturan agar terhindar dari
kejadian malpraktek. Tujuan kode etik pun telah dipahami oleh kedua partisipan
yaitu untuk menjaga kesejahteraan profesi bidan dan citra profesi serta sebagai
pedoman bidan dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan aturan kode
etik. Harapannya dengan mematuhi kode etik, tujuan tersebut tercapai untuk
menghindari segala kesalahan yang dapat menjerat seorang bidan pada kasus
hukum. Partisipan telah mengetahui dasar dibuatnya kode etik yaitu untuk
menyamakan kompetensi bidan dan penyetara agar seluruh profesi bidan memiliki
persepsi yang sama yaitu mengacu pada pedoman kode etik yang telah diatur
pemerintah.
Sementara itu, untuk isi dari kode etik bidan kedua pastisipan telah
mengetahui yaitu berupa kewajiban terhadap klien/masyarakat, kewajiban
terhadap teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, kewajiban terhadap
tugasnya, kewajiban terhadap profesinya, kewajiban terhadap dirinya, dan
kewajiban terhadap pemerintah nusa dan bangsa, serta mampu menjelaskan isi
dari kode etik. Menurut kedua partisipan kode etik bidan tersebut sangat penting
dalam menunjang profesi bidan memberikan pelayanan agar mengetahui aturan,
sehingga tidak terjadinya malpraktek dan untuk mengetahui batasan pelayanan
yang diberikan bidan dan profesi lain.
Penerapan kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol. 3, No. 2, Januari 2021


103

Pelayanan yang diberikan pada PMB di kedua partisipan sama yaitu ada
pertolongan persalinan, periksa bayi baru lahir, periksa nifas, ANC, MTBS/bayi
dan balita sakit, pemeriksaan tumbuh kembang anak, imunisasi, kesehatan
reproduksi (konseling), keluarga berencana (KB). Tetapi terdapat perbedaan pada
beberapa tindakan pelayanan yaitu pada P1 bahwa jarang melakukan tindakan
pemasangan implant dan menyediakan alat USG untuk pemeriksaan USG yang
dilakukan dokter obsgyn sedangkan pada P2 tidak memfasilitasi pemeriksaan
USG tetapi merujuk pada dokter obsgyn yang sudah sepakat dari bidan PMB dan
dokter tersebut dan juga memiliki kerjasama untuk pemeriksaan laboratorium.
Pelayanan yang diberikan di PMB merupakan pelayanan ibu dan anak,
pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Perbedaan pelayanan pada
kedua responden terletak pada pelayanan KB yang mana pada P1 tidak melayani
pemasangan implant sedangkan pada P2 melayani pemasangan implant. Kemudian
pada P2 memiliki kerjasama dengan laboratorium pada minggu pertama setiap
bulannya sedangkan P1 tidak memiliki kerjasama dengan laboratorium.
Pelaksanaan kode etik bidan dalam penerapan kewenangan bidan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kedua partisipan tentang
kewajiban yang dilakukan bidan dalam penerapan kode etik di pelayanannya
berupa memberikan pelayanan yang sesuai kebutuhan, menghormati nilai-nilai
dimasyarakat, menghargai hak pasien, tidak saling menjatuhkan sesama teman
sejawat, ikut serta dalam wadah organisasi profesi bidan, dan tidak membeda-
bedakan pasien. Kewajiban lain juga berupa ikut serta dalam kegiatan di
masyarakat. Kegiatan tersebut berupa posyandu dan dasawisma. Dimana bidan
berperan dalam upaya memberikan promosi kesehatan dan penyuluhan kepada
masyarakat agar terciptanya kesadaran masyarakat akan kesehatan keluarga dan
lingkungan sekitarnya. Tanggapan partisipan dengan ada nya teman sejawat yang
memiliki PMB pun merespon dengan baik, kedua partisipan mengatakan tidak
masalah. Adanya teman sejawat yang memiliki PMB membuat mereka merasa
senang dan sama-sama menjaga nama baik profesi serta saling membantu jika
memerlukan pertolongan.

Pembahasan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol. 3, No. 2, Januari 2021


104

Pengetahuan tentang Kode Etik Kebidanan


Berdasarkan hasil analisis dari hasil wawancara kedua responden bahwa
kode etik merupakan aturan yang harus ditaati dalam melaksanakan tugasnya
sebagai seorang bidan. Tugas yang dilakukan harus sesuai dengan
kewenangannya agar tidak menyalahi aturan. Kode etik bidan merupakan norma
yang mengatur profesi bidan dalam melakukan tugasnya. Fungsi dan tujuan kode
etik bidan pun kedua responden mengatakan bahwa memberikan pelayanan sesuai
dengan aturan agar terhindar dari kejadian malpraktek dan menghindari segala
kesalahan yang dapat menjerat seorang bidan pada kasus hukum. Menghindari
segala kejadian diluar kewenangan bidan, maka bidan wajib mengetahui dan
memahami isi kode etik berupa kewajiban-kewajibannya agar tidak melanggar
batasan-batasan kewenangannya.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, kode etik adalah
norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam melaksanakan
tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Kode etik merupakan ciri profesi
yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan
merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan
bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi (Triwibowo, 2014).
Berdasarkan jurnal penelitian Yovita Arie (2016) mengatakan bahwa kode
etik profesi yang disusun dengan bingkai keindonesian ini menjadi himpunan
norma moral yang memiliki sanksi, sehingga berfungsi bukan hanya sekedar
instrumen social control tetapi juga instrumen perlindungan bagi setiap profesi
untuk dapat berdiri dengan berwibawa serta memberi penghormatan penuh
terhadap hak-hak manusiawi secara otonom dan rasional, Jurnal lain juga
menyebutkan bahwa kode etik adalah sebagai landasan untuk memutuskan
persoalan-persoalan etika bila dinilai menyimpang dari standar pelayanan.
Pentingnya kode etik harus dipahami karena merupakan salah satu fondasi
pengetahuan mendasar yang harus dimiliki oleh suatu profesi. Adanya kode etik
ini memiliki peran penting yang harus dipegang teguh ketika bekerja dimana rasa
saling hormat, berpikir positif, serta keterbukaan untuk saling belajar (Fadilla dan
Santoso, 2017).

Penerapan kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol. 3, No. 2, Januari 2021


105

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa kedua responden


mengatakan memberikan pelayanan pertolongan persalinan, periksa bayi baru
lahir, pemeriksaan nifas, ANC, MTBS/bayi dan balita sakit, pemeriksanaan
tumbuh kembang anak, imunisasi, kesehatan reproduksi (konseling), Keluarga
Berencana (KB). Perbedaan pada kedua partisipan terdapat pada beberapa
pelayanan yaitu pada P1 memiliki alat USG untuk pemeriksaan dilakukan oleh
dokter obsgyn, sedangkan P2 tidak memiliki alat USG tetapi memiliki
kesepakatan pada dokter obsgyn apabila ada pasien dari PMBnya yang ingin
melakukan pemeriksaan USG serta juga memiliki kerjasama dengan laboratorium
untuk pasien yang membutuhkan pemeriksaan lab. Pelayanan PMB telah sesuai
dengan kewenangan yang diberikan pada profesi bidan bahwa pelayanan yang
dapat diberikan berupa pelayanan ibu dan anak, pelayanan kesehatan reproduksi
dan Keluarga Berencana (KB) (Rita dan Surachmindari, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Inaka (2012), Apabila dalam
menjalankan tugas, bidan selalu berpedoman pada standar pelayanan maka
kesalahan tindakan medis dapat ditekan. Seorang tenaga kesehatan yang diduga
melakukan malpraktik harus bertanggung jawab akan perbuatannya. Tanggung
jawab disini maknanya adalah tanggung jawab secara hukum.
Penelitian Arimbi (2013) mengatakan bahwa hak pasien merupakan hak-hak
pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien yang antaranya adalah pasien berhak
memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku dirumah sakit
atau institusi pelayanan kesehatan, pasien berhak atas pelayanan manusiawi, adil,
jujur, pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan
tanpa diskriminasi. Tanggung jawab hukum, yang didasarkan pada hukum perdata,
hukum administrasi, dan hukum pidana (Arimbi, 2013).
Pelaksanaan kode etik dalam penerapan kewenangan bidan
Program pemerintah selain memberikan pelayanan bidan juga memberikan
penyuluhan guna menarik minat masyarakat akan kesadaran kesehatan yaitu
dengan pemberdayaan masyarakat. Dimana pemberdayaan adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara
terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses
membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau
sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol. 3, No. 2, Januari 2021


106

(Kemenkes RI, 2011). Jurnal penelitian Menurut Nawalah dan Qomaruddin


(2012) mengatakan bahwa, tugas utama bidan adalah membina peran serta
mayarakat melalui pembinaan posyandu dan pembinaan kelompok dasa wisma,
disamping memberi pelayanan langsung di posyandu dan pertolongan persalinan.
Sedangkan tugas pokok bidan didesa adalah melaksanakan kegiatan puskesmas
didesa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang
dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan. Bidan desa juga
mempunyai tugas menggerakkan dan membina masyarakat desa diwilayah
kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk dapat berperilaku hidup sehat
(Nawalah dan Qomaruddin, 2012).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kedua responden telah mengetahui
tentang kode etik profesinya berupa pengertian, fungsi, tujuan, dasar dibuatnya
kode etik bidan, dan isi kode etik bidan. Hasil wawancara yang dilakukan, bidan
sudah melaksanakan kewajibannya sesuai aturan dalam melakukan tugas dan
wewenangnya selain memberikan pelayanan di PMB, bidan juga ikut serta dalam
kegiatan dimasyarakat seperti dasawisma dan posyandu. Penerapan pelayanan
yang diberikan bidan melakukan pelayanan pun sudah sesuai dengan aturan yang
berlaku, seperti memberikan pelayanan ibu, anak, kesehatan reproduksi dan
Keluarga Berencana (KB). Partisipan telah memberikan pelayanan sesuai dengan
aturan Permenkes No. 28 tahun 2017 tentang izin penyelenggaraan praktik bidan,
dimana didalamnya terdapat kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan,
serta dalam melaksanakan kode etik berpedoman pada aturan Permenkes No. 28
Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan yaitu pelayanan ibu
dan anak, kesehatan reproduksi, dan keluarga berencana. Pengaplikasian kode etik
yang terdapat dalam pelayanan yang bidan berikan salah satunya terdapat pada
kegiatan masyarakat seperti dasawisma dan posyandu, dimana bidan berperan
untuk memberikan promosi kesehatan berupa penyuluhan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam memperhatikan kesehatan diri, keluarga
maupun lingkungan sekitarnya.
Saran

Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol. 3, No. 2, Januari 2021


107

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian


selanjutnya yang berhubungan dengan kode etik bidan dan kewenangan bidan
agar ilmunya terus update.

DAFTAR PUSTAKA
Arie, Yovita. 2016. Kontruksi Kode Etik Profesi Dalam Bingkai Nilai Keindonesiaan.
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi dan Sekertari. Universitas Surakarta.
Arimbi, Diah. 2013. Kajian Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Wewenang
Pelayanan Bidan Praktik Mandiri di Kabupaten Banyumas. Jurnal Dinamika
Hukum. Vol 13 No. 2 Mei 2013
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah
Kesehatan. Jakarta : Kepmenkes RI.
Nawalah, H. Qomaruddin, B. 2012. Desa Siaga : Upaya Pemberdayaan
Masyarakat Dibidang Kesehatan Melalui Peran Bidan Didesa. The Indonesian
Journal Of Public Health. Vol 8 No. 3 Maret 2012. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Peraturan Menteri Kesehatan. 2017. No 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta : Peraturan Menteri Kesehatan RI.
Rita, Y. Surachmindari. 2014. Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2015. Jakarta : BPS. Triwibowo,
Cecep. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima, Vol. 3, No. 2, Januari 2021


Miftahul Hakiki, Yulifah Salistia Budi, Akhmad Yanuar Fahmi Pamungkas

THE DEVELOPMENT OF A PLANT-BASED DIET AS MIDWIFERY CARE MANAGEMENT


FOR FIRST-TRIMESTER PREGNANT WOMEN WITH HYPEREMESIS GRAVIDARUM
Miftahul Hakiki1, Yulifah Salistia Budi2, Akhmad Yanuar Fahmi Pamungkas3
1,2,3STIKes
Banyuwangi
Corresponding email : miftahulhakikiayundaacap@gmail.com, yulifahsalistia@gmail.com,
yanuarfahmi20@gmail.com

ABSTRAK PENGEMBANGAN PLAN BASED DIET SEBAGAI MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU
HAMIL TRIMESTER I DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Latar Belakang: Kehamilan merupakan suatu perubahan yang dialami oleh ibu selama kehamilannya.
Oleh karena itu, asuhan yang diberikan kepada ibu hamil harus asuhan yang bisa meminimalkan intervensi. Bidan
harus bisa memfasilitasi asuhan kepada ibu hamil yang bisa memberikan kenyamanan terhadap ibu hamil.
Dimana peristiwa yang terjadi pada seorang wanita, dimulai dari proses fertilisasi (konsepsi) sampai bayi lahir.
Proses ini menyebabkan perubahan fisik, mental, dan sosial yang memberikan efek maupun dampak yang
berbeda pada setiap wanita hamil. Hiperemeses gravidarum merupakan suatu keadaan terjadinya mual muntah
yang berlebihan, berlangsung kurang lebih 10 kali dalam 24 jam sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi
terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan
cadangan, karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energy. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan
energi maka ibu hamil memerlukan Plan Based Diet, dimana diet ini harus memenuhi nutrisi yang dibutuhkan
oleh tubuh seperti : Asam folat, Kalsium, Zat besi, Protein, kacang – kacangan, menghindari makanan yang
mengandung tinggi mercuri, dan harus mengetahui makanan apa yang harus dihindari / tidak boleh dikosumsi Ibu
hamil
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengembangan Plan Based Diet sebagai Manajemen
Asuhan Kebidanan pada ibu hamil trimester satu dengan Hiperemesis di Wilayah Kerja Puskesmas Paspan
Kabupaten Banyuwangi.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental dengan
pendekatan post test only non equivalent control group dimana kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak
dipilih secara random dan pengukuran dilakukan pada pre dan post intervensi dengan Jumlah sampel 60
responden ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Paspan. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah quasi experimental dengan pendekatan post test only non equivalent control group dimana kelompok
intervensi dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random dan pengukuran dilakukan pada pre dan post
intervensi. Analisis yang digunakan univariate dan bivariate, dengan uji statistik menggunakan Uji Paired Sampel
T Test /Uji Wilcoxon dengan SPSS versi 25.
Hasil: Hasil analisis dari Post Test Control didapatkan skor Hiperemesis Ringan 70%, Sedang 20% dan
Berat 10% sedangkan hasil dari Post Test Intervensi didapatkan skor Hiperemesis Ringan 33%, Sedang 30%
dan Berat 11%. Dengan nilai analisis dari Post Control nilai Z = 3,162 dengan tingkat signifikan 0,002 dan Post
Intervensi nilai Z = 4.443 dengan tingkat signifikan 0,000. Sehingga dari data yang sudah diperoleh maka
terdapat pengaruh Pengembangan Plan Based Diet sebagai Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu hamil
trimester I dengan Hiperemesis.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara Pengembangan Plan Based Diet sebagai
Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu hamil trimester I dengan Hiperemesis Sehingga diharapkan ibu hamil
dengan hyperemesis dapat memahami kebutuhan nutrisinya dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi maka ibu
hamil memerlukan Plan Based Diet, dimana diet ini harus memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti :
Asam folat, Kalsium, Zat besi, Protein, kacang – kacangan, menghindari makanan yang mengandung tinggi
mercuri, dan harus mengetahui makanan apa yang harus dihindari / tidak boleh dikosumsi Ibu hamil.
Saran : Melakukan Kerjasama dengan Puskesmas – Puskesmas dalam melakukan Sosialisasi tentang
Plan Based Diet guna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil yang mengalami Hiperemesis, sehingga ibu
hamil dapat menjalani kehamilannya dengan sehat tanpa adanya keluhan mual dan muntah.

Kata Kunci : Trimester I, Hiperemesis ,Diet

616 DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan


JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati),Vol 9, No. 4. October 2023,
ISSN (Print) 2476-8944 ISSN (Online) 2579-762X, Hal 616-623

ABSTRACT

Background: Pregnancy is a change experienced by the mother during her pregnancy. Therefore, care
given to pregnant women must be taken to minimize intervention. Midwives must be able to facilitate care for
pregnant women who can provide comfort to pregnant women. Where events occur in a woman, starting from
fertilization (conception) until the baby is born. This process causes physical, mental and social changes that
affect and impact every pregnant woman. Hyperemesis gravidarum is a condition where excessive nausea and
vomiting occur approximately 10 times in 24 hours so that daily work is disrupted and the general condition
worsens. Hyperemesis gravidarum, a complication for young pregnant women, if it occurs continuously, can result
in dehydration, electrolyte imbalance, and carbohydrate and fat reserves being used up for energy needs. So to
meet energy needs, pregnant women need a Plan Based Diet, where this diet must meet the nutrients needed by
the body such as Folic acid, calcium, iron, protein, and nuts, avoid foods that contain high levels of mercury and
know what foods to eat, what should be avoided / should not be consumed by pregnant women.
Objective: This study aimed to analyze the development of a Plan Based Diet as Management of
Midwifery Care for first-trimester pregnant women with Hyperemesis in the Paspan Community Health Center
Working Area, Banyuwangi Regency.
Methods: The type of research used in this study was quasi-experimental with a post-test-only non-
equivalent control group approach where the intervention group and control group were not randomly selected,
and measurements were carried out at pre and post-intervention with a total sample of 60 pregnant women
respondents in the Working Area of Paspan Community Health Center. The research method used in this study
was quasi- experimental with a post-test-only non-equivalent control group approach where the intervention group
and control group were not randomly selected, and measurements were made pre and post-intervention. The
analysis was univariate and bivariate, with statistical tests using the Paired Samples T Test / Wilcoxon Test with
SPSS version 25.
Results: The results of the analysis from the Post Test Control obtained a Mild Hyperemesis score of 70%,
Moderate 20% and Severe 10%, while the results of the Post Test Intervention obtained a Mild Hyperemesis
score of 33%, Moderate 30% and Severe 11%. The analysis value of Post Control Z value = 3.162 with a
significant level of 0.002 and Post Intervention Z value = 4.443 with a significant level of 0.000. So, from the data
obtained, there is an influence on the Development of a Plan Based Diet as Midwifery Care Management for
pregnant women in the first trimester with hyperemesis.
Conclusion: There is a significant correlation between developing a Plan Based Diet as Midwifery Care
Management for pregnant women in the first trimester and hyperemesis. So it is hoped that pregnant women with
hyperemesis can understand their nutritional needs and to meet nutritional needs, pregnant women need a Plan
Based Diet, where this diet must meet nutrients needed by the body such as Folic acid, calcium, iron, protein,
nuts, avoiding foods that contain high levels of mercury, and you must know what foods pregnant women should
avoid/not consume.
Suggestion: Collaborate with Community Health Centers in outreach about Plan Based Diet to meet the
nutritional needs of pregnant women who experience hyperemesis so they can carry out their pregnancies
healthily without complaints of nausea and vomiting.

Keywords: first-trimester, hyperemesis, diet

INTRODUCTION times in 24 hours, disrupting daily activities and


Pregnancy is an event that occurs in a deteriorating general health (Runiari, 2010).
woman, starting from the process of fertilization Hyperemesis gravidarum, a complication in early
(conception) until the baby is born. This process pregnancy, if it continues, can lead to dehydration,
causes physical, mental, and social changes that electrolyte imbalance, and the depletion of
affect each pregnant woman differently. Discomfort carbohydrate and fat reserves for energy needs.
often experienced by pregnant women, especially in Therefore, to meet energy needs, pregnant women
the first trimester of pregnancy, ranges from nausea require a Plant-Based Diet. This diet must meet the
and vomiting (Emesis Gravidarum) to excessive body's nutrients, such as Folic acid, Calcium, Iron,
nausea and vomiting (Hyperemesis Gravidarum). Protein, and Legumes. It should also avoid foods
Hyperemesis gravidarum is a condition where that contain high levels of mercury and know what
excessive nausea and vomiting occur more than 10 foods should be avoided / not consumed (Almatsier,
2011).

DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan 617


Miftahul Hakiki, Yulifah Salistia Budi, Akhmad Yanuar Fahmi Pamungkas

A characteristic of the hyperemesis diet is an and


emphasis on providing complex carbohydrates,
especially in the morning and avoiding fatty foods
and fried foods to suppress nausea and vomiting. It
is best to space out meals and drinks (Almatsier,
2011). The diet in hyperemesis gravidarum aims to
replace the body's glycogen stores and gradually
provide energy-rich food and adequate nutrients.
The hyperemesis gravidarum diet has levels
corresponding to the severity of the hyperemesis
(Almatsier, 2011). A study shows that only 2% of
pregnant women feel nauseous in the morning,
while 80% have continuous complaints throughout
the day.
8.6 million pregnant women lose work hours due to
excessive nausea and vomiting. In 2011, the
incidence of hyperemesis gravidarum in East Java
Province reached 10-15% of the total number of
pregnant women, as many as 182,8154 people.
Data from WHO (World Health Organization)
estimates that there are 210 million pregnancies
worldwide each year. In 2020, the number of
pregnant women in Indonesia increased to about
271,066,000 people. Data from Banyuwangi
Regency in 2020 shows that K1 service coverage
was as many as 22,799 (93.8%) out of a target of
about 4,3111 (DinKes, 2020). A study was also
conducted at NU Mangir Hospital with 44 pregnant
women who experienced hyperemesis gravidarum.
It was found that more than half of the sample, 23
people (52.3%), had fluid balance disorders, 14
people (31.8%) had nutritional disorders, and 7
people (15.9%) had hyperthermia (Raharjo &
Hakim, 2021). Hyperemesis gravidarum can
endanger health, causing weight loss of more than
5%, metabolic disorders, and other complications
such as dehydration, weakness, and malnutrition.
Nausea results from increased estrogen levels; the
rise in estrogen hormones causes the smooth
muscles in the digestive tract to decrease their
activity, reducing gastric motility and slowing gastric
emptying. Oesophagal reflexes, decreased gastric
motility and high hydrochloric acid secretion also
contribute to nausea and vomiting (Latifah,
Setiawati, & Hapsari, 2017). Hyperemesis
gravidarum is caused by the bacterium Helicobacter
pylori, so a test for the presence of Helicobacter
pylori should be conducted. If the result is positive,
treatment can be given with an H2 blocker
(cimetidine) or an inhibitor (omeprazole) (Fauziah,
2012). Pregnant women who experience nausea
and vomiting can be given education about nutrition
and diet planning, such as regulating food and drink
intake in small but frequent portions (throughout the
day). The food should be high in carbohydrates and
low in fat and acid (Proverawati & Asfuah, 2009). It
is recommended to frequently eat snacks, nuts,
618 DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati),Vol 9, No. 4. October 2023,
ISSN (Print) 2476-8944 ISSN (Online) 2579-762X, Hal 616-623
biscuits. In addition, electrolyte replacement drinks means all
and nutritional supplements are advised to
maintain electrolyte balance and adequate calorie
intake (Damayanti, 2021). Nausea and vomiting
are common disturbances in the first trimester of
pregnancy. There are several ways to reduce
nausea and vomiting, such as consuming
sugarcane water (Wardani, 2020). If the smell of
freshly cooked (hot) food can trigger vomiting, it is
advisable to always have cold food available.
Education about lifestyle can also help prevent
stress, and rest can reduce vomiting. Emotional
support is also important to prevent hyperemesis
gravidarum from worsening, and the mother should
follow a hyperemesis gravidarum diet to fulfil her
nutritional status (Sharoon & Reeder, 2011). It is
also supported by (Evayanti, 2015), who stated
that the knowledge of pregnant women will also
affect Antenatal Care (ANC) visits, so if the
mother's knowledge is lacking, information related
to the complaints felt about nutrition in pregnant
women and the current nutritional status of the
mother will also be limited. One way to determine
the nutritional status of pregnant women is by
measuring Body Mass Index (BMI), which provides
an understanding of a person's nutritional status
obtained from comparing weight and height.
(Sharoon & Reeder, 2011). Diet planning for
pregnant women experiencing hyperemesis is
expected to mitigate the impact of this condition,
namely the decrease in Body Mass Index (BMI) in
pregnant women (Sharoon & Reeder, 2011).

RESEARCH METHODS
The type of research used in this study is
quasi-experimental with a pre-post test only non-
equivalent control group approach, where the
intervention and control groups are not chosen
randomly. Measurements are taken pre and post-
intervention (Wood & Haber, 2010). The target
population in this study was all 62 pregnant women
in the first trimester in the Paspan Community
Health Center working area. The sample in this
study was
60 pregnant women in the first trimester who
experienced hyperemesis gravidarum, where the
sample would be divided into 2 groups, namely 30
people in the control group and 30 people in the
intervention group. In this research, non-probability
sampling techniques were used with purposive
sampling (Nursalam, 2013). This research
instrument uses [1] the PUQE (Pregnancy-Unique
Quantification of emesis and nausea) observation
sheet to measure the level of nausea and vomiting
of pregnant women which consists of 6 questions
and a reliability validity test has been carried out
with results r> 0.4 on all question items which
DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan 619
Miftahul Hakiki, Yulifah Salistia Budi, Akhmad Yanuar Fahmi Pamungkas

valid question, [2] plan based diet development


module. This instrument was used during data RESULTS AND DISCUSSION
collection on July 14-24 in the control group and Univariate Analysis
intervention group. After data collection, the Table 1 mentions that most respondents are
questionnaire was analyzed as initial data for data in their mid-adulthood (20-35 years old), which is
grouping. After that, the researcher intervened in 62% or 37 respondents. Regarding parity, most
the intervention group and the final step in this occur in the second pregnancy, which is 46% or 28
questionnaire was to collect post-intervention data respondents. As for occupation, it was found that
in the intervention group and control group on most respondents work as private employees, 50%
August or 30 respondents. Regarding education, most of
14. Data analysis in this study used the Wilcoxon the respondents have a high school education,
statistical test, because the results of the data accounting for 33% or about 20 people.
normality test were 0.000, so it was concluded that
the data was not normally distributed.
Table 1
Respondent Characteristics Data (N=60)

Characteristic Total Percentage (%)


Respondent's Age
<20 Years 17 28
20 - 35 Years 37 62
≥ 35 Years 6 10
Parity
The First Pregnancy 25 42
The Second Pregnancy 28 46
≥ 3 Third Pregnancy 7 12
Occupation
Housewives 18 30
Civil Servants 3 5
Private Employees 30 50
Merchants 9 15
Farmers 0 0
Education
Not completed in primary school 3 5
Elementary School 16 27
Junior High School 12 20
Senior High School 20 33
University 9 15
Source: primary data 2023

Bivariate Analysis severe hyperemesis with a total of 18 people, and


Table 2 after treatment, this number decreased to 3 people.
Respondent data before and after intervention in the Meanwhile, in the control group before treatment,
control group and intervention group most respondents experienced severe hyperemesis
with 17 people. The condition after analysis was not
Intervention Group much different, with 11 people.
Indicator Pre Post
Mild 3 21 Control Group
Moderate 9 6 Indicator Pre Post
Severe 18 3 Mild 6 10
Source: primary data 2023 Moderate 7 9
Severe 17 11
Table 2 mentions that the majority of the Source: primary data 2023
intervention group, before treatment, experienced

620 DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan


JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati),Vol 9, No. 4. October 2023,
ISSN (Print) 2476-8944 ISSN (Online) 2579-762X, Hal 616-623

Table 3
Results of Statistical Analysis on the Development of Plan-Based Diet as Midwifery Care Management for first-
trimester pregnant women with hyperemesis in the Working Area of Paspan Banyuwangi Community Health
Center

Post Test Control – Pre Post Test Intervensi –


Test Control Pre Test Intervensi
Z -3.162a -4.443a
Asymp. Sig. (2-tailed) .002 .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

From the research results, the post-test vitamin B6 to prevent nausea and vomiting.
results in the control group showed that 70% of According to (Umaroh, Kumalasari, & Wigati, 2023)
respondents experienced mild hyperemesis, 20% nausea and vomiting can be addressed by using the
moderate, and 10% severe. Meanwhile, the post- ginger oil therapy method, where this ginger oil can
test results in the intervention group showed that also reduce the consistency and frequency of
33% of respondents experienced mild hyperemesis, nausea and vomiting experienced by pregnant
30% moderate, and 11% severe. The data analysis women.
results using the Wilcoxon test found significant
values of Plan-Based Diet as Management of Midwifery Care
0.002 in the control group and 0.000 in the for First Trimester Pregnant Women with
intervention group. The interpretation of these Hyperemesis in the Intervention Group.
research results shows a significant effect of The results of this study show that in the pre-
developing a plan-based diet as Midwifery Care test condition of the intervention group, 20% of
Management for first-trimester pregnant women respondents experienced mild hyperemesis, 23%
with Hyperemesis Gravidarum. moderate, and 57% severe hyperemesis.
Meanwhile, in the post-test condition of the
DISCUSSION intervention group, 33% of respondents experienced
Plan-Based Diet as Management of Midwifery Care mild hyperemesis, 30% moderate and 11% severe
for First Trimester Pregnant Women with hyperemesis.
Hyperemesis in the Control Group. Hyperemesis gravidarum is a complication in
The results of this study show that in the pre- early pregnant women that can lead to dehydration
test condition of the control group, 10% of and electrolyte imbalance if it continues. It can also
respondents had mild hyperemesis, 30% moderate, result in reserves of carbohydrates and fats being
and 60% severe hyperemesis. Meanwhile, in the used up for energy. Therefore, to meet energy
post-test condition of the control group, 70% of needs, pregnant women require a Plan Based Diet.
respondents had mild hyperemesis, 20% moderate This diet must meet the nutrients the body needs,
and 10% severe hyperemesis. such as Folic acid, Calcium, Iron, Protein, and
Hyperemesis gravidarum is a condition Legumes - avoiding foods high in mercury - and
where there is excessive nausea and vomiting, knowing what foods should be avoided / not
occurring more than 10 times in a 24-hour period so consumed.
that daily activities are disrupted and general Research by (Susanti, Firdayanti, & Haruna,
conditions become poor. Discomfort often occurs in 2019) showed that mothers who experience
pregnant women, especially in the first trimester of hyperemesis gravidarum will experience vomiting
pregnancy, ranging from nausea and vomiting approximately 10 times a day, so the mother's
(Emesis Gravidarum) to excessive nausea and activities and general condition will be disturbed, the
vomiting (Hyperemesis gravidarum). mother will be in a state of nausea and vomiting if
Based on the research by (Hasibuan, et al., given food then the mother will vomit all the food
2021) stated that hyperemesis gravidarum requires that has been eaten so that the mother will feel lazy,
immediate action, which includes: providing health weak and also feel heartburn. According to (Safitri &
education about a diet consuming high-protein, low- Triana, 2021), a subjective examination is required,
fat foods, and eating food in small portions but often and objective data is also required so that after the
increasing the consumption of mineral water, data is collected, you can determine a diagnosis
advising mothers to get enough rest, and according to the patient's condition. Patients who
consuming
DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan 621
Miftahul Hakiki, Yulifah Salistia Budi, Akhmad Yanuar Fahmi Pamungkas

have received the examination will be able to trigger vomiting, it is recommended to always
understand their condition and will accept and provide cold food. Education about lifestyle can also
implement the recommendations and information help prevent stress, and rest can reduce vomiting.
given. According to (Rahma & Safura, 2016), Emotional support is also important to prevent
hyperemesis gravidarum is a pregnancy hyperemesis gravidarum from getting worse, and
complication requiring direct handling, both the mother must undergo a hyperemesis gravidarum
systematically and based on evidence. Midwifery diet so that the mother's nutritional status remains
care carried out through the Varney management met. According to the research result by (Attini, et
approach can be considered systematic care. al., 2022) states that a mother's diet that uses a diet
Patients will be able to feel if the care performed with protein can be used by mothers who
every day is a necessity, not just a routine. experience high-risk pregnancies. According to
(Terengganu, Azrida M, & Thamrin, 2021) Stated (Meulenbroeks, et al., 2021), nutritionists counsel
that nausea and vomiting can be overcome by pregnant women about a strict plant-based diet so
providing appropriate treatment, one of which is by they can have a healthy pregnancy. According to
giving light medication to treat nausea and vomiting, (wang et al., 2021), Pregnant women who eat plant-
carrying out regular ANC checks, and based foods during pregnancy will be beneficial for
recommending a diet. (Sebastiani, et al., 2019) Diet the condition of pregnant women, especially if it is
is one of the factors related to lifestyle that is most done starting in mid-pregnancy. A diet that has been
significant in determining a person's condition and planned will ensure maximum results, and the
can also influence offspring to develop disease. mother's pregnancy will proceed healthily. (Jayedi,
Meanwhile, pregnancy is a very important window in et al., 2023) Pregnant women should adhere more
the diet process, which will benefit the fetus's health to a plant-based diet during the first trimester
later. During pregnancy, pregnant women choose to because the first trimester is likely to be associated
follow a vegetarian diet due to certain reasons. with a lower risk of inadequate GWG. According to
During the preconception period, nutrition in (MD, et al., 2023), if pregnant women adhere more
pregnant women must be adjusted properly to a planned plant-based diet, they will have a lower
because this is very important for creating a healthy risk of experiencing hypertensive disorders during
pregnancy. (Attini, et al., 2017) A plant-based diet pregnancy. Most have a benefit related to improved
limited to protein and supplemented with weight control. And according to (Piccoli, et al.) A
supplements will prevent pregnant women from healthy diet for pregnant women during their
experiencing complications, such as protein uria. pregnancy has been known for many years as a key
(Zulyniak, et al., 2017) Pregnant women who eat a to the well-being of both the mother and her fetus.
plant-based diet during pregnancy are also related Over time, an ideal dietary pattern is increasingly
to the baby's birth weight. shifting from a low-risk eating pattern, and nutrient
deficiencies will also reduce the risk of diseases
The Development of Plan Based Diet as associated with overeating. The rediscovery of
Management of Midwifery Care for First Trimester vegetarian dietary patterns has received attention,
Pregnant Women with Hyperemesis. especially as this diet can protect against chronic
The statistical analysis results using the diseases or what can be called "overeating" in
Wilcoxon test showed a significant value of 0.002 in developed and developing countries, including
the control group and 0.000 in the intervention cardiovascular disease, diabetes or obesity.
group. The interpretation of the results of this
research is that there is a significant influence of the CONCLUSION
development of a plan-based diet as Midwifery Care This research aimed to analyze the
Management for pregnant women in the first development of a Plan Based Diet as a
trimester on Hyperemesis Gravidarum. management strategy for midwifery care in first-
Pregnant women who experience nausea trimester pregnant women with hyperemesis in the
and vomiting can be given education about nutrition Paspan Community Health Center, Banyuwangi
and diet planning, such as regulating food and drink Regency working area. To determine the influence
intake in small portions but frequently (throughout of developing a Plan Based Diet as a management
the day). Food should be rich in carbohydrates and strategy for midwifery care in first-trimester pregnant
low in fat and acid (Walyani, 2015). Frequent women with hyperemesis, it can be concluded that
snacks, nuts and biscuits, electrolyte replacement there is a lack of understanding about nutrition
drinks, and nutritional supplements are consumed by pregnant women, as long as the
recommended to maintain electrolyte balance and mother still
adequate calorie intake. If the smell of freshly
cooked (hot) food can
622 DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati),Vol 9, No. 4. October 2023,
ISSN (Print) 2476-8944 ISSN (Online) 2579-762X, Hal 616-623

experiences hyperemesis and what foods can Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, Vol.2
reduce nausea. No.2 Hal 164 - 171.
Efforts to overcome this condition include Jayedi, A., Motlagh, S. Z., Moosavi, H.,
providing care to pregnant women by implementing Mirmohammadhkani, M., Emadi, A., & Bidar,
a Plan Based Diet for 2 weeks, where pregnant S. S. (2023). Association of plant-based
women carry out a healthy diet by consuming high dietary patterns in first trimester of pregnancy
plant and animal proteins. In its implementation, with gestational weight gain: results from a
there will be assistance from health workers. prospective birth cohort. EJCN, 77, hal 660 -
667.
SUGGESTION Latifah, L., Setiawati, N., & Hapsari, E. D. (2017).
Cooperating with Community Health Centers Efektifitas Self Management Module dalam
to socialize the Plan Based Diet to meet the Mengatasi Morning Sickness. Jurnal
nutritional needs of pregnant women experiencing Keperawatan Padjadjaran, Vol 5o 1, Hal 10 -
hyperemesis so they can undergo their pregnancy 18.
healthily without hyperemesis complaints. By MD, m. M., Wang, S., Contreras, D. S., Alarcon, L.
undergoing a healthy pregnancy, the delivery M., Panozo, E. O., Stuart, J., . . . Chavarro,
process is expected to go smoothly with both J. (2023). Prepregnancy plant-based diets
mother and baby in good health. and risk of hypertensive disorders of
pregnancy. American Journal Of Obstetrics
REFERENCES and Gynecology, 1 - 16.
Almatsier, S. (2011). Prinsip dasar Ilmu Gizi. Meulenbroeks, D., Versmissen, i., Prins, N.,
Jakarta: PT. Gramedia. Jonkers, D., Gubbels, j., & Scheepers, H.
Attini, R., Leone, F., Charenet, A., Longhitano, E., (2021). Care by Midwives, Obstetricians, and
Casula, V., Cont, A. T., . . . Piccoli, G. b. Dietitians for Pregnant Women Following a
(2022). Plant-Based Diets Improve Strict Plant- Based Diet: A Cross-Sectional
Maternal– Fetal Outcomes in CKD Study. Nutrients, 13,2394 Hal 1 - 10.
Pregnancies. Nutrients, 14,4203 Hal 1 - 15 . Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu
Attini, R., Leone, F., Montersino, B., Fassio, F., Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Minelli, F., Colla, L., . . . Piccoli, G. B. (2017). Piccoli, G. B., Leone, F., Attini, R., Cabiddu, G., Loi,
Pregnancy, Proteinuria, Plant-Based v., Maxia, S., . . . Tullia, T. (n.d.). Vegetarian
Supplemented Diets and Focal Segmental and Plant-Based Diets in Pregnancy.
Glomerulosclerosis: A Report on Three Proverawati, A., & Asfuah, S. (2009). Buku Ajar Gizi
Cases and Critical Appraisal of the Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Literature. Nutrients, 9,770 Hal 1 - 20 . Raharjo, R., & Hakim, M. (2021). The Analysis Of
Damayanti. (2021). Asuhan Gizi Pada Hiperemesis Nurshing Problem in Mothers With
Gravidarum. JNH, Vol 9, No 1 Hal 44 - 52. Hyperemesis Gravidarum at RS NU
DinKes, B. (2020). Profil Kesehatan. Banyuwangi: Banyuwangi. Science Midwifery.
Dinas Kesehatan. Rahma, M., & Safura, T. R. (2016). ASUHAN PADA
Evayanti, Y. (2015). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I DENGAN
IBU DAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I.
HAMIL TERHADAP KETERATURAN Midwifery Juornal, Vol 2, No 02 Hal 50 - 58 .
KUNJUNGAN ANTENATAL CARE ( anc ) DI Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan Pada
PUSKESMASWATES LAMPUNG TENGAH. Klien dengan Hiperemesis Gravidarum :
Jurnal Kebidanan, Vol 1 No 2, Hal 81 - 90. penerapan konsep dan Teori Keperawatan.
Fauziah, Y. (2012). Obstetri Patologi. Yogyakarta: jakarta: Salemba Medika.
Nuha Medika. Safitri, S., & Triana, A. (2021). ASUHAN
Hakiki, M., Nurul, W. E., & Renita, D. R. (2022). KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
Buku Ajar Asuhan Kehamilan Sehat Selama TRIMESTER
Pandemi Covid-19. Jakarta: Gue Pedia. III. Jurnal Kebidanan Terkini (Current
Hasibuan, I. A., purnama, L., Nabawi, H., sari, T. P., Midwifery Journal), Vol 01, Nomor 02, Hal 79
Aini, N., & Krinadadita, B. (2021). Asuhan - 86 .
kebidanan ibu hamil pada Ny.V dengan Sebastiani, G., Barbero, A. H., Novell, C. B.,
Hiperemesis Gravidarum Grade I Casanova, M. A., Bilbao, V. A., Fernandez,
dipraktekkan bidan nurhayani nasution Desa V. A., . . . Algar, O. G. (2019). The Effects of
tanjung Medan Tahun 2021. Jurnal Ilmu Vegetarian and Vegan Diet during
Pregnancy

DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan 623


Miftahul Hakiki, Yulifah Salistia Budi, Akhmad Yanuar Fahmi Pamungkas

on the Health of Mothers and Offspring. wang, H., Li Huang, Lin, L., Xi Chen, Zhong, C.,
Nutrients, 11,557 Hal 1 - 29. Qian Li, . . . Wei, S. (2021). The overall plant-
Sharoon, & Reeder. (2011). Keperawatan based diet index during pregnancy and risk
Maternitas Vol 2. Jakarta: EGC. of gestational diabetes mellitus: a
Susanti, E., Firdayanti, & Haruna, N. (2019). prospective cohort study in China. British
Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Journal Of Nutrition, Hal 1520 - 1528.
pada Ny “S” dengan Hiperemesis Wardani, R. K. (2020). EFEKTIFITAS KONSUMSI
Gravidarum Tingkat II di RS TNI Angkatan AIR TEBU KOMBINASI DENGAN AIR JAHE
Laut Jala Ammari pada Tanggal 27 Mei-18 TERHADAP HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Juli 2018. Jurnal Midwifery, Vol 1 No 2, Hal DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT
79 - 91. INAP SIDOMULYO PEKANBARU. Al-
Terengganu, R. N., Azrida M, & Thamrin, H. (2021). Insyirah Midwifery Jurnal Ilmu Kebidanan (
Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Journal Of Midwifery Sciences ), Vol 9 No 1,
pada Ny. A dengan Hiperemesis hal 36 - 41.
Gravidarum. Window Of Midwifery Journal, Wood, & Haber, J. (2010). Nursing Research :
Vol 2, No 2 Hal 77 - 87. Methods and Critical Appraisal for Evidance
Umaroh, s. H., Kumalasari, N., & Wigati, D. N. Based Practise. Louis : Mosby Elsiver.
(2023). Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Zulyniak, M. A., Souza, R., Shaikh, M., Desai, D.,
Trimester 1 dengan Fokus Intervensi Lefebvre, D., Gupta, M., . . . Anand, S.
Pemberian Aroma Terapi Oil Jahe Untuk (2017). Does the impact of a plant-based diet
pengurangan Mual Muntah pasien during pregnancy on birth weight differ by
Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas ethnicity? A dietary pattern analysis from a
Toroh I. TSJKeb_Jurnal, Vol.8 No.1 Hal 25 - prospective Canadian birth cohort alliance.
30. BMJ Open, 1 - 9.
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

624 DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan

Anda mungkin juga menyukai