DISUSUN OLEH
KELOMPOK II :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “model
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak dan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah kebijakan dalam
pelayanan kebidanan. Semoga makalah ini dapat digunakan secara efektif dan dapat
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
Kelompok II
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 17
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep sehat menurut WHO merupakan keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/ cacat.1
Sedangkan, sehat menurut Undang-undang kesehatan adalah keadaan sejahtera,
baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Upaya kesehatan diselenggarakan
dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan salah satunya adalah melalui
kegiatan kesehatan reproduksi yang meliputi saat sebelum hamil, hamil,
melahirkan, dan sesudah melahirkan (Suptiani dan sunjaya 2022).
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregistrasi) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Pelayanan kesehatan yang bermutu
semakin diperlukan dalam memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Bidan
memang harus memuaskan pelanggan, sebab kalau pelanggan tidak dipuaskan
pelanggan akan meninggalkan dan menjadi pelanggan pesaing untuk mendapatkan
pelayanan yang diharapkan, hal ini akan menurunkan laba dan bahkan
menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, bidan desa diharapkan untuk selalu
konsisten pada perannya, terutama kuantitas dan kualitas pelayanan dalam upaya
memuaskan kebutuhan dan keinginan pasien.
Pelayanan Kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi Bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan
keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam
rangka tercapainya keluarga pelayanan berkualitas Pelayanan Kebidanan
merupakan layanan yang diberikan oleh Bidan sesuai dengan kewenangan yang
diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
1
tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.Sasaran Pelayanan
Kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 4 tahun 2019 Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan.
B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian pelayanan kebidanan?
2. apa saja model pelayanan kebidanan?
3. bagaimana standar pelayanan kebidanan?
C. Tujuan penelitian
1. untuk mengetahui pengertian pelayanan kebidanan.
2. untuk mengetahui model pelayanan kebidanan
3. untuk mengetahui standar pelayanan kebidanan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
alat promosi yang paling efektif dan akurat untuk menarik perhatian pelanggan
lainnya dengan cara memberi informasi kepada orang lain
Konsep Pelayanan Kebidanan Berkelanjutan adalah pelayanan yang
meliputi waktu dari sebelum hamil, kehamilan, persalinan, dan sesudah
persalinan. Terselenggaranya pelayanan ini berkaitan dengan kinerja seorang
bidan. Kinerja bidan dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu
pendidikan, pelatihan, sikap, motivasi, lama bertugas, pengetahuan,dan
keterampilan. pengaruh dari faktor internal bidan. (Triana 2021)
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregistrasi) yang
dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Pelayanan kesehatan
yang bermutu semakin diperlukan dalam memenuhi tuntutan kebutuhan
masyarakat. Bidan memang harus memuaskan pelanggan, sebab kalau
pelanggan tidak dipuas pelanggan akan meninggalkan dan menjadi pelanggan
pesaing untuk mendapatkan pelayanan yang diharapkan, hal ini akan
menurunkan laba dan bahkan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, bidan
desa diharapkan untuk selalu konsisten pada perannya, terutama kuantitas dan
kualitas pelayanan dalam upaya memuaskan kebutuhan dan keinginan pasien
(Hanung , Tinah, & Fidianata, 2018).
Setiap orang akan menilai mutu pelayanan kebidanan berdasarkan standar
atau karakteristik yang berbeda-beda, hal ini karena dipengaruhi oleh
subjektivitas orang-orang yang berkepentingan dalam pelayanan kebidanan
(Novidiantoko, 2020)
a. Bagi Pemakai Jasa Pelayanan Kebidanan
Klien/masyarakat (konsumen) melihat pelayanan kebidanan yang bermutu
sebagai suatu pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan
diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap
dan mamou mengatasi permasalahannya. Persepsi klien/masyarakat yang
merasa puas akan berpengaruh dalam kepatuhan dan kunjungan ulang
dalam pelayanan kebidanan. Provider harus memahami status dan
kebutuhan pelayanan kebidanan klien, mendidik dan melibatkan
masyarakat dalam menentukan cara efektif penyelenggaraan pelayanan
4
kebidanan, sehingga diperlukan suatu hubungan yang saling percaya
antara provider dengan klien/masyarakat.
b. Bagi Pemberi Pelayanan Kebidanan
Pemberi layanan kebidanan (provider) mengaitkan pelayanan kebidanan
yang bermutu dengan ketersediaan peralatan prosedur kerja atau protokol
kebebasan profesi dalam melakukan setiap pelayanan kebidanan sesuai
dengan teknologi kesehatan mutakhir. dan bagaimana keluaran (outcome)
atau hasil pelayanan kebidanan tersebut. Komitmen dan motivasi provider
bergantung pada kemampuannya dalam melaksanakan tugas dengan cara
yang optimal.
c. Bagi Penyandang Dana Pelayanan Kebidanan
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan
kebidanan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan
efisien. Klien diharapkan dapat pulih dalam waktu yang sesingkat
mungkin sehingga biaya pengobatan dapat menjadi efisien. Upaya promosi
dan preventif lebih ditingkatkan agar layanan kesehatan penyembuhan
semakin berkurang
d. Bagi Pemilik Sarana Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan yang bermutu merupakan pelayanan yang
menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan
pemeliharaan, tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh
klien/masyarakat, yaitu pada tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan
dari pasien dan masyarakat.
e. Bagi Administrator Pelayanan Kebidanan
Administrator dapat menyusun prioritas dalam menyediakan apa yang
menjadi kebutuhan dan harapan klien/masyarakat serta pemberi layanan
kebidanan.
5
2. pelayanan kebidanan di Indonesia
Pelayanan Kebidanan di Indonesia Sejak dulu sampai sekarang tenaga
yang memegang peranan dalam pelayanan kebidanan ialah "Dukun bayi" ia
merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungannya terutama dalam hal-hal
yang berkaitan dengan reproduksi, kehamilan, persalinan dan nifas (Yanti ,
Arma , & Karlina).
Pada zaman pemerintahan Hindia Benda, angka kematian ibu dan anak
sangat tinggi Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807
(zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih
dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak tidak berlangsung lama
karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun pelayanan kebidanan hanya
diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia
Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit
Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan
belum merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria
dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya
pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi
wanitapribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch).
Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan
bidan
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak cara menyeluruh di
masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah
Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya
dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara. Seiring dengan pelatihan
tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Dari BKIA inilah
yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang
dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957.
Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang
bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu
dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana Mulai tahun 1990 pelayanan
6
kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini
melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992
tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun
tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya
dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelyanan
kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah
pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada
Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai
denga kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut di atas adalah pelayanan
yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada
kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah
sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di
rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan
reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan
perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang
perinatal Perkembangan Pelayanan Kebidanan Perawatan zaman dahulu atau
sekarang dilakukan oleh dukun pria atau dukun wanita, dukun menjalankan
perawatanya biasanya dirumah penderita atau di rawat di rumah dukunnya
sendiri. Cara-cara mengobati penderita itu sendiri antara lain:
Dengan membaca mantra-mantra memohon pertolongan kepada Tuhan
YME
Dengan cara mengusir setan-setan yang mengganggu dengan menyajikan
kurban-kurban di tempat itu, macamnya kurban ditentukan oleh dukun.
Melakukan massage/mengurut penderita.
Penderita harus melakukan pantangan atau diet yang oleh dukun itu pula.
Kadang-kadang dukun bertapa untuk mendapatkan ilham cara bagaimana
menyembuhkan penderita itu.
Memakai obat-obatan banyak dipakai dari tumbuh tumbuhan yang segar
dari daun mudanya, batang, kembang akarnya
7
B. Model Pelayanan Kebidanan
8
Kerangka kerja bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi
oleh filosofi yang dianut yang meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma
kesehatan ( manusia-perilaku, lingKungan dan pelayanan kesehatan). Model asuhan
kebidanan dibuat berdasarkan filosofi bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
sebuah hal yang fisiologis. Model pelayanan kebidanan yang diterapkan di
Indonesia yaitu :
a. Community Midwifery/Home Birth
Model pelayanan ini merupakan Pelayanan Kebidanan komunitas, bidan
sebagai provider untuk pelayanan wanita selama kehamilan dan masa nifas.
Kontak pertama di masa kehamilan sangat penting karena memberikan
informed choices dalam perencanaan asuhan dan memastikan wanita mendapat
keuntungan. Bidan memungkinkan memberikan pelayanan Home care.
b. Midwifery-led Care
Model ini memerlukan perawatan suara kebidanan stakeholder yang kuat '
untuk didengar di kelompok kebijakan dan perencanaan. Kebidanan memimpin
unit pada situs rumah sakit saat operasional. Contohnya Bidan delima, dimana
bidan yang melakukan praktek yang telah terkualifikasi.
c. Obstetric-led Ccare
Model Pelayanan kebidanan dimana Bidan berkolaborasi dengan dokter
spesialis kebidanan lain untuk menjamin kliennya menerima pelayanan yang
baik bila terjadi sesuatu dalam asuhan.
d. Non-NHS Midwifery Care
Model pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara independen
sesuai dengan standard an memiliki izin/legalitas. Di Indonesia telah
diterapkan yaitu Bidan Praktek Mandiri (BPM)
e. Multidisciplinary Care
Sejumlah tim multi-profesional pendekatan untuk pengelolaan kehamilan
kompleks sampai perawatan bersalin. Bidan memainkan peran kunci dalam
melakukan pelayanan di masa kehamilan dan persiapan menjadi orang tua.
Misalnya pelayanan bidan di RSIA yang melibatkan profesi lain dalam
memberikan asuhan yang berkesinambungan.
f. Partnership Model
9
Model perawatan di mana bidan dan wanita berada dalam kemitraan selama
periode kelahiran kehamilan, kelahiran dan pasca. Pelayanan yang diberikan
dengan beremitraan sesama rekan sejawat dalam melakukan pelayanan.
10
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan berlansung normal. Bidan juga harus
mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS/Infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasihat
dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
puskesmas.
c. Standar palpasi abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan
palpasi untuk memperikirakan usia kehamilan serta bila umur kehamilan
bertambah memeriksa posisi bagian terendah janin, dan masuknya kepala
janin ke rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.
d. Standar pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemua, penanganan, atau
Standar pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda serta gejala pre eklamsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
e. Standar persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ke-3, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi kegawat darurat.
3. Standar Pertolongan Persalinan
Terdapat 4 standar dalam standar pertolongan persalinan
a. Standar asuhan persalinan kala 1
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah selesai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlansung.
b. Standar persalinan kala 2 yang aman
11
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan bersikap
sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi
setempat.
c. Standar penatalaksanaan aktif persalinan kala Bidan melakukan
penegangan tali pusat dengan benar dan membantu pengeluaran
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
d. Standar penanganan kala 2 dengan gawat janin melalui episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala 2 yang
lama dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memperlancar persalinan diikuti dengan penjahitan perineum.
4. Standar Pelayanan Nifas
Terdapat 3 standar dalam pelayanan nifas;
a. Standar perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan,dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.
b. Standar penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang
hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu
untuk memulai pemberian ASI.
c. Standar pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB.
5. Standar Pelayanan Kegawatan Obstetri dan Neonatal
12
Disamping untuk pelayanan kebidanan dasar (antenatal, persalinan, dan nifas)
disini ditambahkan beberapa standar penanganan kegawatan obstetri
neonatal.
a. Standar penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester 3
Bidan mengenalu secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
b. Standar penanganan kegawatan pada eklamsia
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam,
serta merujuk atau memberikan pertolongan pertama.
c. Standar penanganan kegawatan pada partus lama/macet
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta
melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
d. Standar 19; persalinan dengan vakum ekstrator
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya
secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan
memastikan keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya.
e. Standar penanganan retensio plasenta
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan
pertama termasuk plasenta manual dan penaganan perdarahan, sesuai
dengan kebutuhan.
f. Standar penanganan perdarahan postpartum primer
g. Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
h. Standar penanganan perdarahan postpartum sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan postpartum sekunder dan melakukan pertolongan pertama
untuk penyelamatan jiwa ibu atau merujuknya.
i. Standar penanganan sepsis puerperalis
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,
serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
j. Standar penanganan asfiksia neonatorum
13
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,
serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan media
yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sosialisasi perihal pelayanan kebidanan termasuk model dan standarnya di
lingkungan masyarakat
Dalam melaksanakan tugasnya bidan melakukan pelayanan terbaik kepada
masyarakat dengan suka cita.
15
DAFTAR PUSTAKA
Hanung , Allaniah, Tinah, and Ayu Rosita Fidianata. "Kepuasan Pasien Pad Pelayanan
Bidan di Poskedes." Jurnal Kebidanan Stikes Estu Utomo Boyolali, 2018: Vol
10. No. 1.
Suptiani, Laila Putri, and Deni K. sunjaya. Model Konseptual Pelayanan Kebidanan
Holistik pada Ibu Hamil di Bisan Praktik Mandiri Kabupaten Garut. Bandung:
JIKS (Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains), 2022.
Yanti , Efrida, Nuriah Arma , and Nelly Karlina. Modul Mata Kuliah Konsep
Kebidanan. Yogyakarta : Deepublisher Publisher, n.d.
16