Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Terapeutik Pada


Semester Dua

Disusun Oleh:

Rofi Rofiah (1420121014)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS GALUH
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis masih diberikan kesehatan dan
kesempatan sehingga dapat menyusun makalah sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah Komunikasi Terapeutik.

Dalam kesempatan ini, penulis menyusun makalah dengan judul


Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga yang didasari dan diperkuat oleh
beberapa jurnal sebagai pondasi dalam penyusunannya.

Diharapkan dengan adanya makalah ini mampu memberikan pengetahuan


kepada para pembaca terkait Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga yang sangat
relevan dengan ruang lingkup lingkungan pelayanan kesehatan maupun
lingkungan sekitar.

Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat dikatakan jauh dari kata
sempurna dan besar harapan para pembaca mampu memberikan kritik serta saran
yang membangun sehingga dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan
makalah selanjutnya supaya menjadi lebih baik lagi baik dari segi isi ataupun
yang lainnya.

Ciamis, 04 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ..................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 3
2.1 Definisi Keluarga ..................................................................................... 3
2.2 Karakteristik Keluarga ............................................................................. 4
2.3 Komunuikasi Terapeutik Pada Keluarga .................................................. 4
2.4 Fungsi Keluarga ....................................................................................... 5
2.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam komunikasi Berbasis Keluarga 6
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik Pada
Keluarga .............................................................................................................. 7
2.7 Bentuk Komunikasi Dalam Keluarga....................................................... 8
2.8 Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga ....................................... 9
BAB III KASUS ................................................................................................... 10
3.1. Skenario/Ilustrasi .................................................................................... 10
3.2. Naskah .................................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19
4.2 Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan
entry point dalam upaya mencapai kesehatan secara optimal. Keluarga juga
disebut sebagai sistem sosial karena terdiri dari individu-individu yang
bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain yang
diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini, keluarga mempunyai anggota yang
terdiri dari ayah, ibu dan anakatau sesama individu yang tinggal di rumah
tangga tersebut. (Andarmoyo,2012)
Menurut Swansburg (1990) komunikasi merupakan elemen dasar dari
hubungan interpersonal untuk membuat, memelihara, dan menampilkan
kontak dengan orang lain. Komunikasi adalah salah satu alat yang paling
esensial bagi perawat. Dengan komunikasi (verbal ataupun nonverbal),
perawat dapat memberikan kesembuhan untuk pasien dan keluarga.
Tindakan perawat yang lembut, ramah, tegas, penyampaian informasi yang
jelas mempengaruhi perilaku pasien bahkan keluarganya untuk berbuat
lebih baik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya.
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan dan keterampilan perawat
dalam berinteraksi dan menyampaikan informasi kepada pasien dan
keluarganya, agar pasien dan keluarga dapat beradaptasi terhadap
permasalahan yang dihadapi. Komunikasi terapeutik diharapkan dapat
membantu pasien dan keluarga, memaksimalkanfikiran dan tenaga
positif yang nantinya dapat mengurangi beban pikiran dalam
menghadapi maupun mengambil tindakan untuk kesehatannya
(Anjaswarni et al., 2016).
Maka dari itu, kami memilih topik mengenai penerapan komunikasi
terapeutik pada keluarga dengan mendalami pengetahuan tersebut dari
berbagai kajian literatur baik jurnal maupun buku.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diperoleh
adalah sebagai berikut:
“Apa saja ruang lingkup dan cakupan dari penerapan komunikasi terapeutik
pada keluarga?”

1.3 Tujuan Penulisan

Dapat memahami dan mengetahui ruang linngkup dari penerapan


komunikasi terapeutik serta mengasah kemampuan berkomunikasi.

1.4 Metode Penulisan


1. Metode Deskriptif
Metode yang digunakan dengan menyajikan sebuah penjelasan dan
gambaran secara rinci dalam bentuk tullisan yang didapat dari beberapa
sumber jurnal, buku, dan artikel.
2. Studi Pustaka
Melihat karya tulis ilmiah lain untuk memberikan gambaran
mengenai bentuk, susunan, dan hal yang harus diperhatikan dalam
menyajikan sebuah penulisan yang didasari dari karya ilmiah yang
terakreditasi.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I Dalam bab ini berisi penjelasan yang mencakup latar belakang
dari intranatal (persalinan), rumusan masalah yang akan
dijadikan topik pembahasan, tujuan dari penulisan makalah,
metode penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II Dalam bab ini berisi topik pembahasan dari mulai definisi dan
cakupan dari intranatal serta asuhan keperawatan intranatal
secara komprehensif.
BAB III Dalam bab ini berisi penjelasan mengenai asuhan keperawatan
intranatal.
BAB IV Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari topik yang
dibahas.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Keluarga


Pengertian dari keluarga telah dijabarkan oleh beberapa ahli seperti berikut
ini. Menurut Bailon dan Maglaya (1989) keluarga adalah terdiri dari dua atau
lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan, dan hidup dalamsuatu rumah tangga, berinteraksi satu lain,
dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang
merupakan entry point dalam upaya mencapai kesehatan masyarakat secara
optimal.
Keluarga juga disebut sebagai sistem sosial karena terdiri dari individu-
individu yang bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan
yang lain yang diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan
berhubungan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini, keluarga
mempunyai anggota yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sesama individu
yang tinggal di rumah tangga tersebut.(Andarmoyo, 2012).
Lingkungan keluarga menjadi wahana utama bagi anggota keluarga untuk
mendapatkan proses pendidikan dan bimbingan. Penanaman nilai-nilai dasar,
perilaku, kebiasaan untuk membentuk gaya hidup sehat mulai dipupuk di
dalam keluarga. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang (UU) Nomor 36
tahun 2009 yang menyatakan bahwa keluarga merupakan inti pembangunan
kesehatan nasional.
Pelayanan kesehatan yang mengedapankan mutu hendaknya sudah
sewajarnya di bangun dengan pondasi yang kuat yakni bersumber dari
komunikasi yang efektif untuk mencipatkan kondisi terapeutik yang
mempunyai kemanfaatan yang nyata.

3
2.2 Karakteristik Keluarga
Adapun karakateristik dari keluarga adalah sebagai berikut :
a. Terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya tinggal bersama atau jika berpisah mereka
masih saling peduli.
c. Anggota keluarga saling berinteraksi dan masing-masing memiliki
peran sosial, suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d. Bertujuan untuk menciptakan dan memelihara budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikis dan sosial anggota keluarga.

2.3 Komunuikasi Terapeutik Pada Keluarga


Komunikasi terapeutik adalah kemampuan dan keterampilan dalam
berinteraksi serta menyampaikan informasi kepada keluarga, sehingga dapat
beradaptasi dengan masalah yang dihadapi. Komunikasi terapeutik diharapkan
dapat membantu keluarga, memaksimalkan pikiran dan energi positif yang
nantinya dapat mengurangi beban pikiran dalam menghadapi atau mengambil
tindakan yang tepat untuk kesehatannya. (Anjaswarni, 2016 dalam Divisi
Hukum & Humas RSUP Dr. Sardjito, 2021)
Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan perawat dengan pasien
yang dirancang untuk mencapai tujuan terapi dalam pencapaian tingkat
kesembuhan yang optimal dan efektif dengan harapan lama hari rawat pasien
menjadi pendek dan dipersingkat (Muhith & Siyoto, 2018).
Komunikasi merupakan salah satu alat yang paling penting, denga
komunikasi secara verbal maupun nonverbal komunikator dapat memberikan
bantuan kepada keluarga. Melalui senyuman, kesabaran, perhatian, kata-kata
yang tegas dan menenangkan atau kata-kata yang tersampaikan dengan jelas
dapat mempengaruhi perilaku keluarga untuk berbuat lebih baik dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatannya. (Divisi Hukum & Humas RSUP
Dr. Sardjito, 2021)

4
Menurut Priyoto (2015) perawat dituntut untuk melakukan komunikasi
terapeutik dalam tindakan keperawatan agar pasien dan keluarga mengetahui
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien melalui tahapan-tahapan dalam
komunikasi terapeutik.

2.4 Fungsi Keluarga


Dalam sistem keluarga, fungsi dasar keluarga adalah menyediakan kondisi
lingkungan yang sesuai bagi anggota keluarga agar aspek fisik, psikologis,
sosial dan mental semua anggota keluarga dapat berkembang (Dai & Wang,
2015). Keberfungsian keluarga mengacu pada bagaimana seluruh anggota
keluarga dapat saling berkomunikasi satu sama lain, saling berkaitan satu
sama lain, mempertahankan hubungan dan mengambil keputusan serta
penyelesaian masalah bersama. Fungsi keluarga dapat dilihat sebagai suatu
konsep multidimensi yang menggambarkan interaksi antar anggota keluarga
dan secara bersama-sama mencapai tujuan keluarga (Roman et al.,2015).
Junko, Yuuri, Shota, dan Naohiro (2015) mendefinisikan fungsi keluarga
sebagai aktivitas kognitif keluarga yang diperlihatkan melalui aktivitas
keluarga dalam berinteraksi melalui peran anggota keluarga yang berkaitan
dengan perilaku mereka terhadap lingkungan di dalam keluarga. Keluarga
berperan dalam menciptakan stabilitas, pemeliharaan, kesetiaan dan dukungan
bagi anggotanya.
Selain itu, jika fungsi keluarga tidak dapat dilakukan dengan optimal maka
akan timbul berbagai hal yang negatif baik bagi anggota keluarga maupun
bagi masyarakat. Oleh karenanya, fungsi keluarga harus dijalankan dengan
baik oleh setiap keluarga agar bisa mencapai kesuksesan. Fungsi keluarga juga
harus dijadikan sebagai pijakan dan tuntunan setiap keluarga dalam rangka
mewujudkan keluarga sejahtera dan berkualitas. Fungsi keluarga harus
dipahami dengan baik oleh semua keluarga maupun pasangan yang akan
berkeluarga agar dapat menyiapkan dan menjalankannya dengan baik
(Rochaniningsih, 2014). Ketika keluarga berfungsi dengan baik maka anggota
keluarga dapat melakukan penyelesaikan masalah, mendukung satu sama lain,

5
berkomunikasi efektif, dan menanggapi suatu tantangan yang timbul (Maulina
dan Amalia, 2019).
Menurut Friedman dan Undang-Undang No.10 tahun 1992, membagi
fungsi keluarga menjadi 5, yaitu:
a. Fungsi efektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi efektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan
gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan baiak, dan penuh
rasa kasih sayang.
b. Fungsi sosialisai. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu menghasilkan interaksi social, dan individu tersebut
melaksanakan perannya dalam lingkungan social. Keluarga merupakan
tempet individu melaksanakan sosialisai dengan anggota keluarga dan
belajar disiplin, norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam
keluarga, sehingga individu mampu berperan di dalam masyarakat.
c. Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia. 4. Fungsi ekonomi. Fungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian,
perumahan, dan lain-lain. Fungsi perawatan keluarga. Keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan asuhan
kesehatan/keperawatan.

2.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam komunikasi Berbasis Keluarga


Menurut Neven (2010) komunikasi pada keluarga agar dapat tercapai dan
terlaksana dengan baik maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
sebagai berikut:
a. Fokus utama dalam komunikasi adalah hubungan yang terjalin dengan
baik,
b. Melihat anak dalam konteks keluarga dan lingkungan sosialnya,
c. Mengakui bahwa semua perilaku dari keluarga memiliki makna dan
bagian dari komunikasi,

6
d. Mengenali tugas perkembangan inti keluarga baik anak danorang tua,
e. Membuka komunikasi dengan mengajukan pertanyaan “apa, mengapa
atau bagaimana’,
f. Memberikan otonomi dan otoritas kepada orang tua.
g. Bekerjasama dengan keluarga agar mampu menyampaikan pendapat
dan mengambil keputusan secara mandiri,
h. Hindari fragmentasi pengalaman anak,
i. Hindari pendekatan instrumental dalam menyelesaikan masalah pada
anak.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik Pada


Keluarga
Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam
keluarga, seperti yang akan di uraikan berikut ini:
a. Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang mempunyai gambaran-gambaran tertentu mengenai
dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah
yang menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring
bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya
terhadap segala yang berlangsung di sekitarnya. Dengan kata lain, citra
diri menentukan ekspresi dan persepsi orang.
b. Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi.
Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih,
bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan
suasana psikologis lainnya.
c. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan
gaya, dan cara yangberbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam
keluarga berbeda dengan yang terjadi disekolah. Karena memang
kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal,

7
sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga
komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap
masyarakat memiliki norma yang harus diataati, makakomunikasi yang
berlangsungpun harus taat norma.
d. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat
penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh
pola kepemimpinan.

2.7 Bentuk Komunikasi Dalam Keluarga


1. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan
pada peran penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga.
Keluarga dengan anggota keluarga (ayah, ibu, anak).
2. Komunikasi orang tua dan anak
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu
ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik
anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat
dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di
mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran,
informasi atau nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin
karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif,
kesamaan antara orang tua dan anak.
3. Komunikasi ayah dan anak
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap
anak. Peran ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal
pengambilan keputusan pada anak yang peran komunikasinya cenderung
meminta dan menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu dan
anak lebih bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan
dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih
menonjol.

8
4. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain.
Dimana anak yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak
yang masih muda. Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor
kelahiran.

2.8 Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga


Menurut Mundakir (2006) dalam Sarfika, Maisa, & Freska (2018), teknik
komunikasi yang penting digunakan adalah sebagai berikut :
a. Berkomunikasi dengan tegas, responsif, fokus, mendukung,
mengklarifikasi, sabar, dan tulus,
b. Harus memperhatikan karakteristik psikologis, perubahan fisik, psikologis
atau sosial dari keluarga,
c. Memperhatikan suasana selama komunikasi sehingga dapat mendukung
pencapaian tujuan yaitu suasana saling menghormati, percaya dan
keterbukaan,
d. Komunikasi verbal dan nonverbal merupakan bentuk komunikasi yang
harus saling mendukung, seperti komunikasi pada anak-anak, perilaku
nonverbal sama pentingnya pada anak-anak, orang dewasa maupun orang
tua,
e. Memperhatikan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan nada suara serta status
emosional anggota keluarga.
f. Strategi komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
keluarga.

9
BAB III

KASUS

3.1.Skenario/Ilustrasi

TABRAK LARI

PP ( PERTOLONGAN PERTAMA )

RS ( RUMAH SAKIT )

PERAWATAN LUKA

RJP ( RESUSITASI JANTUNG PARU)

MENINGGAL DUNIA

10
3.2. Naskah

TOKOH/PEMAIN :

1. Pasien : Rizki Fadillah


2. Perawa t : Riska Wahyuni
3. Dokter : Rofi Rofi’ah
4. Ibu : Ima Siti Khoeriah
5. Tunangan : Popy Shintia
6. Adik : Fatharani Shabrina Nisa

NASKAH ROLEPLAY

Suatu hari, di rumah sederhana yang penuh keharmonisan terdapat


keluarga yang sangat rukun...

Rizki : Mamah, aku mau ijin keluar boleh?

Fatharani : Ihhh, abang mau kemana sih? Katanya mau temenin aku ke toko
buku kok malah pergi.

Rizki : Apa sih dek, nanti aja ditemeninnya. Abang mau jalan dulu sama
temen.

Fatharani : Temen aja terus, paling sama kak Popy nanti jalannya. Mamah
nih si Abang mau kencan, larang nih mah

Ima : Ada apa sih kalian ribut terus? Gak apa apa dong abang mau
kencan kan udah besar, udah wajar.

Fatharani : Ah mamah, pokoknya aku marah sama abang. ( Berlari ke


kamarnya )

Rizki : Ya udah mah, kalo gitu aku pamit dulu.

Ima : Iya, hati-hati dijalannya. Jangan ngebut-ngebut, soalnya perasaan


Mamah gak enak.

Rizki : Iya mamah sayang ( Ia pun langsung pergi dari rumah )

Sebelum perjalanan menuju Taman ia sudah menelpon kekasihnya terlebih


dahulu, dan berjanjian disana. Sesampainya di Taman...... ( Brem, brem, brem )

Popy : Sayang ( menghampiri Rizki )

11
Rizki : Sayang kenapa gak pakai jaket sih, ini dingin loh udaranya. Nih
pake punya aku.

Popy : Iya, kita duduk di sana yuk! Sayang langitnya cerah yahh?

Rizki : Tumben kamu ngomongnya lembut banget. Pasti ada maunya


nih??

Popy : ( Ia pun tersenyum ) Sayang mau ngemil gak? Kalo mau beli gih,
aku males jalan.

Rizki : Yaudah tunggu bentar ya..

Saat Rizki kembali dari supermarket dengan membawa berbagai makanan,


ia tidak melihat kanan kiri saat menyebrang karena terfokus kepada kekasihnya.

Popy : Sayang awas ada mobil!!


Dan Brraaakk, mobil pun menghantam tubuh Rizki hingga terpental
lumayan jauh. Kekasihnya pun menjerit dan berlari ke arahnya...
Popy : Sayang, bangun pliss. Jangan tinggalin aku.
Dilain tempat seorang dokter dan juga asisten perawat sedang berbelanja
perlengkapan P3K.
Riska : Dok, perlengkapannya sudah lengkap semua?
Rofi : P3K sudah semua, tapi sepertinya masih ada yang kurang. Apa
ya?
Riska : Biar saya cek dulu daftar perlengkapanya ya dok
Rofi : Iya silahkan sus
Riska : Oh dok yang belum ada mitella, kassa, dan juga plester
Rofi : Ya udah kita cari dulu sus yang belum ada
Dokter dan perawat tersebut sudah selesai membeli perlengkapan yang di
butuhkan, mereka pun akan kembali ke Rumah Sakit. Dalam Perjalanan, Suster
Riska melihat seorang lelaki yang berlumuran darah dalam pangkuan seorang
perempuan.
Riska : Dok, ada yang kecelakaan.
Rofi : Mana? Ayo kita tolong mereka, saya akan memarkirkan mobilnya
terlebih dahulu.
Mereka pun keluar dari mobil dan berlari menghampiri mereka .

12
Rofi : Mbak mas nya kenapa?
Popy : Tolong mbak, tadi dia tertabrak mobil.
Rofi : Mbak tenang dulu yah! Jangan panik, sekarang mbak tarik nafas
terlebih dahulu dan tenang. Saya Dokter, saya akan melakukan
tindakan. Namun sebelumnya saya meminta izin untuk
menanganinya.
Popy : Iya Dok, silahkan. Tolong selamatkan kekasih saya.
Rofi : Sus, tolong ambilkan perlengkapan P3K yang tadi dibeli.
Riska : Iya baik Dok.
Rofi : ( Membenahkan posisi korban, mengecek TTV, kesadaran )
Riska : Ini Dok perlengkapannya.
Rofi : Saya akan mulai, Sus tolong beri saya antiseptik.
Riska : Ini Dok.
Rofi : Sus tolong telepon ambulance untuk segera datang kesini.
Riska : ( 119 ) Mas tolong datang ke jalan raya R.E. Martadinata No 93
secepatnya ada korban tabrak lari dengan kondisi gawat darurat.
Merekan pun melakukan tindakan :
1. Memakai APD
2. Menyiapkan kepala untuk membalut kepala
3. Menyiapakan alkohol swab dan kassa.
Tindakan pun telah selesai dan datanglah ambulance yang akan membawa
korban tersebut. Sesampainya di RS pasien langsung dibawa ke R. IGD.
Rofi : Sus kita harus bersiap-siap terlebih dahulu, nanti kita bertemu
disana untuk menangani pasien itu.
Riska : Baiklah Dok
Mereka berlari ke ruangan masing-masing dan bergegas kembali ke
R.IGD.
Rofi : ( Menobservasi korban )
Riska : Bagaimana Dok?
Rofi : Suster, TTV pasien ( R : 17, S : 37,4˚C, N : 58, Td : 80/70 ),
kesadaran coma, pendarahan pada bagian frontal dan Tibia Sn, dan
Luka lecet serta memar pada bagian klavicula.

13
Riska : Baik Dok, apa intervensi selanjutnya yang akan dilakukan?
Rofi : Siapkan peralatan penjahitan dan perawatan luka, serta kompres
dingin.
Riska : Baik Dok.
Rofi : Semuanya sudah lengkap sus?
Riska : Sudah Dok.
Rofi : Kalau begitu lakukanlah pembersihan luka, pembalutan pada luka
lecet, serta kompres dingin pada bagian memar. Saya akan
menghentikan pendarahan serta melakukan penjahitan dan juga
perawatan luka.
Disaat para tenaga medis sedang sibuk mengatasi pasien, Popy pun
menelpon keluarga kekasihnya.
Popy : Assalamualaikum bu.( Dengan nada bergetar )
Ima : Waalaikumsallam, ada apa nak? Kok suaranya terdengar parau.
Popy : Ibu, Rizki kecelakaan. Sekarang kita sedang di RS Citra Medika.
Ima : Apa? Lalu bagaimana keadaannya?
Popy : Dia masih ditangani dokter bu.
Ima : Kalau begitu ibu berangkat kesana sekarang.
Orang tua Rizki dan adiknya pun tiba di RS, mereka berlarian di lorong
RS saking panik dan khawatirnya.
Fatharani : Kakak, kenapa bisa seperti ini?
Popy : Tadi abangmu sedang menyebrang dan tiba-tiba ada mobil yang
menabraknya.
Fatharani : Abang, abang harus kuat.
Ima : Iya sabar, abang pasti kuat kok, lebih baik sekarang kita berdo’a
kepada Allah.
Dokter dan suster keluar dari ruangan.
Rofi : Apakah ini dengan keluarga pasien?
Ima : Iya benar dok, saya Ibunya. Bagaimana keadaan anak saya Dok?
Rofi : Pasien sudah kami tangani, namun untuk sekarang pasien belum
sadar.

14
Ima : Apakah lukanya parah Dok?
Rofi : Untuk lukanya memang cukup parah, namun tidak usah khawatir
karena lukanya sudah kami tangani. Hanya saja untuk pemeriksaan
lebih lanjut saya mohon persetujuannya untuk melakukan
pemeriksaan CT-Scan, ditakutkan adanya kerusakan pada bagian
dalam kepala.
Ima : Silahkan Dok lakukan yang terbaik untuk anak saya.
Pasien Rizki pun dirawat dengan sangat intensif, meskipun keadaanya
stabil tetapi tidak menutup kemungkinan keadaan pasien bisa memburuk kembali.
Fatharani : Abang, abang kapan bangun? Katanya Abang gak akan pernah
bikin adek khawatir, katanya abang sayang sama kak popy dan
akan menikah dalam waktu dekat, katanya abang mau bahagiain
Mama. Abang bangun dong.
Popy : Sayang bangun, aku janji aku bakal berusaha jadi calon istri yang
terbaik untuk kamu.
Ima : Cepat bangun nak, banyak sekali orang yang menunggumu.
Riska : Kita doakan saja semoga pasien cepat kembali sadar dan dapat
segera bergabung kembali dengan kalian.
Semua : Aamiin.
Popy : Terimakasih Sus, tolong sembuhkan kekasih saya ya Sus.
Riska : Kami disini hanya bisa berusaha sebaik mungkin untuk
melakukan tindakan yang terbaik. Untuk selebihnya serahkan
kepada Tuhan. Kalo begitu saya permisi.
Satu minggu telah berlalu. Namun, pasien Rizki belum menunjukan tanda-
tanda siuman. Keluarga pun merasa khawatir dan resah, dan merasa tidak akan
sanggup jika harus kehilangan Rizki. Sementara di ruangan lain.....
Riska : Dok, sekarang jadwal visit pasien Rizki.
Rofi : Baik, kamu ikut dengan saya kesana.
Mereka pun segera menuju ke ruangan pasien....
Rofi : Assalamualaikum, selamat pagi.
Keluarga : Waalaikumsallam , selamat pagi Dok.
Rofi : Ibu kedatangan saya kesini akan memeriksa keadaan pasien
Rizki.

15
Keluarga : Iya Dok, silahkan.
Sesudah pasien diobservasi, dokter pun langsung menjelaskan keadaan
pasien.
Rofi : Ibu, sekarang sudah satu minggu berlalu. Namun, keadaan pasien
belum menunjukan adannya kemajuan, saya meng..
Riska : Dokter Dokter! Nadi pasien melemah, serta saturasinya menurun.
Rofi : Suster tolong kamu urus terlebih dahulu anggota keluarganya.
Saya akan memeriksa pasien dulu.
Riska : Baik Dok.
Rofi : (Menghampiri keluarga pasien) Ibu, untuk sekarang kondisi
pasien mengalami penurunan. Setelah semua pengobatan dan
tindakan dilakukan pasien belum juga menunjukan adanya
kemajuan. Penurunan kondisi ini, disebabkan karena adanya
penolakan dari tubuh pasien. Maka dari itu kami meminta izin
untuk melakukan tindakan yang terakhir yaitu RJP, untuk
memulihkan kembali aktivitas jantung pasien yang mengalami
kegagalan.
Fatharani : Silahkan Dok, lakukan yang terbaik untuk abang saya.
Rofi : Iya baik, kami disini membutuhkan satu anggota keluarga untuk
menyaksikan tindakan yang akan kami lakukan
Ima : Biar saya saja Dok yang disini.
Rofi : Iya boleh bu.
Rofi : (Menghampiri pasien bersiap untuk melakukan RJP).
Riska : Untuk anggota keluarga yang lain mohon untuk menunggu diluar
supaya dokter bisa konsentrasi saat melakukan tindakan.
Popy : Tapi Sus, saya ingin disini.. Saya ingin ada disampingnya pada
saat-saat seperti ini.
Riska : Saya mengerti perasaan anda. Namun, ada baiknya mbak tunggu
diluar saja.
Rofi : Suster, siapkan ampul digoxin.
Riska : Baik dok ( dimasukkan obat tersebut ke dalam infus )
Rofi : Sus, siapkan defibrillator 150 J.

16
Riska : Siap dok ( mengoleskan gel pada defribillator dan
memberikkannya pada dokter )
Rofi : 1, 2, 3 charged 2X. Sus, naikkan menjadi 200 J. 1,2, 3 Charged.
Suster Riska dan Dokter Rofi pun melihat pada monitor yang menunjukan
garis lurus dan menandakan sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan dalalm
tubuh pasien Rizki. Keluarga pasien tiba-tiba masuk karena melihat perawat yang
akan melepaskan peralatannya dan sang dokter mengatakan...
Dokter : Waktu kematian 10.30, 26 Februari 2020
Ima : Dokter, ini bohong kan?
Fatharani : Gak mungkin, abang aku gak mungkin meninggal
Popy : Dokter tolong periksa sekali lagi, aku gak percaya ini semua. Dan
jangan katakan bahwa dia telah pergi
Riska : Sudah, mungkin ini sudah jalan yang terbaik bagi Rizki, kita
hanya perlu mengikhlaskan kepergiannya.
Rofi : Ibu, dikarenakan pasien Rizki sudah dinyatakan meninggal. Maka
dari itu kami meminta izin agar dapat mengurus jenazahnya.
Ima : Iya Dokter, baik.
Rofi : Ibu beserta keluarga bisa melihat jenazah untuk terakhir kalinya
sebelum jenazahnya disiapkan untuk pemulasaraan
Riska : Silahkan ibu dan keluarga untuk melihat jenazahnya.
Keluarga : Baik Sus
Satu persatu keluarga pun memeluk jenazah Rizki sebagai pelukan
terakhir. Mereka pun menangis tersedu-sedu karena tidak menyangka Rizki akan
pergi secepat ini.
Rofi : Suster tolong urus jenazahnya.
Riska : Baik Dokter.
Rofi : Ibu beserta keluarga bisa ikut saya terlebih dahulu?
Popy : Baik Dokter, kami bisa.
Mereka pun pergi ke ruangan dokter. Sesampainya disana....
Fatharani : Dokter, tolong kembalikan abang saya.
Rofi : Mari kita duduk terlebih dahulu.

17
Popy : Dokter.... (sambil menangis)
Rofi : Saya mengerti dengan perasaan kalian, karena kehilangan adalah
sesuatu yang tidak diinginkan oleh semua orang. Tapi dengan
kehilangan serta duka cita yang kalian limpahkan terselip hikkmah
yang sebenarnya Tuhan berikan kepada kalian.
Popy : Tetapi Dokter, jikalau saja saya bisa berikan tawaran kepada
Tuhan, jangablah Tuhan mengambil Rizki.
Rofi : Ingatlah kata-kata saya, “tak ada tawaran yang dapat ditukarkan
dengan kematian” ini merupakan salah satu fase yang akan dilalui
oleh orang yang kehilangan. Dari mulai menyangkal, marah,
tawar-menawar, menarik diri dari lingkungan (depresi), dan saat
dimana kalian dapat menerima kenyataan.
Fatharani : Benarkah itu Dokter?
Rofi :Benar. Maka dari itu jangan sampai dengan kehilangan seseorang
kalian juga kehilangan kesehatan kalian. Saya juga memperhatikan
dari mulai pasien tidak sadarkan diri pola makan kalian menjadi
tidak teratur. Saya tegaskan jagalah kesehatan kalian, karena itu
adalah prioritas utama.
Popy : Baik Dokter, terimakasih untuk pengertiannya.
Fatharani : Kami pasti masih belum menerima ini semua jika tidak ada
pengertian dari Dokter.

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan perawat dengan pasien
yang dirancang untuk mencapai tujuan terapi dalam pencapaian tingkat
kesembuhan yang optimal dan efektif dengan harapan lama hari rawat pasien
menjadi pendek dan dipersingkat (Muhith & Siyoto, 2018).
Menurut Priyoto (2015) perawat dituntut untuk melakukan komunikasi
terapeutik dalam tindakan keperawatan agar pasien dan keluarga mengetahui
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien melalui tahapan-tahapan dalam
komunikasi terapeutik.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat memahami
dan mengasah kemampuan komunikasi khususnya komunikasi terapeutik pada
keluarga.

19
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik


Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Anjaswarni, T. (2016). Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber daya
Manusia Kesehatan.
Divisi Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. (2021).
Pentingnya Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Keluarga Pasien
Anak. Yogyakarta : RSUP Dr. Sarjdjito.
Herawati, Tin, dkk. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Fungsi Keluarga Di Indonesia. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen,
13(3), 214. https://dox.doi.org/10.24156/jikk.2020.13.3.213.
Supanjiono. (2017). Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Pilar Utama Mandiri.
Zainal, Abidin Ahmad, dkk. (2020). Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
Dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik. Jurnal Humanis: Jurnal
Pengabdian Masyarakat STIKes ICsada Bojonegoro, 5(2), 55-56.

20

Anda mungkin juga menyukai