KEPERAWATAN MATERNITAS
Disusun Oleh:
Misriyah (18013)
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan Tema “Nifas Patologis kasus HPP” yang merupakan salah
satu tugas dari mata kuliah “Keperawatan Maternitas”.
Sebagai makluk ciptaan Tuhan, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dalam
penyusunan makalah berikutnya akan lebih baik.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa keperawatan pada khususnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
Teori Medis Masa Nifas.......................................................................................4
A. Definisi Nifas................................................................................................4
B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas..................................................................4
C. Sistem Psikologis Masa Nifas.......................................................................6
D. Kebutuhan Dasar Nifas.................................................................................7
E. Pemeriksaan Post Natal.................................................................................8
Konsep Dasar Pendarahan Post Partum...............................................................9
A. Definisi..........................................................................................................9
B. Pendarahan Post Partum................................................................................9
C. Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan pasca persalinan.................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan
selaput janin (menandakan akhir periode intra partum) hingga kembalinya
traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. (Varney, 2007).
Ingat bahwa perubahan ini adalah pada kondisi tidak hamil, bahkan
kondisi prahamil, seperti yang sering dikatakan. Kondisi dengan prahamil
hilang selamanya, paling mencolok setelah pertama kali hamil dan
melahirkan tetapi juga pada setiap kehamilan selanjutnya. Periode ini
disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium disebut
puerperal. Periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar 6 minggu.
(Varney, 2007).
1
Penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah pada saat
kehamilan, melahirkan dan pasca persalinan merupakan penyebab utama
(23%) kelemahan wanita usia subur (15-49 tahun) sedangkan pada wanita
yang berumur 20-24 tahun, komplikasi obstetri yang tersering (90%)
adalah pendarahan , eklamsi , infeksi. (Depkes, 2003).
Dari data yang diambil di BPS Ny. Mukhliatin Amd. Keb. Mrican-
Kediri dari bulan September-November 2007 jumlah ibu melahirkan
normal sebanyak 25 orang. Sedangkan yang luka jahitan 7
orang,melahirkan normal tanpa jahitan 16 orang dan 2 diantara 25 orang
terdapat HPP primer.
2
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan
pada ibu post partum dengan HPP Primer diperlukan untuk mendeteksi
resiko terjadinya komplikasi pada ibu nifas dan untuk melaksanakan askeb
yang benar, karena itu penulis berminat untuk mengambil study kasus
dengan judul : Asuhan Kebidanan Ibu Post Partum dengan HPP Primer.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi masa nifas?
2. Apa saja perubahan fisiologis pada masa nifas?
3. Bagaimana sistem psikologis masa nifas?
4. Apa saja kebutuhan dasar masa nifas?
5. Apa itu pemeriksaan post natal?
6. Bagaimana konsep dasar pendarahan post partum?
C. Tujuan
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
3
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Medis Masa Nifas.
A. Definisi Nifas
Periode postpartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput
janin (menandakan) akhir periode intra partum)hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita padaa kondisi tidak hamil. (varney,2007).
Nifas adalah masa setelah partus selesai berakhirnya setelah
kirakira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.(Sarwono, 2002).
4
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
5
Di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel
kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan
banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan. (Mochtar, 1998 : 117).
d. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2- 3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. (Mochtar, 1998 : 116).
e. After Pain
Adalah rasa sakit (meriang atau mules-mules) disebabkan
kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan perlu
diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit atau anti mules.
(Mochtar, 1998 : 116).
f. Bekas Implantasi Uri Placenta bed mengecil karena kontraksi dan
menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
(Mochtar, 1998 : 116).
g. Ligamen-Ligamen Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum
rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita
Indonesia melakukan “berkusuk” atau “ berurut”, dimana sewaktu
dikusuk/ urut, banyak wanita akan mengeluh “kandungannya turun”
atau “terbalik”. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihanlatihan dan gimnastik pasca persalinan.
6
(menerima) yang merupakan peranan baru dan berkurangnya kemampuan
ibu untuk berkonsentrasi pada suatu informasi.
7
buahan. Tambahan “susu” pada masyarakat pedesaan belum terbiasa.
(Manuaba, 1998 : 193).
4. Miksi dan Buang Air Besar
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya,
kadangkadang wanita mengalami sulit kencing, karena sphingter uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi sphingcter ani selama
persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang
terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi. (Mochtar, 1998 : 117).
5. Perawatan Payudara Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita
hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai
persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus
dihentikan dengan cara :
a. Pembalutan mammae sampai tertekan.
b. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lunoral
dan perlodel. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya
karena angat baik untuk kesehatan bayinya. (Mochtar, 1998 : 117).
Pemberian ASI jangan pilih kasih, karena keenakan memberikan
ASI pada satu sisi. Kedua payudara harus dikosongkan saat
memberikan ASI, sehingga kelancaran pembentukan ASI berjalan
dengan baik. Stagnasi ASI dapat menimbulkan bahaya infeksi
sampai abses, yang memerlukan tindakan tertentu. Putting susu
perlu diperhatikan dan dibersihkan sebelum memberikan ASI.
Luka lecet pada putting susu dihindari sehingga mengurangi
bahaya infeksi.
6. Perawatan Vulva Hygiene
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada daerah
vulva, perineum maupun dalam uterus serta mempercepat
penyembuhan luka perineum.
E. Pemeriksaan Post Natal meliputi (Moctar, 1998 : 118)
1. Pemeriksaan umum : tekanan darah,nadi, keluhan, dsb.
2. Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dll.
8
3. Payudara : ASI, putting susu.
4. Dinding perut : perineum,kandung kemih, rectum.
5. Sekret yang keluar, misalnya : lochea, flour albus.
6. Keadaan alat-alat kandungan.
A. Definisi
Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500-600 ml dalam
masa 24 jam setelah anak lahir (Mochtar, 1998 : 298).
Pendarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi dalam 24 jam
setelah persalinan berlangsung (Manuaba, 1998 : 193).
B. Pendarahan Post Partum dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pendarahan post partum primer
a. Pendarahan post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama
(Manuaba, 1998 : 193). 2)
b. Pendarahan post partum (early post partum hemoragi) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir. (Mochtar, 1998 : 298).
Penyebab PPH primer meliputi (safemother hood, 2002 : 44)
a) Uterus (terjadi karena, misalnya plasenta, atau selaput ketuban
tertahan).
b) Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya, kelahiranyang
menggunakan peralatan termasuk seksio sesaria, episiotomi.
c) Koogulasi intravaskuler diseminata (jarang).
d) Inversi uterus (jarang).
2. Perdarahan post partum sekunder.
Perdarahan post partum sekunder terjadi setelah 24 jam (Manuaba,
1998 : 295).
Penyebab PPH sekunder meliputi : (safe motherhood, 2002 : 45).
a. Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
b. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di
serviks,, vagina, kandung kemih, rectum).
9
c. Terbukanya luka pada uterus (setelah seksio sesarean atau rupture
uterus).
10
Penanganan Atonia uteri (Prawirohardjo, 2002 : 176)
11
umbilicus, tegak lurus dengan sumbu badan hingga
mencapai kolomna vertebralis. Penekanan yang tepat, akan
menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri
femoralis, lihat hasil kompresi dengan memperhatikan
perdarahan yang terjadi.
d. Penanganan perdarahan post partum pada atonia uteri
(Mochtar, 1998:302) terbagi dalam 3 tahap :
Tahap I : perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi
dengan cara pemberian uterotonika, mengurut rahim
(massage), dan memasang gurita.
Tahap II: bila perdarahan belum berhenti dan bertambah
banyak, selanjutnya berikan infuse dan transfuse darah dan
dapat dilakukan.
1. parasat (manuver) sangemeister.
2. pirasat (manuver) fritch.
3. kompresi bimanual.
4. kompresi aorta.
5. tamponade utero vaginal.
e. Jepitan arteri uterine dengan cara Henkel. tamponade utera-
vaginal walaupun secara fisiologis tidak tepat, hasilnya
masih memuaskan, terutama di daerah pedesaan dimana
fasilitas lainnya sangat minim atau tidak ada .
Tahap III : bila semua upaya diatas tidak menolong juga,
maka usaha terakhir adalah menghilangkan sumber
perdarahan, dapat ditempuh dua cara yaitu dengan meligasi
arteri hipogastrika atau histerektomi.
2. Inversio Uteri
Inversio Uteri Adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik
sebagian atau seluruhnya masuk kedalam cavum uteri (Mochtar,
1998 : 304). 2)
12
Inversio Uteri Adalah keadaan di fundus uteri masuk ke dalam
kavum uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan
(Manuaba, 1998 : 304).
a. Inversio uteri di bagi menjadi 3 bagian meliputi :
1. Inversio uteri ringan. Fundus uteri terbalik menonjol dalam
kavum uteri, namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang. Terbalik dan sudah masuk vagina.
3. Inversio uteri berat. Uterus dan vagina semuanya terbalik
dan sebagian sudah keluar vagina. Adapula yang
membaginya menjadi inversion uteri inkomplit, yaitu 1 dan
2, dan komplit 4 (Mochtar, 1998 : 304).
b. Etiologi Inversio Uteri.
Penyebabnya bisa terjadi secara spontan atau karena tindakan.
Faktor yang memudahkan terjadinya adalah uterus yang
lembek. Lemah, tipis dindingnya; tarikan tali pusat yang
berlebihan; atau patulous kanalis servikalis yang spontan dapat
terjadi pada gravide multipara, atonia uteri, kelemahan alat
kandungan, dan tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan
dan batuk) yang karena tindakan dapat disebabkan cara crade
yang berlebihan, tarikan tali pusat, dan pada manual plasenta
yangdipaksakan, apalgi bila ada perlekatan palsenta pada
dinding rahim (Mochtar, 1998 : 306).
c. Diagnosis dan gejala klinis pada inversion uteri
Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri
yang hebat. Perdarahan yang banyak sampai syok, apalagi bila
plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas;
dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
Pemeriksaan dalam.
1. Bila masih inkomplit, maka pada daerah senfisis uterus
teraba fundus uteri cekung ke dalam.
2. Bila komplit, di atas sympisis uterus teraba bokong dan
dalam vagina teraba tumor lunak.
13
3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik) (Mochtar; 1998 :
306).
d. Penanganan inversion uteri.
Pencegahan.
a. Hati-hati dalam memimpin persalinan; jangan terlalu
mendorong rahim atau melakukan perasat crede berulang-
ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta
melakukan pengeluaran plasenta dengan tangan (Mochtar,
1998 : 306).
b. Persalinan legeartis, perhatikan tanda plasenta telah lepas,
tes plasenta telah lepas, dorongan fundus uteri crade saat
kontraksi, meningkatkan penerimaan KB (Manuaba, 1998 :
305).
c. Bila telah terjadi, maka terapinya adalah :
1. Jika ibu sangat kesakitan , ada perdarahan dan ibu syok,
berikan infuse dan transfuse darah serta perbaiki
keadaan umum.
2. Sesudah itu segera dilakukan reposisi kalau perlu dalam
narkosa (Mochtar, 1998 : 306). Reposisi inversion
meliputi :
a. Masukkan tangan ke vagina
b. Fundus di dorong ke atas.
c. Berikan uterotonika.
3. Lakukan placenta manual (Manuaba, 1998 : 305).
4. Bila tidak berhasil maka dilakukan tindakan operatif
secara perabdominan (operasi haultein) atau
pervaginam (operasi menurut spinelli). 5. Di luar rumah
sakit dapat di Bantu dengan melakukan reposisi ringan
yaitu dengan tamponade vaginal. Berikan antibiotika
untuk mencegah infeksi (Mochtar, 1998 : 306).
14
3. Perdarahan Robekan Jalan Lahir
15
a) mukosa vagina.
b) fourchette posterior.
c) kulit perineum.
d) otot-otot perineum.
e) otot sfingter ani eksternal
4) Derajat empat.
a) fourchette posterior.
b) kulit perineum.
c) otot-otot perineum.
d) otot sfingter ani eksternal.
e) Dinding rectum anterior (APN, 2002 : 5-13)
4. Retensio plasenta
Adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah persalinan bayi. (Manuaba, 1998 : 300). 2)
Penyebab retensio plasenta
a. Plasenta adhesive yang melekat pada desidua endometrium
lebih dalam, yang menurut tingkat pendekatannya dibagi
menjadi :
b. Plasenta adhesive, yang melekat pada desidua endometrium
lebih dalam.
c. Plasenta inkrieta, dimana vili khanalis tambah lebih dalam
dan menembus desidua sampai ke miometrium.
d. Plasenta akreta, yang menembus lebih dalam miometrium
tetapi belum menembus serosa.
e. Plasenta perkreta, yang menembus sampai serosa atau
peritonium dinding rahim.
f. Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri
dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak atau
karena adanya lingkaran kontraksi pada bagian bawah
rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata). Bila
16
plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi
perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan
terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera
mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar
karena kandung kemih atau rectum itu keduanya harus
dikosongkan.
Penanganan retensio placenta.
a. Pencegahan.
1. Meningkatkan penerimaan keluarga berencana
sehingga memperkecil terjadi retensio placenta.
2. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang terlatih
3. Pada waktu melakukan pertolongan persalinan
kala III tidak diperkenankan untuk masase dengan
tujuan mempercepat proses persalinan plasenta,
masase yang tidak tepat waktu dapat
mengacaukan kontraksi otot rahim dan
menganggu pelepasan plasenta. (Manuaba, 1998 :
300).
b. Tindakan yang dapat dikerjakan.
1. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu
untuk mengedan, jika anda dapat merasakan
plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
2. Pastikan kandung kemih kosong.
3. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10
unit. Jika belum dilakukan pada penanganan aktif
kala III.
4. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit
pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi,
lakukan peregangan tali pusat terkendali.
17
5. Jika dilakukan peregangan tali pusat terkendali
belum berhasil, cobalah untuk melakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
6. Jika perdarahan terus berlangsung lakukan uji
pembekuan darah sederhana.
7. Jika terdapat tanda-tanda infeksi berikan antibiotika
untuk metritis (Maternal dan Neonatal, 2002 :
M.30).
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu post partum
dengan HPP primer dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut
Hellen Varney, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Dalam
melakukan pengkajian dengan menggunakan data secara sistematis dan
lengkap dari semua yang berkaitan dengan kondisi pasien, pengkajian
dalam kasus ibu post partum dengan HPP primer berpengaruh pada
kualitas pelayanan yang diberikan.
19
bidan dalam memberikan asuhan dengan maksimal. Pada pelaksanaan
merupakan langkahlangkah menjalankan rencana yang telah disusun
sebelumnya. Pada pelaksanaan penulis tidak menemukan kendala atau
hambatan yang berarti, karena pasien, keluarga maupun petugas kesehatan
sangat kooperatif.
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Midyuin. (2011, Februari 7). Askep perdarahan post partum. Retrieved April 3,
2020, from http://diar13-midyuin08.blogspot.com/2011/02/askeb-perdarahan-
post-partum.html: http://diar13-midyuin08.blogspot.com
21