Anda di halaman 1dari 24

Konsep Pengelolaan Pelayanan Kebidanan di Puskesmas

(Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Management
Pelayanan Kebidanan Berbasis WCC)

Dosen Pembimbing :
Dr. Hj Atit Tajmiati A.M.Keb S.Kep.,Ns.M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Rossada Nur Fadilah Isnawati


Betty Kristianti Cucu Rosita
Fadila Putri Sylvia faridatulhuda
Auffa Shaffarina Tsani Sekar
Giani Tresna Julia

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Management
Pelayanan Kebidanan Berbasis WCC. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini dipergunakan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Management Pelayanan Kebidanan Berbasis WCC di Program Studi Profesi Bidan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tasikmalaya.
Laporan ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Nunung Mulyani, APP, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan.
2. Dr. Meti Widiya Lestari, SST,M.Keb selalu Ketua Prodi Sarjana dan Profesi
Kebidanan.
3. Dr. Hj Atit Tajmiati A.M.Keb S.Kep.,Ns.M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Kuliah Management Pelayanan Kebidanan Berbasis WCC.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Tasikmalaya, Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Definisi Bidan 3
B. Pengelolaan Pelayanan Kebidanan di Puskesmas 3
C. Standar Kompetensi Kerja Bidang Kebidanan 18
BAB III PENUTUP 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional
yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia,
baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
perseorangan tingkat pertama yang mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Bidang kesehatan memiliki berbagai macam aktivitas pelayanan yang
memerlukan kompetensi dari berbagai profesi. Salah satu pelayanan kesehatan profesi
yang tersedia di puskesmas adalah pelayanan kebidanan. Pelayanan kebidanan
didefinisikan sebagai bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi,
dan/atau rujukan. Sasaran dalam pelayanan kebidanan mencakup individu, keluarga, dan
masyarakat. Dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan di puskesmas, terdapat system
pengelolaan yang akan membantu merealisasikan pelaksanaan pelayanan kebidanan
secara merata dan menyeluruh.
Pada puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali
kegiatan yang akan dilakukan, menguasai fungsi dan tugas masing-masing. Pengelolaan
pelayanan kebidanan komunitas mencangkup kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, monitoring, evaluasi, pencatatan dan pelaporan. Kegiatan kebidanan akan
terlaksanakan dengan baik dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan
jika didasarkan pada suatu rencana. Perencanaan pelayanan kebidanan komunitas
merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan sebelum muncul perencanaa,
mengantisipasi sebanyak mungkin keputusan pelaksanaan dengan meramalkan masalah-
masalah yang mungkin timbul, manfaat perencanaan ini antara lain sebagai metode untuk
mencapai tujuan, sebagai petunjuk pelaksanaan, dan menjamin penggunaan sumber daya
secara efektif. Untuk pengorganisasian yang dimaksud yaitu puskesmas,

1
pengorganisasian adalah mengatur personel atau staf yang ada di dalam institusi tersebut
agar semua kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana dapat berjalan dengan baik,
yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai.
Pelaksanaan atau actuating merupakan setelah perencanaan dan pengorganisasian
maka perlu mewujudkan perencanaan tersebut dengan menggunakan organisasi yang
terbentuk berarti ini merupakan rencana tersebut dilaksanakan (implementating) atau
diaktuasikan (actuating), untuk melaksanakan program kesehatan, seorang pemimpin
harus mampu mengarahkan, mengawasi dan mensupervisi bawahannya. Hal ini berarti
harus ada monitoring dan evaluasi, monitoring adalah suatu proses untuk mengukur
penampilan kegiatan atau pelaksanaan kegiatan suatu program yang selanjutnya
memberikan pengarahan-pengarahan sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai dan
evaluasi adalah prosedur penilaian/pelaksanaan hasil kerja/dampak secara sistematik,
dengan membandingkannya dengan standard dan mengikuti criteria/metode/tujuan guna
menilai sekaligus mengambil keputusan.
Selain itu diperlukanya adanya pencatatan dan pelaporan. Pelaporan adalah
catatan yang memberi informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan ke
pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tersebut. Setiap mengakhiri
kegiatan harus ada pembuatan pelaporan. Proses laporan dilakukan secara tertulis.
Manfaat pelaporan, meliputi pertanggung jawaban autentik pelaksanaan kegiatan,
member info terdokumentasi, bahan bukti kegiatan (bukti hukum), bahan pelayanan,
penyusunan rencana dan evaluasi, dan bahan untuk penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapatkan adalah
“Bagaimana pengelolaan pelayanan kebidanan di puskesmas”.
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengelolaan pelayanan kebidanan di puskesmas.
D. Manfaat
Mampu memahami dan mengetahui tentang pengelolaan pelayanan kebidanan di
puskesmas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bidan
Bidan (bahasa Inggris: midwife) adalah seseorang yang telah mengikuti program
pendidikan bidan yang diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut, serta
memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan (register) dan atau memiliki izin yang sah
(lisensi) untuk melakukan praktik bidan. Definisi ini ditetapkan melalui kongres ICM
(International Confederation of Midwives) ke-27 yang dilaksanakan pada bulan Juli
tahun 2005 di Brisbane Australia.
Sedangkan definisi terbaru dari ICM (International Confederation of
Midwives) yang dikeluarkan pada Juni 2011, bidan adalah seseorang yang telah
menyelesaikan (lulus) program pendidikan kebidanan yang diakui secara resmi oleh
negaranya serta berdasarkan kompetensi praktik kebidanan dasar yang dikeluarkan ICM
dan kerangka kerja dari standar global ICM untuk pendidikan kebidanan, telah memenuhi
kualifikasi yang dipersyaratkan untuk didaftarkan (register) dan/atau memiliki izin yang
sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan, dan menggunakan gelar/hak sebutan
sebagai bidan, serta mampu menunjukkan kompetensinya di dalam praktik kebidanan.
Definisi yang terakhir ini adalah definisi yang berlaku saat ini hingga ditinjau kembali
oleh ICM pada Tahun 2017.
B. Pengelolaan Pelayanan Kebidanan Puskesmas
1. Perencanaan
Pelayanan kebidanan komunitas merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
secara keseluruhan. Dalam konsep pelayanan kebidanan komunitas, bidan merupakan
pemeran utama dalam layanan kesehatan ibu dan anak di tingkat masyarakat sesuai
ruang lingkup, fungsi, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan bidan di tingkat
komunitas.
Tujuan utama pelayanan kebidanan adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah remaja, wanita usia subur, wanita pra hamil, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, anak pra sekolah, wanita
dengan gangguan sistem reproduksi, wanita dengan klimakterium dan menopause.

3
Secara umum suatu stuktur hirarkhi organisasi pelayanan kebidanan adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat pelayanan yang paling rendah, yaitu pelayanan kebidanan di tingkat
komunitas seperti bidan praktik swasta (BPS), pondok bersalin desa (polindes),
pos kesehatan desa (poskodes), klinik atau rumah bersalin, dan balai pengobatan.
b. Tingkat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).
c. Pelayanan kesehatan dan rumah sakit daerah (rujukan tingkat pertama/primer).
d. Pelayanan kesehatan regional.
e. Tingkat pelayanan rumah sakit.
f. Tingkat lembaga nasional khusus.
g. Tingkat departemen kesehatan.
Kegiatan perencanaan pelayanan kebidanan komunitas merupakan usaha untuk
menjawab pertanyaan sebelum muncul perencanaa, mengantisipasi sebanyak mungkin
keputusan pelaksanaan dengan meramalkan masalah-masalah yang mungkin timbul
dan menerapkan prinsip-prinsip serta menerapkan aturan-aturan yang memecahkan
permasalahan dalam kegiatan pelayanan kebidanan di tingkat komunitas.
Dalam perencanaan pelayanan kebidanan, bidan harus merencanakan mengenai:
a. Tujuan dari apa yang direncanakan.
b. Pendekatan atau strategi untuk mencapai tujuan.
c. Kegiatan-kegiatan pelayanan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
d. Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan.
e. Sumber daya yang akan digunakan.
f. Biaya kegiatan.
g. Jadwal pelaksanaan kegiatan yang terinci.
Ada beberapa dari bentuk perencanaan, yaitu:
Perencanaan berdasarkan kurun waktu pelaksanaan
a. Jangka panjang: alokasi waktu 25 tahun.
b. Jangka menegah: alokasi waktu 5 tahun.
1) Jangka pendek: disusun untuk kegiatan tahunan.

4
Upaya kegiatan komunitas di Indonesia merupakan bagian pembangunan
kesehatan. Oleh karena itu perencanaan kebidanan komunitas mengikuti pada
perencanaan pembangunan tersebut.
2) Perencanaan berdasarkan wilayah
a. Rencana pembangunan nasional (pusat)
b. Rencana pembangunan daerah, seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan dan
desa.
3) Perencanaan Berdasarkan Program
a. Rencana pembangunan kesehatan keluarga
b. Rencana penyuluhan kesehatan
c. Rencana pembangunan puskesmas
Keputusan perencanaan adalah menentukan masalah-masalah yang ada dan
yang mana yang perlu mendapat prioritas perhatian. Sebuah masalah mungkin
dapat berupa kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang seharusnya. Bidan
sebagai perencana juga bisa memutuskan siapa yang berisiko untuk mengalami
masalah tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan bermula sebagai sebuah
gagasan atau sebagai respon terhadap keadaan tertentu. Perencanaan dapat terjadi
di semua tingkatan sistem kesehatan. Peranan tim kesehatan dalam pelayanan
kebidanan ini, adalah menerjemahkan kebijakan itu di tingkat komunitas,
merencanakan penerapannya, memastikan bahwa kebijaka tersebut terlaksana.
Benang merah dari langkah kegiatan perencanaan adalah:
a. Mengamati keadaan.
b. Mengenali masalah.
c. Menetapkan tujuan.
Menentukan tujuan berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi. Bila
masalah yang ditemukan tersebut banyak, maka bentuk-bentuk dari prioritasnya
masalahnya berdasarkan:
a. Berdasarkan besar nya masalah
b. Berdasarkan luasnya masalah
c. Berdasarkan dampak masalah

5
d. Berdasarkan besarnya akibat masalah
e. Berdasarkan tingkat kemudahan dalam mengatasinya
Untuk mendukung pencapaian tujuan perlu identifikasi tentang kondisi
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan dan untuk menentukan tujuan suatu
rencana dan strategi pelaksanaannya perlu dipertimbangkan, sehingga:
a. Kekuatan yang dimiliki (Strength)
b. Peluang (Opportunity)
c. Kelemahan (Weakness)
d. Ancaman (Threat)
Di dalam suatu perencanaan memiliki tujuan untuk menunjukkan keadaan
yang akan dicapai, yaitu: keadaan yang akan dicapai harus jelas dan dapat diukur
baik kuantitas maupun kualitas. Dalam tujuan suatu perencanaan sebaiknya
dinyatakan jangka waktu, kondisi dan tempat kegiatan.
a. Mengkaji hambatan.
b. Menjadwalkan kegiatan.
Berdasarkan kegiatan pokok disusun program lebih rinci yang mencakup
aktifitas-aktifitas, dilakukan dengan target yang akan dicapai. Rencana kegiatan
secara rinci mencakup latar belakang disusunnya rencana. Tujuan yang akan
dicapai:
a. Kegiatan yang akan dilakukan
b. Tempat pelaksanaan
c. Waktu dan penjadwalan pelaksanaan
d. Pelaksana yang bertanggung jawab
2. Pengorganisasian
Tujuan pengorganisasian adalah untuk menjamin bahwa penerapan atau
pelaksanaan akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Uraian pekerjanaan (job
description) merupakan salah satu cara untuk membagi tugas dalam tim pelayanan
kebidanan atau kesehatan pada umumnya. Uraian pekerjaan menyatakan, bahwa:
a. Tujuan, kegiatan dan program bidan atau anggota tim dalam pelayanan kebidanan
di komunitas.

6
b. Wewenang pemberi pelayanan, yaitu keputusan yang diharapkan diambil dan
sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.
c. Tanggung jawab pemberi pelayanan adalah tingkat pencapaian tugas dan fungsi
yang diharapkan.
Dalam pengorganisasian perlu ditetapkan suatu indicator atau parameter standar.
Standar menerjemahkan tujuan dan sasaran dari tim kesehatan menjadi jumlah
pekerjaan dan mutu pelayanan yang diharapkan dari masing-masing pekerja kesehatan.
Standar dapat ditetapkan dalam pekerjaan, kinerja, produktivitas dan perilaku.
Setelah menetapkan indicator atau standar, selanjutnya diperlukan langkah
mengkoordinasikan kegiatan. Mengkoordinasikan kegiatan adalah menempatkan
berbagai kegiatan dalam hubungan yang sesuai antara satu dengan yang lannya, untuk
memastikan bahwa semua yang perlu dikerjakan akan dikerjakan, dan tidak ada dua
orang mengerjakan tugas yang sama.
Agar kegitan pengorganisasian dapat efektif, maka dalam koordinasi harus
diterapkan tujuh langkah prinsip koordinasi, yaitu:
a. tujuan, masing-masing kelompok kerja harus memberi kontribusi kepada tujuan
pelayanan secara keseluruhan.
b. Batasan, masing-masing anggota tim harus didefinisikan dengan jelas mengenai
tugas masing-masing.
c. Komando, masing-masing kelompok kerja harus mempunyai satu orang yang
harus bertanggung jawab, dan semua orang yang berkepentingan harus tau
mengenai hal tersebut
d. Tanggung jawab, orang yang memimpin tim harus bertanggung jawab pada semua
anggotanya.
e. Wewenang, masing-masing orang bertanggung jawab harus mempunyai wewenang
setara dengan tanggung jawabnya.
f. Cakupan pengawasan, jangkauan pengawasan harus jelas batasan dan jumlahnya.
g. Keseimbangan, orang yang memimpin kelompok harus memperhatikan
keseimbangan kelompok, memperhitungkan dengan sumber daya yang dimiliki.
Dalam pelayanan kebidanan di komunitas kegiatan pengorganisasian meliputi dua
aspek, yaitu:

7
a. Kegiatan pengorganisasian dengan anggota tim kesehatan yang terlibat dalam
pelayanan kebidanan, hal ini sering disebut dengan kerjasama lintas program.
Kerjasama dengan tim tenaga kesehatan yang dapat terlibat dalam pelayanan
kebidanan di komunitas misalnya kerjasama antara bidan dengan dokter, perawat,
PLKB (petugas lapangan keluarga berencana), ahli gizi, ahli kesehatan lingkungan
dll.
b. Kegiatan pengorganisasian dengan anggota diluar tim kesehatan yang terlibat
dalam pelayanan kebidanan, hal ini sering disebut kerjasama lintas sektoral.
Kerjasama ini misalnya kerjasama antara bidan dengan kader kesehatan, PPKBD
(petugas pos keluarga berencana desa), pemerintahan desa, tokoh masyarakat,
ulama, ibu-ibu PKK dll.
Hasil pengorganisasian:
a. Terbentuklah suatu wadah (ENTITY), yang pada dasarnya merupakan perpaduan
antara kegiatan yang akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
b. Wadah yang terbentuk ini di kenal dengan nama ORGANISASI.
Kebidanan komunitas merupakan bagian dari kesehatan komunitas. Kegiatan
kebidanan komunitas ditentukan, diatur dan dilaksanakan bersama dengan upaya
kesehatan komunitas.
Dari segi kebijaksanaan pembangunan kesehatan, kegiatan komunitas termasuk
didalam upaya kesehatan keluarga. Sistem pemerintahan Indonesia merupakan daerah
otonomi yaitu daerah Tingkat I, Tingkat II (Dinas Kesehatan Tingkat I dan II) yaitu
unit-unit pelayanan yang melaksanakan pelayanan Kesehatan ibu anak dan keluarga
berencana dilaksanakan di puskesmas, pustu, polindes dan posyandu.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan pelayanan kebidanan di komunitas adalah merupakan bentuk
pelaksanaan operasional pelayanan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Bentuk pelaksanaan kegiatan, bisa berupa kegiatan pelayanan kebidanan yang bersifat
mandiri, kolaborasi maupun rujukan. Sasaran pelayanan kebidanan komunitas dapat
merupakan individu, keluarga atau masyarakat sesuai lingkup wewenang bidan.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan berhubungan dengan empat hal, yaitu:

8
a. Koordinasi kegiatan sesuai dengan pembagian kerja dan pelimpahan.
b. Penempatan orang dalam jumlah yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat,
untuk menjalankan kegiatan yang telah direncanakan dan diorganisasi.
c. Mobilisasi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukan untuk
menjalankan kegiatan tersebut.
d. Pengolahan informasi yang diperlukan dan cara komunikasinya untuk mendukung
keputusan terdahulu dan keputusan evaluasi.
Berikut ini merupakan contoh pelaksanaan pelayanan komunitas oleh bidan dalam
bentuk pelayanan asuhan antenatal di rumah pasien:
a. Kegiatan promosi kesehatan.
Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil tentang pentingnya
pemeriksaaan kehamilan dan imunisasi. TT pada ibu hamil. Menggunakan media
yang diperlukan.
b. Kegiatan pelayanan antenatal, meliputi: memastikan kehamilan. Menimbang berat
badan, mengukur tekanan darah, memeriksa adanya anemi, mempersiapkan set
pemeriksaan kadar hemoglobin, memeriksa abdomen, memeriksa genitalia,
memeriksa ukuran panggul, memeriksa protein urin dan benedik, memperkirakan
tanggal kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan.
c. Sistem informasi
Bidan melakukan pencatatan terhadap seluruh pelayanan kebidanan dan mencatat
didalam dokumentasi asuhan kebidanan di tingkat komunitas.
d. Obat-obatan dan peralatan.
Bidan membawa set peralatan yang diperlukan dalam pemeriksaaan antenatal,
misalnya stetoskop, metlin, jangka panggul, roboransia, tablet besi/Fe, set
imunisasi TT, set pemeriksaaan genitalia jika ada indikasi, dan vaksin imunisasi
TT.
4. Monitoring dan Evaluasi
Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar berjalan dengan baik sesuai dengan
indicator dan standar yang ditetapkan, maka perlu sistem monitoring dan evaluasi.
Tujuan monitoring adalah untuk sebagai berikut:

9
a. Memantau masukan: pekerjaan sesuai jadwal, tim tersedia sesuai tugas, pemakaian
biaya dan sumber daya sesuai dengan batas yang direncanakan, informasi yang
diperlukan tersedia, dan kelompok masyarakat atau perorangan berperan serta
seperti yang diharapkan.
b. Memantau proses menjamin bahwa: fungsi, kegiatan yang diharapkan dapat
berjalan sesuai dengan norma yang ditetapkan, standar kerja dipenuhi, diadakan
pertemuan sebagaimana perlunya dan telah terjadi komunikasi sesuai kebutuhan.
c. Memantau keluaran atau hasil akhir, menjamin bahwa: produk atau hasil sesuai
spesifikasi, pelayanan diselenggarakan sesuai rencana, pelatihan menghasilkan
keterampilan yang baru atau tingkat keterampilan yang tinggi, keputusan yang
cepat, tepat, pencatatan dapat dipercaya dan pelaporan dikerjakan, serta
masyarakat sebagai pengguna pelayanan dapat merasa puas terhadap pelayanan
yang diberikan bidan.
Selain ada kegiatan monitoring, juga dilakukan pengawasan, merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan beberapa hal, yaitu:
a. Tujuan pengawasan sesuai dengan kebutuhan.
b. Kinerja pengawasan pelaksanaan tugas.
c. Motivasi staf.
d. Peningkatan kompetensi staf.
e. Pengawasan sumber daya.
Perencanaan jadwal kunjungan pengawasan meliputi:
a. Menentukan seberapa sering kunjungan pengawasan perlu dilakukan.
b. Membuat daftar program.
c. Menentukan kebutuhan akan pengawasan.
d. Memperhatikan aspek-aspek pelayanan kesehatan yang memerlukan bantuan
khusus.
Kegiatan berikut adalah evaluasi terhadap pelayanan kebidanan komunitas yang sudah
dilakukan. Program monitoring dan evaluasi berkala atau rutin yang sudah
dilaksanakan oleh puskesmas sebagai Pembina wilayah setempat pelayanan kesehatan
di tingkat masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah dalam bentuk
PWS-KIA (pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak). Tujuan evaluasi

10
secara keseluruhan berfungsi secara pengukuran atau penilaian terhadap kegiatan
pelayanan yang telah dilakukan.
Pendekatan umum yang digunakan dalam evaluasi kegiatan adalah:
a. Pengukuran atas pencapaian yang diamati.
b. Perbandingan dengan norma, standar, indicator atau parameter yang diinginkan.
c. Penilaian sampai sejauh mana sejumlah nilai dapat dipenuhi.
d. Analisis penyebab kegagalan.
e. Keputusan (umpan balik).
Pendekatan umum dalam evaluasi terdiri dari lima langkah, yaitu:
a. Menentukan aspek apa dari program yang akan dievaluasi dan bagaiman cara
pengukuran efektivitas.
b. Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk memberikan bukti.
c. Membandingkan hasil dengan target atau tujuan.
d. Menentukan apakah dan sejauh mana target dan tujuan telah tercapai.
e. Menetapkan apakah program akan diteruskan tanpa perubahan, diubah, atau
diberhentikan.
5. Pencatatan
Pencatatan dalam pelayanan kebidanan di komunitas, mengacu pada dua pola, yaitu:
a. Pola pendokumentasian pelayanan kebidanan komunitas mengacu pada program
kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja, misalnya pencatatan dan pelaporan dalam
bentuk kohort ibu, kohort bayi, kohort balita, PWS-KIA, buku bantu kesehantan
ibu dan anak, balok SKDN posyandu, KMS ibu, buku KIA, KMS balita, register
asuhan ibu, register asuhan bayi, buku kunjungan kebidanan komunitas, buku
imunisasi bayi dan ibu, dan hasil survey mawas diri (SMD) kesehatan ibu dan anak
di masyarakat.
b. Pola pendokumentasian mengacu pada pendokumentasian asuhan kebidanan pada
individu sebagai sasaran pelayanan kebidanan di komunitas, yaitu asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, remaja, WUS, ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, klimakterium/menopause, gangguan sistem reproduksi ringan dan
asuhan keluarga berencana pada konteks keluarga di tingkat komunitas.

11
c. Pendokumentasian asuhan kebidanan pada individu sesuai sasaran pelayanan
kebidanan di tingkat komunitas secara umum menggunakan pendekatan
SOAP(subjektif, objektif, asesmen, planning) terdiri dari empat langkah yang
disarikan dari proses pemikiran manajemen kebidanan yang dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan klien dalam rekam medis klies sebagai catatan
kemajuan.
Pendokumentasian asuhan kebidanan sangat penting, karena:
a. Menciptakan catatak permanen tentang asuhan yang diberikan pada pasien.
b. Memungkinkan berbagi informasi diantara pemberi asuhan.
c. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.
d. Memungkinkan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan.
e. Memberi data untuk catatan nasional, penelitian dll.
f. Meningkatkan asuhan yang aman dan bermutu tinggi kepada klien.
SOAP harus dibuat setiap kali bertemu dengan pasien, dibuat pada setiap
kunjungan, dan pendokumentasian SOAP terdahulu harus dikaji untuk
mengevaluasi kondisi yang sekarang.
Pendokumentasian secara SOAP, dilakukan sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh data subjektif merupakan informasi apa yang dikatakan
oleh klien atau data yang diperoleh dari klien melalui wawancara.
b. Data yang diperoleh dari apa yang dilihat, dirasakan,diraba, diperiksa oleh
bidan termasuk pemeriksaan laboratorium.
c. Asesmen adalah kesimpilan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan
objektif.
d. Planning adalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai kesimpulan
yang telah dibuat.
Pendokumentasian SOAP dalam asuhan kebidanan disarikan dari tujuh langkah
metodologi manajemen kebidanan menurut Helen Varney, yaitu:
a. Mengumpulkan data.
b. Identifikasi diagnosis, masalah, kebutuhan.
c. Identifikasi masalah potensial.
d. Menetapkan kebutuhan tindakan segera.

12
e. Menyusun perencanaan.
f. Pelaksanaan asuhan.
g. Evaluasi hasil asuhan.
Manfaat pencatatan:
a. Memberikan informasi tentang suatu keadaan, masalah, atau kegiatan.
b. Sebagai bahan proses belajar mengajar.
c. Sebagai bahan pertanggung jawaban.
d. Sebagai bahan pembuatan laporan.
e. Untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
f. Sebagai bukti hukum.
g. Sebagai alat komunikasi (penyampaian pesan).
h. Sebagai alat komunikasi serta untuk mengingatkan suatu kegiatan atau
peristiwa khusus.
i. Sebagai bahan penelitian.
Bentuk pencatatan:
1. Berdasarkan isi
a. Catatan tradisional yaitu apa yang didengar dan dilakukan oleh sipencatat
(catatan harian)
b. Catatan sistematik yaitu menggunakan format. Identitas pasien, keluhan
utama, pemeriksaan fisik, rencana dan tindakan, catatan perkembangan
atau status pasien.
2. Berdasarkan sasaran
a. Catatan indivdu seperti catatan ibu, bayi, anak balita.
b. Catatan keluarga seperti identitas keluarga, masalah keluarga, kunjungan
rumah.
c. Catatan masyarakat seperti dalam kegiatan survei komuniti, bagian keadaan
dan masalah komuniti, rencana dan langkah yang dilakukan serta hasilnya
merupakan dalam kebidanan komuniti lebih diarahkan kepada ibu dan
anak.
3. Berdasarkan kegiatan
a. Catatan pelayanan kesehatan anak.

13
b. Catatan pelayanan kesehatan ibu.
c. Catatan pelayanan kesehatan KB.
d. Catatan imunisasi.
e. Catatan kunjungan rumah.
f. Catatan persalinan.
g. Catatan kelainan
4. Berdasarkan proses pelayanan
a. Catatan awal/masuk
b. Catatan pengembangan berisi kemajuan/ perkembangan pelayanan.
c. Catatan pindah.
d. Catatan keluar.
6. Pelaporan
Pelaporan merupakan catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan
tertentu dan hasilnya yang disampingkan ke pihak yang berwenang atau berkaitan
terhadap kegiatan tersebut.
Sesuai dengan keputusan direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
No.590/BM/DJ/Info/V/96, Pelaporan puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu
bulan januari-Desember dalam tahun yang sama. Formulir pelaporan dikembangkan
sesuai dengan kebutuuhan dan kemampuan atau beban kerja di puskesmas. Setiap
diakhir kegiatan harus ada pembuatan laporan. Formulir pelaporan dikembangkan
sesuai dengan kebutuuhan dan kemampuan atau beban kerja di puskesmas. Setiap
diakhir kegiatan harus ada pembuatan laporan. Laporan harus disampaikan keorang/
pihak lain. Proses laporan dilakukan secara tertulis.
Manfaat dari pelaporan:
1. Merupakan pertanggung jawaban autentik tentang pelaksanaan kegiatan.
2. memberikan informasi secara terdokumentasi kepada pihak lain atau terkait.
3. Dapat digunakan sebagai bahan bukti hukum. Dapat digunakan sebagai bahan
pelayanan.
4. Dapat digunakan sebagai penyusunan rencana dan evaluasi.
5. Dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian.
Bentuk dari pelaporan:

14
1. Latar belakang, tujuan, ruang lingkup (pendahuluan).
2. Isi laporan: perecanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, hasil kegiatan secara nyata,
masalah dan hambatan, saran untuk tindak lanjut.
3. Bila perlu rekomendasi: masalah dan saran menyangkut kebijakan.
Jenis laporan dibagi menjadi dua, yaitu
1. laporan insidensial
Laporan insidensial adalah laporan kejadian luar biasa atau darurat yang
memerlukan pelayanan dan bantuan cepat,
2. laporan berkala
laporan berkala, misalnya harian, mingguan, bulanan, triwulan, kwartalan, dan
tahunan.
Formulir laporan dari puskesmas ke daerah tingkat II adalah sebagai berikut :
1. Laporan Bulanan
a. Data Kesakitan (LB 1)
b. Data obat-obatan (LB 2)
c. Data Kegiatan gizi, KIA/KB, imunisasi, termasuk pengamatan penyakit
menular
d. Data kegiatan Puskesmas
2. Laporan Sentinel
a. Laporan bulanan sentinel (LB 1). Laporan yang memuat data penderita
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), serta diare menurut umur dan status imunisai.
Puskesmas yang memuat LB 1S adalah Puskesmas yang ditunjuk, yaitu satu
puskesmas dari setiap Dati II dengan periode laporan bulanan serta dilaporkan
ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I, dan Pusat ( Ditjen PPM dan PLP)
b. Laporan bulanan sentinel (LB 2). Dalam laporan ini memuat data KIA,
Gizi,tetanus neonatorum, dan penyakit akibat kerja. Laporan ini diberikan ke
Dinas Kesehatan Dati I, Dati II, dan Pusat ( Ditjen Binkesmas)
3. Laporan Tahunan
a. Data dasar PKM (LT-1)
b. Data Kepegawaian PKM (LT-2)

15
c. Data Peralatan (LT-3)
Alur Pelaporan:
Laporan dari dati II dikirirm ke Dinas Kesehatan Dati I dan Kanwil DepKes
Propinsi serta Pusat ( Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat ) dalam bentuk
rekapitulasi dari laporan SP2TP. Laporan tersebut meliputi sebagai berikut
1. Laporan Triwulan :
a. Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 1
b. Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 2
c. Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 3
d. Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 4
2. Laporan Tahunan :
a. Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LT 1
b. Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LT 2
c. Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LT 3
Frekuensi Pelaporan:
1. Laporan Triwulan
Laporan triwulan dikirim paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari
laporan triwulan yang dimaksud. ( contoh : laporan triwulan pertama tanggal
20 April 2012, maka laporan triwulan berikutnya 20 Mei 2012). Laporan ini
diberikan kepada dinas-dinas terkait sebagai berikut :
a. Kepala Dinas Kesehatan Dati I
b. Kepala kantor wilayah DepKes Propinsi
c. DepKes RI, tembusan ke Ditjen Binkesmas
2. Laporan Tahunan
Dikirim paling lambat akhir bulan februari ditahun berikutnya dan diberikan
kepada dinas-dinas terkait berikut
a. Kepala Dinas kesehatan Dati I
b. Kepala kantor wilayah DepKes Propinsi
c. Depkes RI, tembusan Ditjen Binkesmas
Mekanisme Pelaporan
1. Tingkat Puskesmas

16
a. laporan dari puskesmas pembantu dan bidan didesa disampaikan ke
pelaksana kegiatan dipuskesmas
b. Pelaksana kegiatan merekapitulasi data yang dicatat, baik didalam maupun
diluar gedung serta laporan yang diterima dari puskesmas pembantu dan
bidan desa
c. Hasil rekapitulasi pelaksana kegiatan dimasukkan ke formulir laporan
sebanyak dua rangkap untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP
d. Hasil rekapitulasi pelaksana kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk tindak
lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja kegiatan.
2. Tingkat Dati II
a. Pengelola data SP2TP di Dati II menggunakan perangkat lunak yang
ditetapkan oleh DepKes
b. Laporan SP2TP dari puskesmas yang diterima Dinas Kesehatan Dati II
disampaikan kepada pelaksana Sp2TP untuk direkapitulasi/entry data
c. Hasil rekapitulasi dikoreksi, diolah, serta dimanfaatkan sebagai bahan
untuk umpan balik, bimbingan teknis ke puskesmas, dan tindak lanjut
untuk meningkatkan kinerja program.
d. Hasil rekapitulasi data setiap tiga bulan dibuat dalam rangkap tiga
(dalambentuk soft file) untuk dikirimkan ke Dinas Kesehatan Dati I,
Kanwil DepKes Propinsi dan Departemen Kesehatan
3. Tingkat Dati I
a. Pengelolaan dan pemanfaatan data SP2TP di dati I mempergunakan
perangkat lunak sama dengan Dati II
b. Laporan dari Dinkes Dati II, diterima oleh Dinkes Dati I dan Kanwil
DepKes dalam Bentuk soft file diteruskan ke pelaksana untuk dikompilasi/
direkapitulasi
c. Hasil rekapitulasi disampaikan ke pengelolaprogram Dati I untuk diolah
dan dimanfaatkan serta dilakukan tindaklanjut, bimbingan, dan
pengendalian
4. Tingkat Pusat

17
Hasil olahan yang dilaksanakan Ditjen BinKesmas paling lambat dua
bulan setelah berakhirnya triwulan tersebut, kemudian disampaikan kepada
pengelola program terkait dan pusat data kesehatan untuk dianalisis dan
dimanfaatkan sebagai umpan balik,kemudian dikirimkan ke Kanwil depKes
Propinsi.
C. Stándar Kompetensi Kerja Bidang Kebidanan
Standar Kompetensi Kerja Bidang Kebidanan yang selanjutnya disebut SKK Bidang
Kebidanan adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja minimal yang harus dimiliki Bidan untuk melakukan pekerjaan atau tugasnya
atau menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara nacional. Standar Kompetensi ini
disusun sebagai pedoman bagi bidan dalam meningkatkan mutu pelayanan. Dengan
demikian, standar kompetensi kerja ini diharapkan dapat mendukung pelayanan
kesehatan di Indonesia. Kode unit kompetensi yang disepakati dalam rumusan SKK
Bidang
Kebidanan adalah Q.86KEBXX.YYY.1
Keterangan:
Q : Menunjukkan kategori aktivitas kesehatan manusia dan aktivitas sosial
86 : Menunjukkan golongan pokok aktivitas kesehatan manusia berdasarkan
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
KEB : Menunjukkan singkatan dari Kebidanan
XX : Menunjukkan pengelompokan unit kompetensi terdiri dari:
01 = Unit Kompetensi Memberikan pelayanan kebidanan komprehensif pada
Bayi Baru Lahir (BBL) /neonatus, bayi, balita dan anak usia prasekolah, remaja,
masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran,
masa nifas, masa antara, masa klimakterium, pelayanan Keluarga Berencana
(KB), serta pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.
02 = Unit Kompetensi Menjadi agen pembaharu dalam pengembangan profesi
Bidan secara komprehensif.
03 = Unit Kompetensi Melaksanakan peran sebagai pengambil keputusan,
sebagai penggerak dan pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan pelayanan

18
kebidanan dan/atau kesehatan secara komprehensif dengan memanfaatkan
potensi dan sumber daya yang tersedia.
YYY : Menunjukkan nomor urut kompetensi
1 = Menunjukkan versi

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pengelolaan pelayanan kebidanan puskesmas meliputi perencanaan, perorganisasian,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pencatatan, dan pelaporan. Kegiatan perencanaan
pelayanan kebidanan merupakan usaha untuk mengantisipasi sebanyak mungkin keputusan
pelaksanaan dengan meramalkan masalah-masalah yang mungkin timbul dan menerapkan
prinsip-prinsip serta menerapkan aturan-aturan yang memecahkan permasalahan dalam
kegiatan pelayanan kebidanan. Pengorganisasian adalah untuk menjamin bahwa penerapan
atau pelaksanaan akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pelayanan
kebidanan adalah merupakan bentuk pelaksanaan operasional pelayanan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Monitoring dan Evaluasi adalah untuk menjamin
pelaksanaan kegiatan agar berjalan dengan baik sesuai dengan indicator dan standar yang
ditetapkan. Pencatatan dalam pelayanan kebidanan adalah suatu dokumentasi berupa SOAP
(subjektif, objektif, asesmen, planning). Pelaporan merupakan catatan yang memberikan
informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya yang disampingkan ke pihak yang berwenang
atau berkaitan terhadap kegiatan tersebut.
B. Saran
Pembaca diharapkan dapat mengetahui serta memahami tentang konsep pengelolaan
pelayanan kebidanan di puskesmas, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

19
khususnya untuk para bidan. Karena searing bidan sebaiknya terus berusaha untuk
mengembangkan ilmu pengetahuannya agar kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan
semakin baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Eka,Arsita P. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Nuha Medika


Eni Puji Wahyuningsih, Ircham Mc, Anis Indriyani, Mina Yumei Santi. 2009. Dasar-dasar Ilmu
Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/1261/2022 Tentang
Standar Kompetensi Kerja Bidang Kebidanan.
Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

21

Anda mungkin juga menyukai