Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

STANDAR PROFESI BIDAN

DISUSUN OLEH :
Sri mela julisma (2315401017)
Nia ramadhani (2315401018)
Rauzatul jannah (2315401019)
Misra hidayani (2315401022)
Ti Anisah (2315401006)

UNIVERSITAS BUMI PERSADA


PRODI KEBIDANAN
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Sistem informasi keperawatan(SIKEP) ini tepat pada waktunya dengan
pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Hamzul Azkia,.ST,.MT Pada
Mata Kuliah Sistem Informasi Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Sistem informasi
keperawatan(SIKEP) bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya
mengucapkan terima kasih kepada bapak Hamzul Azkia,.ST,.MT, selaku Dosen
Mata Sistem Infoemasi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Lhokseumawe, 13 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bidan...........................................................................4
2.2 Standar pendidikan bidan.............................................................7
2.3 Standar Pendidikan Bidan Berkelanjutan.....................................8
1.1.1 Pengertian Model Asuhan Kebidanan.....................................10
1.1.1 Model asuhan pelayanan kebidanan di Indonesia....................10
1.1.2 Model Asuhan pelayanan kebidanan di luar negeri.................12
a. Teori Ramona T. Mercer.........................................................16
b.Teori Reva Rubin ....................................................................20
c.Teori ela jor lerman…………………………………………..20
d.Teori emestin…………………………………………………21
e.Teori jean ball…………………………………………………22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Standar profesi bidan merupakan panduan yang mengatur tugas, tanggung


jawab, etika, dan kompetensi yang harus dimiliki oleh para bidan. Standar ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kebidanan, menjaga keamanan
pasien, dan memberikan arah yang jelas dalam menjalankan profesinya.
Dengan mematuhi standar profesi bidan, diharapkan bahwa bidan dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik, mengurangi risiko komplikasi
kehamilan dan persalinan, serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi.
Undang-undang No.29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran, pasal 50
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan standar profesi adalah batasan
kemampuan (knowledge,skill and professional attitude) minimal yang harus
dikuasai oleh seseorang individu untuk dapat melakukan kegiatan
profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi
profesi.
Setiap bidan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar, pengetahuan dan
keterampilan tambahan ,yang wajib dimiliki dan dilaksanakan dalam
melakukan kegiatan.
Setiap bidan harus bekerja secara profesional dalam melaksanakan standar
profesi bidan, dan dalam melaksanakan profesi tersebut bidan harus bekerja
sesuai standar seperti standar pendidikan, standar falsafah, standar organisasi,
standar kurikulum, standar evaluasi pendidikan, dan standar lulusan.
kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental,
maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh,
terarah dan berkesinambungan.

1
Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi.
 Pertama: yang laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang masih
tinggi akibat bebagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif
kurang baik.
 Kedua: ialah timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause dan kanker.

Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global


yang semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia
Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus
disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan.
Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak
janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa
bahkan sampai usia lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi
penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan angka kesakitan dan kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan
pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada
aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya
untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan
dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu
standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan
yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu,
keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output.

2
A. Rumusan masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini


sebagai berikut:
a. Apa saja standar profesi bidan ?
Mahasiswi dapat mengetahui standar profesi dan ruang lingkup
pelayanan kebidanan.
b. Standar profesi dapat digunakan untuk menjamin pelayanan yang
aman dan berkualitas.
c. Standar profesi dapat digunakan sebagai landasan untuk standarisasi
dan perkembangan profesi.
B. Tujuan

a) Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan tentang bidan sebagai profesi
b) Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
mengetahui:
1. Pengertian bidan,
2. Pengertian profesi,
3. Ciri-ciri karakteristik profesi,
4. Ciri-ciri bidan sebagai profesi dan,
5. Kewajiban bidan sebagai profesinya.

3
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bidan

Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti “with


woman”(bersama wanita, mid= together, wife = a woman. Dalam bahasa
Perancis, sage femme (Bidan) berarti “ wanita bijaksana”,sedangkan dalam
bahasa latin, cum-mater (Bidan) bearti ”berkaitan denganwanita”.
1. Menurut churchill

Bidan adalah ” a health worker who may or may not formally trainedand is
a physician, that delivers babies and provides associated maternal care”
(seorang petugas kesehatan yang terlatih secara formal ataupun tidak dan
bukan seorang dokter,yang membantu pelahiran bayi serta memberi
perawatan maternal terkait).
2. Definisi Bidan (ICM)

Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan


yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil
menyelesaikan studiterkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan
atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan merupakan salah
satu profesi tertua didunia sejak adanya peradabanumat manusia.
3. Definisi Bidan (IBI)

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang
berlaku di indonesia memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan
memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

 KEPMENKES NOMOR 900/ MENKES/ SK/ VII/2002 bab I


pasal 1
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program
pendidikan bidan dan lulusujian sesuai persyaratan yang berlaku.
 Menurut WHO

4
Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam
program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui
skala yuridis, dimana iaditempatkan dan telah menyelesaikan
pendidikan kebidanan dan memperoleh izinmelaksanakan praktek
kebidanan.
 INTERNATIONAL CONFEDERATION of MIDWIFE
Bidan adalah seseorang yangtelah menyelesaikan pendidikan bidan
yang diakui oleh negara serta memperolehkualifikasi dan diberi
izin untuk melaksanakan praktek kebidanan di negara itu.

A. Pengertian Standar Menurut Para Ahli :

1. Clinical Practice Guideline (1990)


Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.
2. Donabedian (1980)
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang
mampu dicapai, berkaitan dengan para meter yang telah ditetapkan.
3. Rowland and Rowland (1983)
Standar adalah spesifikasi dari fungsi dari fungsi atau tujuan yang
harus dipenuhi oleh suatusarana pelayanan kesehatan agar pemakai
jasa pelayanan kesehatan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

B. Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan


terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki
asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus
untuk bidag profesi tersebut. Contoh profesiadalah pada bidang hukum,
kedokteran, keuangan, militer, dan teknik.

5
C. Pengertian Standar Profesi Bidan

Standar profesi bidan merupakan penampilan atau keadaan ideal atau


tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang di pergunakan sebagai
batas penerimaan minimal yang di lakukan oleh seorang bidan.

D. Macam-Macam Standar Profesi Bidan

Isi dari standar profesi bidan dalam permenkes 369 tahun 2007:
1. Standar kompetensi bidan

a. Bidan mempunyai persyaratan, pengetahuan, dan keterampilan dari


ilmu-ilmu sosial Kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk
dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk
wanita, bayi baru lahir dan keluarga.

b. Prakonsepsi, KB dan Ginekologi


Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi. Pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
keluarga yang sehat. Perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi
orang tua.

c. Asuhan dan konseling selama kehamilan


Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggio untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan, yang meliputi
(deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

d. Asuhan selama persalinan dan kelahiran


Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persdalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.

6
e. Asuhan pada ibu nifas danmenyusui
Bidan memberikan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu
tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

f. Asuhan pada bayi baru lahir


Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komperhensif pada
bayi baru lahir sehat sampaidengan satu bulan.

g. Asuhan pada bayi dan balita


Komperhensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).

h. Kebidanan komunitas
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif
pada keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat.

i. Asuhan pada ibu atau wanita dengan gangguan reproduksi


Melaksanakan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan
reproduksi.

2.2 Standar Pendidikan Bidan

Standar profesi bidan yang keduamembahas tentang standar pendidikan bidan.


Standar ini berisikan :
a) Standar I : lembaga pendidikan
b) Standar II : falsafah
c) Standar III : organisasi
d) Standar IV : sumber daya peendidikan
e) Standar V : pola pendidikan kebidanan
f) Standar VI : kurikulum
g) Standar VII : tujuan pendidikan
h) Standar VIII: evaluasi pendidikan
i) Standar IX : lulusan

7
2.3 Standar Pendidikan Bidan Berkelanjutan

Standar profesi bidan yang ke tiga membahas tentang standar pendidikan


bidan berkelanjutan. Standar tersebut berisikan :
a) Standar I : organisasi
b) Standar II : falsafah
c) Standar III : sumberdaya pendidikan
d) Standar IV : program pendidikan
e) Standar V : fasilitas
f) Standar VI : dokumen penyelenggaraan pendidikan
g) Standar VII : pengendalian mutu

3 Standar pelayanan kebidanan

Standar profesi bidan yang ke empat membahas tentang standar pelayanan


kebidanan. Standar tersebut berisikan :
a. Standar I : falsafah dan tujuan
b. Standar II : administrasi dan pengelolaan
c. Standar III : staf dan pimpinan
d. Standar IV : fasilitas dan peralatan
e. Standar V : kebijakan dan prosedur
f. Standar VI : pengembangan staf dan program pendidikan
g. Standar VII : standar asuhan

Manfaat standar pelayanan kebidanan


a. Standar pelayanan berguna dalam menerapkan norma tingkat kinerja
yang diperlukan untuk mencapai haasil yang diinginkan.
b. Melindungi masyarakat.
c. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan dan pemelitian kuwaitas
pelayanan.
d. Untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam
menjalani praktik sehari-hari
e. Sebagai dasar untuk menilai layanan, menyusun rencana pelatihan dan
pengembangan pendidikan (depkes RI. 2001).

8
4 Standar praktik kebidanan
Standar profesi bidan yang ke lima membahas tentang standar praktik
kebidanan. Standar tersebut berisikan:
a. Standar I : metode asuhan
b. Standar II : pengkajian
c. Standar III : diagnosa kebidanan
d. Standar IV: rencana asuhan
e. Standar V : tindakan
f. Standar VI : partisipasi klien
g. Standar VII : pengawasan
h. Standar VIII : evaluasi
i. Standar IX : dokumentasi

A. Standar Profesi Kebidanan


Dasar hukum penerapan SPK Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun
1992 Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992
kewajiban tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga
kesehatan, menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan
kesehatan pasien, memberikan informasi dan meminta persetujuan
(Informed consent), dan membuat serta memelihara rekam medik.

B. Model Asuhan Kebidanan


Model adalah suatu contoh, peraga untuk menggambarkan sesuatu. Tujuan
model adalah membuat kerangka pengertian dalam memberikan
pelayanan. Sedangkan, Asuhan Kebidanan berdasarkan body of
knowledge nya yang unik dan pengetahuan gabungan dari dasar disiplin
ilmu yang luas termasuk keperawatan, kesehatan masyarakat dan
kedokteran. Asuhan berasal dari yang solid dari pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh melalui kombinasi pembelajaran, observasi
dan pengalaman yang memberikan asuhan kebidanan yang aman dan bijak
dalam pilihan pengaturan dalam keluarga sendiri.

9
1.1.1 Model Asuhan Kebidanan di Indonesia

A. Pengertian
Penerapan model asuhan kebidanan adalah bentuk dari asuahan kebidanan
yang diberikan seorang bidan kepada klien/ pasien dengan pedoman atau
acuan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan pelayanan.
Manfaat penerapan asuahan kebidanan di Indonesia adalah untuk
menggambarkan beberapa aspek (konkret maupun abstrak), merupakan
gagasan mental sebagai bagian dari teori yang membantu ilmu-ilmu sosial
mengkonsep dalam menyamakan aspek-aspek proses sosial,
menggambarkan suatu kenyataan gambaran abstrak sehingga banyak
digunakan disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik

B. Penerapan Model Asuhan Kebidanan Di Indonesia


Penerapan model asuhan kebidanan di Indonesia sebagai berikut:
1. Perbaikan status gizi ibu dan bayi.
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan.
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan.
4. Meneurunnya angka kematian neonatus.
5. Cakupan penanganan resiko tinggi, misalnya preeklamsi, pendarahan,
asfiksia dan lain-lain.
6. Meningkatnya cakupan pemeriksaan atenatal.

C. Keadilan Pelayanan
Keadilan pelayanan dalam penerapan model asuhan kebidanan di
Indonesia adalah keadilan dalam memberi pelayanan kebidanan
merupakan aspek pokok dalam pelayanan bidan di Indonesia. Keadilan
dalam pelayana ini dimulai dengan:
1. Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai dengan kondisi klien.
2. Keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap untuk melayani.
3. Adanya penelitian untuk mengembangkan/ meningkatkan pelayanan.

10
4. Adanya keterjangkauan ke tempat pelayanan.

D. Karakteristik Petugas Kesehatan


Karakteristik petugas kesehatan dalam penerapan model asuhan kebidanan
di indonesia adalah pasien memerlukan pelayanan dari petugas kesehatan
(provider) yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Semangat untuk melayani.
2. Empati.
3. Tulus Ikhlas.
4. Memberi kepuasan.

E. Dimensi Kepuasan Pasien


Dimensi kepuasan pasien dalam penerapan model asuhan kebidanan di
indonesia adalah dimensi kepuasan pasien yang dibedakan menjadi dua
macam yaitu
1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan
profesi kebidanan. Kepuasan yang dimaksud pada dasarnya mencakup
penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai:
a. Hubungan bidan dengan pasien.
b. Kenyamanan pelayanan.
c. Kebebasan melakukan pilihan.
d. Pengetahuan dan kompetensi.
e. Efektivitas pelayanan.
2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan.
F. Pelayanan Kebidanan Yang Bermutu
Pelayanan kebidanan yang bermutu dalam penerapan model asuhan
kebidanan di indonesia adalah suatu pelayanan dikatakan bermutu bila
penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan dapat memuaskan pasien.
Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah:
1. Ketersediaan pelayanan kebidanan (available).

11
2. Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate).
3. Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue).
4. Penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable).
5. Ketercapaian pelayana kebidanan (accessible).
6. Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable).
7. Efisiensi pelayanan kebidanan (efficient).
8. Mutu pelayanan kebidanan (quality).

1.1.2 Model Asuhan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri


Asuhan dipertimbangkan dari konteks fisik, emosional, fisikologis, spiritual,
sosial, dan budaya. Yang akan mendorong mempertimbangkn aspek
individual dalam asuhan dan memahami bahwa aspek tersebut terbentuk
bagian dari individu yang sedang diberi asuhan,
Model ini menunjukan dimensi untuk asuhan maternitas yang efektifdan
masing-masing dimensi harus dipertimbangkan selama pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi aspek asuhan. Pemberian asuhan
yang berpusat pada ibu adalah salah satu pesan utama dari dokumen
kebijakan changing childbirth (departemen of healty, 1993) yang
mengalihkan fokus asuhan maternitas dari memenuhi kebutuhan
mendengarkan dan merespon terhadap aspirasi ibu.

12
D. Model Pelayanan bidan di luar negeri ( Belanda)
Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap
kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah
tersebut. Wanita berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah sakit,
hidup atau mati. Belanda memilki angka kelahiran yang sangat tinggi
sedangkan kematian perinatal relatif rendah. Satu dari tiga persalinan lahir di
rumah dan ditolong oleh bidan dan perawat sedang yang lain lahir di rumah
sakit juga dibantu oleh bidan.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto tahun 1984
menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal dan harus selalu dipantau
dan mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah atau di rumah sakit dimana
bidan yang sama akan memantau kehamilannya. Yang utama dan penting,
kebidanan di Belanda melihat suatu perbedaan yang nyata antara kebidanan
keperawatan. Astrid Limburg mengatakan : seorang perawat yang baik tidak
akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat dididik untuk merawat
orang yang sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita. Tidak berbeda
dengan ucapan Maria De Broer yang mengatakan bahwa kebidanan tidak
memiliki hubungan dengan keperawatan, kebidanan adalah profesi yang
mandiri. Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni
sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien barulah kita harus
mengatakan pendekatan dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi
pada prakteknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan
mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri.
Pada kasus resiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal,
natal, post natal, pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut
pada bidan dan pada kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerja sama.
Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah
profesi yang mendiri dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus
menjadi role model dimasyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah
sesuatu yang normal sehingga apabila seorang wanita merasa dirinya hamil
dia dapat langsung memeriksakan diri ke bidan.

E. Pelayanan Antenatal
Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada
perawat. Bidan mempunyai izin resmi untuk praktek dan menyediakan
layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapratum
dan post natal. Tanpa ahli kandunagn yang menyertai mereka bekerja di

13
bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk wanita dengan resiko
tinggi atau kasus patologi ke Ahli Kebidanan untuk dirawat dengan baik.
Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanandan untuk
meningkatkan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah daftar
indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal
di Belanda. Daftar ini berisi riwayat sebelum dan sesudah pengobatan.
Riwayat kebidanan akan berguna dalam pelayanan kebidanan. Penelitian
Woremever menghasilkan data tentang mortalitas dan mobilitas yang
menjamin kesimpulan : dengan sistem pelayanan yang diterapkan Belanda
memungkinkan mendapatkan hasil yang memuaskan melalui seleksi wanita.
Suksesnya penggunaan daftar indikasi merupakan dasar yang penting
mengapa persalinan di rumah disediakan dan menjadi alternatif karena
wanita dengan resiko tinggi dapat diidentifikasi dan kemudian dirujuk ke Ahli
Kebidanan.
Selama kehamilan bidan menjumpai wanita hamil 10-14 kali di klinik bidan.
Sasaran utama praktek bidan adalah pelayanan komunitas. Jika tidak ada
masalah, wanita diberi pilihan untuk melahirkan di rumah atau di rumah sakit.
Karena pelayanan antenatal yang hati-hati sehingga kelahiran di rumah sama
amannya dengan kelahiran di rumah sakit. Tahun 1969 pemerintah Belanda
menetapkan bahwa melahirkan di rumah harus dipromosikan sebagai
alternatif persalinan. Di Amsterdam 43% kelahiran (catatan bidan dan Ahli
Kebidanan) terjadi di rumah. Di Holland, diakui bahwa rumah adalah tempat
yang aman untuk melahirkan selama semuanya normal.

F. Pelayanan IntraPartum
Pelayanan Intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam
setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan
untuk melakukan episiotomi tapi tidak diizinkan menggunakan alat
kedokteran. Baisanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk
luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntomentrin dan Ergometrin
diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan kala III dibiarkan sesuai fisiologinya.
Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.

G. Pelayanan Post partum


Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan,
hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada
community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas.

14
Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai
tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi
kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan
dokter yang tidak penting. Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry
dengan lama pendidikan 3 tahun. Bidan mungkin tidak sebanyak dari pada
pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi puerperalis, sebagian
besar penting karena kesakitan maternal dan kematian saat itu.
Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke
18 banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan
intelektual wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetric.
Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan
tidak mempunyai pendukung, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap
profesional. Pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820, para wanita
golongan atas di kota-kota di Amerika, mulai meminta bantuan “para bidan
pria” atau para dokter. Sejak awal 1990 setengah persalinan di AS ditangani
oleh dokter, bidan hanya menangani persalinan wanita yang tidak mampu
membayar dokter. Dengan berubahnya kondisi kehidupan di kora, persepsi-
persepsi bartu para wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran
menjadi semakin meningkat dipandang sebagai satu masalah medis sehingga
di kelola oleh dokter.
Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah
proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan
diberlakukannya protap pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan
sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether
pada kala dua, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi
plasenta, memberikan uteronika serta menjahit episiotomi. Akibat protap
tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50% wanita
melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku tentang
persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha
meningkatkan peran tenaga diluar medis, termasuk bidan.

15
a. TEORI RAMONA T. MERCER
Mercer banyak memfokuskan teorinya pada pengembangan teori dengan
menerapkan hasil penelitian dalam asuhan ibu. Dalam teorinya Mercer
lebih menekankan pada stress antepartum dalam pencapaian peran ibu.
Penilaian orang; teori ini lebih ke arah praktek, ia memperlihatkan wanita
saat melahirkan, wanita pada awaf post partum, lebih mendekatkan diri
pada bayi daripada melakukan tugasnya sebagai ibu. Teori Mercer banyak
digunakan dalam keperawatan dalam bentuk Text Book Obstetri.
Pokok bahasan salam teori ini adalah :
1. Efek stress antepartum
2. Pencapaian peran ibu Efek Stress Antepartum
Tujuan : memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi lemahnya
lingkungan serta dukungan sosial serta kurangnya kepercayaan diri.
Dalam penelitiannya ia menemukan 6 faktor yang mempunyai hubungan
dengan status kesehatan :
 Hubungan interpersonal
 Peran keluarga
 Stress antepartum; komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman
negatif dalam hidup.
 Dukungan sosial.
 Rasa percaya diri.
 Penguasaan rasa takut, depresi dan keraguan.
Mercer memberikan 3 model yang saling berhubungan antara
peran individu, peran timbal baik dan peran keluarga terhadap status
kesehatan.
Famili sistem yang dinamik termasuk sub sistem individu dan pasangan.
Penting memperhatikan subsistem dan hubungan timbal baik antara ibu-
bapak, ibu janin, ibu-orang lain.
Peran ibu (matemal role) menjadi seorang ibu berarti memperoleh
identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap
tentang diri sendiri.

16
Satu-dua juta ibu di amerika yang gagal memerankan peran ibu terbukti
dengan tingginya jumlah anak yang mendapat perlakukan kejam (Mercer,
1981).
Menurutnya menjadi seorang ibu tidak hanya pribadi wanita yang
menjadi ibu, tetapi ia juga melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi ibu
dalam melaksanakan peran ibu. Peran dan partisipasi suami sangat penting
untuk menyakinkan dan memberikan penghargaan terhadap peran baru ini.
Pencapaian peran ibu dalam kurun waktu tertentu dimana ibu menjadi
dekat dengan bayinya yang membutuhkan pendekatan yang berkompeten
termasuk peran dalam mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran.
Peran aktif ibu dan pasangannya berinteraksi satu dengan yang lain.
Menurut Mercer, stress yang disebabkan oleh adanya resiko kehamilan
akan mempengaruhi penilaian diri terhadap status kesehatan. Penghargaan
diri, status kesehatan dan dukungan sosial mempunyai efek langsung yang
positif terhadap penguasaan. Dan mempunyai efek negatif terhadap
ketakutan dan depresi yang mempunyai efek negatif yang langsung terhadap
fungsi keluarga.
Hasil penelitian wanita dengan kehamilan resiko tinggi mengalami
fungsi keluarga yang kurang optimal daripada wanita dengan kehamilan
resiko rendah.
Ekspresi peran banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Mercer
menguraikan 4 langkah dalam pencapaian peran ibu:
1. Anticipatory
adalah suatu masa sebelum menjadi ibu, memulai penyesuaian sosial dan
psikologi terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
2. Fonnal
Dimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu. Pada masa ini bimbingan
peran secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem
sosial dari wanita.
3. Informal

17
Dimulai pada saat wanita telah seorang menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya sebagai ibu lahir telah seorang menentukan caranya
sendiri dalam melaksanakan peran bainya ini.
4. Personal
Dimulai pada saat wanita telah sepenuhnya seorang melaksanakan perannya
sebagai ibu.
Bila Rubin menyatakan bahwa pencapaian peran ibu ini dimulai sejak mulai
hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan. Mercer melihat bahwa peran
aktif seorang wanita dalam pencapaian peran ini umumnya dimulai
setelah bayi lahir yaitu pada 3 bulan sampai 7 bulan post partum.

Mercer menemukan 11 faktor yang mempengaruhi wanita dalam


pencapaian peran ibu yaitu:
 Factor ibu
 Umur ibu pada waktu melahirkan.
 Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali.
 Memisahkan ibu dan anak secepatnya.
 Stress sosial
 Dukungan sosial
 Konsep diri
 Sifat pribadi
 Sikap terhadap membesarkan anak
 Status kesehatan ibu.
 Factor bayi
 Temperamen
 Kesehatan bayi
 Factor-Faktor Lain
 Latar Belakang Etnik
 Status Perkawinan
 Status Ekonomi

18
Suatu hal yang sangat menarik yang dikemukakan oleh Mercer adalah
penekanannya pada pengaruh bayi (infant personality) pada waktu ibu
melaksanakan perannya sebagai ibu. .
Dengan mengambil factor sosial suppport, Mercer mengidentifikasi 4
faktor pendukung yaitu :
1. Emosional Support
Adalah perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya diri dan mengerti.
2. Informational Support
Yaitu membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan
memberikan informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah
situasi.
3. Physical Support
Adalah pertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi dan
memberikan dukungan dana.
4. Appraisal Support
Merupakan informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan,
bagaimana ia menampilkan dalam peran. Hal ini memungkinkan individu
seorang mengevaluasi dirinya sendiri yang berhubungan dengan
penampilan orang lain.
Menurutnya factor-faktor yang mempengaruhi pencapaian peran fungsi
ibu adalah : umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status
ekonomi dan konsep diri.
Mercer menguraikan 4 faktor dalam masa adaptasi yaitu :
o Physical Recovery Phase (Lahir-1 Bulan)
Merupakan adaptasi terhadap fungsi tubuh. Selain pemulihan sendiri juga
termasuk di dalamnya perkembangan bayi. Secara psikologis ibu khawatir
terhadap resiko menjadi seorang ibu. Masa pemulihan sangat penting
karena bila fungsi tubuh tidak kembali seperti semula akan menimbulkan
keluhan psikologis dan sosiologis yang berkepanjangan bagi ibu.
o Achievement Phase (Z- 4/5 Bulan)
o Disruption phase (6-8 bulan)

19
o Reorganisation Phase (8 -12 Bulan)
Bidan yang diharapkan mercer dalam teorinya membantu wanita dalam
melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan adaptasi peran ibu dan
mengidentifikasi factor apa yang mempengaruhi peran ibu dalam pencapaian
peran ibu dalam pencapaian peran, fungsi dan kontribusi dari stress
antepartum.

b. TEORI REVA RUBIN


Penekanan Rubin dalam teori maupun penelitian yang dilakukannya
adalah pencapaian peran ibu. Whurut Rubin untuk mencapai peran tersebut
seorang wanita membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktifitas
berupa tafihan-latihan. dalam proses ini wanita diharapkan seorang
mengidentifikasi bagaimana seorang wanita mampu mengambil peran seorang
ibu. Walaupun proses ini mungkin dapat mengakibatkan efek yang negatif
misalnya dalam intervensi atau tindakan, namun teori ini sangat berarti bagi
seorang wanita terutama calon ibu untuk mempelajari peran yang akan
dialaminya kelak sehingga ia seorang beradaptasi dengan perubahan yang
akan dihadapinya, khususnya perubahan psikososial dalam kehamilan dan
setelah melahirkan.
c. TEORI ELA JOY LERHMAN DAN MORTEN
Lerhman mempelajari pelayanan yang diberikan oleh bidan di klinik yang
dipimpin oleh bidan di amerika. Dalam teori ini, Lerhman mengiginkan agar
bidan mampu melihat semua aspek praktik dalam memberikan asuhan pada
perempuan hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan.
Lerhman mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal,
yaitu:
1. Asuhan yang berkesinambungan
2. Asuhan yang berpusat pada keluarga
3. Penyuluhan dan konseling sebagai bagian dari asuhan
4. Asuhan yang bersifat non-intervensi
5. Fleksibel/keluwesan dalam memberikan asuhan

20
6. Asuhan yang partisipatif
7. Pembelaan/advokasi pada klien
8. Waktu
d. TEORI EMESTINE WEIDENBACH
Emestine Weidenbach adalah seorang perawat yang telah bekerja selama
20 tahun. Walaupun weidenbach pernah lama menjadi perawat tetapi
bukunya yang berjudul “Family Centered maternity Nurcing” ditulis
sewaktu dia bekerja dibagian kebidanan.

Menurut weidenbach 4 konsep yang nyata ditemukan dalam


keperawatan, yaitu:
1. The agen
Bidan sebagai agen/ perantara bagi klien dalam mencapai tujuan.
Model ini menekankan perlunya mempertimbangkan
kenyakinan/filosofi individual bidan atau teman sejawat dalam
memberikan asuhan. Filosofi Weidenbach adalah tentang kebutuhan
ibu dan bayi segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih
luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.

2. The recipient
Penerima asuhan adalah perempuan, keluarga dan masyarakat yang
membutuhkan pertolongan. Kebutuhan muncul karena adanya
kondisi tertentu misalnya kehamilan, persalinan dan nifas. Recipient
menurut weidenbach adalah individu yang berkompeten dan mampu
melakukan segalanya sendiri sehingga bidan memberi pertolongan
hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya sendiri secara memuaskan.

3. The goal/ purpose


Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui
sebelum menentukan ujian. Bila kebutuhan sudah diketahui maka

21
dapat diperkirakan tujuan yang yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional, atau psikologis
yang berbeda dari kebutuhan normal.

4. The means

Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada 4 tahapan:

1. Identifikasi kebutuhan klien, memerlukan keterampilan adan ide.


2. Memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan Yg dibutuhkan.
3. Memberi bantuan sesuai dengan kebutuhan.
4. Mengkoordinasitenaga yang ada untuk memberikan bantuan.
e. TEORI JEAN BALL
Teori Jean Ball (teori kursi goyang = keseimbangan emosional ibu)
Jean Ball adalah seorang bidan dari britis yang telah melakukan risetnya
secara intensif terhadap kebutuhan perempuan pada masa post natal.
Jean Ball menjelaskan bahwa tujuan asuhan post natal yang sekaligus
juga menjadi filosofi Jean Ball tentang post natal care sebagai berikut:
membantu seorang perempuan agar berhasil menjadi ibu, dan
keberhasilan ini tidak hanya melibatkan proses fisiologis saja tetapi
psikologis dan emosional yang memotivasi keinginan untuk menjadi
orang tua serta pencapaiannya. Kesejahteraan perempuan setelah
melahirkan sangat bergantung pada kepribadian perempuan itu sendiri,
support sistem dukungan pribadi dan support yang diberikan oleh
pelayanan kebidanan. Ball mengemukakan teori kursi goyang dimana :

1. Dasar kursi dibentuk oleh pelayanan kebidanan yang berpijak pada


pandangan masyarakat tentang keluarga.
2. Topangan kanan kiri adalah kepribadian perempuan, pengalaman
hidup.

22
3. Topangan tengah (yang menyangga kursi dari belakang kanan-kiri)
adalah keluarga dan support sistem.
4. Tempat duduk menggambarkan kesejahteraan maternal, yang
tergantung pada efektivitas

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model konseptual kebidanan adalah:
1. Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu
2. Pada dasarnya sam a dengan pengertian konsep kerja,sistem,dan skema ,yaitu
menunjukan ide global tentang individu,kelompok,situasi dan kejadian yang
menarik untuk suatu ilmu. Model konseptual kebidanan biasanya berkembang
datri teori wawasan intuitif keilmuan yang sering kali disimpulkan dalam
kerangka acuan disiplin ilmu yang bersangkutan (Fawcett 1992) sehinga
model konseptual memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari
disiplin ilmu
3. Model memberikan kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktik
guna membimbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi
pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian. Konsep model ditunjukan
dalam banyak cara,yaitu mental model,fisik mental,dan simbolik (Lancaster).
Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat secara jelas
menguraikan fenomena penting dalam sebuah disiplin ilmu.
Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu
(multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu
kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, budaya, kesehatan masyarakat,
menagemen untuk dapat memberikan pelayanan kebidanan pada ibu dalam masa
pra konsepsi, hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir yang meliputi pendeteksian
keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan mendirikan
kesehatan terhadap ibu, keluarga dan masyarakat. (50 Tahun IBI 2001).

24
DAFTAR PUSTAKA

http://sitimujirahayu.blogspot.co.id/2016/03/vbehaviorurldefaultvmlo_55.html
https://www.scribd.com/doc/45197986/makalah-konseptual-kebidanan

25

Anda mungkin juga menyukai