Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN

SEJARAH KEBIDANAN

Disusun Oleh :

Putri Rahayu (P27824423099)

Rindayusi Mutiara (P27824423112)

Syamanda Selvana M. (P27824423125)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah kelompok dengan judul
“Makalah Konsep Kebidanan Sejarah Kebidanan” ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu.

Adapun tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Tahun akademik 2023/2024. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Dwi Wahyu Wulan S, S.ST., M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
2. Dwi Purwanti, S.Kp., S.ST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Ervi Husni, S.Kep,Ns, M.Kes selaku Dosen Penanggung Jawab Mata
Kuliah Konsep Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kemenkes
Surabaya.
4. Kasiati, S.Pd, M.Kes selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Konsep
Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kemenkes Surabaya.
5. Yuni Ginarsih, SST, M.Kes selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Konsep
Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kemenkes Surabaya.
6. Seluruh pihak yang membantu terselesainya materi ini.

Kami mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 21 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 1
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 1
1.4 Manfaat ................................................................................................................ 2
1.4.1 Manfaat bagi Penulis................................................................................... 2
1.4.2 Manfaat Bagi Pembaca ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2
2.1 Pengertian Bidan ..................................................................................................... 3
2.2 Pengertian Profesi Bidan ......................................................................................... 3
2.3 Bidan sebaagai Profesi ............................................................................................ 4
2.4 Sejarah Perkembangan Bidan sebagai Profesi didalam atau Luar Negeri .............. 5
2.4.1 Perkembangan Bidan sebagai Profesi didalam Negeri ................................. 5
2.4.2 Perkembangan Bidan sebagai Profesi diluar Negeri ..................................... 6
2.5 Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan didalam atau diluar Negeri .......... 12
2.5.1 Perkembangan Pelayanan Kebidanan didalam Negeri ............................... 12
2.5.2 Perkembangan Pelayanan Kebidanan diluar Negeri ................................... 12
2.6 Sejarah Perkembangan Pendidikan Kebidanan didalam atau diluar Negeri ......... 13
2.6.1 Perkembangan Pendidikan Kebidanan didalam Negeri .............................. 13
2.6.2 Perkembangan Pendidikan Kebidanan diluar Negeri ................................. 17
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 23
3.2 Saran ..................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di


dunia sejak adanya peradapan umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita
terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran dan posisi
bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat
mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong
ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Ketika
seorang ibu melahirkan, ia akan mencari dan mendapatkan bantuan atau
pertolongan orang lain, untuk melahirkan bayi yang ditolongnya. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan dan
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan seksual. Dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2014 Tentang Reproduksi. (Dwana Estiwidani, 2008)

1.2 Rumusan Massalah


1. Bagaimana sejarah perkembangan bidan sebagai profesi baik di dalam
atau luar negeri?
2. Bagaimana sejarah perkembangan pelayanan bidan baik di dalam atau di
luar negeri?
3. Bagaimana perkembangan pendidikan bidan baik di dalam atau di luar
negeri?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami sejarah
perkembangan bidan sebagai profesi, sejarah perkembangan pelayanan
bidan, dan perkembangan pendidikan bidan baik di dalam atau di luar
negeri.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perkembangan bidan sebagai profesi baik di
dalam atau di luar negeri.
2. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan kebidanan baik di
dalam atau di luar negeri.
3. Untuk mengetahui perkembangan Pendidikan bidan baik di dalam
atau di luar negeri.

1
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Agar penulis bisa mengembangakannya kepada orang lain
tentang sejarah perkembangan kebidanan diluar negeri.

1.4.2 Manfaat Bagi Pembaca


Dapat memberikan informasi mengenai Sejarah Perkembangan
Kebidanan didalam atau di luar Negeri.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bidan


Dalam bahasa Inggris, kata Midwife (Bidan) berarti "with woman"
(bersama wanita, mid=together, wife=a woman. Dalam bahasa Perancis, sage
femme (Bidan) berarti "wanita bijaksana", sedangkan dalam bahasa latin,
cum-mater (Bidan) berarti "berkaitan dengan wanita". Menurut Churchill,
bidan adalah "a health worker who may or may not formally trained and is a
physician, that delivers babies and provides associated maternal care"
(seorang petugas kesehatan yang terlatih secara formal ataupun tidak dan
bukan seorang dokter, yang membantu pelahiran bayi serta memberi
perawatan maternal terkait).

Definisi Bidan (ICM): bidan adalah seorang yang telah menjalani


program pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan
telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk
terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan merupakan
salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia.
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan,
yang terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau
secara sah mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui sebagai
seorang profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan
dalam memberikan dukungan, asuhandan nasehat yang diperlukan selama
kehamilan, persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung
jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir di negara
itu.

2.2 Pengertian Profesi Bidan

Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua


pengertian yaitu janji/ ikrar dan pekerjaan. Arti yang lebih luas menjadi
kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan
dengan suatu keahlian tertentu, sedangkan dalam arti sempit profesi berarti
kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut
pelaksanaannya sesuai norma-norma sosial dengan baik. Beberapa pengertian
profesi menurut beberapa ahli diantaranya:

3
1. Abraham Flexnman (1915) menyatakan profesi adalah aktifitas yang
bersifat intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan, digunakan untuk
tujuan praktik pelayanan,dapat dipelajari, terorganisir secara internal dan
artistik mendahulukan kepentingan orang lain.
2. Chin Yakobus (1983) mengartikan profesi sebagai suatu pekerjaan yang
membutuhkan pengetahuan khusus dalam bidang ilmu, melaksanakan
cara-cara dan peraturan yang telah disepakati anggota profesi itu.
3. Suesmann (1997) mengungkapkan bawa profesi berorientasi kepada
pelayanan memiliki ilmu pengetahuan teoritik dgn otonomi dari
kelompok pelaksana. Secara umum profesi dapat diartikan pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi,
kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk
bidangprofesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum,
kedokteran, keuangan,militer, dan teknik.

2.3 Bidan sebagai Profesi

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus


sebagai pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:

1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat


melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara
professional.
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan
profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika
kebidanan.
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam
menjalankan profesinya.
4. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
5. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.
6. Bidan memberi pelayanan yang aman, unik dan memuaskan sesuai
dengan kebutuhan Masyarakat.
7. Bidan memiliki organisasi profesi.
8. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta
dibutuhkan Masyarakat.

4
9. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama
penghidupan Pelaksanaan tugas diatas akan terus diupayakan oleh
para bidan sehubungan dengan anggota profesi yang harus
memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus diimbangi
dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan,
dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan Kesehatan.

2.4 Sejarah Perkembangan Bidan sebagai Profesi didalam atau di Luar


Negeri

2.4.1 Sejarah Perkembangan Bidan sebagai Profesi di Dalam Negeri

Sejarah menunjukan bahwa kebidanan merupakan salah satu


profesi tertua didunia sejak adanya peradaban manusia. Profesi ini telah
mendudukan peran dan posisi bidan menjadi terhormat.

Bidan juga merupakan profesi yang diakui secara nasional dan


internasional, dimana bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Untuk melaksanakan
tugasnya, bidan harus melalui pendidikan formal, mempunyai sistem
pelayanan, kode etik dan etika kebidanan dalam melaksanakan atau
mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya secara
profesional, sehingga semua orang tidak dapat disebut menjadi bidan.
Oleh karena itu, perlu diperjelas batasan atau profesi seorang bidan
sehingga tidak ada penyelewengan dan penyimpangan sehingga perlu
dibatasi tentang kebidanan sebagai suatu profesi.

Untuk mendukung hal tersebut diatas maka pada tahun 2002


pemerintah mengeluarkan Kepmenkes RI No.900 Tahun 2002 tentang
registrasi dan praktik bidan mengantikan Peraturan Menteri Kesehatan
NO.572 Tahun 1996. Kemenkes ini memberikan tanggung jawab dan
otonomi yang lebih luas kepada bidan dalam meningkatkan pelayanan
bidan dalam perlindungan baik terhadap bidan maupun masyarakat.

Pada perkembangan profesi bidan di Indonesia ini, diperoleh


data bahwa angka kematian ibu dan angka kematian bayi sangat tinggi
pada zaman pemerintah Hindia Belanda. Tenaga penolong persalinan
saat itu masih dilakukan oleh dukun. Pada tahun 1807, Gubernur
Jenderal Hendrik William Deandels, melatih dukun dalam pertolongan
persalinan. Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena tidak
ada pelatihan kebidanan.

5
Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya
diperuntukan oleh orang-orang Belanda yang berada di Indonesia. Pada
tahun 1849, dibuka Pendidikan Dokter Jawa di Batavia (di RS Militer
Belanda ; sekarang RSPAD Gatot Soebroto). Seiring dengan dibukanya
pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851 dibuka Pendidikan Bidan
bagi wanita pribumi di Batavia oleh dokter militer Belanda (Dr. W
Bosch), lulusan ini bekerja di Rumah Sakit dan juga di masyarakat.
Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun
dan bidan.

Tahun 1952, diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat


meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Setahun kemudian,
diadakan kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta, lalu berdirilah
BKIA. Kegiatan BKIA : pelayanan antenatal, post natal, pemeriksaan
bayi dan anak termasuk immunisasi dan penyuluhan gizi. Pada tahun
1957, BKIA menjadi Puskesmas. Kegiatan Puskesmas terdiri atas
kegiatan di dalam gedung dan di luar gedung. Di tahun 1990 pelayanan
kebidanan merata dan semakin dekat dengan kebutuhan masyarakat.

Kebijakan ini melalui intstruksi presiden secara lisan pada


siding kabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk
penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah
pelaksana KIA (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir),
termasuk pembinaan dukun bayi, serta pelayanan keluarga berencana.

Adapun peraturan dan perundangan yang mendukung


keberadaan profesi bidan yaitu sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan

4. Keputusan Menteri Kesehatan 320 tahun 2020 tentang standar profesi


bidan

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan


Penyelenggaraan Praktik Bidan.

6
2.4.2 Sejarah Perkembangan Bidan sebagai Profesi di Luar Negeri

1. Zaman Kuno (Sebelum Masehi)


Catatan paling awal keberadaan manusia berisi tentang fakta
adanya pembantu kelahiran. Pembantunya berasal dari keluarga atau di
luar keluarga yang mempunyai pengalaman dalam kelahiran. Hal inilah
yang memungkinkan pertama kalinya mempelopori adanya
bidan.mereka tidak menetapkan bayaran tetapi mendapatkan hadiah.
Menurut adat istiadatnya atau kebudayaan wanita yang boleh menolong
persalinan adalah wanita yang sudah melahirkan, tidak boleh laki-laki
hadir adanya acara ritual tertentu sebelum, selama, sesudah persalinan.
Pada zaman ini praktek-praktek kebidanan yang tradisional mungkin
bisa menolong, meskipun tidak sesuai dengan dasar-dasar ilmiah.
a. Bangsa Mesir
Setelah kebidanan pertama kali dikenal didirikan di Mesir,
dimana kebidanan itu adalah suatu hal yang paling mulia, dan
diberkahi oleh dewa.bidang-bidangnya terlatih dengan baik dan
memiliki pengetahuan Anatomi Fisiologi, memiliki aturan-aturan
dalam memimpin persalinan dan merawat bayi lahir. Mereka
mempunyai undang-undang dalam mengontrol praktek mereka dan
harus memanggil asisten dari tabib konsultan bila ada masalah
selama persalinan. Bidan juga telah melakukan lirkumsisi pada bayi.
b. Bangsa Yahudi
Pertolongan persalinan di bangsa Yahudi banyak mencontoh
pada bangsa Mesir, hal ini dibuktikan pada pengobatan dan
pendidikan kebidanan yang didapatkan dari bangsa Mesir. Hyigiene
merupakan hal yang paling utama dalam menolong persalinan,
temasuk didalamnya merangsang persalinan dengan bantuan
mantra-mantra. Perawatan neonatus bangsa Yahudi meliputi
memotong tali pusat, memandikan bayi, menggosok badan bayi
dengan garam dan membungkusnya dengan bedongan. Bidan-bidan
di Yahudi telah mendapatkan bayaran atas jasanya.

2. Zaman Pertengahan (1 – 1500 Masehi)


Pada zaman ini kemajuan perkembangan kebidanan seiring
dengan penyebaran agama Keristen, pengetahuan obstetric membuat
beberapa penemuan dua kebutuhan akan bidan untuk dididik telah
diakui. Kebidanan masih dipraktekkan secara utuh oleh wanita biasa.

7
3. Zaman Kebangkitan (1500-1700 Masehi)
Pada abad ke-12 sedikit kemajuan telah dibuat dalam hal kebidanan
sampai abad ke-16. pengetahuan tentang Anatomi Fisiologi telah maju
dengan pesat melalui jasa beberapa orang seperti Leonard de Vinci,
Gabriello Fallopio of Italy dan Andreas Vesallius of Belgium.
a. Prancis
Ambroise Pare adalah seorang ahli bedah yang memberikan
konstribusi dalam bidang kebidanan dan Gynekologi, dia yang
memperkenalkan kembali tentang Versi Podalic dan juga Perintis
Sekolah Kebidanan pertama di Prancis. Francois Mauriceau, dialah
orang yang pertama kali menguraikan tentang kehamilan tuba,
presentasi muka dan menjelaskan tentang induksi pembedahan.
Beliau memberikan deskripsi yang jelas tentang mekanisme
persalinan dan beliaupun terkenal oleh karena persalinan wanita
ditempat tidur sementara dengan berupa bangku yang tidak
bersandar untuk melahirkan. Louyse Bourgeois, beliau yang
pertama kali mempublikasikan buku obstetric. Marie Louise Duge,
beliau bidan yang pertama kali meneliti tentang kelahiran bayi
melalui penyimpangan catatan dan data statistik dari 40.000 wanita
yang dia hadiri kelahirannya.
b. Inggris
William Harvey yang menguraikan sirkulasi darah pada
tahun 1616, dikenal sebagai bapak kebidanan di Inggris beliau
mencatat perkembangan embrio dan fetus dari seluruh tahap.
William Chamberlen beliau mempunyai anak yang bernama Peter
yang mungkin Forceps Obstetri yang terkenal, dimana telah
digunakan oleh keluarga Chamberlen scr diam-diam selamam 3
generasi. William Smellie beliau seorang dokter dan memperdalami
ilmu pemasangan cunam dengan keterangan yang lengkap, ukuran-
ukuran pinggul, perbedaan pinggul sempit dan pinggul biasa.
c. Jerman
Justine Slegemudin (1645) adalah bidan pertama di Jerman.
Dia ada-lah bidan di kota Ligenit 2 kemudian bekerja sebagai bidan
dikerajaan Prussia, dia bekerja sebagai ilmuan dan mempunyai
dokumen lengkap. Tahun 1690 menerbitkan buku pegangan.

8
d. Swiss
Operasi seksio secarea pertama kali berhasil pada wanita
hidup pada tahun 1500, ketika dokter bedah hewan Swiss Jacob
Nuter melakukan operasi untuk melahirkan anak mereka. Istrinya
dapat bertahan hidup samapi usi 77 tahun.
e. Belanda
Hendrick Van Roonhuyze (162) yang mempromosikan
seksio secarea dan Hendrick Van Deventer (1651-1724) yang
menggambarkan banyak kelainan punggul keduanya memberikan
kontribusi yang sangat penting pada pelayanan kebidanan dan telah
mempublikasikannya di Belanda. Mereka juga mendirikan
organisasi profesi.

4. Sebelum Abad ke-20 (1700 – 1900)


Dua abad sebelum abad ke-20 telah menghasilkan banyak
penemuan besar yang sangat berpengaruh terhadap praktek kebidanan
yang membawa banyak orang-orang kedokteran kedalam kebidanan.
a) William Smellle of Scotland (1697 – 1763) adalah salah satu
ahli obstetric yang berpengaruh pada adab 18 ditenemukan
forseps sesuai dengan ukuran panggul.
b) Ignaz Philip S, dari Hugaria menemukan penyebab sepsis
puerperalis.
c) Josep Lister dari Inggris 1827 – 1912, dia disebut bapak antik
sepsis.
d) Louis Pastur 1822 – 1895, pelopor mikrobiologi pelopor
e) William James Morton dari Amerika 1846 – 1920 anestesi.
f) James Young Simpson dari Scotlandia, 1811 – 1870,
mengenalkan anestesi umum dalam kebidanan.
g) Dr. James Lloyld (1728 – 1810)
h) Dr. William Shippen (1736 – 1808), beliau seorang tokoh di AS
yang mengembangkan kebidanan, beliau mendirikan kursus
kebidanan di Philadelphia gazette, sehingga masih banyak
menaruh minat pria maupun wanita.

9
i) Dr. Samuel Bard (1742 – 1821), beliau menulis buku kebidanan
yang isinya moderen, yaitu : cara mengukur congurata
diagonalis, kelainan-kelaianan panggul, dan melarang
pemeriksaan dalam apabila tidak ada indukasi menasehatkan
jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya Invertio
Uteri, mengajarkan letak muka dapat lahir spontan. Melarang
pemakaian cunam yang berulang-ulang karena akan banyak
menimbulkan kerugian.
j) Dr. Walter Channing (1786 – 1876), belia diangkat sebagai
Profesor kebidanan disekolah kedokteran Harvard. Pelopor-
Pelopor yang Berjasa dalam Perkembangan Kebidanan Sejarah
menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi
tertua didunia sejak adanya peradaban utama manusia, ini
terlihat banyaknya pelopor-pelopor yang berjasa dalam
perkembangan kebidanan, antara lain .

5. Malaysia
Pendidikan bidan di Malaysia SMP + juru rawat (1 tahun bidan).
Program kebidanan di desa di Malaysia berorientasi pada skill dan mutu
pelayanan, sehingga dengan adanya bidan di Malaysia dapat
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

6. Jepang
Sekolah bidan tahun 1912. Regulasi untuk seleksi dan lisensi
tahun 1899. Pelayanan sudah ada sejak perang dunia II, pendidikan
bidan didirikan oleh obsgyn sehingga lulusannya adalah perawat
obstetri yang membantu dokter obsgyn dalam pertolongan persalinan.
Pelayanan kebidanan di bawah pengaruh medikalisasi, dimana
pelayanan kebidanannya berorientasi pada RS. Pendidikan bidan 3
tahun perawat usia saat masuk minimal 20 tahun + minimal 6 bulan – 1
tahun di Universitas 8 – 12 SKS: 15 jam teori, 30 jam lab dan 45 jam
praktek bertujuan untuk perawata ibu dan anak. Kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kebidanan, sehubungan dengan peningkatan aborsi
diremaja.Tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi
pada siklus kehidupaan wanita mulai dari pubertas sampai klimakterium
serta kembali ke persalinan normal.

10
Pada tahun 1987 pendidikan bidan dibawah pengawas obstetri,
kurikulum yang dipakai tidak ada ilmu psikologi, ilmu biologi dan ilmu
social. Akhirnya bidan diluluskan tidak ramah dan tidak menolong
persalinan. Setelah melihat kondisi di negara Inggris, di Jepang
melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan serta mulai
menata dan merubah situasi.

7. New Zeland dan Canada


Pada tahun 1900 terjadi perubahan kewenangan bidan yaitu ke
arah medikalisasi kehamilan, persalinan dilakukan di Rumah Sakit dan
persalinan dilakukan oleh dokter, bidan hanya sebagai asisten dokter.
Dengan keadaan yang demikian kondisi kesehatan ibu buruk, pelayanan
kebidanan buruk, wanita tidak puas karena tidak merasa lagi sentuhan
persalinan dari seorang bidan, sehingga masyarakat menuntut
dikembalikan lagi ke Filosofi Natural Childbirth yaitu Bidan sebagai
pelindung situasi normal. Bidan kembali mengambil alih dan dokter
tidak boleh intervensi. Pada tahun 1980 wanita dan bidan sebagai
partner ship, bidan melakukan independen dimana bertanggung jawab
terhadap kondisi normal ibu. Pada saat ini mutu pelayanan kebidanan
meningkat karena berorientasi pada partner ship bidan dan wanita.
Dengan mutu pelayanan kebidanan yang meningkat menyebabkan
perubahan drastic 86 % persalinan ditolong oleh bidan sehingga wanita
merasa puas.
a. Canada

Perkembangan kebidanan sudah mulai bagus,kebidanan tidak


pernah dari perawat dulu. Dosen harus mempunyai case load yang
tinggi (pengalaman praktek) Summary Seiring dengan perkembangan
zaman, kebidanan didunia telah mengalami kemajuan di setiap negara.
Dilihat dari berubahnya tuntutan masyarakat sehingga profesi
kebidanan di tuntut untuk memperbaiki kualitas pelayanan, yang
ditindak lanjuti dengan didirikannya jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dari sebelumya

11
2.5 Sejarah Perkembangan Pelayanan Bidan di Dalam atau di Luar Negeri

2.5.1 Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Dalam Negeri

Pada jaman pemerintahan Hindia Belanda angka kematian ibu


dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun.
Pelayanan kesehatan pada saat itu hanya diperuntukkan bagi rang
Belanda yang ada di Indonsia.Kemudian pada tahun 1849 dibuka
pendidikan dokter untuk peri bumi jawa di Batavia. Pada tahun 1952
mulai diadakan pelatihan bidan secara normal agar dapatmeningkatkan
kualitas pertolonga npersalinan Pelatihan ini diberika oleh bidan
Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan
ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat di lakukan melalui
kursus tam&ahan yang dikenaldengan istilah Kursus Tambahan Bidan
(KTB) di yogyakarta pada tahun 1953. Seiring dengan pelatihan
tersebut' didirikan pula Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dengan
bidan sebagai penanggung jasa & pelayanan kepada masyarakat
Bermula dari BKIA' kemudian terbentuklah suatu pelayanan
terintegrasi bagi masyarakat yang dinamakan Pusat Kesahatan
Masyarakat Puskesmas padatahun 1957. Puskesmas memberi
pelayanan di dalam gedung dan di luar gedungdan berorientasi pada
wilayah kerja Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak' termasuk pelayanan keluarga
berencana baik di luar gedung maupun di dalam gedung Perkem&angan
pelayanan kebidanan menuntut kualitas bidan yang handaldan
profesiona serta upaya pemantauan monitoring pelayanan.

2.5.2 Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri

1. Pelayanan Kebidanan di Amerika


Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman
tanpa pendidikan yang spesifik, standar-standar, atau peraturan-
peraturan sampai pada awal abad ke 20 Kebidanan, sementara itu,
menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yurisdiksi (hukum) dengan
istilah ‘nenek tua’: Kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir
mati.Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memprediksikan bahwa
angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan mengapa
dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk mengjhilangkan
praktik sihir yang masih ada pada saat itu.

12
Dokter memegang kendali dan banyak memberikan obat-obatan
tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual, sehingga perempuan
perempuan yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut
terhadap kematian.

2. Pelayanan Kebidanan di Belanda


Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di
Belanda seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda
terhadap kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan
terhadap masalah tersebut. Wanita berhak memilih apakah ia mau
melahirkan di rumah atau di Rumah Sakit, hidup atau mati. Belanda
memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi, sedangkan kematian
prenatal relatif rendah. Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki
prinsip yakni sebagaimana memberianastesi dan sedatif pada pasien
begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan memberi padaibu saat
persalinan. Jadi pada praktiknya bidan harus memandang ibu secara
keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri. Bidan
harus menjadi role model di masyarakatdan harus menganggap
kehamilan adalah sesuatu yang normal, sehingga apabila seorang
perempuan merasa dirinya hamil dia dapat langsung memeriksakan diri
ke bidan/atau dianjurkanoleh keluarga, teman, atau siapa saja.

3. Pelayanan Kebidanan di Jepang


Pelayanan kebidanan setelah perang dunia II, lebih lebih banyak
terkontaminasi olehmedikalisasi. Pelayana kepada masyarakat masih
bersifat hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan kebidanan dan
perawat kesehatan masyarakat serta bidan hanya berperan sebagai
asistendokter. Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan oeh
dokter dan perawat.

2.6 Sejarah Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Dalam atau di Luar Negeri

2.6.1 Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Dalam Negeri

Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan


perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk
menjawab kebutuhan tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan.
Yang dimaksud dengan pendidikan ini adalah pendidikan formal dan
non formal.

13
1. Tahun 1851
Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan hindia
belanda. Seorang dokter militer Belanda (DR. W. Bosch) membuka
pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini
tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik karena
adanya larangan bagi wanita untuk keluar rumah.
2. Tahun 1902
Pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di
Rumah Sakit militer di Batavia dan tahun 1904 pendidikan bidan
bagi wanita Indo dibuka di Makasar. Lulusan dari pendidikan ini
harus bersedia ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan
mau menolong msyarakat yang tidak/kurang mampu secara cuma-
cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih
15-25 Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden
perbulan (tahun 1922)
3. Tahun 1911-1912
Dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di
CBZ (RSUP) Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HIS
( SD 7 Tahun) dengan pendidikan keperawatan 4 tahun dan pada
awalnya hanya menerima peserta didik pria pada tahun 1914 telah
diterima juga peserta didik wanita pertama , bagi perawat wanita
yang lulus bisa melanjutkan kependidikan bidan selama 2 tahun.
Untuk perawat pria dapat meneruskan pendidikan keperawatan
lanjutan selama dua tahun juga.
4. Tahun 1935-1938
Pemerintah colonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan
Mulo (setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan di buka
sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain ,di Jakarta di
Rumah Sakit BersalinBudi Kemulyaan, RSB Palang Dua, dan RSB
mardi Waluyo di Semarang. Pada tahun itu dikeluarkan peraturan
yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang
pendidikan.
a. Bidan dengan latar pendidikannya Mulo dan pendidikan
kebidanan selam 3 tahun disebut bidan kelas satu.
b. Bidan dari lulusan perawat (mantri) disebut bidan kelas dua.
Perbedaan ini menyangkut gaji pokok dan tunjangan bagi
bidan.

14
5. Tahun 1550-1953
Dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia
minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat tenaga
untuk menolong persalinan cukup banyak maka dibuka pendidikan
pembantu bidan disebut penjenang kesehatan E atau pembantu
bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan sekolah itu
ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun
kebidanan dasar. Lulusan PK/E sebagian besar melanjutkan ke
pendidikan bidan selam 2 tahun.
6. Tahun 1953
Dibuka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogya karta.
Lamanya kursus antara7-12 minggu. Tahun 1960 KTB dipindahkan
ke Jakarta. Tujuan TKB adalah untuk memperkenalkan kepada
lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan memulai
tugasnya sebagi bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Tahun
1967 KTB ditutup.
7. Tahun 1954
Dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan
guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada
awalnya pendidikan ini berlangsung satu tahun kemudian menjadi
2 tahun dan terakhir berkembang menjadi 3 tahun. Pada awal tahun
1972, institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru
Perawat (SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah
perawat dan sekolah bidan.
8. Tahun 1970
Dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan
dari sekolah pengatur rawat (SPR) ditambah dengan 2 tahun
pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan
Jurusan Kebidanan (SPLJK) pendidikan ini tidak dilaksanakan
merata di seluruh provinsi.
9. Tahun 1974
Mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah
sangat banyak (24 katergori), Depkes melakukan penyederhanaan
pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Setalah bidan ditutup dan
dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya
tenaga muti porpose dilapangan dimana salah satu tugasnya adalah
menolong persalinan normal.
15
Namun karena adanya perbedaan falsafah dan kurikulum
terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang bidan , maka
tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong perasalinan tidak
tercapai atau terbukti tidak berhasil.
10. Tahun 1975-1984
Institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga dalan 10 tahun
tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI)
tetap ada dan hidup secara wajar.
11. Tahun 1981
Untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK)
dalam pelayanan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka
pendidikan diploma I Kesehatan Ibu dan Anak. ini hanya
berlangsung 1 tahun dan tidak diberlakukan oleh seluruh institusi.
12. Tahun 1985
Dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut dengan
PPB yang menerima lulusan dari SPR dan SPK. Pada saat itu
dibutuhkan bidan yang memiliki kewenangan dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana di
masyarakat. Lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya dikembalikan
kepada institusi yang mengirim
13. .Tahun 1989
Dibuka crash program pendidikan bidan secara nasional
yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program
pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai program pendidikan
bidan A (PPB/A). lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya
ditempatkan di desa-desa, dengan tujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan terhadap ibu
dan anak di daerah pedesaan dalam rangka meningkatkan
sesejahteraan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan
anak.
14. Tahun 1993
Dibuka program pendidikan bidan B (PPB/B) yang peserta
didiknya lulusan AKPER dengan lama pendidkan 1 tahun. Tujuan
penidikan ini dalah untuk mempersiapkan tenaga pengajaran pada
PPB A. Dan pendidikan program C (PPB/C) yang menerima
masukan dari lulusan SMP.

16
Selain pendidikan bidan diatas sejak tahun 1994-1995,
pemerintah juga menyelenggarakan uji coba pendidkan bidan jarak
jauh (Distance Laerning) di tiga provinsi yaitu Jawa barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilakukan untuk
memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan
yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu
pelayanan kesehataan.
15. Tahun 1996
IBI bekerjasama dengan Depkes dan American College of
Nursing Midwife (ANCM) dan Rumah Sakit swasta mengadakan
training of trainer kepada anggota IBI sebanyak 8 orang untuk LSS
yang kemudian menjadi ti pelatihan inti LSS di PP IBI. Tom
peltihan LSS ini mengadakan TOT dan pelatihan baik untuk bidan
di desa maupun bidan praktek swasta. Pelathan praktek
dilaksanakan di 14 propinsi dan selanjutnya melatih BPS secara
swadaya, begitu juga guru atau dosen dari D3 kebidanan.
16. Tahun 1995-1998
IBI bekerja langsung dengan Mother Caremelakukan
peltihan dan peer review bagi bidan RS, bidan Puskesmas, dan bidan
di desa di propinsi Kalimantan selatan.
17. Tahun 2000

Telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN)


yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Health (MNH) yang
sampai saat ini telah melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten.
Peltihan LSS dan APN tidak hanya untuk pelatohan pelayanan,
tetapi juga guru, dosen-dosen dari Akademi Kebidanan.

2.6.2 Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri

1. Malaysia
Perkembangan kebidanan di Malaysia bertujuan untuk
menurunkan MMR dan IMR dengan menempatkan bidan desa.
Mereka memiliKI basic SMP + juru rawat + 1 tahun sekolah bidan.

17
2. Jepang
Sekolah bidan di Jepang dimulai pada tahun 1912
pendidikan bidan disini dengan basic sekolah perawat selama 3
tahun + 6 bulan pendidikan bidan. Tujuan pelaksanaan pendidikan
ini adalah untuk meningkaTkan pelayanan kebidanan dan neonatus
tapi pada masa itu timbul masalah karena masih kurangnya tenaga
bidan dan bidan hanya mampu melakukan pertolongan persalinan
yang normal saja, tidak siap jika terdapat kegawat daruratan
sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas bidan masih kurang
memuaskan. Pada tahun 1987 ada upaya untuk meningkatkan
pelayanan dan pendidikan bidan, menata dan mulai merubah situasi
3. Belanda
Negara Belanda merupakan Negara Eropa yang teguh
berpendapat bahwa pendidikan bidan harus dilakukan secara
terpisah dari pendidikan perawat. Menurut Belanda disiplin kedua
bidang ini memerlukan sikap dan keterampilan yang berbeda.
Perawatan umumnya bekerja secara hirarki di RS dibawah
pengawasan sedangkan bidan diharapkan dapat bekerja secara
mandiri di tengah masyarakat. Akademi pendidikan bidan yang
pertama pada tahun 1861 di RS Universitas Amsterdam. Akademi
ke dua dibuka pada tahun 1882 di Rotterdam dan yang ketiga pada
tahun 1913 di Heerlen. Pada awalnya pendidikan bidan adalah 2
tahun, kemudian menjadi 3 tahun dan sejak 1994 menjadi 4 tahun.
Pendidikannya dengan dasar SMA. Tugas pokok bidan di belanda
adalah keadaan normal dan merujuk keadaan yang abnormal ke
dokter ahli kebidanan.

4. Inggris
Pada tahun 1902 pelatihan dan registrasi bidan mulai
diteraturkan. Selama tahun 1930 banyak perawat yang teregistrasi
masuk kebidanan karena dari tahun 1916 mereka melaksanakan
kursus-kursus kebidanan lebih singkat dari pada perempuan tanpa
kualifikasi keperawatan. Tahun 1936 kebanyakan siswa-siswa
kebidanan teregistrasi sebagai perawat. Pelayanan kebidanan di
Inggris banyak dilakukan oleh bidan praktek swasta.

18
Semenjak pertengahan 1980 kurang lebih 10 orang bidan
melaksanakan praktek mandiri. Tahin 1990 bertambah sekitar 32
bidan, 1991 menjadi 44 bidan, dan 1994 sekitar 100 orang bidan
dengan 80 bidan masuk dalam independent Midwives Assosiation.

5. Australia
Australia sedang pada titik perubahan terbesar dalam
pendidikan kebidanan. System ini menunjukkan bahwa seorang
bidan adalah seorang perawat yang terlegislasi dengan kualifikasi
kebidanan. Konsekuensinya banyak bidan-bidan yang telah
mengikuti pelatihan di Amerika dan Eropa tidak dapat mendaftar
tanpa pelatihan perawatan. Siswa-siswa yang mengikuti pelatihan
kebidanan pertama kali harus terdaftar sebagai perawat. Kebidanan
swasta di Australia berada pada poin kritis pada awal tahun 1990,
berjuang untuk bertahan pada waktu perubahan besar.

6. Spanyol
Spanyol merupakan salah satu Negara di benua Eropa yang
telah lama mengenal profesi bidan. Dalam tahun 1752 persyaratan
bahwa bidan harus lulus ujian, dimana materi ujiannya adalah dari
sebuah buku kebidanan “ A Short Treatise on the Art Of Midwifery)
pendidikan bidan di ibu kota Madrid dimulai pada thain 1789. Bidan
disiapkan untuk bekerja secara mandiri di masyarakat terutama
dikalangan petani dan buruh tingkat menengah kebawah. Bidan
tidak boleh mandiri memberikan obat-obatan , melakukan tindakan
yang menggunakan alat-alat kedokteran.
Pada tahun 1942 sebuah RS Santa Cristina menerima ibu-
ibu yang hendak bersalin. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan lebih
banyak. Pada tahun 1932 pendidikan bidan disini secara resmi
menjadi School of Midwife. Antara tahun 1987-1988 pendidikan
bidan untuk sementara ditutup karena diadakan penyesuaian
kurikulum bidan menurut ketentuan Negara-negara masyarakat
Eropa, bagi mereka yang telah lulus sebelum itu, penyesuaian pada
akhir 1992.

19
7. Ontario Canada
Mulai tahun 1978 wanita dan keluarga tidak puas dengan
system perawatan maternity di Ontario. Bidan di Ontario memiliki
latar belakang pendidikan yang berbeda-beda yang terbanyak
adalah berasal dari pendidikan kebidanan di Britain, beberapa
memiliki pendidikan bidan formal di Belanda, Jerman dan beberapa
memiliki latar belakang perawat. Selain itu di canada pada
umumnya tenaga bidan datang dari luar. Mereka datang sebagai
tenaga perawat dan pelayanan kebidanannya disebut Maternity
Nursing. Di Canada tidak ada peraturan atau izin praktek bidan,
pada tahun 1991 keberadaan bidan diakui di Canada. Di Ontario
dimulai secara resmi pendidikan di university Based, Direc Entry
dan lama pendidikan 3 tahun. Dan mereka telah menpunyai ijazah
bidan diberi kesempatan untuk registrasi dan di beri izin praktek.

8. Denmark
Merupakan Negara Eropa lainnya yang berpendapat bahwa
profesi bidan tersendiri. Pendidikan bidan disini mulai pada tahun
1787 dan pada tahun 1987 yang lalu merayakan 200 tahun
berdirinya sekolah bidan. Kini ada 2 pendidikan bidan di Denmark.
Setiap tahun menerima 40 siswa dengan lama pendidikan 3 tahun
direct entry. Mereka yang menjadi perawat maka pendidikan
ditempuh 2 tahun. Hal ini menimbulkan berbagai kontroversi
dikalangan bidan sendiri
.
9. New Zealand
Selama 50 tahun masalah kebidanan hanya terpaku pada
medicalisasi kelahiran bayi yang progresif. Wanita tukang sihir
telah dikenal sebagai bagian dari maternal sejak tahun 1904.
Tindakan keperawatan mulai dari tahun 1971 mulai diterapkan pada
setiap ibu hamil, hal ini menjadikan bidan sebagai perawat spesialis
kandungan.

20
Pada tahun 1970 Selandia Baru telah menerapkan
medicalisasi kehamilan. Ini didasarkan pada pendekatan mehasiswa
pasca sarjana ilmu kebidanan dari universitas Aukland untuk terjun
ke rumah sakit pemerintah khusus wanita. Salah satu konsekuensi
dari pendekatan ini dalah regional jasa. Inia dalah efek dari
sentralisasi yang mengakibatkan penutupan runah sakit pedesaan
dan wilayah kota.
Dengan adanya dukungan yang kuat terhadap gerakan
feminis, banyak wanita yang berjuang untuk meningkatkan
medicalisasi dan memilih persalinan di rumah.

10. Amerika Serikat


Setelah Amerika Serikat mengalami kamajuan maka
Negara-negara lain menyusulnya terutama setelah buku tentang
kebidanan dicetak dan diedarkan. Yang memajukan kebidanan itu
antara lain ialah mereka yang di sebut dibawah ini :
a. William Harley (1578-1657)
Menyelidiki fisiologi dari plasenta dan selaput
janin, sehingga ditemukan fungus plasenta dan selaput
janin seperti yang kita ketahui sekarang ini.
b. Arantius
Seorang guru besar dari Italia menemukan suatu
ductus/pembuluh darah sementara pada janin yang
menghubungkan vena umbilicalis dan vena cava
inferior. Ductus itu tertutup bila anak sudah lahir dan
kemidian menjadi jaringan. Ductus itru bernama sesuai
dengan yang menemukannya yaitu Ductus Arabtii/
ductus yang ditemukan oleh Arantius
c. Fallopius
Juga seorang guru besar dari Italia. Menemukan
saluran sel telur yang terletak antara uterus dan ovarium.
Saluran itu dinamakan Tuba Fallopii

21
d. Boudelocque dar Perancis (1745-1810)
Beliau mempelajari mengenai panggul dan
menemukan ukuran-ukuran panggul, serta memberi
banyak sekali pelajaran tentang panggul. Salah seorang
muridnya adalah William Potts Dewees yang hidup
antara tahun 1768-1841. mula-mula beliau mengikuti
James Llyod sebagai professor Kebidanan di Universitas
Pensylvania Amerika Serikat, kemudian balajar ke
Perancis kepada Boudelocque, terutama mempelajari
panggul. Sekembalinya di Amerika Serikat beliau
memberikan pelajaran tentang panggul, hingga
mendapat sebutan Boudelocque Amerika.
e. Hugh L. Hodge
Menemukan bidang-bidang dalam panggul untuk
mengetahui sampai dimana turunnya kepala anak,
bidang itu juga dinamkan bidang Hodge, kecuali itu
beliau juga memberikan pelajaran kebidanan yang
antara lain sebagai berikut :
a) Letak vertex/ belakang kepala anak, di belakang bisa
disebabkan kerena putaran yang salah
b) Mekanisme letak sungsang sesuai dengan yang
diajarkan sekarang
c) Pemasangan forcep harus disamping kepala anak,
kecuali bila kepala masih tinggi atau bila anak
melintang
d) Mengubah letak kepala dengan tangan (inwendige
correctie) sebelum memasang cunam
e) Membagi turunnya kepala dengan bidang-
bidang dalam panggul.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan yakni sejarah
perkembangan kebidanan di masing masing negara jelas memiliki perbedaan.
Baik itu dalam perkembangan profesi, pelayanan, maupun Pendidikan.
Dengan demekian, uraian uraian diatas dapat dijadikan pembanding dan
dapat kita pilah mengenai hal positif dan negative dari perbedaan tersebut

3.2 Saran
“Tiada gading yang tak retak”, itulah kalimat yang dapat kami ucapkan.
Karena itu kami dengan lapang dada menerima segala kritik ataupun saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga materi ini dapat menambah
wawasan kita semua mengenai Sejarah Perkembangan Kebidanan di Dalam
Negeri atau di Luar Negeri.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. D., Sari, M. H., Ritonga, F., Yuliani, M., Amalia, R., Yuliani, D. R., &
Winarso, S. P. (2020). Konsep Kebidanan.

Amalia, M., & ST, S. (2022). KONSEP KEBIDANAN; Buku Penerbit Lovrinz.
LovRinz Publishing.

Barakati, Septian Muna. 2014. Sejarah Perkembangan Kebidanan di Indonesia.


Sulawesi Tenggara : slideshare.net

Dra. Harni,MKM,dkk. 2001. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Bidan Menyongsong


Masa Depan. Jakarta:PP IBI

Estiwidani,Dwana,SST, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta:Fitramaya

Hawra, Happy. 2018. Menilik Kembali Sejarah Kebidanan di Indonesia. Banten :


biem.co

Amalia, M. (2022). KONSEP KEBIDANAN. LovRinz.

24

Anda mungkin juga menyukai