INTRANATAL
“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas”
DOSEN PEMBIMBING
Ns. Faridah Hanum, M.Kep
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
Furqan
Riska Efendi
Isna Halimatussakdiah
Sulistia
Afrizal
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Kasih dan Rahmat-Nya
sehingga tugas Makalah Keperawatan Maternitas yang kami buat dengan judul
“Asuhan Keperawatan Intranatal” dapat terselesaikan tanpa ada halangan apa-apa.
Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada segenap pihak yang sudah
membantu dalam menyelesaikan makalah yang kami buat, baik itu Dosen
Pembimbing, Teman-teman, Orang Tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan
mendukung kami.
Terlepas dari itu semua kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah yang kami buat baik dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang
tidak kami sadari. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
sebagai sarana perbaikan untuk makalah yang lebih baik.
Dan semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Intranatal ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih banyak atas perhatiannya.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
1. Latar Belakang......................................................................................1
2. Tujuan...................................................................................................1
3. Manfaat.................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,
Angka kematian (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000
kelahiran hidup. Demikian pula angka kematian bayi (AKB) masih berada pada
kisaran 20 per1000 kelahiran hidup. Target yang diharapkan dapat tercapai pada
tahun 2010 adalah angka kematian bayi menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup.
Penyebab langsung kematian ibu dan perinatal yaitu komplikasi kehamilan,
persalinan, nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. (Sujiyatini,
2010) Masa nifas merupakan salah satu bagian penting dari proses kelahiran,
proses baru menjadi ibu tindak lanjut dari kesejahteraan ibu maupun bayi yang
di lahirkan dan mengikutkan peran serta keluarga. Mengingat pentingnya masa
nifas dan kematian ibu banyak terjadi pada masa nifas maka perlu dilakukan
asuhan keperawatan maternitas yang optimal. (Dinas kesehatan jawa tengah,
2004)
Keperawatan maternitas merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan, dimana perawat berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam membantu pasien dan keluarga beradaptasi terhadap
masalah yang mungkin timbul pada periode perinatal dan diluar periode
perinatal.
Salah satu indikasi untuk meningkatkan derajat kesehatan di suatu bangsa di
tandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi, hal ini merupakan
suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembangunan
kesehatan.
Asuhan keperawatan maternitas yang di berikan seorang perawat
profesional sangat mempengaruhi kualitas pelayanan seperti upaya pelayanan
antenatal, intranatal, post natal. Mengingat kompleksnya permasalahan
kesehatan ini maka perlu sumberdaya manusia yang professional dan sehingga
mampu memberikan tindakan tepat terhadap permasalahan kesehatan yang ada.
Perawat spesialis maternitas dikembangkan dalam rangka menjawab tuntunan
kebutuhan masyarakat saat ini dan tuntunan perkembangan profesi keperawatan,
melalui berbagai perannya sehingga mampu bekerja sebagai pemberi dan
pengelola asuhan keperawatan, pendidik, peneliti, bimbingan dan konseling,
menerima dan melakukan rujukan dalam mengatasi masalah pasien.
2. Tujuan
• Mengetahui dan Mengerti tentang Intranatal
• Mengetahui dan mengerti bagaimana askep pada intranatal
1
• Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
keperawatan maternitas askep Intranatal
• Agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien
intranatal berdasarkan data dan keluhan-keluhan yang di dapat dari pasien.
3. Manfaat
• Dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari
• Sebagai dasar pengetahuan dalam menolong Ibu Hamil
• Karena memiliki pengetahuan dan keterampilan dari yang sudah
diajarkan maka dapat membantu proses persalinan apabila dalam
keadaan kegawat daruratan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Intranatal (Persalinan)
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara
spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah
pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara
37 - 42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang
baik.
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu (Harianto.2010).
3
C. Jenis-Jenis Persalinan
Berdasarkan usia kehamilan, terdapat beberapa jenis persalinan yaitu :
1. Persalinan aterm: yaitu persalinan antara umur hamil 37-42 minggu, berat
janin di atas 2.500 gr.
2. Persalinan prematurus: persalinan sebelum umur hamil 28-36 minggu, berat
janin kurang dari 2.499 gr.
3. Persalinan serotinus: persalinan yang melampaui umur hamil 42 minggu,
pada janin terdapat tanda postmaturitas
4. Persalinan presipitatus: persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
2. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selama masa
hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak, sekarang serviks
masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan mengalami sedikit penipisan
4
(effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan
tergantung pada individu wanita dan paritasnya sebagai contoh pada masa hamil.
Serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada
primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks diduga
terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks. Serviks menjadi
matang selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan
serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
3. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi
pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya
timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak
sekitar enam minggu kehamilan. Bagaimanapun, persalinan palsu juga
mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.
5. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24
hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda persalinan yang
bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena
rabas lendir yang bercampur darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma
kecil terhadap atau perusakan plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
6. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa hal tersebut
terjadi alamiah, yamg memungkinkan wanita memperoleh energi yang diperlukan
untuk menjalani persalinan. Wanita harus diinformasikan tentang kemungkinan
lonjakan energi ini untuk menahan diri menggunakannya dan justru menghemat
untuk persalinan.
E. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk
menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Terdapat delapan gerakan posisi dasar
5
yang terjdai ketika janin berada dalam presentasi vertex sefalik. Gerakan tersebut,
sebagai berikut:
a. Engagement
Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah melalui pintu atas
panggul.
b. Penurunan Kepala
Penurunan kepala lengkap terjadi selama persalinan oleh karena itu keduanya
diperlukan untuk terjadi bersamaan dengan mekanisme lainya.
c. Fleksi Rotasi Internal
Hal yang sangat penting untuk penurunan lebih lanjut. Melalui penurunan ini
diameter Sub oksipitobregmantika yang lebih kecil digantikan dengan
diameter kepala janin tidak dalam keadaan fleksi sempurna, atau tidak berada
dalam sikap militer atau tidak dalam keadaan beberapa derajat ekstensi.
d. Rotasi Internal
Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjdai sejajar dengan
diameter anteroposterior pelvis ibu. Paling biasa terjadi adalah oksipot
berotasi ke bagian anterior pelvis ibu, dibawah simfisis pubis.
e. Pelahiran Kepala
Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk mengeluarkan
oksiputanterior. Dengan demikian kepala dilahirkan dengan ekstensi seperti,
oksiput, sutura sagitalis, fontanel anterior, alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu
secara berurutan muncul dari perineum.
f. Restitusi
Rotasi kepala 450 baik kearah kanan maupun kiri, berantung pada arah dari
tempat kepala berotasi ke posisi oksiput-anterior.
g. Rotasi Eksternal
Terjadi pada saat bahu berotasi 450, menyebabkan diameter bisakromial
sejajar dengan diameter anteroposterior pada pnitu bawah panggul. Hal ini
menyebabkan kepala melakukan rotasi eksteral lain sebesar 450 ke posisi
LOT atau ROT, bergantung arah restuisi.
h. Pelahiran Bahu dan Tubuh dengan Fleksi Laterral melalui Sumbu Arcus.
Sumbu carcus adalah ujung keluar paling bawah pada pelvis. Bahu anterior
kemudian terlihat pada orifisum vulvovaginal, yang menyentuh di bawah
simfisis pubis, bahu posterior kemudian menggembugkan perineum dan lahir
dengan posisi ateral. Setelah bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti
sumbu Carus dan segera lahir (Varney, 2007).
F. Fase Persalinan
1. KALA I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan
pembukaan serviks sampai lengkap. Dimulai pada waktu serviks membuka karena
his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin
terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada
darah haid.
6
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam,
bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah
spontan pada saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas:
• Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
• Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
• Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10
cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)
pada primigravida dan multipara :
• Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu
sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah
lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses
penipisan dan pembukaan.
• Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada
ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti
lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum
dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak
berbentuk seperti garis lebar).
• Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan
multipara (8 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase
laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik.
Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir.
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60
mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka
sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
• Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus
(mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis,
akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara
selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
• Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis
dan mendatar.
• Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan
ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum
pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I :
a. Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
7
Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi.
Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah
kiri garis waspada).
Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam
selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah
kanan garis waspada).
Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
c. Kemajuan pada kondisi ibu.
Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral
atau IV dan berikan analgesik secukupnya.
Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi
yang kurang. Segera berikan dextrose IV.
d. Kemajuan pada kondisi janin.
Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180
x / menit) curigai adanya gawat janin.
Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi
sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
2. KALA 2
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat
bayi telah lahir lengkap. Pada Kala II ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan
lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada
awal Kala II ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala II pada
primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu
kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu,
dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk
mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala II:
a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
b. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
c. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
d. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis
pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan
anggota badan.
8
e. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar
jalan lahir (episiotomi).
3. KALA III
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai
dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika
tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah
bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi
sekitar di atas pusat.
Sifat His :
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat
juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
9
4. KALA IV
Dimulai pada saat plasenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala IV persalinan :
Kontraksi uterus harus baik
Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
Kandung kencing harus kosong
Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
Resume keadaan umum ibu dan bayi.
H. KONSEP KEPERAWATAN
1. KALA I (fase laten)
a. Pengakajian
Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
Seksualitas
10
Servik dilatasi 0 - 4 cm mungkin ada lendir merah muda kecoklatan atau
terdiri dari flek lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
2. Defisiensi pengetahuan tentang kemajuan persalinan b.d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
3. Risiko infeksi maternal
4. Risiko kekurangan volume cairan
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan 1. Orientasikan klien pada
situasional akibat asuhan keperawatan lingkungan, staf dan
proses persalinan selama prosedur
……..diharapkan 2. Berikan informasi tentang
ansietas pasien perubahan psikologis dan
berkurang dengan fisiologis pada persalinan.
criteria hasil: 3. Kaji tingkat dan penyebab
TTV dbn ansietas.
Pasien dapat 4. Pantau tekanan darah dan
mengungkapkan nadi sesuai indikasi.
perasaan 5. Anjurkan klien
cemasnya. mengungkapkan
Lingkungan perasaannya.
sekitar pasien 6. Berikan lingkungan yang
tenang dan tenang dan nyaman untuk
kondusif pasien
11
terhadap infeksi asuhan keperawatan klien.
maternal b.d selama….diharapkan 2. Kaji sekresi vagina,
pemeriksaan infeksi maternal dapat pantau tanda-tanda vital.
vagina berulang terkontrol dengan 3. Tekankan pentingnya
dan kontaminasi criteria hasil: mencuci tangan yang baik.
fekal. TTV dbn 4. Gunakan teknik aseptic
Tidak terdapat saat pemeriksaan vagina.
tanda-tanda infeksi 5. Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi.
12
berhubungan asuhan keperawatan ketidaknyamanan
dengan tekanan selama…..,diharapkan secara verbal dan
mekanik dari nyeri terkontrol dengan nonverbal
bagian criteria hasil: 2. Pantau dilatasi servik
presentasi. TTV dbn 3. Pantau tanda vital dan
Pasien dapat DJJ
mendemonstrasikan 4. Bantu penggunaan
kontrol nyeri teknik pernapasan dan
relaksasi
5. Bantu tindakan
kenyamanan spt.
6. Gosok punggung, kaki
7. Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8. Berikan informasi
tentang ketersediaan
analgesic
9. Dukung keputusan klien
menggunakan obat-
obatan/tidak
10. Berikan lingkungan
yang tenang
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Palpasi di atas simpisis
eliminasi urin b.d asuhan keperawatan pubis
perubahan selama….,diharapkan 2. Monitor masukan dan
masukan dan eliminasi urine pasien haluaran
kompresi normal dengan kriteria 3. Anjurkan upaya
mekanik kandung hasil: berkemih sedikitnya 1-2
kemih. Cairan seimbang jam
Berkemih teratur 4. Posisikan klien tegak
dan cucurkan air hangat
di atas perineum
5. Ukur suhu dan nadi, kaji
adanya peningkatan
6. Kaji kekeringan kulit
dan membrane mukosa
3 Keletihan b.d Setelah diberikan 1. Kaji tanda – tanda vital
peningkatan asuhan keperawatan yaitu nadi dan tekanan
kebutuhan energi selama … diharapkan darah
akibat ibu tidak mengalami 2. Anjurkan untuk
peningkatan keletihan dengan relaksasi dan istirahat
metabolisme kriteria hasili: nadi:60- di antara kontraksi
sekunder akibat 80x/menit(saat tidak 3. Sarankan suami atau
nyeri selama ada his), ibu
keluarga untuk
persalinan menyatakan masih
mendampingi ibu
memiliki cukup tenaga
13
4. Sarankan keluarga
untuk menawarkan dan
memberikan minuman
atau makanan kepada
ibu
3. KALA II
a. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
a) Melaporkan kelelahan
b) Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik
relaksasi
c) Lingkaran hitam di bawah mata
14
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3. Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5. Nyeri / ketidaknyamanan
a) Dapat merintih / menangis selama kontraksi
b) Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
c) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
d) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6. Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7. Seksualitas
a) Servik dilatasi penuh (10 cm)
b) Peningkatan perdarahan pervagina
c) Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
d) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2. Penurunan curah jantung b.d fluktasi aliran balik vena
3. Risiko kerusakan integritas kulit
c. Intervensi
N DIAGNOSA
NOC NIC
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi derajat
tekanan mekanis asuhan keperawatan ketidaknyamanan
pada bagian selama….,diharapkan 2. Berikan tanda/ tindakan
presentasi nyeri terkontrol kenyamanan seperti
dengan kriteria hasil: perawatan kulit, mulut,
TTV dbn perineal dan alat-alat tenun
Pasien dapat yang kering
mendemostrasikan 3. Bantu pasien memilih posisi
nafas dalam dan yang nyaman untuk
teknik mengedan mengedan
4. Pantau tanda vital ibu dan
15
DJJ
5. Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi
2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah dan
jantung b.d asuhan keperawatan nadi tiap 5 – 15 menit
fluktuasi aliran selama…..,diharapka 2. Anjurkan pasien untuk
balik vena n kondisi inhalasi dan ekhalasi selama
cardiovaskuler pasien upaya mengedan
membaik dengan 3. Anjurkan klien / pasangan
kriteria hasil: memilih posisi persalinan
TD dan nadi dbn yang mengoptimalkan
Suplay O2 tersedia sirkulasi.
3. Risiko kerusakan Setelah asuhan 1. Bantu klien dan pasangan
integritas kulit keperawatan pada posisi tepat
selama….,diharapkan 2. Bantu klien sesuai
integritas kulit kebutuhan
terkontrol dengan 3. Kolaborasi epiostomi garis
kriteria hasil: tengah atau medic lateral
Luka perineum 4. Kolaborasi terhadap
tertutup (epiostomi) pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
4. KALA III
a. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat
Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
Nadi melambat
3. Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4. Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5. Seksualitas
Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
Tali pusat memanjang pada muara vagina
16
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d trauma jaringan setelah melahirkan
2. Risiko kekurangan volume cairan
3. Risiko cidera maternal
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan teknik
trauma jaringan asuhan keperawatan pernapasan
setelah melahirkan selama…,diharapka 2. Berikan kompres es pada
n nyeri terkontrol perineum setelah
dengan criteria hasil: melahirkan
Pasien dapat 3. Ganti pakaian dan liner
control nyeri basah
4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
2. Risiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien untuk
volume cairan asuhan keperawatan mendorong pada kontraksi
selama….,diharapka 2. Kaji tanda vital setelah
n cairan seimbang pemberian oksitosin
denngan criteria 3. Palpasi uterus
hasil: 4. Kaji tanda dan gejala
TTV dbn shock
Darah yang 5. Massase uterus dengan
keluar ± 200 – perlahan setelah
300 cc pengeluaran plasenta
6. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
17
darah bayi
6. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
5. KALA IV
a. Pengkajian
1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin
lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat
pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah
selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml
untuk kelahiran saesaria
3. Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi
spinal
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik
dan psikologis, ansietas.
18
2. Penurunan koping keluarga b.d transisi/peningkatan anggota
keluarga
3. Resiko kekurangan volume cairan
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji sifat dan derajat
efek hormone, tindakan keperawatan ketidaknyamanan
trauma,edema selama … diharapkan 2. Beri informasi yang
jaringan, pasien dapat tepat tentang
kelelahan fisik mengontrol nyeri, nyeri perawatan selama
dan psikologis, berkurang dengan Kriteria periode pascapartum
ansietas hasil : 3. Lakukan tindakan
Pasien melaporkan kenyamanan
nyeri berkurang 4. Anjurkan penggunaan
Menunjukkan postur teknik relaksasi
dan ekspresi wajah 5. Beri analgesic sesuai
rileks kemampuan
Pasien merasakan
nyeri berkurang pada
skala nyeri (0-2)
2. Penurunan Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan klien untuk
koping keluarga keperawatan menggendong,
b.d selama…..,diharapkan menyentuh bayi
transisi/peningkat proses keluarga baik 2. Observasi dan catat
an anggota dengan kriteria hasil: interaksi bayi
keluarga o Ada kedekatan ibu dengan 3. Anjurkan dan bantu
bayi pemberian ASI,
tergantung pada
pilihan klien
3. Resiko Setelah dilakukan asuhan 1. Tempatkan klien pada
kekurangan keperawatan posisi rekumben
volume cairan selama….,diharapkan 2. Kaji hal yang
cairan simbang dengan memperberat kejadian
criteria hasil: intrapartal
TD dbn 3. Kaji masukan dan
Jumlah dan warna haluaran
lokhea dbn 4. Perhatikan jenis
persalinan dan
anastesi, kehilangan
daripada persalinan
5. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit
6. Dengan perlahan
19
massase fundus bila
lunak
7. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea
8. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
20
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan (dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal
persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 -
42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang
baik.
Jenis-Jenis Persalinan
1. Berdasarkan usia kehamilan,
• Persalinan aterm
• Persalinan prematurus
• Persalinan serotinus
• Persalinan presipitatus
2. Berdasarkan proses berlangsungnya persalinan
• Persalinan spontan
• Persalinan buatan
• Persalinan anjuran
Fase Persalinan
• Kala I
• Kala 2
• Kala III
• Kala IV
1.
21
DAFTAR PUSTAKA
ARIYANI, & NURUL, V. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Post
Partum Normal Spontan Di Ruang Ii Rumah Bersalin An-Nissa Surakarta.
Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/13347/
Faiqoh, Z. (2019). Asuhan Keperawatan Maternitas Post Partum H+0 Pada Ny.H
Dengan Persalinan Spontan Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini Diruang
Kenari Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember. Undergraduate
thesis. Retrieved from http://repository.unmuhjember.ac.id/6418/
Karjatin,M.Kes, D. (2016). Keperawatan Maternitas. Jakarta Selatan: Pusdik
SDM Kesehatan. Retrieved from
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Maternitas-Komprehensif.pdf
Rokhmah, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Masa Intra Natal Melalui
Pemberian Counter Presure Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif Di BPM Prita Yusita Salatiga. Diploma Tesis.
22