Anda di halaman 1dari 31

TUGAS INDIVIDU

MIDWIFERY MODEL OF CARE


Dosen Pengampu : Nuryani, SSiT., M.Kes
Mata Kuliah : Konsep Kebidanan

Disusun Oleh :
ANA WIJAYANTI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PROGRAM ALIH JENJANG DIV KEBIDANAN
KAMPUS MAGETAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Midwifery model of care”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Konsep Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Surabaya Program Alih Jenjang
DIV Kebidanan Kampus Magetan. Dalam penyusunan makalah ini, kami
mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Dwi Purwanti, S.Kp., M. Kes selaku Kaprodi DIV Kebidanan Kampus
Magetan
2. Nuryani, SSiT., M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep
Kebidanan
3. Semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam segi pembahasan, penulisan, dan penyusunan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing mata
kuliah Konsep Kebidanan untuk menyempurnakan makalah ini.

Magetan, 17 agustus 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i.

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................iii

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................3

Definisi Bidan................................................................................................................3

Pengertian Kebidanan....................................................................................................4

Pelayanan Kebidanan.....................................................................................................4

Standar Asuhan Kebidanan............................................................................................7

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................11

Kesimpulan..................................................................................................................11

Saran............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kemenkes RI, 2019 Asuhan kebidanan adalah rangkaian kegiatan
yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu
dan kiat kebidanan.

Sedangkan kebidanan berasal dari kata bidan yang artinya adalah


seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan
yang telah diakui pemerintah dan lulusujian dengan persyaratan berlaku, jika
yang bersangkutan melakukan praktik tersebut maka harus mempunyai
kualifikasi agar mendapatkan lisensi untuk praktik kebidanan. (Marlinah
julianti,Melati Sari, 2018:1)

Kebidanan merupakan ilmu yg terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu


(multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan, meliputi ilmu
kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu perilaku, ilmu sosial budaya, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan
kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru
lahir. . (Marlinah julianti,Melati Sari, 2018:1)

Dalam menjalankan praktik kebidanan seorang bidan harus memahami juga


tentang standar Asuhan Kebidanan, Menurut Kemenkes RI, 2019 Pelayanan
Kebidanan adalah bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan secara
mandiri, kolaborasi atau rujukan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai
berikut :

1
1.2.1 Apa definisi asuhan kebidanan?
1.2.2 Bagaimana Prosedur pemberian Asuhan kebidanan?
1.2.3 Apa sajakah wewenang dalam asuhan kebidanan?
1.2.4 Bagaimana penerapan asuhan kebidanan pada ibu bersalin?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana seorang bidan memberikan
asuhan kebidanan.
1.3.2 Agar mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah dalam asuhan
kebidanan ?
1.3.3 Agar mahasiswa dapat mengetahui wewenang bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan ?
1.3.4 Agar mahasiswa mengetahui penerapan asuhan kebidanan ?

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam rangka
pembelajaran baik dalam proses pembelajaran maupun non-pembelajaran, dan
meningkatkan pengetahuan bagi semua kalangan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bidan


Dalam Bahasa Inggris data bidan bersalah dari “midwife” yang memiliki
arti pendamping wanita. Dan dalam sansekerta bidan berasal dari kata
“wirdhan” yang berarti wanita yang bijaksana. Bidan adalah suatu profesi
yang sudah diakui secara nasional dan international oleh para praktisi di
berbagai belahan dunia. Secara internasional definisi bidan dan bidan
praktinya telah diakui oleh lembaga International Confederation of Midwives
(ICM), lembaga International Federation of International Gynaecologist and
Obstretioan (FIGO) serta WHO dan badan lainnya pada tahun 1972. Pada
pertemuan dewan di Kobe tahun 1990, ICM telah menyempurnakan
pengertian tersebut yang telah disahkan oleh FIGO pada tahun 1991 dan WHO
pada tahun 1992 (Niken Bayu Argaheni, 2020).

2.2 Pengertian Kebidanan


Kebidanan berasal dari kata “Obsto” dari bahasa latin yang berarti
mendampingi. Dari Bahasa Prancis yaitu “Obstetricus”, dari Bahasa Inggris
yaitu “Obstetric” yaitu satu ilmu yang mempelajari proses lahiranya manusia,
yang di mulai sejak masa kandungan sampai dengan kelahirannya (Septina,
2020).
Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin
ilmu(multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan, meliputi ilmu
kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu perilaju, ilmu sosial budaya, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan
pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, postpartum,
bayi baru lahir (Ulfah, 2020).

3
2.3 Pelayanan Kebidanan
Menurut Kemenkes RI, 2019 Pelayanan Kebidanan adalah bentuk
pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Bidan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Pelayanan kebidanan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
ditujukan khusus kepada perempuan, bayi dan anak. Pelayanan kebidanan
harus diberikan secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu dan aman.
Bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan berperan sebagai pemberi
pelayanan kebidanan, pengelola pelayanan kebidanan, penyuluh dan konselor
bagi klien, pendidik pembimbing dan fasilitator klinik, penggerak peran serta
masyarakat dan pemberdayaan perempuan, serta peneliti. Pelayanan
kebidanan yang diberikan oleh bidan didasarkan pada pengetahuan dan
kompetensi di bidang ilmu kebidanan yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan klien.
Menurut Astuti dkk, 2016 Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, fokus kesehatan wanita siklus reproduksi, BBL dan
balita untuk mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tersedia SDM yang
berkualitas di masa depan. 3 pelayanan kebidanan yaitu:
2.3.1 Primer/Mandiri
Layanan kebidanan primer yang dilakukan oleh seorang bidan
yang sepenuhnya menjadi tangungjawab bidan.
2.3.2 Kolaborasi
Layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebaai salah satu urutan
dari sebuah proses kegiatan pelayanan. Misalnya: merawat ibu hamil
dengan komplikasi medik atau obstetric.
Tujuan pelayanan: berbagi otoritas dalam pemberian pelayanan
berkualitas sesuai ruang lingkup masing-masing. Kemampuan untuk
berbagi tanggung jawab antara bidan dan dokter sangat penting agar
bisa saling menghormati, saling mempercayai dan menciptakan
komunikasi efektif antara kedua profesi.
4
2.3.3 Rujukan
Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke
system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan
ketempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal
maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lain. Layanan bidan yang
tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta
bayinya.
2.4 Asuhan Kebidanan
Menurut Kemenkes RI, 2019 Asuhan kebidanan adalah rangkaian kegiatan
yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu, bidan
berwenang untuk:
1. Memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum hamil;
2. Memberikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan normal
3. Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal
4. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas
5. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin,
nifas dan rujukan;
6. Melakukan deteksi dini kasus risik dan komplikasi pada masa kehamilan,
masa persalinan, pasca persalinan, masa nifas, serta asuhan
pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan
Sedangkan dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak,
bidan berwenang untuk:
1. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak
prasekolah
2. Memberikan imunisasi sesuai program pemerintan pusat
5
3. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang
dan rujukan
4. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjutkan dengan rujukan.

2.5 Standar Asuhan Kebidanan


2.5.1 Pengkajian
a. Definisi
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Kriteria pengkajian
1) Data tempat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama,
Riwayat obstetric, Riwayat Kesehatan dan latar belakang sosial
budaya)
3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang
2.5.2 Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan
a. Definisi
Bidan mengnalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria perumusan diagnose dan atau masalah
1) Diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan
2.5.3 Perencanaan
a. Definisi

6
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan
masalah yang ditegakkan
b. Kriteria perencanaan
1) Rencana Tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, Tindakan segera, Tindakan antisipasi, dan asuhan
secara komprehensif
2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya,
klien/keluarga
4) Memilih Tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarrkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada
2.5.4 Implementasi
a. Definisi
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien/pasien, dalam bentuk Upaya promotive, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
b. Kriteria
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-
sosialspiritual-klutural
2) Setiap Tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
dan atau keluarganya (informed consent)
3) Melaksanakan Tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap Tindakan
5) Menjaga privacy klien/pasien
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan

7
8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan
sesuai
9) Melakukan Tindakan sesuai standar
10) Mencatat semua Tindakan yang telah dilakukan
2.5.5 Evaluasi
a. Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien
b. Kriteria evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan
keluarga
3) Evalusai dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi pasien

2.5.6 Pencatatan asuhan kebidanan


a. Definisi
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap akurat,singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan
1) Pencatatan dialkukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/ buku
KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
8
tindakan segera, tindakan secara komprehensif: penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follo up dan rujukan.

2.6 Asuhan kebidanan pada ibu bersalin di PMB


Model Asuhan Partnership care dalam persalinan digambarkan dengan
suatu keadaan dimana bidan dan perempuan menjadi teman, sahabat, bersama-
sama saling mendukung, kedudukannya setara dalam proses persalinan dengan
demikian partnership care dapat memperlancar proses persalinan dan menjadi
pilihan solusi dalam kasus partus lama. Hasil study literature Midwifery, BMC, J.
Work Organisation and Emotion, Hindawi Publishing Corporation didapatkan
data bahwa Harapan perempuan dalam asuhan kebidanan yaitu bidan harus
berusaha untuk membangun hubungan saling percaya, bidan menyambut
kedatangan perempuan yang sebelumnya bidan memperkenalkan dirinya,
menanyakan identitas perempuan dan pendampingnya (Rr. Sri Nuriaty1, 2021)
Hal yang bisa dilakukan bidan untuk mendukiung pemberian suhan
kebidanan saat persalinan diantaranya adalah :
1. Melibatkan dan bekerjasama dengan klien dan keluarganya dalam
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi saat persalinan.
2. Melibatkan klien dan keluarganya dalam mengidentifikasi kebutuhan rasa
aman dan nyaman saat persalinan dengan dengan cara menanyakan kepada
klien tentang posisi nyang nyaman, kebutuhan yang diperlukan saat bersalin
sejak kala 1 sampai kala 4. (Rr. Sri Nuriaty1, 2021)
2.6.1 Asuhan persalinan
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. A umur 26 tahun G1P0A0 usia
kehamilan 39 minggu di PMB Sukani Edy, didapatkan hasil pemeriksaan fisik
dalam keadaan normal. KALA I : proses kala I fase laten Ny. A berlangsung
selama 8 jam yaitu pada tanggal 19 April 2019 pukul 14.00 WIB sampai pukul
20.00 WIB dan fase aktif berlangsung selama 6 jam yang di mulai pada tanggal 19
April 2019 pukul 20.00 WIB dan pembukaan lengkap pada tanggal 20 April 2019
pukul 04.00 WIB. Menurut Widiastini (2018) kala I fase laten berlangsung selama
9
7-8 jam dan fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 fase yaitu
akselerasi, dilatasi maksimal, deselerasi.
Saat pembukaan 4 cm mulai diberikan terapi komplementer Murottal al-Quran Ar
Rahman pada Ny. A yang berlangsung selama 30 menit, menggunakan headset
yang bertujuan untuk mengurangi nyeri saat persalinan. Setelah mendengarkan
Murottal , Ny. A merasa lebih semangat dalam menghadapi persalinan dan
berkurang rasa nyerinya. Menurut Alyensi dan Arifin (2018) bermanfaat untuk
mengurangi nyeri saat ibu bersalin. Terapi ini diberikan selama 30 menit
menggunakan headset dan dari hasil penelitian terdapat penurunan ambang nyeri
yaitu 4,80. Selain itu penelitian ini sejalan dengan Qonitun dan Betalia (2018)
yang mengungkapkan efek yang didapatkan dari terapi murottal, al Quran
memberi individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman, stress fisik dan
emosi yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan 42 Midwifery Journal |
Vol. 5, No. 1, Januari 2020, hal 39-44 kecemasan. Sehingga asuhan yang
diberikan sudah sesuai dengan penelitian.
Selain terapi Murottal juga diberikan terapi kombinasi relaksasi nafas dalam dan
teknik kneading. Ny. A merasakan nyaman dan relaks saat terjadi kontrasi
melakukan nafasdalam dan dilakuka pemijatan di bagian punggung. Menurut
Faujiah, Herliani, Diana, (2018) teknik kneading neading berguna membantu
mengontrol rasa sakit lokal dan meningkatkan sirkulasi. Pemijatan dilakukan
selama 10-20 menit setiap jam.Sedangkan nafas dalam berguna untuk membantu
ibu relaks dan nyaman pada ibu bersalin. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan
penurunaambang nyeri sebesar 1,75.
KALA II: Persalinan Ny. A dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir (Kala II)
berlangsung selama 1 jam 25 menit. Menurut Widiastini (2018) Pada primigravida
kala II berlangsung 1-2 jam an pada multigravida kala 2 berlangsung ½ -1 jam.
Pada saat persalinan Ny. A dilakukan tindakan episiotomy karena untuk menjaga
keselamatan janin. Menurut Kuswanti dan Melina, (2017) Merupakan
pengguntingan berupa sayatan kecil pada perineum yang dilakukan pada saat
proses persalinan berangsung. Tujuan episiotomi yaitu memperlebar jalan
lahir,mempercepat persalinan kala II, menghindari robekan perineum spontan,
10
mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan penjahitan. Dilakukan
episiotomy atas indikasi Gawat janin (untuk menolong keselamatan janin maka
persalinan harus segera diakhiri).
KALA III: kala III Ny. A berlangsung 10 menit dimuai dari pukul 05.25 setelah
bayi lahir sampai pukul 05.35 setelah plasenta lahir seluruhnya. Menurut
Widiastini (2018) Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran ari
(plasenta) dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
serta selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir. Sehingga asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan teori.
Kala IV: saat kala IV Ny. A dipantau/diobservasi selama 2 jam. Dan hasil
pemantauan terlampir di partograf. Menurut Widiastini (2018) Kala IV dimulai
dari lahirnya plasenta sampai 2 jam setelah proses tersebut. Pada kala IV,
pemantauan pada satu jam pertama dilakukan setiap 15 menit dan setiap 30 menit
pada jam kedua. Total pemantauan dilakukan selama 2 jam post partum yaitu 6
kali. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah tekanan darah, nadi,
temperatur (suhu), tinggi fundus uteri, konraksi uterus, kandung kemih, dan
perdarahan.
2.6.2 Asuhan nifas
Asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. A umur 26 tahun P1A0Ah1 pada
kunjungan nifas pertama yaitu 6 jam masa nifas di dapat hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital dalam batas normal, terdapat pengeluaran ASI sedikit, TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi baik, lochea rubra berwarna merah kehitaman. Menurut
Marmi (2017) lochea rubra keluar pada saat hari ke 1 sampai 3 seteah melahirkan
dan berwarna merah kehitaman. Pada saat 6 jam setelah melahirkan pengeluaran
ASI Ny.A belum lancar sehingga diberikan pijat oksitosin yang bertujuan untuk
memperlancar produksi ASI dan membuat ibu relaks. Menurut Asih (2017) pijat
oksitosin ini dilakukan sepanjang tulang belakang sampai costae kelima-keenam
yang bermanfaat untuk memperlancar produksi ASI, relaks dan meningkatkan
kenyamanan ibu. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rahayu dan
Yunarsih (2018) yang mengungkapkan bahwa tindakan pijat oksitosin mampu
meningkatkan hormone oksitosin, memperlancar ASI, dan meningkatkan
11
kenyamanan ibu. Selain itu juga bermanfaat membantu ibu secara psikologis,
menenangkan, tidak stress, membangkitkan rasa percaya diri, membantu ibu
untuk mempunyai pikiran dan perasaan yang baik terhadap bayinya,
meningkatkan produksi ASI, melepas lelah, ekonomis, dan praktis. Setelah
diberikan asuhan komplementer ibu merasa lebih nyaman. Pada kunjungan kedua
dilakukan pada masa nifas 16 hari didapatkan hasil pemeriksaan Ny. A yaitu TFU
sudah tidak teraba dan hasil pemeriksaan fisik Dalam keadaan normal. Menurut
Marmi (2017) involusi uterus pada hari ke 14 tinggi fundus uteri sudah tidak
teraba, berat uterus 350gram dan berdiameter 5 cm. Sehingga asuhan yang
diberikan dengan teori sudah sesuai. Pada kunjungan ketiga (KF3) pada tanggal
25 mei 2019 dilakukan kunjungan rumah, Ny. A mengatakan masih mengeluarkan
darah nifas dan tidak ada keluhan. Hasil pemeriksaan vital sign dalam keadaan
normal. Kemudian diberikan konseling tentang konrasepsi jangka panjang yang
aman bagi ibu menyusui.
2.6.3 Asuhan bayi baru lahir
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bayi Ny. A mulai pengkajian pada tanggal
20 April 2019. Bayi dilahirkan secara spontan /normal masa gestasi 39 minggu
dan bayi dalam keadaan normal BB 3200 gram, PB 49 cm keadaan umum baik
APGAR Skor 8/9. Gerakan aktif, menangis kuat, nafas spontan adekuat, tonus
otot baik, tali pusat baik, terdapat lubang vagina dan uretra, labia mayora sudah
menutupi labia minora. Menurut Marmi dan Rahardjo (2018) ciri-ciri bayi baru
lahir yaitu Berat badan 2500-4000 gram, anjang badan 48-52 cm, Lingkar dada
30-38 cm, Lingkar kepala 33-35 cm, Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit, Kulit
kemerahan-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup, Rambut lanugo
tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, Kuku agak panjang dan
lemas , Genetalia : perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, laki-
laki testis sudah turun dan skrotum ada, Reflek hisap dan menelan sudah baik ,
Reflek morro atau gerak mememluk bila dikagetkan sudah baik, Reflek
menggenggam sudah baik, Eliminasi sudah baik, meconium akan keluar dalam 24
jam pertama, meconium berwarna hitam kecoklatan. Dari hasil pemeriksaan tidak
ada kesenjangan dengan teori dimana berat lahir bayi 3200 gram, cukup bulan,
12
tidak ada kelainan. Kunjungan bayi baru lahir (neonatus) dilakukan 3 kali yaitu
KN1 dilakukan pada tanggal Tri Sunarsih, Asuhan Kebidanan Continuity... 43
20 April 2019 pada saat 6 jam setelah lahir, KN2 pada tanggal 27 April 2019 pada
saat umur 7 hari, dan KN3 pada tanggal 05 Mei 2019 pada saat umur bayi 16 hari.
Menurut Kemenkes RI (2016) Frekuensi kebijakan pemerintah dalam kunjungan
neonatus sebanyak 3 kali yaitu kunjungan pertama pada umur 6-48 jam setelah
lahir, kunjungan kedua pada umur 3-7 hari setelah lahir, dan kunjungan ketiga
pada umur 8-28 hari setelah lahir. Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada
tanggal 20 April 2019. Dengan memberitahu kepada keluarga hasil pemeriksaan
bahwa keadaan umum bayi baik, mempertahankan suhu tubuh bayi agar tidak
hipotermi, melakukan perawatan tali pusat, dan mengingatkan ibu menyusui bayi
sesering mungkin. Kunjungan neonatus kedua (KN2) pada By. J umur 7 hari
dilakukan pada tanggal 27 April 2019. Hasil pemeriksaan keadaan umum
baik,menganjurkan ibu tetap memberikan ASI eksklusif, memberitahu ibu tanda
bahaya pada bayi, serta menganjurkan ibu tetap menjaga kehangantan bayinya.
Kemudian diberikan komplementer pijat bayi pada By. J yang bermanfaat untuk
meningkatkan berat badan dan kualitas tidur. Menurut Marni (2019) pijat bayi
sangat bermanfaat dalam menoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak,
diantaranya adalah meningkatkan penyerapan makanan sehingga bayi lebih cepat
lapar dan bayi akan lebih sering menyusu kepada ibunya,sehingga bisa
meningkatkan berat badan bayi. Selain itu bayi yang mendapatkan pemijatan juga
akan terjadi peningkatan pada kuaitas tidurnya, bayi juga akan lebih kuat sistem
kekebalan tubuhnya. Penelitian ini juga sejalan dengan Rosalina (2010) dalam
Mutmainah, dkk (2016) yang mengungkapkan bahwa pijat juga memberi dampak
pemacuan saraf vagus yang berhubungan dengan sistem perut besar dan
merangsang pengeluaran hormone penyerapan sehingga makanan daam hal ini Asi
lebih cepat terserap dan bayi akan merasa cepat lapar sehingga akan lebih banyak
masukan nutrisi dan akhirnya akan menambah berat badan. Penelitian tersebut
juga didukung dengan teori yang terdapat di buku tentang manfaat pijat bayi yaitu
Menurut Irawati (2015) manfaat pijat bayi yaitu Membantu pengembangan bahasa
pertama melalui sentuhan ibunya yang lembut, Memberi bayi rasa aman, dihargai,
13
disayangi dan dicintai, Membantu pertumbuhan otot dan perkembangan tubuh
bayi dengan optimal, Membantu memperkuat sistem peredaran darah, sistem
pencernaan dan sistem pernafasan, Meningkatkan daya tahan tubuh bayi,
Membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi, Memberi rasa tenang pada bayi
sehingga bayi dapat tidur dengan nyenyak. (Tri Sunarsih, 2020)
2.7 Pendokumentasian Persalinan Kala I
Hal-hal yang perlu Didokumentasikan
Pendokumentasian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil temuan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
A. Anamnesis
1. Nama, umur dan alamat
2. Gravida dan para
3. HPHT
4. Tafsiran persalinan
5. Alergi obat-obatan
6. Riwayat kehamilan, sekarang dan sebelumnya
7. Riwayat medis lainnya.
8. Masalah medis saat ini, dll.
B. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan abdomen
- Menentukan TFU
- Memantau kontraksi uterus
- Memantau DJJ
- Memantau presentasi
- Memantau penurunan bagian terbawah janin
2. Pemeriksaan dalam
- Menilai cairan vagina
- Memeriksa genetalia externa
- Menilai penurunan janin
- Menilai penyusupan tulang kepala
- Menilai kepala janin apakah sesuai dengan diameter jalan lahir
14
- Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan pervaginam.

Format Pendokumentasian Kala I


Digunakan SOAP untuk mendokumentasikannya.
• S: Subjektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian anamnesis.
• O: Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil dari
pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dalam data
focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I varney.
• A: Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data objektif
dalam identifikasi yang meliputi:
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi, kolaborasi dan
atau rujukan sebagai langkah II, III dan IV varney.
• P: Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan pelaksanaan tindakan dan
evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah V, VI dan VII varney.
Mengapa pendokumentasian penting dilakukan?
· Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan kepada pasien
· Menmungkinkan berbagi informasi diantara para pemberi asuhan
· Memfasilitasi pemberi asuhan yang berkesinambungan
· Memungkinkan evaluasi dari asuhan yang diberikan
. Memberikan data untuk catatan nasional, penelitian, dan statistik mortalitas/
morbiditas
· Meningkatkkan pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu tinggi kepada
pasien.
2.8 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Kala II
I. DATA SUBYEKTIF
15
1.1 IDENTITAS
Nama
Umur
Suku/Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
1.2 ANAMNESA
1. Alasan Ibu Berkunjung
2. Riwayat Menstruasi
2.1 Menarche
2.2 Siklus
2.3 Banyaknya
2.4 Lamanya
2.5 Sifat darah
2.6 Teratur/tidak
2.7 Dismenorhoe
2.8 Fluor albus
2.9 HPHT
3. Riwayat obstetri yang lalu (kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu)
4. Riwayat kehamilan sekarang
4.1 Keluhan
4.2 Pergerakan anak pertama kali (quickening) dirasakan pada umur
kehamilan Apakah Ibu masih merasakan gerakan janinnya?
4.3 Penyuluhan yang sudah di dapat yaitu
5. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita:
Jantung, TBC, DM, Hepatitis, Asma, Hipertensi
6. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga:
Jantung, TBC,DM, Hepatitis, Asma,Hipertensi, Gemelli
7. Pola Aktivitas Sehari-hari
16
7.1 Pola Nutrisi Saat hamil Makan dan Minum terakhir
7.2 Pola Istirahat dan tidur Saat hamil : siang hari ..... Dan malam hari .....
Istirahat dan tidur terakhir : ......
7.3 Pola Eliminasi Saat hamil : BAK --> frekuensi ..... Warna ...... Keluhan ....
BAB --> frekuensi ..... Warna .....Konsistensi .....Keluhan ..... Eliminasi
terakhir: .....
7.4 Pola Kebiasaan Merokok,Minum alcohol,Obat-obatan,Konsumsi Jamu
8. Riwayat Sosial Budaya
8.1 Perkawinan
8.2 Kehamilan ini
8.3 Tradisi yang mempengaruhi kehamilan
8.4 Status Spiritual
II. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
1.1 Keadaan umum
1.2 Kesadaran
1.3 Tanda-tanda vital : TD ,Suhu, Nadi, RR
1.4 Pengukuran BB sebelum hamil, BB sekarang, TB, LILA, HPL, TP
2. PEMERIKSAAN FISIK
2.1 Inspeksi
Dada : payudara, areola, papila dan hiperpigmentasi
Abdomen : ada linea alba/tidak, striae/tidak, bekas SC/tidak
Genitalia : ada/tidak (luka, oedema, varikositas vulva atau rectum, PMS),
pengeluaran darah dan lendir ya/tidak
Anus : tampak/tidak hemoroid
2.2 Palpasi
Leher : teraba/tidak pembesaran kelenjar tiroid maupun limfe serta
pembesaran vena jugularis
Dada : teraba/tidak massa, apakah nyeri tekan pada payudara.
Kolostrum telah keluar/belum saat dipencet.
Genitalia : teraba/tidak pembengkakan kel. Bartolini dan skene
17
2.3 Auskultasi
DJJ : frekuensi Irama Intensitas Puntum Maximum
3. PEMERIKSAAN KHUSUS
3.1 Pemeriksaan Laboratorium
3.1.1 Darah Kadar Haemoglobin, Golongan darah
3.1.2 Urine, Urine reduksi
3.2 PEMERIKSAAN DALAM
Tanggal ..... jam .....
Dinding vagina Elastisitas perineum Pembukaan Penipisan (effacement)
Ketuban Presentasi Denominator UUK Moulase Bagian terendah di Hodge
4. INTERPRETASI DATA KALA II
Dx: G..P..A..H.. inpartu kala II persalinan dengan keadaan umum ibu baik.
Ds:
· ibu mengatakan ingin meneran
· Ibu mengatakan kontraksi semakin sering dan lama
Do:
· pembukaan telah lengkap (10 cm)
· vulva-vagina membuka
· perineum menonjol
· sfingter ani membuka
Masalah:
· ibu merasa haus dan lelah
· ibu merasa sakit di bagian pinggang dan vagina
· ibu takut dan khawatir
Kebutuhan:
· ibu membutuhkan tambahan cairan
· ibu membutuhkan dukungan psikis dari bidan dan keluarga serta suami
· ibu butuh posisi yang nyaman untuk melahirkan
· ibu membutuhkan asupan nutrisi
5. DIAGNOSA POTENSIAL
Ø Gawat janin
18
Ø Persalinan macet
Ø Dehidrasi berat
Ø Presenyasi muka
Ø Presentasi letak lintang
Ø Distosia bahu
6. KEBUTUHAN SEGERA KALA II
Ø Gejala atau tanda syok: rujuk
Ø Dehidrasi berat: apabila klien sudah di beri minum atau pun telah
dilakukan penambahan cairan namun dalam waktu 30 menit kondisi
belum pulih maka lakkan rujukan ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
yang lengkap
Ø Infeksi: segera rujuk ke dokter atau rumah sakit, biasanya infeksi ini
ditandai dengan nadi yang cepat, suhu 38 derajat, menggigil, dan disertai
dengan air ketuban yang berbau
Ø Gejala preklamsi ringan: ditandai dengan tekanan darah yang tinggi dan
terjadi proteinuria 2++ maka lakukan rujukan segera
Ø Preklamsi berat: ditandai dengan kejang, nyeri kepala, gangguan
penglihatan maka segera lakukan rujuka ke rumah ssakit yang berfasilitas
lengkap.
Ø Inersia uteri: terjadi saat kontraksi uterus < 30 kali dalam 10 menit dan
lama durasi < 40 detik maka lakukan rujukan jika 2 jam tidak lahir bayi.
Ø Kepala janin tidak turun: dapat kita ketahui melalui pemantauan pada
partograf, jika grafik penurunan melewati garis waspada.
7. INTERVENSI
1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
2) Pimpin persalainan saatada his maksimal 2 jam dari pembukaan lengkap
pada primigravida
3) Beri dukungan dan damping ibu
4) Beri ibu minum atau makanan diantara 2 his
5) Ajarkan cara meneran yang baik dan efisien, mengikuti dorongn yang
alamiah
19
6) Anjurkan ibu untuk istirahat saat tidak ada kontaksi atau his (ralaksasi
pernafasan)
7) Observasi DJJ dan his
8. IMPLEMENTASI
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
2) Mempersiapkan alat partus untuk menolong persalinan
3) Mempersiapkan tempat dan lingkungan yang nyaman dan hangat untuk
kelahiran bayi
4) Mempersiapkan ibu dan keluarga
5) Melakukan amniotomi jika air ketuban belum pecah saat pembukaan telah
lengkap
6) Memberi ibu makan dan minum untuk menambah tenaga ibu saat menean
7) Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan efisien
8) Memberi ibu dukungan dan motivasi
9) Menganjurkan ibu untuk istirahat diatara dua kontaksi
10) Mencegah laserasi perineum dengan cara melakukan episiotomy
11) Mengobservasi DJB dan his uterus.
9. EVALUASI
1) Ibu telah mengetahui keadaannya
2) Alat partus telah disiapkan oleh bidan, baik itu APD maupun alat partus,
aminiotomi dan heacting set jika dilakukan episiotomy
3) Tempat telah disiapkan agar ibu merasa nyaman dan cocok untuk bayi
baru lahir (ruangan yang hangat)
4) Ibu dan keluarga telah siap untuk menghadapi persalinan kala II
5) Amniotomi telah dilakukan karena ketuban belum pecah saat pembukaan
telah lengkap
6) Ibu telah di beri air minum dan biscuit agar ibu memiliki tenaga saat
meneran
7) Ibu telah diajar kan dan paham cara meneran yang baik dan efisien
8) Bidan, suami, dan keluarga telah memberi dukungan kepada klien
9) Ibu telah melaukan relaksasi pernafasan diantara dua kontraksi.
20
10) Telah dilakukan episiotomy karena perineum ibu kaku dan telah di
lakukan penjahitan perineum kembali dengan derajat robekan yaitu
derajat 1
11) DJB 140 ×/menit dan his masih berlangsung.
2.9 Manajemen Asuhan Kala III dan Kala IV

Pendokumentasian pada kala III menurut Varney

1. Pengkajian

Data Subjektif

ƒ Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir

ƒ Pasien mengatakan bahwa ia merasa mulas dan ingin meneran

ƒ Pasien mengatakan bahwa plasenta belum lahir

Data Objektif

ƒ Jam bayi lahir spontan

ƒ Perdarahan pervaginam

ƒ TFU

ƒ Kontraksi uterus: intensitasnya (kuat, sedang, lemah atau tidak ada) selama

15 menit pertama

2. Interpretasi Data

Pastikan bahwa saat ini pasien berada pada kala III beserta kondisi normalnya
dan mengkaji adanya diagnosis masalah atau tidak. Contoh rumusan diagnosis.
Seorang P1A0 dalam pemeriksaan kala III normal. Masalah: pasien tidak
memberikan respon ketika diajak bekerja sama untuk meneran.

3. Diagnosis Potensial.

Pada langkah ini bidan memprediksi apakah kondisi pasien sebelumnya


mempunyai potensi untuk meningkat ke arah kondisi yang semakin buruk.
21
4. Antisipasi Tindakan Segera Dilakukan jika ditemukan diagnosis potensial.

5. Perencanaan

ƒ Berikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya dalam melahirkan janinya.

ƒ Lakukan managemen aktif kala III.

ƒ Pantau kontraksi uterus.

ƒ Beri dukungan mental pada pasien.

ƒ Berikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan

pendampingan agar proses pelahiran plasenta lancar.

ƒ Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah

(perineum).

6. Pelaksanaan. Merealisasikan perencaan sambil melakukan evaluasi secara terus


menerus.

7. Evaluasi. Menggambarkan hasil pengamatan terhadap keefektifan asuhan yang

diberikan. Data yang tertulis pada tahap ini merupakan data fokus untuk kala
berikutnya yang mencakup data subjektif dan objektif.

2.10 Bentuk Kegawatdaruratan Kala III dan Kala IV

1) Antonia Uteri.

Antonia Uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang


menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Sarwono, 2010). Atonia uteri
dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera
setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5 iU IM dan 5 iU Intravenous
atau 10-20 iU perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam. Pemberian oksitosin
rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%,
dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen

22
aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan
kebutuhan transfusi darah.Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak
menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat
ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15 menit.
Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan
perdarahan postpartum.

2) Retensio plasenta.

Retensio plasenta adalah plasenta masih berada didalam uterus selama lebih dari
setengah jam bayi lahir (Sarwono, 2010).

3) Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan


ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock. Dua puluh lima persen wanita yang menderita
keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli cairan ketuban jarang
dijumpai. Kemungkinan banyak kasus tidak terdiagnosis yang dibuat adalah
shock obstetrik, perdarahan post partum atau edema pulmoner akut.

4) Robekan jalan lahir. Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir
lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasal dari perlukaan jalan lahir.

5) Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak

jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di

garis tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut

arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul
bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito
bregmatika. Luka perinium, dibagi atas 4 tingkatan:

1. Tingkat I: Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum

2. Tingkat II: Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinea
23
transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani

3. Tingkat III: Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani

4. Tingkat IV: Robekan sampai mukosa rectum

6) Robekan Serviks.

Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami perlukaan saat
persalinan karena perlukaan itu portio vaginalis uteri pada seorang multipara
terbagi menjadi bibir depan dan belakang. Robekan serviks dapat menimbulkan
perdarahan banyak khususnya bila jauh ke lateral sebab di tempat terdapat
ramus desenden dari arateria uterina. Perlukaan ini dapat terjadi pada
persalinan normal tapi lebih sering terjadi pada persalinan dengan tindakan-
tindakan pada pembukaan persalinan belum lengkap. Selain itu penyebab lain
robekan serviks adalah persalinan presipitatus. Pada partus ini kontraksi rahim
kuat dan sering didorong keluar dan pembukaan belum lengkap. Diagnose
perlukaan serviks dilakukan dengan speculum bibir serviks dapat di jepit
dengan cunam atromatik. Kemudian diperiksa secara cermat sifat-sifat robekan
tersebut. Bila ditemukan robekan serviks yang memanjang, maka luka dijahit
dari ujung yang paling atas, terus ke bawah. Pada perlukaan serviks yang
berbentuk melingkar, diperiksa dahulu apakah sebagian besar dari serviks
sudah lepas atau tidak. Jika belum lepas, bagian yang belum lepas itu dipotong
dari serviks, jika yang lepas hanya sebagian kecil saja itu dijahit lagi pada
serviks. Perlukaan dirawat untuk menghentikan perdarahan.

7) Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam cavum
uteri, dapat secara mendadak atau perlahan. Kejadian ini biasanya disebabkan
pada saat melakukan persalinan plasenta secara Crede, dengan otot rahim
belum berkontraksi dengan baik. Inversio uteri memberikan rasa sakit yang
dapat menimbulkan keadaan syok. Pada inversio uteri, uterus terputar balik,
sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah
luar Uterus dikatakan inversi jika uterus terbalik selama pelahiran plasenta.
Reposisi uterus harus dilakukan segera. Semakin lama cincin konstriksi di
24
sekitar uterus yang inversi semakin kaku dan uterus lebih membengkak karena
terisi darah. (Yulizawati, SST., M.Keb w Aldina Ayunda Insani, S.Keb Bd.,
M.Keb,2019)

25
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bidan adalah suatu profesi yang sudah diakui secara nasional dan
international oleh para praktisi di berbagai belahan dunia. Kebidanan
merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (multi
disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan, meliputi ilmu kedokteran,
ilmu keperawatan, ilmu perilaku, ilmu sosial budaya, ilmu kesehatan
masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada
ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, postpartum, bayi baru lahir.
Pelayanan Kebidanan adalah bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh Bidan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Asuhan kebidanan adalah
rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Bidan melakukan
asuhan kebidanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan
pencatatan asuhan kebidanan.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Tentunya kami akan selalu terus
memperbaiki makalah kami baik dari segi penulisan dan sumber materi yang
dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan penulis.

26
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan: Konsep Kebidanan dan
Etikolegal dalam Praktik Kebidanan . Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. KEPMENKES No.


938/MENKES/SK/VII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta:
Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan.
_______, 2019. UU. No. 4 tahun 2019 Tentang Kebidanan. Jakarta : Kemenkes RI
Niken Bayu Argaheni, N. R. (2020). Konsep Kebidanan Memahami Dasar-Dasar
Konsep Kebidanan. 1st edn. . Medan: Yayasan Kita Menulis.

Septina, Y. (2020). Pengantar Praktik Ilmu Kebidanan II. Bogor : Lindan Bestari.

Ulfah, R. (2020). Buku Ajar Konsep Kebidanan . Bandung: Media Sains


Indonesia.

Yulizawati. (2021). Konsep Kebidanan . Padang: Indomedia Pustaka .

https://id.scribd.com/document/435512682/Makalah-Konsep-Kebidanan-Konsep-
Kebidanan-Sebagai-Dasar-Dalam-Praktik-Kebidanan

Tri Sunarsih, Pitriyani, (2020). Asuhan Kebidanan Continuity Of Care di PMB


sukani Edi Munggut Srimartani Piyungan Bantul. Yogjakarta: Universitas
Jendral Achmad Yani

Rr. Sri Nuriaty1, Fika Aulia, Mirawati2, (2019). Asuhan Kebidanan “Partnership
care” Dalam Proses Persalinan Di Praktek Mandiri Bidan Kota
Banjarmasin. Banjarmasin: Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Yulizawati, SST., M.Keb w Aldina Ayunda Insani, S.Keb Bd., M.Keb Lusiana El
Sinta B, SST., M.Keb w Feni Andriani, S.Keb Bd., M.Keb. (2019). Buku
Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Sidoarjo: Indomedia Pustaka

27
28

Anda mungkin juga menyukai