Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas Pada Semester Dua

Disusun Oleh:

1. Bayu Afriansah (1420121010)


2. Mutia Pangestu (1420121102)
3. Novia Ardianti (1420121082)
4. Rifki Ronawibawa (1420121008)
5. Rofi Rofi’ah (1420121014)
6. Salsabila Khairunnisa (1420121013)
7. Siska Susilawati (1420121002)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS GALUH
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis masih diberikan kesehatan dan
kesempatan sehingga dapat menyusun makalah sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah Maternitas.

Dalam kesempatan ini, penulis menyusun makalah dengan judul Asuhan


Keperawatan Intranatal yang didasari dan diperkuat oleh beberapa jurnal
sebagai pondasi dalam penyusunannya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak terkait yang telah


membantu dan mendukung dalam menyusun makalah ini sehingga penulis
mampu menyelesaikan penyusunan makalah dengan tepat waktu.

Selain itu, diharapkan dengan adanya makalah ini mampu memberikan


pengetahuan kepada para pembaca terkait Asuhan Keperawatan Intranatal yang
sangat relevan dengan siklus kehidupan baik di lingkungan pelayanan kesehatan
maupun lingkungan sekitar.

Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat dikatakan jauh dari kata
sempurna dan besar harapan para pembaca mampu memberikan kritik serta saran
yang membangun sehingga dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan
makalah selanjutnya supaya menjadi lebih baik lagi baik dari segi isi ataupun
yang lainnya.

Ciamis, 04 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ..................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 4
2.1 Pengertian ................................................................................................. 4
2.2 Etiologi ..................................................................................................... 5
2.3 Tujuan ....................................................................................................... 6
2.4 Jenis Persalinan ........................................................................................ 6
2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................... 6
2.6 Proses Persalinan .................................................................................... 10
2.7 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 13
2.8 Pemberian obat penghilang rasa sakit .................................................... 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 15
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 28
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 28
4.2 Saran ....................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intranatal merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi atau
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau mendekati cukup bulan yang dapat
hidup diluar kandungan, dan disusul dengan pengeluaran plasenta baik secara
spontan maupun dengan bantuan (Rahmawati, 2017). Menurut Rukiyah
(2009), Intranatal merupakan serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari perut ibu, pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase
belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari18 jam tanpa adanya
komplikasi baik bagi ibu maupun janin. Intranatal disebabkan karena ada
faktor hormon, struktur rahim, dan tekanan pada syaraf dan nutrisi (Nugroho,
2012).
Menurut Vivian & Sunarsih (2011), kehamilan dan persalinan adalah
suatu proses yang normal, alami dan sehat (fisiologis). Gangguan kesehatan
dalam masa kehamilan dan persalinan mengakibatkan ancaman, baik bagi jiwa
ibu maupun bayi yang dilahirkan. Terkadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan, sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan, persalinan, nifas
dan neonatus yang semula fisiologis menjadi keadaan patologis. Saifudin
(2009) menjelaskan bahwa 80-90% kehamilan dan persalinan akan
berlangsung normal, hanya sekitar 20% disertai dengan penyakit atau
berkembang menjadi kehamilan dan persalinan patologi. Beberapa penyulit
kehamilan dan persalinan ialah preeklampsia, perdarahan, nyeri hebat
didaerah abdominopelvikum, ketuban pecah dini, menggigil atau demam.
Angka kejadian persalinan sekitar 6-10%. Hanya 1,5% persalinan
biasanya terjadi pada kehamilan kurang dari 32 minggu dan 0,5% pada
kehamilan kurang dari 32 minggu. Secara biologis mekanisme pada persalinan
disebabkan oleh hipoksia,stress dan infeksi maternal. Adapun faktor penyebab

1
2

langsung kematian pada ibu adalah perdarahan 40-60%,preeklamsia 20-


30,infeksi 20-30, serta terjadinya kematian Ketuban Pecah Dini (KPD) yang
tidak segera mendapatkan penanganan sehingga KPD bisa menjadi masalah
yang serius yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal serta
menyebabkan infeksi pada ibu hamil (Fitriana & Nurwiandani, 2018).
Faktor pada persalinan normal bukan berarti tidak ada permasalahan
dalam persalinan,tetapi kemungkinan banyak hal yang bisa terjadi yang bisa
disebut komplikasi pada saat persalinan. Seperti faktor passage (jalan lahir)
merupakan komponen yang sangat penting dalam menjalani proses persalinan,
power (tenaga yang mendorong anak ) untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga yang meneran dari ibu, Passanger (persalinan
bisa berjalan normal(Nurhayati Eka, 2019)
Peran perawat dalam bidang maternitas yaitu sebagai pemberi asuhan
keperawatan dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia, dengan
pengkajian, menentukan diagnosa, membantu penerapan sesuai kebutuhan ibu.
Memberikan pendidikan dalam keperawatan, memberikan informasi dan
pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan kesehatan ibu melalui promosi
kesehatan dan memantau selama proses persalinan sampai 2 jam setelah
persalinan (Okdiyantino, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut:
“Apa itu intranatal dan apa saja cakupannya serta bagaimana asuhan
keperawatan intranatal secara komprehensif?”

1.3 Tujuan Penulisan


Dapat memahami dan mengetahui wawasan dari ilmu tentang
persalinan serta asuhan keperawatan intranatal (persalinan) secara
komprehensif.
3

1.4 Metode Penulisan


1. Metode Deskriptif
Metode yang digunakan dengan menyajikan sebuah penjelasan dan
gambaran secara rinci dalam bentuk tullisan yang didapat dari beberapa
sumber jurnal, buku, dan artikel.
2. Studi Pustaka
Melihat karya tulis ilmiah lain untuk memberikan gambaran
mengenai bentuk, susunan, dan hal yang harus diperhatikan dalam
menyajikan sebuah penulisan yang didasari dari karya ilmiah yang
terakreditasi.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I Dalam bab ini berisi penjelasan yang mencakup latar belakang
dari intranatal (persalinan), rumusan masalah yang akan
dijadikan topik pembahasan, tujuan dari penulisan makalah,
metode penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II Dalam bab ini berisi topik pembahasan dari mulai definisi dan
cakupan dari intranatal serta asuhan keperawatan intranatal
secara komprehensif.
BAB III Dalam bab ini berisi penjelasan mengenai asuhan keperawatan
intranatal.
BAB IV Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari topik yang
dibahas.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Intranatal adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu. Intranatal atau persalinan adalah proses dimana
bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu, persalinan dianggap
normal jika proses terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Depkes RI, 2002).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan kekuatan sendiri).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
1. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu Sendiri.
2. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari
luar.
3. Persalinan anjuran (partus presipitatus).
Intranatal adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran
plasenta. Penyebab awitan persalinan spontan tidak iketahui, walaupun
sejumlah teori menarik telah dikembangkan dan profesional perawatan
kesehatan mengetahui cara menginduksi persalinan pada kondisi tertentu.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit (JNPK-
RMNH, Dep.kes RI, 2002).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup.
kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain (Mochtar, 2002).

4
5

Primigravida adalah seorang wanita yang sedang mengalami kehamilan


pertama (Cunningham, 2006).
Persalinan pada primigravida adalah persalinan yang terjadi pada wanita
yang baru pertama kali hamil (Endjun, 2004). Intranatal pada primigravida
menurut penulis adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang dapat hidup
kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain pada wanita
yang baru pertama kali hamil.
Intranatal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi atau pengeluaran
janin yang cukup bulan yang dapat hidup diluar kandungandan disusul dengan
pengeluaran plasenta baik secara spontan maupun bantuan (Sondakh, 2013).

2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya persalinan adalah :
1. Teori penurunan hormon.
1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
progesteron dan esterogen. Progesteron bekerja sebagai penenang otot–
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2. Teori prostaglandine.
Adanya prostaglandine yang dihasilkan oleh desidua merangsang
terjadinya kontraksi yang menyebabkan peristiwa persalinan.
3. Teori oksitosin.
Pelepasan prostaglandine ini disertai dengan pelepasan oksitosin dari
glandula pituitaria posterior. Dilatasi segmen uterus bagian bawah pada
akhir kehamilan juga dipercaya merangsang pelepasan oksitosin yang
dapat merangsang kontraksi uterus.
4. Teori distensi rahim.
Pembesaran dan perenggangann rahim oleh isi rahim yang semakin
membesar menyebabkan terjadinya iskemia otot rahim sehingga sirkulasi
utero plasenta terganggu dan menyebabkan terjadinya peristiwa persalinan
(Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).
6

2.3 Tujuan
Tujuan dari persalinan merupakan upaya kelangsungan hidup untuk
mencapai derajat kesehatan yang sangat tinggi untuk ibu dan bayinya melalui
berbagai upaya yang bisa terintegrasi dan lengkap serta intervi minimal
dengan persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan ibu persalinan
sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanannya dapat ISSUL terjaga
pala tingkat yang sangat optimal (Kurniarum, 2016).

2.4 Jenis Persalinan


1. Persalinan Spontan yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
2. Persalinan Buatan yaitu Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria
3. Persalinan Anjuran merupakan Persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin. (Kurniarum, 2016)

2.5 Manifestasi Klinis


2.5.1 Tanda – tanda Persalinan
Tanda-tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum
persalinan adalah:
a. Terjadinya his persalinan yang bersifat :
1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
2) Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya
semakin besar.
3) semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar.
b. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks.
c. Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban
pecah, dan dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam kemudian.
7

d. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan


pembukaan telah ada (Departemen Kesehatan
Jawa Tengah, 2004).
2.5.2 Faktor yang mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan:
a. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar).
Power pertama pada persalinan adalah kekuatan yang
dihasilkan kontraksi otot rahim yang terjadi diluar kesadaran.
Power terdiri dari 2 faktor, yaitu:
1) His (kontraksi otot rahim pada persalinan).
2) Tenaga mengejan

Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan


peningkatan tekanan intra abdominal (serupa tenaga mengejan
sewaktu BAB namun lebih kuat). Setelah kepala sampai pada
dasar panggul timbul suatu reflek pasien menutup glotisnya,
mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragma
kebawah. Hal ini berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan
efektif sewaktu ada kontraksi.
b. Passage (jalan lahir).
Meliputi jalan lahir keras (rongga pelvis) dan jalan lahir
lunak (serviks dan vagina).
c. Passanger (janin).
Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu dan
sumbu panjang janin, dimana janin bisa melintang atau
memanjang. Presentasi yaitu bagian terendah janin yang
berada di pintu atas panggul yang dapat berupa kepala,
bokong, bahu atau muka.
d. Psikologi.
Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan
ibu akan mengalami kondisi yang tidak baik, karena saat stress
dapat menyebabkan disekresinya epineprin yang dapat
8

menghambat aktifitas miometrial sehingga mengakibatkan


tidak terkoordinasinya aktivitas uterus. Agar tidak terjadi hal
tersebut sang calon ibu harus diberikan support dan dukungan,
karena berdasarkan penelitian bahwa support emosional dan
fisik mempunyai hubungan signifikan dalam mempercepat
persalinan (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).
2.5.3 Adaptasi yang terjadi selama proses persalinan antara lain :
a. Adaptasi janin:
1) Denyut jantung janin
Pemantauan denyut jantung janin memberi
informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk
memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan
oksigenasi. Denyut jantung janin rata-rata pada aterm
adalah 140 denyut/menit, dan batas normalnya adalah 110-
160 denyut/menit.
2) Sirkulasi darah janin.
Dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah posisiKebanyakan apabila janin yang sehat akan
mampu mengkompensasi stres ini, biasanya aliran darah
tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi
janin.
3) Pernafasan dan gerakan janin.
Pada waktu persalinan pervagina 7-24 ml air
ketuban diperas keluar dari paru-paru, tekanan oksigen
janin menurun, tekanan karbondioksida meningkat,
gerakan janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi
akan menurun setelah ketuban pecah.
b. Adaptasi ibu :
1) Perubahan kardiovaskuler.
Selama proses persalinan pada setiap kontraksi 400
ml darah akan dikeluarkan dari uterus dan masuk kesistem
9

vaskuler ibu dan hal ini akan meningkatkan curah jantung


sekitar 10%-15% pada tahap pertama persalina, dan sekitar
30% -50% pada tahap kedua persalinan untuk
mengantisipasi perubahan tekanan darah ibu. Aliran darah
yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi dialirkan
kembali kepembuluh darah perifer yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat adan frekuensi denyut nadi
menurun. Pada persalinan tahap pertama kontraksi uterus
meningkatkan tekanan sistolik 10 mmHg, sedangkan pada
tahanan kedua sekitar 30 mmHg dan tekanan
disrtolik sampai 25 mmHg.
2) Perubahan pernafasan.
Peningkatan aktifitas fisik dan peningkatam
pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi
pernafasan sehingga jika pada tahap kedua persalinan ibu
tidak diberi obat-obatan maka ia akan memakai oksigen 2
kali lipat.
3) Perubahan berkemih.
Selama persalinan ibu dapat mengalami kesulitan
berkemih secara spontan karena berbagai alasan, antara
lain yaitu endema jaringan akibat tekanan bagian
presentasi, perasaan tidak nyaman dan rasa malu.
4) Perubahan integumen.
Adaptasi sistem integumen jelas telihat khususnya
pada daerah introitus vagina, meskipun daerah tersebut
dapat merenggang saat proses persalinan namun dapat
terjadi robekan-robekan kecil sekalipun tidak dilakukan
episiotomi.
5) Perubahan pencernaan.
Proses persalinan mempengaruhi alat pencernaan,
bibir dan mulut menjadi kering akibat bernafas melalui
10

mulut, dehidrasi sebagai respon emosi terhadap persalinan.


Selama persalinan motilitas dan absorbsi saluran cerna
menurun pada waktu pengosongan lambung menjadi
lambat, seringkali rasa mual dan memuntahkan makanan
yang belum dicerna, mual dan sendawa juga sering terjadi
sebagai respon refleks terhadap dilatasi serviks lengkap.
6) Perubahan endokrin
Awal persalinan dapat diakibatkan karena
penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar
esterogen, prostaglandine dan oksitosin, metabolisme
meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat
proses persalinan.

2.6 Proses Persalinan


Proses persalinan terdiri dari 4 kala (Risanto, 2008) :
a. Kala I (pembukaan serviks).
Pada kala ini pada primigravida terjadi pendataran serviks
(effacement) terlebih dulu baru terjadi pembukaan (dilatasi),
sedangkan pada multigravida pendataran serviks dan pembukaan
dapat terjadi bersamaan (Cunningham, 2006).
Kala 1 terdapat 2 fase :
1) Fase laten.
Tahap awal persalinan ini dimulai begitu sudah ada
pembukaan leher rahim. His mulai teratur, muncul rasa sakit yang
perlahan makin nyeri dan sering serta makin lama, sejak
pembukaan 0cm–3cm umumnya berjalan lambat. Fase laten
terjadi ± 8 jam pada primigravida dan ± 5 jam pada multigravida.
Pencatatan kondisi selama fase laten (JNPK-KR, 2007) :
a) Denyut jantung janin setiap ½ jam.
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam.
c) Nadi setiap ½ jam.
11

d) Pembukaan serviks setiap 4 jam.


e) Tekanan darah dan suhu setiap 4 jam.
2) Fase aktif
Pada fase ini tahap awal pembukaan 4 cm – 10 cm. Terjadi ± 5
jam pada primigravida. Pada fase ini bagian terendah bayi
(biasanya kepala) mulai turun kepanggul dan ibu mulai
merasakan desakan untuk mengejan. Fase ini dibagi menjadi 3
sub fase:
a. Fase akseleratif (pembukaan menjadi 4 cm).
b. Fase dilatasi maksimal (pembukaan menjadi 9 cm).
c. Fase deselerasi (pembukaan menjadi 10 cm).

b. Kala II (Pengeluaran janin)


Pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama ± 2 – 3
menit sekali. Kepala janin mulai turun masuk ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot–otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum ibu merasa
seperti mau BAB dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala
janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Pada
ibu primigravida dianjurkan melakukan episiotomi agar tidak terjadi
robekan (rupture uteri). Dengan his mengejan yang terpimpin akan
lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primigravida terjadi selama ± 1½ - 2 jam, sedangkan pada
multigravida ± ½ - 1 jam.

c. Kala III (Pengeluaran plasenta)


Pada kala ini uterus akan teraba keras dengan tinggi fundus uteri
setinggi pusat. 5 – 30 menit setelah bayi lahir rahim akan berkotraksi
dan ibu akan merasakan sakit, rasa sakit ini menandakan lepasnya
plasenta dari perlekatanya dirahim. Dalam waktu 1 – 5 menit seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan keluar dengan
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis pubis atau
12

fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah


± 100 – 200 cc. Setelah itu plasenta akan diperiksa guna memastikan
apakah plasenta sudah lengkap (jika masih ada jaringan plasenta yang
tertinggal dalam rahim dapat terjadi perdarahan). Pada primigravida
kala III terjadi ±½ jam, pada multigravida ±¼ jam.

d. Kala IV (Pengawasan)
Dilakukan selama 1 – 2 jam setelah persalinan dan pengeluaran
plasenta. Tujuanya adalah untuk mengawasi kondisi ibu terutama
terhadap bahaya pendarahan post partum. Lama proses persalinan
pada primigravida 14,5 jam, sedangkan pada multigravida 7,5 jam.
Diagnosa banding pada primigravida dan multigravida.
Primigravida Multigravida
1) Perut tegang. 1) Perut longgar, Perut gantung,
2) Pusat menonjol. banyak striae.
3) Rahim tegang. 2) Pusat tidak begitu menonjol.
4) Payudara tegang. 3) Rahim agak lunak.
5) Labia mayora tampak bersatu. 4) Payudara kurang tegang dan
6) Vagina sempit dengan rugae tergantung serta ada striae.
yang utuh. 5) Labia mayora terbuka.
7) Serviks licin, bulat dan tidak 6) Vagina lebih lebar dengan
dapat dilalui oleh satu ujung rugae
jari. menonjol.
8) Perinium utuh dan baik. 7) Serviks bisa terbuka satu jari,
9) Pembukaan serviks. kadang kala ada bekas
- Serviks mendatar dulu baru robekan
membuka. persalinan yang lalu.
- Pembukaan rata – rata 1cm 8) Perinium terdapat bekas
dalam 2 jam. robekan
10) Persalinan hampir selalu atau bekas episiotomi
dengan episiotomi. persalinan
13

yang lalu
9) Pembukaan serviks.
- Serviks mendatar sambil
membuka hampir bersamaan.
- Pembukaan 2 cm dalam
1jam.
10) Persalinan hampir tidak
selalu
dengan episiotomi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Rekaman kardiotogravi.
Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan stetoskop
leance atau doptone yaitu sebuah alat elektronik untuk mendenganr denyut
jantung janin. Dilakukan pada kala 1 untuk mengetahui kekuatan dan sifat
kontraksi rahim serta kemajuan persalinan.
2. Partograf.
Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan dan
membantu petugas kesehatan dan mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan pasien. Partograf berbentuk kertas grafik yang berisi data
ibu, janin dan proses persalinan. Partograf dimulai pada pembukaan mulut
rahim 4 cm (fase aktif).
3. Ultrasonografi (USG).
Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam
kandungan (Endjun, 2004).

2.8 Pemberian obat penghilang rasa sakit


1. Pemberian obat penghilang rasa sakit, misalnya :
a. Pethidin.
Biasanya disuntikan dibagian paha atau pantat. Obat ini akan
membuat tenang , rileks, malas bergerak dan terasa agak
14

mengantuk tetapi tetap sadar. Obat ini akan bereaksi 20 menit


setelah disuntikan, kemudian akan bekerja selama 2 – 3 jam dan
biasanya diberikan pada kala 1. Obat ini diberikan pada keadaan
kontraksi rahim yang kuat.
b. Anastesi epidural.
Metode ini paling sering digunakan, karena memungkinkan
pasien untuk tidak merasakan sakit tanpa tidur. Obat ini disuntikan
pada rongga kosong tipis diantara tulang punggung bagian bawah.
Selanjutnya akan dipasang kateter (selang kecil) untuk
mengalirkan obat yang mengakibatkan saraf tubuh bagian bawah
mati rasa selama 2 jam sehingga rasa sakit tidak terasa. Pemberian
obat ini harus diperhitungkan agar tidak berpengaruh pada kala 2
persalinan, jika tidak ibu harus mengejan lebih lama.
c. Etonox.
Menggunakan campuran oksigen dan nitrous oksida, efeknya
lebih ringan dari pada epidural.
d. TENS (Transcutaneus Electrical Nerves Stimulation).
Alat ini dipilih jika ingin rasa sakit hilang tanpa obat. Mesin ini
merupakan stesor elektronik yang membantu tubuh menahan rasa
sakit dengan mengirim arus listrik kepunggung yang aliranya bisa
diatur.
e. Intrathecal Labour Analgesia (ILA).
Obat ini disuntikan diintathecal, suatu daerah diatas epidural.
Kelebihan ILA dibanding epidural adalah lebih aman karena dosis
obat lebih sedikit, lebih mudah digunakan, dan
biayanya lebih murah.
2. Pemberian oksitosin.
Diberikan pada kala 3. Tujuan pemberian oksitosin adalah untuk
merangsanga rahim berkontraksi yang juga mempercepat lahirnya
plasenta. Oksitosin diberikan secara intramuskuler dalam 2 menit
setelah bayi lahir dengan dosis 10 IU (Endjun, 2004).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Asuhan Keperawatan sesuai dengan Tahapan Persalinan


3.1.1 KALA I
a. Pengkajian
1. Anamnesa
a) Nama, umur, dan alamat
b) Gravida dan para Gravida dan para
c) Hari pertama haid terakhir (HPHT) Hari pertama haid
terakhir (HPHT)
d) Riwayat alergi obat Riwayat alergi obat
e) Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang
dialami selama kehamilan seperti perdarahan, kapan
mulai kontraksi, apakah gerakan bayi masih terasa,
apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan
warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya?
Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah
segar? Kapan ibu terakhir makan dan minum? Apakah
ibu kesulitan berkemih?
f) Riwayat kehamilan sebelumnya
g) Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
h) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual,
muntah atau nyeri epigastrium)
i) Riwayat kehamilan sebelumnya
j) Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
k) Riwayat medis saat ini(sakit kepala, pusing, mual,
muntah atau nyeri)
2. Pemeriksaan fisik
a) Tunjukkan sikap ramah
b) Minta mengosongkan kandung kemih

15
16

c) Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan,


warna konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan
kebutuhan cairan.
d) Nilai tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan pernafasan),
untuk akurasi lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara
dua kontraksi.
e) Pemeriksaan abdomen
(1) Menentukan tinggi fundus
(2) Kontraksi uteus
(3) Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan
lamanya kontraksi.
 Memantau denyut jantung janin (N: 120-
160x/menit)
 Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
 Menentukan penurunan bagian terbawah janin
 Pemeriksaan dalam
(4) Nilai pembukaan dan penipisan serviks
(5) Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah
masuk rongga panggul
(6) Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks dan pengeluaran
janin
2) Kelelahan berhubungan dengan kehamilan (peningkatan
kebutuhan energi saat melahirkan)
c. Perencanaan/Intervensi
No Diagnosa

Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks dan pengeluaran janin.


1. Tujuan:
Ibu mampu mengendalikan rasa nyeri
17

Kriteria evaluasi:
- Menerima rasa nyeri sebagai fisiologis persalinan.
- Menggunakan tehnik yang tepat untuk mempertahankan kontrol
nyeri.
- Istirahat diantara kontraksi
Observasi  Kaji nyeri dan ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri).
Rasional: untuk mengetahui kemajuan persalinan dan
ketidaknyamanan yang dirasakan ibu.
 Identifikasi derajat ketidaknyamanan.
Rasional: Mengklarifikasi kebutuhan memungkinkan
intervensi yang tepat.
 Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.
Rasional: Memberikan informasi tentangkemajuan
kontinu, membantu identifikasi pola kontraksi abnormal.
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Rasional: nyeri persalinan bersifat unik dan berbeda-beda
tiap individu. Respon terhadap nyeri tergantung kepada
budaya, pengalaman terdahulu, dan serta dukungan
emosional.
 Kaji pemenuhan kandung kemih, kateterisasi bila terlihat
distensi.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan, memudahkan
turunnya janin, menurunkan resiko trauma kantung
kencing.
Terapeutik  Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (seperti relaksasi, massage)
Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (seperti
suhu ruangan dan kebisingan)
18

Rasional: tidak menambah nyeri


 Hindari menempatkan posisi yang dapat meningkatkan
nyeri
Rasional: tidak menambah nyeri
 Rubah posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi anjurkan
miring kiri.
Rasional: nyeri persalinan bersifat individual sehingga
kenyamanan setiaporang berbeda-beda, miring kiri
dianjurkan untuk memaksimalkan curah jantung ibu.
Edukasi  Informasikan saat akan melakukan perubahan posisi
 Ajarkan cara menggunakan postur yang baikdan
mekanika tubuh yang baik selama melakukan perubahan
posisi.
Kolaborasi  Pemberian obat (analgetik), jika perlu
Kelelahan berhubungan dengan kehamilan (peningkatan kebutuhan energi
saat melahirkan).
Tujuan: Tidak terjadi keletihan selama proses persalinan.
Kriteria evaluasi: ibu masih memiliki tenaga yang cukup.
Observasi  Kaji tanda-tanda vital yaitu nadi dan tekanan darah
Rasional: nadi dan tekanan darah dapat menjadi indikator
terhadap status hidrasi dan energi ibu.
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
2.
Terapeutik  Anjurkan relaksasi dan istirahat diantara kontraksi
Rasional: mengurangi bertambahnya keletihan dan
menghemat energi yang dibutuhkan untuk persalinan.
Edukasi  Anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi
Rasional: untuk memberikan dukungan emosional dari
orang-orang yang berarti bagi ibu sehingga dapat
memberikan kekuatan dan motivasi
Kolaborasi  Kolaborasi cara meningkatkan asupan makanan
19

Rasional: asupan makanan dan cairan yang cukup akan


memberikan energi dan mencegah dehidrasi yang
memperlambat kontraksi atau kontraksi tidak teratur.
3.1.2 KALA II
a. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
(1) Adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan
dorongan sendiri/ relaksasi.
(2) Letargi.
(3) Lingkaran hitam di bawah mata.
2) Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10 mmHg
diantara kontraksi.
3) Integritas Ego
(1) Respon emosional dapat meningkat.
(2) Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya
seperti saat ini klien terlibat mengejan secara aktif.
4) Eliminasi.
(1) Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra
abdominal dan tekanan uterus.
(2) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.
(3) Distensi kandung kemih mungkin ada, dengan urine
dikeluarkan selama upaya mendorong.
5) Nyeri/ Ketidak nyamanan
(1) Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.
(2) Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.
(3) Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.
(4) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.
(5) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing
dan berakhir 60-90 dtk.
(6) Dapat melawan kontraksi , khususnya bila tidak
berpartisipasi dalam kelas kelahiran anak.
20

6) Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.


7) Keamanan
(1) Diaforesis sering terjadi.
(2) Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8) Sexualitas
(1) Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.
(2) Peningkatan penampakan perdarahan vagina.
(3) Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.
(4) Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih
utuh.
(5) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama
kontraksi.
(6) Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran
pada presentasi vertex.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang,
trauma jaringan, pemajanan terhadap pathogen, persalinan
lama atau pecah ketuban
c. Intervensi/Perencanaan
No Diagnosa

Risiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan,


pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban.
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria evaluasi: tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi
Observasi  Identifikasi kondisi proses persalinan
1.
Rasional: memastikan agar tidak terjadi komplikasi.
 Monitor kesejahteraan ibu (seperti tanda vital, kontraksi:
lama, frekuensi, dan kekuatan)
 Monitor kesejahteraan janin (gerak janin 10 x dalam 12
jam) secara berkelanjutan (DJJ dan volume air ketuban)
21

Terapeutik  Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.


Rasional: Dalam 4 jam setelah ketuban pecah akan terjadi
infeksi.
 Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu,
dengan
menggunakan tehnik aseptik
Rasional: Pemeriksaan vagina berulang mencegah
peningkatan resiko infeksi endometrial.
 Gunakan teknik asepsis bedah pada persiapan peralatan.
Rasional: Menurunkan resiko kontaminasi.
 Lakukan perawatan parienal setiap 4 jam.
Rasional: Membantu meningkatkan kebersihan ,
mencegah terjadinya infeksi uterus asenden dan
kemungkinan sepsis.ah kliendan janin rentan pada infeksi
saluran asenden dan kemungkinan sepsis.
Edukasi  Jelaskan prosedur pertolongan persalinan
 Menginformasikan kemajuan persalinan
 Ajarkan ibu untuk mengenali tanda-tanda persalinan dan
tanda bahaya persalinan.
Kolaborasi  Berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional: Digunakan dengan kewaspadaan karena
pemakaian antibiotic dapat merangsang pertumbuhan
yang berlebih dari organisme resisten

3.1.3 KALA III


a. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
2) Sirkulasi
(1) Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat
kemudian
22

(2) Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap


analgesik dan anastesi.
(3) Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan
jantung.
3) Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
4) Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan
jalan lahir menetukan adanya robekan atau laserasi.
Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
5) Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi
saat plasenta lepas dari endometrium, biasanya dalam 1-5
menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada
muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk
globular.
6) Pemeriksaan fisik
(1) Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu tubuh), status mental klien.
(2) Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum
atau sesudah melahirkan plasenta.
(3) Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik
sebelum maupun sesudah pengeluaran plasenta.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko cedera (meternal) berhubungan dengan proses
persalinan.
2) Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah
melahirkan.
c. Intervensi/Perencanaan

No Diagnosa

Risiko cedera (meternal) berhubungan dengan proses persalinan.


1. Tujuan: tidak terjadi cedera
Kriteria evaluasi:
23

- Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.


- Kesadaran pasien bagus.
Observasi  Identifikasi kondisi umum ibu
 Monitor tanda-tanda vital terutama irama nafas dan
pengembangan.
Rasional: Pada pelepasan plasenta. Bahaya ada berupa
emboli cairan amnion dapat masuk ke sirkulasi maternal,
menyebabkan emboli paru.
 Identifikasi perdatahan pasca persalinan.
Terapeutik  Palpasi fundus uteri dan masase perlahan.
Rasional: Memudahkan pelepasan plasenta.
 Masase fundus secara perlahan setelah pengeluaran
plasenta.
Rasional: Menghindari rangsangan/trauma berlebihan
pada fundus.
 Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan
antiseptik, berikan pembalut perineal steril.
Rasional: Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang
dapat mengakibatkan infeksi saluran asenden selama
periode pasca partum.
 Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki.
Rasional: Membantu menghindari regangan otot.

Edukasi  Jelaskan prosedur pertolongan persalinan


 Ajarkan ibu mengenali tanda-tanda bahaya persalinan
Kolaborasi  Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik dan oksitosin
pada ibu serta imunisasi pada bayi.
Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
2. Tujuan: nyeriberkurang atau hilang
Kriteria evaluasi:
24

- Menyatakan nyeri berkurang dengan skala (0-3).


- Wajah tampak tenang.
- Wajah tampak tidak meringis.
Observasi  Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi sikap non-verbal (seperti tampak meringis)
 Inspeksi robekan diperineum
Terapeutik  Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
Rasional: Mengkonstriksikan pembuluh darah,
menurunkan edema dan memberikan kenyamanan dan
anastesi lokal.
 Bersihkan area perineum secara teratur.

Edukasi  Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi tanda


abnormal pada perineum (seperti infeksi,
kemerahan,pengeluaran cairan abnormal)
Kolaborasi Pemberian analgesik dan antiinflamasi

3.1.4 KALA IV
a. Pengkajian
1) Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan,
mengantuk
2) Sirkulasi
(1) Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena
hipersensitivitas vagal
(2) TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesia / anastesia, atau meningkat pada
respon terhadap pemeriksaan oksitosin atau hipertensi
karena kehamilan.
(3) Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada
ekstremitas bawah), atau dapat juga pada ekstremitas
25

atas dan wajah atau mungkin umum (tanda hipertensi


pada kehamilan)
(4) Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran
sampai 400 – 500 ml untuk kelahiran per vagina atau
600-800 ml untuk kelahiran sesaria
3) Integritas Ego
(1) Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah
misal : eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang
kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau kecewa.
(2) Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf
untuk perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol,
dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi
bayi baru lahir dan perawatan segera pada neonatal.
4) Eliminasi
(1) Hemoroid sering ada dan menonjol
(2) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis
atau kateter urinarius mungkin dipasang
(3) Diuresis dapat terjadi bil a tekanan bagian presentasi
menghambat aliran urinarius dan atau cairan IV
diberikan selama persalinan dan kelahiran.
5) Makanan / Cairan Dapat mengeluh haus, lapar, mual.
6) Neurosensori: Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan
terjadinya dan menetapnya hipertensi, khususnya pada
pasien dengan diabetes mellitus, remaja, atau pasien
primipara)
7) Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan
ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya setelah
nyeri, trauma jaringan / perbaikan episiotomi, kandung
kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor dengan
“menggigil”.
8) Keamanan
26

(1) Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)


(2) Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
9) Seksualitas
(1) Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan
terletak setinggi umbilikus.
(2) Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah
gelap dengan hanya beberapa bekuan kecil
(3) Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau
rabas
(4) Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
(5) Payudara lunak dengan puting tegang
10) Penyuluhan / Pembelajaran. Catat obat-obatan yang
diberikan, termasuk waktu dan jumlah.
11) Pemeriksaan Diagnostik. Hemoglobin / Hematokrit
(Hb/Ht), jumlah darah lengkap, urinalisis. Pemeriksaan lain
mungkin dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Pencapaian peran menjadiorang tuaberhubungan dengan
bertambahnya anggota keluarga.
c. Perencanaan

No Diagnosa

Pencapaian peran menjadi orang tua berhubungan dengan bertambahnya


anggota keluarga.
Tujuan: menerimakehadiran bayi

1. Kriteria evaluasi:
- Menggendong bayi saat kondisi ibu dan neonatus memungkinkan
- Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dengan anak
Observasi  Monitor status kesehatan anak dan status imunisasi anak
 Obsrevasi dan catat interaksi bayi-keluarga
27

Terapeutik  Anjurkan pasien dan sang ayah untuk menggendong,


menyentuh, dan memeriksa bayi
Rasional: untuk membangun bounding/kedekatan antara
bayi dan ibu serta ayah
 Anjurkan pemberian ASI
Rasional: untuk membangun bounding dan sistem imun
yang baik.

Edukasi  Berikan informasi tentang pentingnya pemberian ASI


Kolaborasi -

3.2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Potensial terjadinya partus lama
Dasar :
1. Ibu inpartu kala I awal
2. Ibu hamil anak pertama
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Intranatal merupakan serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari perut ibu, pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase
belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa adanya
komplikasi baik bagi ibu maupun janin. Intranatal disebabkan karena ada
faktor hormon, struktur rahim, dan tekanan pada syaraf dan nutrisi (Nugroho,
2012).
Poses persalinan memiliki beberapa tahapan, diantaranya: kala I
persalinan, kala II persalinan, kala III persalinan, kala IV persalinan. Dalam
setiap proses persalinan memiliki asuhan keperawatan tersendiri yang harus
dilakukan secara continue.

4.2 Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Mengembangkan ilmu keperawatan untuk perawat yang
berkompetensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan
yang komprehansif.
2. Bagi profesi
Memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kesiapan
persalinan dan meningkatkan kemampuan perawat dalam
keperawatan maternitas.

28
DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati, Lilis. (2018). Diktat KeperawatanMaternitas I Persalinan. Universitas


Gresik

Rosyati, Heri. (2017). Buku Ajar Persalinan. Jakarta.

Nida, Febria Milhatun. (2021). Asuhan Keperawatan Intranatal Normal Pada Ny.
R Di Ruang VK RSI Sultan Agung Semarang. Universitas Islam Sultan
Agung.

Ria. (2016). Intranatal. Diakses pada tanggal 04 Desember 2022 pada pukul 03.55
WIB. Diambil dari: https://www.scribd.com/doc/304950112/intranatal

Sari, Rizka Anggraeni. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Ny.K Dengan


Intranatal Pada Primigravida Di Bangsal Cempaka RSUD Sragen.
Universitas Surakarta.

Widyaningrum, Nurul Ari. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Masa Intranatal.


Diakses pada tanggal 04 Desember 2022 pukul 03.44 WIB. Diambil dari:
https://www.academia.edu/12974464/asuhan_keperawatan_pada_masa_int
ranatal

29

Anda mungkin juga menyukai