Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep, Sejarah, dan Politik
dalam Praktik Kebidanan
Dosen pengampu : Sri Sumarni, M.Mid

Oleh:
ANDRIANA
NIM : P1337424718027

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN KEBIDANAN


PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019
Analisis Undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 2019 pasal 26

Pasal 26 dalam UU Kebidanan nomor 4 tahun 2019 membahas tentang izin praktik
bidan. Pasal 26 terdiri dari dua (2) ayat. Pada ayat pertama menyebutkan bahwa bidan paling
banyak mendapatkan dua SIPB. Pada ayat kedua terdapat dua poin penting yang dijelaskan
sesuai dengan ayat satu. Poin pertama menyatakan bahwa satu SIPB berlaku di tempat
Praktik Mandiri Bidan dan satu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan selain di tempat Praktik
Mandiri Bidan. Pada poin kedua menyatakan dua SIPB berlaku di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan selain di tempat Praktik Mandiri Bidan. Hal yang diatur dalam pasal 26 UU nomor
4 tahun 2019 sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam pasal 6 Permenkes no. 28 tahun
2017 tentang izin dan penyelenggraan praktik bidan, yang juga menyebutkan bahwa bidan
hanya dapat memiliki paling banya dua SIPB.
Bidan yang berkerja di fasilitas pelayanan kesehatan dan membuka praktik bidan
mandiri wajib memiliki SIPB. Hal ini dikarenakan SIPB merupakan lisensi bidan yang
dibuat dengan beberapa tujuan tertentu:
1. Melindungi masyarakat dari pelayanan kesehatan yang diberikan oleh profesi.
Bidan yang telah memiliki SIPB menunjukkan bahwa bidan tersebut telah memiliki
pengetahuan dan kompetensi yang baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan persyaratan telah lulus uji kompetensi dan telah
memiliki STR bagi bidan yang ingin mengurus SIPB. Bidan yang telah lulus uji
kompetensi tentu dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Fungsi bidan yang berkaitan
erat dengan pelayanan kesehatan secara langsung kepada klien adalah fungsi bidan
sebagai pelaksana yang meliputi (Endah, 2016):
a. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
b. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan
kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
c. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
d. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
e. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
f. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
g. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
h. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
i. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai
dengan wewenangnya.
2. Memberikan kejelasan batas wewenang bidan.
Dengan adanya SIPB, maka bidan dalam memebrikan pelayanan akan mengikuti
ketentuan wewenang yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan apa yang telah
diatur dalam Undang-undang. SIPB akan dicabut jika bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan tidak sesui dengan kewenangan yang telah diberikan kepadanya.
3. Menetapkan sarana dan prasarana.
Bidan yang membuka praktik mandiri bidan harus memenuhi syarat ketentuan saranan
dan prasarana yang telh ditetapkan agar dapat memiliki SIPB. Pemenuhan sarana dan
prasaranan dalam melakukan praktik kebidanan tentu akan mempengaruhi tingkat
pelaynan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Semakin memadai sarana dan
prasarana layanan kesehatan, maka akan semakin baik pula kualitas layanan yang
diberikan. Baiknya kualitas pelayanan kesehatan akan berdampak pada peningkatan
derajat kesehatan pasien atau masyarakat yang menerima pelayanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan


2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
3. K.H. Endah Widhi Astuti. 2016. Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai