Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN PRAKTIK PROFESI

BIDAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 11

1. YUSROTUN NIKMAH HASIBUAN


2. ROSLAN HASIBUAN
3. SITI SAPURA
4. NURHASANAH
5. IRMA ALFERA
6. FEBRIDAYANI HUTAPEA
7. IDA MARLIANI SIREGAR
8. RUJINAMI
9. DESSI IRASANTI
10. EVA WAHYUNI HARAHAP

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
TA. 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunianya kepada penulis sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
“Pengembangan Dan Penguatan Praktik Profesi Bidan” ini tepat pada waktunya. Makalah ini
telah kami susun dengan maksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu penulis menyadari
bahwa makalah yang penulis selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen kami yang dapat membangun serta
membuat kami kedepannya dapat lebih baik dalam menyelesaikannya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi kami dan pembaca atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih

Padangsidimpuan Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
B. Pengembangan Dan Penguatan Praktik Profesi Bidan...............................................................5
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................12
C. Simpulan..................................................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, yang tidak kalah penting dari bidang
lain adalah bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi (Kementrian Kesehatan,2009). Kesehatan adalah hak asasi
manusia, hak tersebut haruslah diwujudkan dalam bentuk memberikan upaya kesehatan kepada
seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas.
Salah satunya mempunyai patokan atau standar kode etik profesi, mengembangkan ilmu pengetahuan,
mengikuti pelatihan berkelanjutan, memiliki sertifikasi, registrasi dan lisensi serta membina,
mengawasi dan memantau agar pengabdian sesuai dengan standar pelayanan atau pun standar
pendidikan yang berlaku.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan
yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan. Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan
merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Profesi ini
telah menduduki peran dan posisi bidan menjadi terhormat dimasyarakat karena tugas yang
diembannya sangat mulia dalam upaya memberi semangat dan membesarkan hati kaum perempuan
atau ibu. Disamping setia mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai ibu dapat
merawat bayinya dengan baik. Pada prinsipnya profesi bidan merupakan salah satu profesi
kesehatan yang selalu bersinggungan dengan masyarakat khususnya kaum perempuan atau ibu.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ibu dan
janinnya adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Atas
dasar itulah profesi bidan merupakan profesi yang sangat strategis dalam konteks pelayanan
kesehatan di Indonesia. Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang
dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan
Federation Of International Gynecologist Obstetrition (FIGO).
BAB II
PEMBAHASAN

B. Pengembangan Dan Penguatan Praktik Profesi Bidan


1. Pengertian Bidan
Dalam bahasa Inggris, kata Mid Wife (Bidan) berarti with women (bersama wanita,
Mid = together, wife = a women dalam bahasa Prancis, sage femme (Bidan) berarti “Wanita
bijaksana” sedangkan dalam bahasa latin Cum – mater (bidan) berarti “Berkaitan dengan
wanita” menurut Churchill bidan adalah “a health worker who may of may not formally
trained and is a Physicial, that delivers babies and provides Associated material care”
(Seorang petugas kesehatan yang terlatih secara formal ataupun tidak dan bukan seorang
dokter, yang membantu pelahiran bayi serta memberi perawatan maternal terkait).
Definisi bidan (ICM) : bidan adalah seseorang yang telah menjalani program
pendidikan bidan yang diakui oleh Negara tempat ia tinggal dan telah berhasil menyelesaikan
studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk
praktek bidan-bidan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban
uamt manusia.
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang terakreditasi,
memiliki kualifikasi untuk deregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
praktek kebidanan yang diakui sebagai seorang professional yang bertanggung jawab,
bermitra dengan perempuan dalam memberikan dukungan, Asuhan dan nasehat yang
diperlukan selama kehamilan persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung
jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.

2. Ciri-Ciri Profesi
Mengenai ciri-ciri suatu jabatan disebut sebagai profesi, ada banyak pengertian yang
menjelaskannya. Beberapa ciri-ciri yang diberikan adalah sebagaimana diuraikan oleh Atik
Purwandari meliputi :
1. Bersifat unik
2. Dikembangkan dengan teliti
3. Mempunyai wadah organisasi
4. Pekerjaan yang mempunyai kode etik
5. Pekerjaan yang mendapat imbalan jasa
6. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh orang yang memiliki profesi tersebut
3. Profesi Bidan
Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu dalam melahirkan bayinya sampai ibu dapat merawat bayinya
dengan baik. Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut keilmuan, metode
kerja, standar praktik, pelayanan dank ode etik profesi yang dimiliki.
 Bidan memiliki tugas-tugas yang sangat unik yaitu :
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses
pendidikan dan jenjang tertentu.
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu
pelayanan pada masyarakat.
4. Anggotanya memiliki jasa atau pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh
kode etik profesi.
Hal tersebut akan tetap diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan anggota profesi yang
harus memberikan pelayanan profesional tentunya harus diimbangi dengan memperoleh
pendidikan lanjutan pelatihan dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong jabatan
profesional, jabatan dapat ditinjau dari dua aspek yaitu jabatan structural dan jabatan
fungsional. Jabatan structural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam
suatu organisasi. Sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari
aspek fungsinya yang vital dalam dalam kehidupan masyarakat dan Negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat jabtan fungsional j uga
berorientasi kwailitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional
dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan fungsional.
Peraturan dan Perundangan Yang Mendukung Keberadaan Profesi Bidang
1. Kepmenkes No. 491/1968 tentang Peraturan Penyelenggaraan Sekolah Bidang
2. No. 363/Menkes/Per /IX/1980 tentang Wewenang Bidan
3. No. 386/Menkes/SK/VII/1985 tentang Penyelenggaraan Program Pendidikan Bidan.
4. No. 329/Menkes/VII/Per/ 1999 tentang Masa Bhakti Bidan
5. Instruksi Presiden Soeharto pada Sidang Kabinet Paripurna tentang Perlunya
Penempatan Bidan di Desa.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 572 tahun 1994 tentang Registrasi dan PraktekBidan
7. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 Lembaran Negara No. 49 tentang Tenaga
Kesehatan.
8. Kepmenkes No. 077a/Menkes/SK/IV/97 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Masa Bakti
PTT dan pengembangan karir melalui praktek bidan perorangan di desa.
9. Surat Keputusan Presiden RI No. 77 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Keputusan
Presiden No. 23
10. Tahun 1994 tentang Pengangkatan Bidan sebagai PTT.
4. Ciri-Ciri Bidan Sebagai Profesi
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu yaitu :
1. Bidan disiapakan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional.
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar
pelayanan kebidanan, kode etik dan etika kebidanan.
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya.
4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.
5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
6. Bidan memiliki organisasi profesi
7. Bidan memiliki Karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat.
8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama kehidupan.
5. Pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggungjawab praktik profesi bidan
dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat .
Pelayanan Kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan
yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
menyehatkan dan menyejahterakan masyarakat yang berkualitas.
1. Pelayanan kebidanan dibedakan menjadi 3 yaitu:
 Layanan Kebidanan Primer.
Merupakan layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
 Layanan Kebidanan Kolaborasi.
Merupakan Layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan
secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
 Layanan kebidanan rujukan.
Merupakan Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang
lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima
rujukan dari dukun yang menolong persalinan ,juga layanan rujukan yang dilakukan bidan
ketempat atau fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau ke
profesi kesehatan lainnya.
2. Prameter kemajuan sosial ekonomi dalam pelayanan kebidanan.
Kemajuan sosial ekonomi merupakan prameter yang amat penting dalam pelayanan kebidanan.
Prameter tersebut antara lain:
a. Perbaikan status gizi ibu dan bayi.
b. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan.
c. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan
d. Menurunnya kematian neonatal.
e. Cakupnya penangan resiko tinggi.
f. Meningkatnya cakupan pemeriksaan antenatal.
3. Pelayanan kebidanan yang adil
Keadilan dalam memberikan pelayanan kebidanan adalah aspek yang pokok dalam pelayanan
kebidanan di Indonesia. Antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai.
b. Keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap untuk melayani.
c. Adanya penelitian untuk mengembangkan atau meningkatkan pelayanan.
d. Adanya keterjangkauan ketingkat pelayanan.
Tingkat ketersediaan tersebut diatas adalah syarat utama untuk terlaksananya pelayanan
kebidanan yang aman. Selanjutnya diteruskan dengan sikap bidan yang tanggap dengan klien,
sesuai dengan kebutuhan klien dan tidak membedakan pelayanan kepada siapapun.
4. Metode Pemberian pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidanan diberikan secara holistik, yaitu : memperhatikan aspek bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual sesuai dengan kebutuhan pasien. Pelayanan tersebut diberikan dengan tujuan
kehidupan dan kelangsungan pelayanan .
Pasien memerlukan pelayanan dari provider yangmemiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Semangat untuk melayani.
b. Simpati.
c. Empati.
d. Tulus ikhlas
e. Memberikan kepuasan
6. Pengembangan Karier Bidan
Dengan dicanangkannya gerakan pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi
pembangunan nasional untuk mewujudkan MDG, s2015, maka pembangunan kesehatan
memasuki era baru. Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi menuntun pula adanya
peningkatan pelayanan disegala bidang kesehatan, khususnya bidan kesehata reproduksi. Adanya
peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
yang memiliki kemampuan dan ketrampilan serta sikap profesional. Untuk menunjang terciptanya
kemampuan bidan yang dapat melaksanankan pelayanan kebidanan secara berkualitas sesuai
dengan kewenangan dan otonominya, sejak tahun 1996 telah dilaksanakan program Diploma
III kebidanan dengan menggunakan kurikulum nasional yabg telah ditetapkan melalui surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.009/U/1996.
SMU DIII DIV SII SIII
SMU DIII SI SII SIII
Perbedaan antara DIV dan SI kebidanan adalah jika DIV kebidanan lebih mengutamakan dan
memperbanyak praktek, sedangkan SI lebih memperbanyak teori.
Dalam rangka memelihara dan meningkatkan kualitas dan profesionalisme bidan sebagai SDM
kesehatan, maka pengembangan karier harus diperhatikan baik dalam jalur jabatan fungsional,
structural, maupun profesi serta pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan. Pengembangan
karir ini sekaligus merupakan penghargaan serta serta motivasi terhadap bidan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Penghargaan karir ini merupakan penghargaan yang diberikan
ata prestasi kerja dan pengabdianya terhadap negara. Sekaligus sebagai dorongan untuk lebih
meningkatkan prestasi kerja dan pengabdian. Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional
dan struktural. Jabatan fungsional sebagai bidan dapat didapat melalui pendidikan berkelanjutan
baik secara formal maupun nonformal yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan
profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, dan
peneliti. Sebagai sebuah profesi kebidanan, kompetensi bidan yang terdiri dari serangkaian
pengetahuan, keterampilan dan perilaku didapat melalui pendidikan tinggi dan pendidikan
berkelanjutan. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi serta
program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa
Indonesia. Terdapat tiga jenis pendidikan tinggi yaitu akademik, vokasi dan profesi. Berikut ini
merupakan penjelasan jenis pendidikan tinggi:
a. Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan/atau program
pascasarjana yang diarahkan pada penguasaan dan pengembangan cabang ilmu pengetahuan
dan teknologi.

b. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi program diploma yang menyiapkan


mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan.
Dapat pula dikembangkan oleh pemerintah sampai dengan program magister terapan atau
program doktor terapan.
c. Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang menyiapkan
mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus. Pendidikan profesi
dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi dan bekerja sama dengan kementerian pendidikan,
kementerian lain, LPNK dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu layanan
profesi. Saat ini pendidikan tinggi kebidanan telah tersedia di perguruan tinggi dengan jenis
program pendidikan berupa akademik, vokasi dan profesi.

Program pendidikan akademik kebidanan yang sudah tersedia adalah sarjana dan magister.
Program pendidikan vokasi yang tersedia adalah program diploma satu, diploma dua, diploma tiga
dan diploma empat atau biasa disebut dengan program sarjana terapan. Sedangkan program
pendidikan profesi baru tersedia program profesi kebidanan yang berasal dari lulusan pendidikan
sarjana kebidanan. Adapun program spesialis kebidanan belum tersedia. Di negara lain pun belum
ada program spesialisasi kebidanan dan bahkan acuan ICM belum menyebutkan spesialisasi
kebidanan sebagaimana profesi dokter dan perawat yang sudah ada spesialisasinya. Ke depannya,
program pendidikan doktoral, spesialis maupun subspesialis akan dibuka jika ada kebutuhan
masyarakat dan kesiapan dari organisasi profesi bidan (Wawancara dengan Pengurus Pusat IBI,
2016). Peserta didik lulusan SMU atau sederajat dapat melanjutkan pendidikan tinggi kebidanan
melalui jenis pendidikan vokasi dan akademik. Pendidikan vokasi yang dimaksud adalah minimal
pendidikan diploma tiga. Hal ini dikarenakan syarat tenaga kesehatan sebagaimana yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan adalah minimal lulusan
pendidikan diploma tiga. Lulusan diploma tiga berhak mendapat gelar ahli madya kebidanan dan
termasuk dalam jenis bidan vokasi atau bidan pelaksana.

7. Akreditasi, Registrasi dan Lisensi Profesi Bidan

Selain pendidikan, pengembangan profesi bidan juga dilakukan dengan kegiatan sertifkasi,
registrasi dan lisensi. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya institusi pendidikan kebidanan
berpengaruh terhadap kualitas lulusan sehingga diperlukan suatu uji kompetensi yang dilakukan di
seluruh wilayah Indonesia guna menyamakan standar pengetahuan, keterampilan dan perilaku
lulusan pendidikan kebidanan. Kegiatan registrasi dan lisensi merupakan wujud peran negara
dalam mengawasi pelaksanaan pelayanan kebidanan di Indonesia, meyakinkan kompetensi bidan
guna melindungi masyarakat pengguna jasa bidan, meningkatkan mutu pelayanan dan
memeratakan jangkauan pelayanan. Sertifkasi merupakan kegiatan yang menunjukkan penguasaan
kompetensi tertentu. Registrasi adalah sebuah proses dimana seseorang tenaga profesi harus
mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna mendapatkan kewenangan
dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh badan tersebut. Registasi bidan artinya proses pendaftaran pendokumentasian dan
pengakuan terhadap bidan setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar
penampilan minimal yang ditetapkan sehingga secara fsik dan mental mampu melaksanakan
praktik profesinya. Dengan teregistasinya seorang tenaga profesi maka akan mendapatkan haknya
untuk minta izin praktik (lisensi) setelah memenuhi beberapa persyaratan administrasi untuk
lisensi. Tujuan umum registrasi adalah untuk melindungi masyarakat dari mutu pelayanan profesi.

Selain itu, hal penting dalam pengembangan pelayanan kebidanan adalah bagaimana agar
bidan tersebar secara merata di wilayah Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian
Kesehatan adalah dengan mengangkat dan menempatkan bidan melalui program Pegawai Tidak
Tetap (PTT). Tahun 2014 Kementerian Kesehatan mencatat terdapat sebanyak 42.033 bidan PTT.
Adapun tenaga PTT lainnya yaitu tenaga medis PTT hanya berjumlah 4.435 orang. Kebijakan
bidan PTT harus diimbangi dengan adanya mekanisme ft and propper test, peningkatan
kelayakan fasilitas pelayanan kesehatan, adanya program maintenance bidan PTT seperti
aktualisasikan bidan PTT baik secara keilmuan maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, naik pangkat menjadi ASN tentunya dengan mengacu pada peraturan yang ada yaitu
undang-undang ASN, adanya pemberian penghargaan yang layak sebagai profesi dan
memberikan kehidupan yang layak dari segi ekonomi dimana ditempatkan (wawancara dengan
pemerhati kebidanan tanggal 16 Februari 2016). Namun penempatan bidan di wilayah terpencil
belum diimbangi dengan pemberian upah yang selayaknya. Saat ini pemberian upah masih di
bawah UMR. Strategi insentif dan jaminan lainnya. Kerja sama dengan pemda, kampus, LSM,
tokoh masyarakat. Strategi pendampingan oleh dokter kandungan dan bidan profesional yang
lebih berkompeten terhadap bidan-bidan praktik mandiri dalam suatu wilayah juga dapat
menjadi pembinaan sekaligus pengawasan terhadap praktik bidan. Selain itu, kemitraan bidan
sebagai mitra BPJS Kesehatan juga dipermudah.

BAB III
PENUTUP
C. Simpulan

AKI dan AKB merupakan indikator kesehatan masyarakat dan kesejahteraan suatu bangsa.
AKI sangat peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. AKI dapat
mengukur status kesehatan ibu saat kehamilan, persalinan dan nifas pada suatu wilayah. Tahun
2012 AKI tercatat sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut jauh dari target MDGs
yang sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada tahun 2012 sebesar 32 per
1.000 kelahiran hidup juga masih jauh dari target MDGs yang sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.
AKI dan AKB juga menjadi perhatian dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Target AKI dan
AKB pada tahun 2019 sebesar 306 per 100.000 kelahiran hidup dan 24 per 1.000 kelahiran hidup.
Ruang lingkup pelayanan bidan yang komprehensif meliputi kesehatan wanita sepanjang masa
reproduksinya mulai dari masa persiapan kehamilan, hamil, persalinan, pasca bersalin, nifas dan
masa berkeluarga berencana dapat dioptimalkan guna menurunkan AKI dan AKB. Namun, pelayanan
kebidanan di Indonesia belum sepenuhnya dilakukan secara profesional.
Beberapa institusi pendidikan kebidanan menyelenggarakan pendidikanhanya sampai
program magister dan program profesi setelah program sarjana kebidanan. Kegiatan sertifkasi,
registrasi dan lisensi dilakukan secara manual yang memungkinkan terjadi kesalahan, ketidaksamaan
data di daerah dan di pusat, dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Pemberian pelayanan
kebidanan yang profesional, hendaknya dilakukan oleh bidan profesional menggantikan bidan
vokasi. Dengan demikian, kemitraan dapat dilakukan secara seimbang dengan profesi tenaga
kesehatan lain yaitu tenaga medis dan tenaga keperawatan profesional (Praptianingsih, 2006) yang
menyandang sebutan profesional setelah mengikuti program pendidikan profesi setelah sarjana.
Saran Berdasarkan uraian tulisan ini, beberapa saran yang dapat dikemukakan dalam meningkatkan
kesehatan ibu dan anak melalui pengembangan profesi bidan antara lain:
a. adanya undang-undang yang secara khusus mengatur tentang bidan mengingat tenaga
medis dan tenaga keperawatan telah memiliki undangundang tersendiri. Di dalam undang-undang
profesi bidan nantinya perlu diatur segala hal yang menjadi ruang lingkup bidan yang
membedakannya dari tenaga kesehatan lainnya seperti aspek pendidikan tinggi kebidanan,
pelayanan kebidanan, sertifkasi, registasi dan lisensi bidan. Diatur juga mengenai penyebaran bidan
di DTPK, kewajiban pemerintah daerah dalam memberikan tugas wewenang khusus bagi bidan, dan
lainnya.
b. organisasi profesi bidan beserta pemangku kepentingan terkait perlu mengembangkan
pendidikan tinggi kebidanan. Termasuk di dalamnya pembagian kompetensi antara bidan vokasi dan
bidan profesional. Pengembangan pendidikan juga memerlukan kajian khususnya pengembangan
spesialisasi dan jika memungkinkan pengembangan subspesialisasi kebidanan. Tentunya
pengembangan masih dalam ruang lingkup kondisi normal dan bukan patologis yang menjadi
wewenang tenaga medis.
DAFTAR PUSTAKA

“Kamus Besar Bahasa Indonesia.” http://badanbahasa. kemdikbud.go.id/kbbi/, diakses 2


Maret 2016. “Gaji Bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap) Daerah,” http:// www.profesibidan.
com/2015/04/gaji-bidan-pttpegawai-tidak-tetap.html, diakses 20 Maret 2016.

“Bidan Bingung Sistem Pembiayaan BPJS Kesehatan.”http://www.hukumonline. com/berita/


baca/lt551126cf3957e/bidan-bingung-sistempembiayaan-bpjs-kesehatan, diakses 20 Maret 2016.

“Kamus Besar Bahasa Indonesia.” http://badanbahasa. kemdikbud.go.id/kbbi/, diakses 2


Maret 2016. “Gaji Bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap) Daerah,” http:// www.profesibidan.
com/2015/04/gaji-bidan-pttpegawai-tidak-tetap.html, diakses 20 Maret 2016.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai