Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KELOMPOK

“Praktik Profesional Bidan”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep, Sejarah dan Politik
dalam Praktik Kebidanan
Dosen Pengampu: Dr. Runjati, M.Mid.

Disusun Oleh :
Kelompok VIII
Rizka Anggriani P1337424722020
Wahyu Handayani P1337424722021
Fiyola Ladyvia P1337424722022

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
MAGISTER TERAPAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Praktik Profesional Bidan” tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Konsep, Sejarah dan Politik dalam Praktik Kebidanan. Tak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Runjati, M.Mid., selaku dosen pengampu
mata kuliah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan makalah ini lebih lanjut.
Kami berharap semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetauan bagi kita semua.

Semarang, Januari 2023

Kelompok VIII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ........................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1 Definisi Bidan ............................................................................................. 5
2.2 Ciri-Ciri Jabatan Profesional ...................................................................... .6
2.3 Bidan Merupakan Jabatan Professional ...................................................... 9
2.4 Ciri-Ciri Bidan Sebagai Profesi................................................................. 11
2.5 Definisi Organisasi Profesi........................................................................ 14
2.6 Peran, Fungsi, dan Manfaat dari Organisasi Profesi ................................. 15
2.7 Undang-Undang yang Mengatur Tenaga Kesehatan Terkait dengan Bidan
................................................................................................................... 17
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 18
3.1 Profil Kasus dan Pembahasan ................................................................... 18
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 22
4.1 Kesimpulan................................................................................................ 22
4.2 Saran .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah menunjukkan bahwa bidan merupakan salah satu profesi tertua di
dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita
terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran dan
posisi bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya
yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, dan mendampingi,
serta menolong ibu melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan
baik. Dalam naskah kuno, pada zaman prasejarah, tercatat bahwa bidan dari
Mesir (Siphrah dan Poah) berani mengambil risiko menyelamatkan bayi laki-
laki bangsa Yahudi (orang-orang yang dijajah bangsa Mesir) yang
diperintahkan oleh Firaun untuk dibunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap
etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang
yang berada pada posisi lemah, yang pada zaman modern ini kita sebut peran
advokasi. Dalam menjalankan tugas dan praktiknya, bidan bekerja
berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar
praktik pelayanan, serta kode etik profesi yang dimilikinya (Ningsih, 2021).
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang merupakan salah satu dari
praktik kebidanan tentunya seorang bidan memiliki hak dan kewajiban.
Dalam hal ini asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan
kepada individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan
cara bertahap dan sistematis serta melalui suatu proses yang disebut
manajemen kebidanan (Apriliastuti and Sri Madya Bhakti ER, 2009).
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional
oleh sejumlah praktisi diseluruh dunia. Bidan merupakan suatu profesi
kesehatan yang bekerja untuk pelayanan masyarakat dan berfokus kepada
kesehatan reproduksi perempuan, keluarga berencana, kesehatan bayi, dan
anak balita, serta pelayanana kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk

1
2

meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan


keluarga dan masyarakat (Apriliastuti and Sri Madya Bhakti ER, 2009)
Di era globalisasi saat ini, bidan diakui sebagai tenaga profesional yang
bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan
untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa
persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri
dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini
mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi
pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai,
serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan (Yuningsih, 2016).
Profesi bidan mempunyai standar tersendiri seperti profesi-profesi
lainnya. Standar profesi ini terdiri dari standar Kompetensi Bidan Indonesia,
standar pendidikan, standar pelayanan kebidanan, dan kode etik profesi.Bidan
mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi
orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual
atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Oleh karena itu, dalam perannya
di masyarakat dan untuk menjalin hubungan yang baik dengan klien, bidan
harus memiliki etika profesi yang baik dan sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan serta bersikap profesional dalam memberikan asuhan
terhadap klien (Safrudin, Mulyati and Lubis, 2018).
Bidan diharapkan agar tidak memandang pasiennya dari sudut biologis.
Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi serta lingkungan disekelilingnya. sehingga
nantinya dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas yang sudah
dicanangkan oleh pemerintah. Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting
dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi, dan melakukan rujukan yang tepat.
oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu medeteksi dini tanda dan gejala
komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan
kebidanan. (Safrudin, Mulyati and Lubis, 2018)
3

Saat ini masyarakat acap kali merasakan ketidakpuasan terhadap


pelayanan bahkan tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntutan di muka
pengadilan. Apabila seorang bidan merugikan pasien dan dituntut oleh pasien
tersebut akan merupakan berita yang tersebar luas di masyarakat melalui
media elektronik dan media massa lainnya. Hal tersebut menjadi
permasalahan yang perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman
yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan perilaku yang harus
dimiliki oleh seorang bidan. Praktik kebidanan telah mengalami perluasan
peran dan fungsi dari fokus terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisipasi tuntutan
kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan
kesehatan reproduksi sejak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling
pre konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan
post menopause, sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi bidan
(Christy, 2018).
Berdasarkan penjelasan di atas, penyusun akan menjabarkan pembahasan
tentang “praktik profesional bidan”.

1.2 Rumusan Masalah


Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini adalah tentang praktik
professional bidan.
1. Apa definisi bidan?
2. Apa ciri-ciri jabatan profesional?
3. Apa yang dimaksud dengan bidan merupakan jabatan professional?
4. Apa ciri-ciri bidan sebagai profesi?
5. Apa definisi organisasi profesi?
6. Bagaimana peran, fungsi, dan manfaat dari organisasi profesi?
7. Apa UU yang mengatur tenaga kesehatan terkait dengan bidan?
4

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Konsep, Sejarah dan Politik dalam Praktik Kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi bidan.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri jabatan professional.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan bidan merupakan jabatan
professional.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri bidan sebagai profesi.
5. Untuk mengetahui definisi organisasi profesi.
6. Untuk mengetahui peran, fungsi, dan manfaat dari organisasi profesi.
7. Untuk mengetahui UU yang mengatur tenaga kesehatan terkait dengan
bidan.

1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu mengenai
konsep, sejarah dan politik dalam praktik kebidanan terkhusus tentang praktik
professional bidan, yang dapat dijadikan bahan pembelajaran sehingga dalam
melaksanakan praktik pelayanan kebidanan dapat dilakukan secara
professional, sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bidan


Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti “with
woman”(bersama wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa
Perancis, sage femme (Bidan) berarti “ wanita bijaksana”,sedangkan dalam
bahasa latin, cum-mater (Bidan) bearti ”berkaitan dengan wanita”.
Menurut churchill, bidan adalah ” a health worker who may or may not
formally trained and is a physician, that delivers babies and provides
associated maternal care” (seorang petugas kesehatan yang terlatih secara
formal ataupun tidak dan bukan seorang dokter, yang membantu pelahiran
bayi serta memberi perawatan maternal terkait) (Nugrahaeni, 2020).
Berdasarkan International Confederation Of Midwives (ICM) yang
dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui
oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO)
menetapkan definisi bidan. Definisi terakhir disusun melalui kongres ICM ke-
27, pada bulan Juli 2005 di Brisbane Australia, di mana definisi bidan adalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi
untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik bidan (Tanjung, 2010).
Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular
dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala
yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan
kebidanan dan memperoleh izin melaksanakan praktik kebidanan
(Nugrahaeni, 2020).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
900/MENKES/SK/VII/2022 Bab 1 Pasal 1, bidan adalah seorang wanita yang
telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan

5
6

yang berlaku. Bidan adalah seseorang yang telah mendapatkan lisesnsi untuk
melaksanakan praktik kebidananan (Nur Damayanti et al., 2019).
Bidan (midwife/pendamping istri) berasal dari bahasa sansekerta
“Wirdhan” yang artinya wanita bijaksana. Bidan adalah sebuah profesi yang
khusus, dinyatakan sebagai sebuah pengertian bahwa bidan adalah orang
pertama yang melakukan penyelamatan kelahiran sehingga ibu dan bayinya
lahir dengan selamat. Tugas yang diemban bidan berguna untuk kesejahteraan
manusia (Tinggi, Kesehatan and Elisabeth, 2021).
Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular
dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala
yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan
kebidanan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan (Tinggi,
Kesehatan and Elisabeth, 2021).

2.2 Ciri-Ciri Jabatan Profesional


Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional.
Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas
yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Secara populer,
seseorang yang bekerja dibidang apapun sering diberi predikat profesional.
Seorang pekerja profesional adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap
dalam kerjanya, meskipun keterampilan atau kecakapan tersebut merupakan
hasil minat dan belajar serta kebiasaan, dan dituntut untuk menguasai visi
yang mendasari keterampilannya (Sidharta, 2015).
Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dengan predikat
profesional yang diperoleh dari jenis pekerjaan yang menuntut dan dapat
dipenuhi lewat pembiasaan melakukan keterampilan tertentu (melalui
magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja di lingkungannya dan
seseorang pekerja professional yang mendapatkan keterampilan kerja sebagai
warisan orang tuanya atau pendahulunya). Seorang pekerja profesional perlu
dibedakan dari seorang teknisi. Baik pekerja profesional maupun teknisi
dapat saja terampil dalam unjuk kerja yang sama (misalnya menguasai teknik
7

kerja yang dapat memecahkan masalah-masalah teknis dalam bidang


kerjanya). Akan tetapi, seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi
yang mendasari keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofis,
pertimbangan rasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan
serta mengembangkan mutu karyanya (Hasibuan, 2018).
 Ciri-ciri jabatan profesional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi pelakunya secara nyata (defakto) dituntut berkecakapan kerja
(keahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis
jabatannya (cenderung ke spesialisasi).
2. Kecakapan dan keahlian bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan
rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang
mantap serta menuntut pendidikan juga. Jabatan yang terprogram secara
relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif dan efisien serta tolak
ukur evaluatifnya terstandar.
3. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga
pilihan jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu,
bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta
berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya. Hal ini mendorong pekerja
profesional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan
(menyempurnakan) diri serta karyanya. Orang tersebut secara nyata
mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi.
4. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau
negaranya. Jabatan profesional memiliki syarat-syarat serta kode etik
yang harus dipenuhi oleh pelakunya, hal ini menjamin kepantasan
berkarya dan sekaligus merupakan tanggung jawab sosial pekerja
profesional tersebut.
 Persyaratan umum jabatan profesional diantaranya sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau
spesialis.
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional.
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
8

4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah.


5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur.
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
8. Memiliki etika profesi.
9. Memiliki standar pelayanan.
10. Memiliki praktik.
11. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan
profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
12. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana
pengenmbangan kompetensi (Hasibuan, 2018).
 Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari
pekerjaan lainnya. Secara rinci ciri-ciri jabatan profesional adalah
sebagai berikut:
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: profesional
diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan
memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa
diterapkan dalam praktik.
2. Asosiasi profesional: profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi
oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan
khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya
ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama
pengetahuan teoritis.
5. Pelatihan institutional: selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
9

Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga


dipersyaratkan.
6. Lisensi: profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa
dipercaya.
7. Otonomi kerja: profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoritis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan.
9. Mengatur diri: organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang
berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan
publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat (Prayoga, 2019).

2.3 Bidan Merupakan Jabatan Professional


Profesinalisme berarti memiliki sifat profesional yang dimiliki oleh seorang
bidan.
Bidan profesinal termasuk rumpun kesehatan , untuk menjadi jabatan
profesional memiliki 9 syarat bidan profesinal, meliputi :
1. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika,
kode etik, kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang
berkualitas.
2. Asuhan ibu hamil.
3. Asuhan kebidanan ibu melahirkan.
4. Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui.
5. Asuhan bayi lahir.
10

6. Asuhan pada bayi balita.


7. Keluarga berencana.
8. Gangguan reproduksi.
9. Kebidanan komunitas (Safrudin, Mulyati and Lubis, 2018).
Bidan merupakan jabatan profesional. Berdasarkan syarat-syarat profesional,
maka bidan telah memiliki persyaratan dari bidan sebagai jabatan profesional:
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau
spesialis.
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga
professional.
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
4. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
5. Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah.
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur.
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
8. Memiliki kode etik bidan.
9. Memiliki etika kebidanan.
10. Memiliki standar pelayanan.
11. Memiliki standar praktik.
12. Memiliki standar pendidikan yang mendasar dan mengembangkan
profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
13. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana
pengembangan kompetensi (Yuningsih, 2016).
Sehubungan dengan profesinalisme jabatan bidan, maka bidan merupakan
jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:
1. Jabatan struktural
Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur
berjenjang dalam suatu organisasi.
2. Jabatan fungsional
Jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek
fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara. Selain
11

fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional


juga berorientasi kualitatif. Dalam konteks ini, jabatan bidan adalah
jabatan fungsional profesional, dengan demikian adalah wajar jika bidan
mendapatkan tunjangan fungsional (Safrudin, Mulyati and Lubis, 2018).

2.4 Ciri-Ciri Bidan Sebagai Profesi


Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengembangkan pelayanan yang unik bagi masyarakat.
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan
yang ditujukan untuk maksud profesi yang bersangkutan.
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode
etik yang berlaku.
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan
profesinya.
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang
diberikan.
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya (Nurdiyan
and Ramadhanti, 2018).
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus.
Sebagai pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Bidan mempunyai ciri tugas yang sangat unik, yaitu:
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat
melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu.
3. Keberadaan bidan diakui dan memiliki organisasi profesi yang bertugas
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
4. Anggotanya menerima jasa atas layanan yang dilakukan dengan tetap
memegang teguh kode etik profesi (Nuryuniarti and Nurmahmudah,
2019).
12

Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sebagai anggota
profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus
diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan,
dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.
Tanggungjawab sebagai bidan profesional, yaitu:
1. Menjaga agar pengetahuannya tetap up to date, terus mengembangkan
keterampilan dan kemahiran agar bertambah luas serta mencangkup
semua aspek peran seorang bidan.
2. Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak
berupaya melampaui wewenangannya dalam praktik klinik.
3. Menerima tanggungjawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi
dari keputusan tersebut.
4. Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan lainnya (bidan, dokter, dan
perawat) dengan rasa hormat dan martabat.
5. Memelihara kerja sama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit
pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal.
6. Melaksanakan kegiatan pemantauan mutu yang mencangkup penilaian
sejawat, pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus audit
maternal atau perinatal.
7. Bekerjasama dengan masyarakat tempat bidan praktik.
8. Meningkatkan akses dan mutu asuhan kebidanan.
9. Menjadi bagian dari upaya meningkatkan status wanita, kondisi hidup
mereka dan menghilangkan praktik kultur yang sudah terbukti merugikan
kaum wanita (Fitriyah, 2020).
Kewajiban bidan terhadap profesinya, yaitu:
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu pada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
13

3. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan


kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
4. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya
(Ratni and Budiana, 2020).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai bidan yang professional, antara
lain dengan cara:
1. Memperkuat organisasi profesi.
Mengupayakan agar organisasi profesi bidan/ Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) dapat terus melaksanakan kegiatan organisasi.
2. Meningkatkan kualitas pendidikan bidan
Melalui berbagai jalur pendidikan, baik secara formal maupun non
formal.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan bidan
Bidan berada pada setiap tatanan pelayanan termasuk adanya bidan
praktik mandiri/bidan praktik swasta.
4. Peningkatan kualitas personal bidan
Peningkatan kualitas personal dan universal kebidanan sudah dimulai
sejak dalam proses pendidikan bidan, setiap calon bidan sudah diwajibkan
untuk mengenal, mengetahui, memahami tentang peran, fungsi dan tugas
bidan (Fitriyah, 2020).
Perilaku profesional bidan, yaitu:
1. Bertindak sesuai keahliannya.
2. Mempunyai moral yang tinggi, dan bersifat jujur.
3. Tidak melakukan coba-coba.
4. Tidak memberikan janji yang berlebihan.
5. Mengembangkan kemitraan.
6. Terampil berkomunikasi.
7. Mengenal batas kemampuan.
8. Mengadvokasi pilihan ibu (Ratni and Budiana, 2020).
14

2.5 Definisi Organisasi Profesi


Di Negara-negara yang sudah maju pengaturan dan pengawasan suatu
profesi merupakan tanggung jawab dari organisasi profesi melalui suatu
lembaga konsil keprofesian yang mandiri dan dibentuk berdasarkan Undang-
Undang. Apabila organisasi profesi kurang atau tidak berperan dalam
penyusunan regulasi mengenai praktik keprofesian tersebut, maka
pengendalian perilaku tiap anggota profesi menjadi terpusat kepada
pemerintah. Hal ini akan sangat menghambat pendewasaan dan kemandirian
profesi itu sendiri (Prayoga, 2019).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia organisasi yaitu susunan dan
aturan dari berbagai bagian (orang dsb) sehingga merupakan kesatuan yang
teratur. Selanjutnya menurut James D. Mooney, organisasi adalah bentuk
setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Chester I.
Bernard, organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih (Prayoga, 2019).
Dari berbagai pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa organisasi
merupakan suatu perserikatan manusia antara dua orang atau lebih yang
didalamnya terdapat susunan dan aturan serta sistem aktivitas kerja untuk
mencapai tujuan bersama. Selanjutnya yaitu mengenai profesi dapat diartikan
sebagai suatu pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Adapun
karakteristik dari profesi antara lain adalah mengandalkan suatu keterampilan
atau keahlian khusus, dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan
utama (purna waktu), dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup dan
dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam (Saputra, Pranoto
and Ali, 2021).
Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi
profesi merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih
yang memiliki profesi yang sama untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan
Merton mendefinisikan bahwa organisasi profesi adalah organisasi dari
praktisi yang menilai/mempertimbangkan seseorang atau yang lain
15

mempunyai kompetensi professional dan mempunyai ikatan bersama untuk


menyelenggarakan fungsi sosial yang mana tidak dapat dilaksanakan secara
terpisah sebagai individu (Saputra, Pranoto and Ali, 2021).
Organisasi profesi mempunyai dua perhatian utama yaitu, kebutuhan
hukum untuk melindungi masyarakat dari anggota profesi yang tidak
dipersiapkan dengan baik dan kurangnya standar dalam bidang profesi yang
dijalani. Organisasi profesi menyediakan kendaraan untuk anggotanya dalam
menghadapi tantangan yang ada saat ini dan akan datang serta bekerja kearah
positif terhadap perubahan-perubahan profesi sesuai dengan perubahan social
Organisasi profesi mempunyai dua perhatian utama yaitu, kebutuhan hukum
untuk melindungi masyarakat dari anggota profesi yang tidak dipersiapkan
dengan baik dan kurangnya standar dalam bidang profesi yang dijalani.
Organisasi profesi menyediakan kendaraan untuk anggotanya dalam
menghadapi tantangan yang ada saat ini dan akan datang serta bekerja kearah
positif terhadap perubahan-perubahan profesi sesuai dengan perubahan social
(Prayoga, 2019).
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal banyak organisasi profesi
yang sengaja didirikan oleh para anggotanya sesuai dengan bidangnya
masing-masing misalnya dalam dunia kesehatan kita mengenal Ikatan Dokter
Indonesia(IDI), Ikatan Dokter Gigi Indonesia (IDGI), Ikatan Bidan
Indonesia(IBI), Persatuan Ahli Gizi Indonesia(PERSAGI), Persatuan Ahli
Farmasi Indonesia(PAFI), Ikatan Perawat Anestesi Indonesia(IPAI), dan lain-
lain (Prayoga, 2019).
Ciri-ciri organisasi profesi secara umum adalah:
1. Hanya ada satu organisasi untuk setiap profesi.
2. Ikatan utama para anggota adalah kebanggan dan kehormatan.
3. Tujuan utama adalah menjaga martabat dan kehormatan profesi.
4. Kedudukan dan hubungan antar anggota bersifat persaudaraan.
5. Memiliki sifat kepemimpinan kolektif.
6. Mekanisme pengambilan keputusan atas dasar kesepakatan (Saputra,
Pranoto and Ali, 2021).
16

2.6 Peran, Fungsi, Dan Manfaat Dari Organisasi Profesi


Beberapa pedoman di dalam keberadaan organisasi profesi adalah:
1. Di dalam suatu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang para
anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan
pendidikan dengan dasar ilmu yang sama.
2. Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik dan
kompetensi profesi serta memperjuangkan otonomi profesi.
3. Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan
standar pelayanan profesi, standar pendidikan dan pelatihan profesi serta
menetapkan kebijakan profesi (Saputra, Pranoto and Ali, 2021).
Organisasi profesi mempunyai peran dan fungsi antara lain sebagai:
1. Pembina, pengembang dan pengawas terhadap mutu pendidikan profesi
tersebut.
2. Pembina, pengembang dan pengawas terhadap pelayanan profesi tersebut.
3. Pembina dan pengembang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi profesi
tersebut.
4. Pembina, pengembang dan pengawas kehidupan profesi (Safrudin,
Mulyati and Lubis, 2018).
Sesuai dengan peran tersebut, maka organisasi profesi mempunyai fungsi
antara lain:
1. Bidang pendidikan: menetapkan standar pendidikan dan pendidikan
berkelanjutan.
2. Bidang pelayanan: menetapkan standar profesi, ijin praktik, registrasi
anggota serta menyusun dan memberlakukan kode etik profesi.
3. Bidang IPTEK: merencanakan, melaksanakan dan mengawasi riset dan
perkembangan IPTEK dalam profesi tersebut.
4. Bidang kehidupan profesi: membina operasionalisasi organisasi profesi,
membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain bahkan
dengan organisasi profesi sejenis di negara lain, serta mengupayakan
kesejahteraan anggotanya (Zulfiana et al., 2022).
17

Organisasi profesi memberi manfaat sebagai berikut:


1. Profesi akan lebih maju dan berkembang.
2. Ruang gerak profesi menjadi lebih luas dan tertib.
3. Warga profesi dapat menyalurkan aspirasi dan pendapatnya.
4. Anggota profesi dapat kesempatan untuk berkarya dan berperan aktif
dalam memajukan profesi (Safrudin, Mulyati and Lubis, 2018).
Sedangkan manfaat secara lebih luas menurut World Medical Association
(1991) ada dua hal yaitu makin tertibnya pekerjaan profesi dan meningkatnya
kualitas hidup serta derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

2.7 Undang-Undang Yang Mengatur Tenaga Kesehatan Terkait Dengan


Bidan
Dasar perlindungan hukum bidan diantaranya terdapat dalam:
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan.
 Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan
 Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017
tentang Praktik Kebidanan (Nur Damayanti et al., 2019).
18

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil Kasus

Dalam penelitian (Ratni dkk, 2020), dalam artikel jurnal yang berjudul
“Implementasi Praktik Kebidanan Menurut Undang Undang Nomor : 4 Tahun
2019 Tentang Kebidanan Di Kota Tasikmalaya.”. Pelayanan kebidanan
merupakan salah satu upaya kesehatan yang diberikan oleh tenaga kebidanan
yang telah terdaftar dan terlisensi sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk
dapat melakukan praktik kebidanan. Untuk itu bidan harus mampu terampil
memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh peraturan
perundang undangan.
Peran bidan dalam masyarakat untuk menjalin hubungan dengan klien,
bidan harus memiliki etika profesi yang baik dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah agar bersikap
profesiaonal dalam memberikan asuhan terhadap klien. Peran dan posisi
19

bidan dalam masyarakat sangat dihargai dan dihormati, karena tugasnya yang
mulia yakni memberi semangat serta membesarkan hati untuk mendampingi
dan menolong ibu yang melahirkan sampai ibu merawat bayinya dengan baik.
Bidan sebagai pekerja yang professional dalam menjalankan tugas dan
prakteknya, bekerja sebagai pandangan filosofis yang dianut keilmuan,
metode kerja, standar praktik pelayanan dank ode etik yang dimilikinya
semua mengacu kepada peraturan perundang undangan yang berlaku.
Peneliti mengunakan metode penelitian kualitatif, sehingga akan
memperoleh data yang komprehensif, dan objektif dimana penelitian
dilakukan dengan fokus dan pengamatan yang mendalam. Tehnik
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, populasi yang diambil yaitu
20 orang bidan. Setelah hasil wawancara dikumpulkan kemudian dianalisis
secara deskriftif, dan hasil analisis tersebut akan di validasi untuk
menentukan hasil penelitian secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar partisipan dalam pelayanan
terhadap klien atau pasien sudah memenuhi standard dan kriteria pelayanan
yang baik dan bersih serta telah melksanakan semua prosedur sesuai
peraturan perundang undangan. Didalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2019 Tentang Kebidanan mengatur mengenai pendidikan Kebidanan,
Registrasi dan izin praktik, Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri,
Bidan Warga Negara Asing, Praktik Kebidanan, hak dan kewajiban,
Organisasi Profesi Bidan, pendayagunaan Bidan, serta pembinaan dan
pengawasan.
Bidan Sebagai Profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Disiapkan melalui pendidikan yang formal agar lulusannya dapat
melaksanakan dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya secara professional (Wila Candrawila Supriadi, : 2001).
2. Dalam menjalankan tugasnya, bidan memiliki alat yang dinamakan
Standar Pelayanan Kebidanan, Kode Etik dan Etika Kebidanan.
20

3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan


profesinya.
4. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.
5. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan
masyarakat.
6. Memiliki wadah organisasi profesi.
7. Memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan
masyarakat.
8. Menjadikan bidan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama kehidupan
Menurut Permenkes Nomor 28 Tahun 2017, praktik mandiri bidan yaitu
tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan kebidanan yang dilakukan
oleh bidan secara perorangan. Istilah-istilah yang berkaitan dengan praktik
mandiri kebidanan Menurut Kepmenkes RI Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan :
1. Praktik Kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan
pelayanan / asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
2. Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai
dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
3. Pelayanan Kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
4. Ruang Lingkup Dalam Bidan Praktik Mandiri
a. Melaksanakan asuhan kebidanan yang meliputi penerapan fungsi dan
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu masa
hamil, persalinan, nifas, BBL dan KB.
b. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan harus sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh organisasi profesi. Standar profesi ini digunakan
21

sebagai acuan untuk melaksanakan tindakan kebidanan sesuai rambu-


rambu yang ditetapkan profesi dan kode etik profesinya.
c. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilaksanakan berdasarkan
permintaan tertulis dari dokter.
Sebagaimana pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka praktik
kebidanan baik itu yang secara mandiri maupun praktik di layanan yang
lainnya, dari mulai bidan harus memiliki STR dan SIPB, bahwa praktik
kebidanan harus sesuai dengan standar prosedur Operasionalnya yang telah
diatur didalam Undang Undang nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan,
dan apabila praktik kebidanan dalam pelayananya tidak berdasar kepada
Undang Undang Kebidanan, maka bidan itu akan dikenakan sanksi
sebagaimana telah diungkapkan diatas dan diatur sesuai dengan pasal 44 dan
pasal 45 Undang Undang Nomor 4 Tahun 2019 tersebut. Dari hasil
wawancara dengan para bidan selaku informan atau partisipan yang ada di
Kota Tasikmalaya dengan jumlah 20 Orang, bahwa sebagian besar bidan
telah mengetahui adanya Peraturan Perundang undangan tentang kebidanan
yaitu adanya Undang Undang nomor. 4 Tahun 2019, yang mana dalam
pelaksanaannya tempat praktik kebidanan telah dilengkapi dengan pasilitas-
pasilitas praktik seperti kursi tunggu, meja layanan serta tempat persalinan
dan pasilitas lainnya, serta dalam pelaksanaan layanan terhadap klien atau
pasien sudah dilaksanakan sesuai standar Prosedur Operasional
sebagaimana diatur dalam Undang Undang tersebut (Ratni and Budiana,
2020).
22

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bidan merupakan profesi tenaga kesehatan dan berfokus pada kesehatan
reproduksi perempuan, keluarga berencana, bayi, dan anak balita, serta
pelayanan kesehatan masyarakat. Profesi bidan mempunyai standar tersendiri
seperti profesi-profesi lainnya. Standar profesi ini terdiri dari standar
kompetensi bidan Indonesia, standar pendidikan, standar pelayanan
kebidanan, dan kode etik profesi. Hal ini juga tidak terlepas dari tanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya dalam rangka mewujudkan kesehatan
keluarga dan masyarakat.
Kebidanan sebagai profesi merupakan komponen yang paling penting
dalam meningkatkan kesehatan perempuan. Dalam menjalankan tugasnya
bidan harus mempunyai karakter jujur,cerdas, tangguh peduli, bersikap
profesional terhadap tugasnya dengan memiliki kemampuan kritisi masalah
yang baik. Mampu mengambil keputusan sesuai dengan kode etik
dan evidence base yang berlaku dengan mementingkan kesejahteraan ibu dan
bayi. Kemampuan kecerdasan sosialisasi sangat dibutuhkan bidan dalam
mengelola masalah yang timbul di masyarakat. Sehingga bidan bisa diterima
idenya dengan baik di ingkungan masyarakat.

4.2 Saran
Untuk menjadi bidan yang profesional, seorang bidan harus memenuhi
syarat yang telah ditetapkan, dikarena bidan memiliki tanggungjawab yang
besar terhadap pasien yang akan diberi pelayanan.
1. Profesi bidan diharapkan mampu bertindak seprofesional mungkin.
2. Seorang bidan harus memiliki landasan kemanusiaan dan profesionalisme
dalam melaksanakan tugasnya
3. Seorang bidan juga harus cakap dan menguasai ilmu sebelum bertindak
dalam tugasnya kepada masyarakat.
23

4. Selau berfikir kritis terhadap solusi suatu masalah yang ada di linkungan
tempat bidan bertugas sesuai dengan ilmu pengetahuan.
5. Belajar memutuskan masalah dengan berlandaskan kode etik dan undang-
undang yang berlaku.
6. Bersikap profesional dan belajar inovatif memanfaatkan sumber daya
yang ada untuk mengatasi masalah yang timbul.
DAFTAR PUSTAKA

Apriliastuti, D.A. And Sri Madya Bhakti ER (2009) ‘Hubungan Karakteristik


Bidan Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Di Kabupaten Boyolali
Bulan Mei - Juni 2007 _’, Kebidanan [Preprint], (Volume 1 No. 2
Desember 2009).
Christy, J.D. (2018) ‘Level Of Satisfaction Of Women Intranatal Based On Age,
Parity, Education On Midwifery Services _ Midwifery Journal Of Akbid
Griya Husada Surabaya’, P. Vol 5 No 2.
FITRIYAH, E. (2020) ‘Pelaksanaan Praktik Mandiri Bidan Di Kecamatan
Rumbio Jaya Di Tinjau Dari Pasal 30 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan -
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau’.
Hasibuan, A. (2018) Etika Profesi - Profesionalisme Kerja. Cetakan Pertama.
Edited By A.F.H. Hasibuan. Medan: UISU Press.
Ningsih (2021) ‘Eksistensi Bidan Kampung Di Kecamatan Teluk Keramat
Kabupaten Sambas _ Jurnal Sambas _ (Studi Agama, Masyarakat, Budaya,
Adat, Sejarah) Journal Of Religious, Community, Culture, Costume,
History Studies’, Vol. 3 No. 1
Nugrahaeni, A. (2020) Pengantar Ilmu Kebidanan Dan Standar Profesi
Kebidanan - Ardhina Nugrahaeni. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.
Nur Damayanti, F. Et Al. (2019) Perlindungan Hukum Profesi Bidan. Semarang:
Unimus Press.
Nurdiyan, A. And Ramadhanti, I.P. (2018) ‘Education, Regulation, And
Associations As A Solid Foundation For Midwifery Professionals _
Nurdiyan _ Jurnal Kesehatan’, Kesehatan, Vol 9, No.
Nuryuniarti, R. And Nurmahmudah, E. (2019) ‘Regulasi Hukum Bagi Bidan
Dalam Melakukan Asuhan Kebidanan Pada Balita Di Bidan Praktik
Mandiri Menurut Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan’, Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 7(2), P. 133.
Prayoga, M.D. (2019) ‘Definisi Dan Fungsi Dari Organisasi Profesi’, Journal Of

24
25

Chemical Information And Modeling, Pp. 1–11.


Ratni And Budiana, I. (2020) ‘Implementasi Praktik Kebidanan Menurut Undang
Undang Nomor _ 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan Di Kota
Tasikmalaya’, Vol 2.
Safrudin, Mulyati, S. And Lubis, R. (2018) Pengembangan Kepribadian Dan
Profesionalisme Bidan. Malang: Wineka Media.
Saputra, R.F.A., Pranoto, C.S. And Ali, H. (2021) ‘Faktor Pengembangan
Organisasi Profesional_ Leadership_Kepemimpinan, Budaya, Dan Iklim
Organisasi (Suatu Kajian Studi Literatur Manajemen Pendidikan Dan Ilmu
Sosial)’, Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial, Vol 2 (No 2).
Sidharta, A. (2015) ‘Etika Dan Kode Etik Profesi Hukum’, (Vol. 1 No. 1 (2015)).
Tanjung, R.D.S. (2013) ‘Model Ketulusan (Altruistic) Bidan Dalam Memberikan
Pelayanan _ Sakti Tanjung _ Jurnal Pendidikan Dan Kepengawasan’,
Pendidikan Dan Kepengawasan, Vol.2 No.1.
Tinggi, S., Kesehatan, I. And Elisabeth, S. (2021) ‘Tingkat Pengetahuan Bidan
Tentang Deteksi Dini Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2021’.
Yuningsih, R. (2016) ‘Pengembangan Kebijakan Profesi Bidan Dalam Upaya
Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak |’, Jurnal Masalah-
Masalah Sosial, Vol 7, No.2
Zulfiana, E. Et Al. (2022) Konsep Kebidanan. Pertama. Bandung: Kaizen Media
Publishbing.

Anda mungkin juga menyukai