Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KELOMPOK 3

TERAPI KELUARGA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Dosen Mata Ajar : Ns. Nanang Khosim A., M.Kep

Oleh :

1. Dita Ayu Ristanti 20101440119040


2. Elma Alviana Pangesti 20101440119042
3. Faridatul Anisah 20101440119044
4. Fendy Widiardani 20101440119045
5. Figo Hendra Nugraha 20101440119047
6. Fitriana Noor Sabrina 20101440119048
7. Gabrilia Dian Pertiwi 20101440119050
8. Helfinta Nisrida Pasaribu 20101440119052
9. Wanda Novita Anggraeni 20101440119107

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

TA 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Jiwa dengan judul “Terapi Keluarga” dengan
baik.

Makalah ini disusun dengan tujuan utama untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Keperawatan Jiwa dan tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak yang
telah menyediakan sumber informasi dan memberikan masukan. Terimakasih kami ucapkan
kepada bapak selaku Dosen pengampu pada mata kuliah tersebut.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki makalah yang akan kami susun selanjutnya.

Akhir kata kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat baik kepada kami sendiri
maupun pembaca

Semarang, 22 Juni 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................6
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................6
BAB II TINJAUN TEORI........................................................................................................................7
2.1 PENGERTIAN TERAPI MODALITAS KELUARGA..........................................................7
2.1.1 Jenis-jenis Terapi Modalitas Keluarga.................................................................................7
2.1.2 Contoh Prosedur Terapi Modalitas Keluarga.....................................................................12
2.2 TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERAPI
KELUARGA........................................................................................................................................16
2.2.1 Cara Melakukan Terapi Keluarga......................................................................................20
2.2.2 Manfaat Terapi Keluarga...................................................................................................21
2.2.3 Teori Komunikasi..............................................................................................................21
2.3 FAMILY PSYCHO EDUCATION (FPE)................................................................................22
2.3.1 Manfaat Terapi Psikoedukasi Keluarga..............................................................................22
2.3.2 Tujuan Terapi Keluarga.....................................................................................................23
2.4 TRIANGLE THERAPY............................................................................................................24
2.4.1 Definisi..............................................................................................................................24
2.4.2 Tujuan................................................................................................................................25
2.4.3 Manfaat..............................................................................................................................25
2.4.4 Indikasi..............................................................................................................................25
2.4.5 Proses Pelaksanaan Triangle Terapi...................................................................................26
BAB III.....................................................................................................................................................27
PENUTUP................................................................................................................................................27
3.1 SIMPULAN..............................................................................................................................27
3.2 SARAN.....................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana seseorang
menyusun aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan
pemecahan masalah sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih efektif.
Dalam penjelasan yang lain dikatakan bahwa keluarga adalah suatu unit yang berfungsi
sesuai atau tidak sesuai menurut tingkat persepsi peran dan interaksi di antara kinerja
peran dari macam-macam anggota keluarga.
Menurut Jhonson (1997), kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat
emosional. psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan
emosional. Kesehatan jiwa juga dapat diartikan sebagai keadaan sejahtera yang dikaitkan
dengan kebahagiaan, kegembiraan. asan, pencapaian, optimisme, dan harapan.
Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan itu sendiri
sebagai sehat fisik, mental dan sosial bukan sematamata keadaan tanpa penyakit atau
kelemahan. Jadi Seseorang dapat dianggap sehat jiwa jika mereka mampu bersikap
positif terhadap diri sendiri, memiliki kestabilan emosi, memiliki konsep diri yang positif
dan memiliki rasa bahagia dan puas.
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif (Prabowo, 2014). Terapi Modalitas adalah terapi dalam
keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai
titik tolak terapi atau penyembuhan. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh
perawat pada pasien dengan masalah kejiwaan yaitu, terapi aktivitas kelompok dan terapi
keluarga.
Sedangkan terapi keluarga merupakan suatu psikoterapi modalitas dengan fokus
pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam pelaksanaannya terapis
membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan yang maladaptif,
kontrol diri pada anggota yang kurang serta pola hubunganyang tidak konstruktif. Terapi

4
keluarga lebih menggunakan pendekatan terupeutik untuk melihat masalah individu
dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan proses interpersonal (Prabowo, 2014).
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu
penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Penyebab gangguan jiwa
yang banyak diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi. Namun jika dilihat
dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi. Di Indonesia sendiri berdasarkan
(Rikesda tahun 2007) bahwa prevelansi gangguan jiwa berat sebesar 4,6 permil, artinya
ada empat sampai lima penduduk dari 1000 penduduk Indonesia menderita gangguan
jiwa berat. Angka gangguan jiwa di Indonesia telah mencapai 10% dari populasi
penduduknya.
Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk psikoterapi kelompok yang
berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial dan bukan suatu
mahluk yang terisolir. Masalah kesehatan mental mendapat perhatian dari WHO karena
menjadi beban keluarga. Masalah kesehatan mental dapat muncul karena adanya masalah
kesehatan fisik yang di derita selama bertahun-tahun. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa gangguan mental di akibatkan dari besarnya beban yang di tanggung keluarga saat
merawat anggota keluarga sakit. Beban tersebut melebihi beban yang di akibatkan oleh
penyakit tuberkulosis dan kanker. Pengenalan dini dan kecepatan dalam melakukan
penanganan bagi pasien gangguan jiwa dapat dilakukan oleh keluarga. Salah satu cara
penanganan masalah tersebut dengan memberikan terapi keluarga.
Pengenalan dini dan kecepatan dalam melakukan penanganan bagi pasien
gangguan jiwa dapat dilakukan oleh keluarga. Salah satu cara penanganan masalah
tersebut dengan memberikan terapi keluarga, Terapi keluarga adalah cara baru untuk
mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simptom dan
cara pemecahannya. Model terapi yang diterapkan dalam keluarga antara lain
Experiential/Humanistic, Bowenian, Psikodinamika dan Behavioral.
Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang
lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada
saat antara yang satu dengan yang lain berbeda.

5
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan
perawatan atau terapi spesialis sebagi seorang perawat spesialis jiwa pada klien yang
mangalami ansietas ataupun pada keluarga yang mengalami ansietas karena kondisi atau
masalah fisik pada anggota keluarganya. Pemberian terapi spesialis pada klien ataupun
anggota keluarga memberikan dampak yang sangat besar bagi kesembuhan klien
terhadap penyakit fisiknya. Terapi yang diberikan adalah Psikoedukasi keluarga salah
satu elemen program perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian
informasi, edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. (Pardede, 2020)

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian Terapi Modalitas Keluarga?
2. Bagaimana menggunakan konsep keluarga?
3. Apa jenis terapi keluarga yang dapat digunakan?
4. Bagaimana menggunakan terapi tersebut yang melibatkan keluarga dalam mengatasi
masalah klien dengan resiko dan gangguan jiwa?

1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa konsep dan teori terapi keluarga dengan
menggunakan terapi spesialis keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian terapi modalitas keluarga
b. Mahasiswa mampu menggunakan konsep keluarga.
c. Mahasiswa mampu memahami jenis terapi keluarga yang dapat digunakan
d. Mahasiswa menggunakan terapi tersebut yang melibatkan keluarga dalam
mengatasi masalah klien dengan resiko dan gangguan jiwa.

6
BAB II

TINJAUN TEORI

2.1 PENGERTIAN TERAPI MODALITAS KELUARGA


Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif (Prabowo,2014).
Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang
dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan
dan bersosialisasi dengann lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat
terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang
ada ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits. 2011).
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu dalam
konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses interpersonal.
Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi
secara terbuka dan interaksi keluarga secara sehat (Nasir dan Muhits, 2011) (Putrianti,
2017)

2.1.1 Jenis-jenis Terapi Modalitas Keluarga


1) Terapi Keluarga “Bowenian” atau Transgenerasional
Menurut pendekatan ini, keluarga dilihat sebagai sebuah unit yang saling
tergantung secara emosional, dengan pola-pola perilaku yang terbentuk
seiring perjalanan waktu dan sering kali diulangi kembali dari generasi ke
generasi. Keluarga menciptakan iklim emosional dan pola perilaku yang akan
diduplikat oleh anggota-anggotanya dalam hubungan-hubungan di luar setting
keluarga.

Tujuan utama tipe intervensi ini adalah :

7
a. Mengurangi tingkat kecemasan keluarga secara keseluruhan, sehingga
memungkinkan anggota-anggotanya untuk berfungsi secara independen
dan mengubah perilaku-perilaku bermasalahnya
b. Mengingkatkan tingkat diferensiasi dasar masing-masing anggota dari
kebersamaan emosional keluarga, proses yang memungkinkan anggota-
anggotanya untuk memberikan respons terhadap berbagai situasi
emosional secara lebih efektif. Refleksi diri tentang keluarganya sendiri
merupakan hal yang berguna bagi terapis keluarga.

Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi tipe ini adalah :


a. Klien berbicara dengan terapis, bukan dengan sesama anggota
keluarga. Ini untuk menjaga agar reaktivitas emosional tetap rendah.
b. Genograms merupakan peta yang merepresentasikan paling tidak tiga
generasi dalam keluarga.
c. Detriangulating yaitu tetap bersikap objektif dan tidak memihak.

2) Terapi Keluarga Komunikasi dan Satir


Ciri khas pendekatan ini adalah kenaikan self-esteem anggota keluarga
sebagai sarana untuk mengubah sistem interpersonal keluarga. Pendekatan ini
mengasumsikan keberadaan keterkaitan antara self-esteem dan komunikasi, di
mana kualitas yang satu mempengaruhi kualitas yang lainnya.

Tujuan dari pendekatan ini adalah meningkatkan kematangan keluarga. Tugas


terapis dalam terapi ini sebagai berikut:
a. Memfasilitasi penciptaan harapan dalam keluarga.
b. Memperkuat keterampilan coping pada anggota keluarga dan proses-
proses coping dalam keluarga itu.
c. Memberdayakan setiap individu dalam keluarga itu agar dapat
menentukan pilihan dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang
diambilnya.

8
d. Memperbaiki kesehatan masing-masing anggota keluarga dan kesehatan
dalam sistem keluarga itu.

Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah :

a. Kronologi fakta kehidupan keluarga, riwayat keluarga holistik.


b. Metaphor, yaitu diskusi tentang sebuah ide dengan menggunakan analogi.
c. Drama yaitu para anggota keluarga memainkan adegan-adegan yang
diambil dari kehidupan mereka.

3) Terapi Keluarga Eksperiensial


Pendekatan ini menekankan pada pentingnya mengalami dan
mengekspresikan emosi here-and-now. Tipe terapi ini cenderung menekankan
pada promosi proses pertumbuhan alamiah dalam keluarga, sambil sekaligus
memberikan perhatian pada perebutan tipikal antara otonomi dan
interpersonal belonging yang terjadi dalam keluarga. Terapi jenis ini
membantu para anggota keluarga untuk meningkatkan rasa memiliki keluarga,
sambil meningkatkan kemampuan keluarga itu untuk memberikan kebebasan
sebagai individu kepada setiap anggotanya.

Terapi ini akan sukses jika dapat mencapai sejumlah tujuan yang satu sama
lain saling berkaitan. Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi ini, yaitu:
a. Bergabung, yaitu klinisi menjalin hubungan dengan seluruh anggota
keluarga.
b. Pekerjaan rumah. Para anggota keluarga tidak akan membicarakan tentang
terapi di sela- sela sesi.
c. Penggunaan self. Klinisi berhubungan dengan dirinya sendiri dan berbagi
dengan keluarga itu.

4) Terapi Keluarga Milan


Terapi keluarga Milan melihat bahwa manusia terlibat dalam interaksi-
interaksi

9
resiprokal yang mengakibatkan evolusi berkelanjutan dalam keluarga.
Konsekuensinya, masalah yang tampak dianggap merupakan fungsi keluarga
dan bukan sebagai gejala-gejala patologis yang melekat pada individu
tertentu. Biasanya klinisi membantu keluarga menemukan aturan permainan
keluarga itu dan memberdayakan mereka untuk mengubah aturan itu untuk
memperbaiki hasilnya. Terapis berupaya untuk tetap bersikap netral dan
memfasilitasi prosesnya dan bukan menjadi ikut terorganisasi ke dalam sistem
keluarga itu.
Teknik-teknik yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Circular questioning, yaitu memungkinkan akses ke persepsi/reaksi
anggota-anggota keluarga.
b. Prescriptions, yaitu instruksi-instruksi paradoksal untuk menangani gejala.
c. Hipotesis, terapis mengusung ide-ide terdidik dalam sesi.

5) Terapi Keluarga Konstruktivis atau Naratif


Fokus dari pendekatan ini adalah perkembangan makna atau cerita tentang
kehidupan orang dan peran yang dimainkan orang dalam kehidupannya.
Cerita-cerita ini menjadi fokus intervensi. Pengubahan proses-proses evaluasi
dan pemaknaan yang dilakukan oleh seluruh anggota sistem itu, dan sistem itu
sendiri, guna memperbaiki fungsi unit keluarga itu secara keseluruhan.

Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah :


a. Dekonstruksi, yaitu mengurangi riwayat permasalahan.
b. Rekonstruksi/re-authoring, yaitu proses pengembangan kisah keluarga
yang baru.
c. Tim yang melakukan refleksi. Sekelompok professional pengamat
mendiskusikan tentang keluarga itu.

6) Terapi Keluarga Struktural


Menekankan pentingnya proses daripada isi dan melihat struktur keluarga
sebagai struktur yang terdiri atas sejumlah transaksi komunikasi keluarga.

10
a. Fokus utama: subsistem dan batas-batas yang ada dalam keluarga tersebut.
Batas tersebut dapat bersifat kaku, jelas,kabur.
b. Tujuan utama : mengatasi berbagai masalah dengan mengubah struktur
system yang mendasar
c. Sesi terapi bersifat aktif, penekanan pada proses daripada insight.
d. 3 tahap intervensi :
a) Terapis berusaha bergabung dan diakomodasi oleh system
keluarga. Terapis harus menyesuaikan dengan system komunikasi
dan persepsi keluarga
b) Pembentukan diagnosis structural dimulai dengan bergabung
dengan keluarga dilanjutkan dengan adanya keterlibatan terapis.
Membutuhkan observasi dan reformulasi hipotesis yang terus
menerus
c) Ketika terapi teraputik bergerak maju, terapis berusaha
menggunakan intervensi yang akan menghasilkan restrukturisasi
system keluarga.
e. Teknik :
a) Mintesis/ imitasi : mengadopsi gaya komunikasi keluarga.
b) Mengaktualisasi pola transaksional keluarga : keluarga memainkan
adegan interaksi
c) Menandai batas-batas : menguatkan batas-batas yang kabur dan
melonggarkan yang kaku

7) Terapi Behavioral dan Kognitif-Behavioral


a. Asumsi : perilaku sebagai sesuatu yang dipelajari, menekankan
pentingnya konsekuensi perilaku dalam pemeliharaan dan kemunculan
ulang.
b. Fokus: fungsi perilaku dan kognisi
c. Goal : mengidentifikasi pola perilaku, pikiran, anteseden, konsekuensi
sehingga klinisi dapat membantu anggota keluarga mempelajari pola
perilaku baru yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

11
d. Tugas klinisi :
a) Mengajari keluarga mengases tindakan, pola pikir dan konsekuensi
yang membuat perilaku mereka bertahan atau duiulangi.
b) Mengganti perilaku tidak efektif dengan perilaku adaptif antara lain
dengan mengajarkan ketrampilan komunikasi, mengatasi masalah,
strategi resolusi konflik, menjalin kontrak, negosiasi, penguatan
perilaku sehat, mengurangi perilaki maladaptive.
e. Teknik :
a) Restrukturisasi kognitif : meningkatkan validitas persepsi dan
pemrosesan data
b) Menjalin kontrak, latihan komunikasi

8) Terapi Keluarga Psikodinamik dan Relasi Objek


a. Fokus : latar belakang intrapsikis dari masing-masing anggota, hubungan
di masa lalu, ingatan serta konflik di awal kehidupan
b. Tujuan : membuat pola-pola tak sadar yang berlaku dalam keluarga
menjadi pola-pola yang disadari.
c. Menggunakan aliansi teraputik, menelaah pertahanan dan resistensi
keluarga, membantu anggota keluarga menginternalisasi objek yang
adaptif.
d. Teknik :
a) Empati : memahami berbagai pengalaman dari perspektif keluarga
tersebut
b) Interpretasi : mengklarifikasi aspek yang tidak disadari
c) Netralitas analitik : terapis mempertahankan sikap mental yang analitik

2.1.2 Contoh Prosedur Terapi Modalitas Keluarga


1) Pemberian Terapi Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa
Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga dipandang sebagai satu sistem
sehingga gangguan yang terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi

12
sistem, disfungsi dalam keluarga dapat sebagai penyebab gangguan.Berbagai
pelayanan keperawatan jiwa bukan tempat klien seumur hidup. Salah satu
faktor penyebab gangguan jiwa adalah keluarga tidak tahu cara merawat klien
dirumah. Kenyataannya banyak klien di RSJ yang jarang dikunjungi keluarga,
keluarga tidak mengikuti proses perawatan klien. Tim kesehatan jiwa di RS
merasa bertanggug jawab terhadap upaya penyembuhan klien dan jarang
melibatkan keluarga. Setelah sembuh, RS memulangkan klien, beberapa hari,
minggu, bulan klien kembali dirawat dengan alasan perilaku klien tidak bisa
diterima oleh keluarga dan lingkungan. Hal tersebut terjadi karena selama
dirumah klien tidak boleh keluar dan gerak-gerik klien selalu diawasi dan
curigai. Keluarga mempunyai tangung jawab dalam Proskep di RS, persiapan
pulang dan perawatan dirumah. Adaptasi klien dengan lingkungan berjalan
baik. Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menata kembali masalah
hubungan antar manusia (Stuart & Sundeen, 1991)

2) Tujuan Dari Perawatan Terapi Keluarga


a. Menurunkan konflik kecemasan keluarga
b. Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing
anggota keluarga.
c. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
d. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
e. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar
anggota keluarga.
f. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat
perkembangan anggota keluarga.

3) Manfaat Terapi Keluarga Untuk Klien dan Keluarga


Klien :
a. Mempercepat proses penyembuhan
b. Memperbaiki hubungan interpersonal
c. Menurunkan angka kekambuhan

13
Keluarga :

a. Memperbaiki fungsi dan struktur keluarga


b. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga lebih
dapat menerima, toleran dan menghargai klien sebagai manusia.
c. Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien dalam
proses rehabilitasi
4) Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga
a. Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota
keluarga
b. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien
untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
c. Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
d. Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll

5) Aktivitas
a. Komponen dikdaktik : memberikan informasi dan pendidikan kesehatan
tentang gangguan jiwa, sistem keswa dan yankep.
b. Komponen ketrampilan : latihan komunikasi, asertif, menyelesaikan
konflik, mengatasi perilaku dan stress
c. Komponen emosi : memberikan kesempatan untuk memvalidasi perasaan
dan bertukar pengalaman
d. Komponen proses keluarga fokus pada koping keluarga & gejala sisa
terhadap keluarga.
e. Komponen sosial : meningkatkan penggunaan dukungan jaringan
formal/informal untuk klien dan keluarga

Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana perawat
membantu serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien
kambuh. Alasan keluarga dilibatkan dalam mencegah kekambuhan pada klien
adalah :

14
a. Keluarga merupakan tempat individu pertama memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungan
b. Keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan
sehingga jika ada satu yang terganggu yang lain ikut terganggu
c. Keluarga menurut Sullinger (1988) merupakan salah satu penyebab klien
gangguan jiwa menjadi kambuh lagi sehingga diharapkan jika keluarga
ikut berperan dalam mencegah klien kambuh setidaknya membantu klien
untuk dapat mempertahankan derajat kesehatan mentalnya karena
keluarga secara emosional tidak dapat dipisahkan dengan mudah

Peran keluarga dalam terapi itu sendiri adalah :

a. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat


bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya
b. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka
c. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain
d. Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien
e. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi
f. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis
g. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

6) Ciri-ciri Fungsional Keluarga


a. Mempertahankan keseimbangan, fleksibel dan adaptif perubahan tahap
transisi dalam hidup
b. Problem emosi merupakan bagian dari fungsi tiap individu
c. Kontak emosi dipertahankan oleh tiap generasi & antar keluarga
d. Hubungan antar keluarga yang erat dan hindari menjauhi masalah
e. Perbedaan antar anggota keluarga mendorong untuk meningkatkan
pertumbuhan dan kreativitas individu.
f. Orang tua & anak hubungan terbuka.

7) Disfungsi Keluarga

15
a. Tdk memiliki satu atau lebih fungsi keluarga.
b. Ibu yg terlalu melindungi atau ayah yang tidak dirumah.
c. Ayah & ibu yang super, sibuk, pasif dll.
d. Pasangan yang tidak harmonis

8) Harapan :
a. Memberikan stimuli dalam perkembangan individual
b. Menumbuhkan hubungan interpersonal
c. Mengerti tentang kesehatan jiwa dan gangguan kesehatan jiwa
d. Mengetahui penyebab gangguan jiwa
e. Mengetahui ciri-ciri gangguan jiwa
f. Mengetahui fungsi dan tugas keluarga
g. Upaya pencegahan gangguan jiwa oleh keluarga
h. Upaya perawatan klien gangguan jiwa di RSU dan Puskesmas.

2.2 TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN


TERAPI KELUARGA
Teori adalah suatu sel interaksi kontruksi (konsep), definisi dan proposisi yang
menghasilkan suatu pandangan sistemik dan fenomena dan pengkhususan hubungan
antara variable dengan tujuan yang menjelaskan dan memprediksikan fenomena.
Sedangkan model keperawatan adalah jenis model konseptual yang menerapkan
kerangka kerja konseptual terhadap pemahaman keperawatan dan bimbingan praktik
keperawatan (Basford, 2006).
Terapi Keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang,
memahami perilaku, perkembangan symptom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga
dapat dilakukan sesame anggota keluarga dan tidak memerlukan oranglain, terapis
keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara
yang satu dengan yang lain berbeda (Almasitoh, 2012).
Sedangkan Imbercoopersmith (dalam Hasnidah, 2002) mengatakan bahwa Family
Conselor/Therapist harus memliki kemampuan menganalisa bagaimana pola triadic di
dalam keluarga, melakukan intervensi yang efektif bagi pola triadic dengan memberikan

16
tugas-tugas, dan menghindari hubungan yang kurang baik antara hubungan triadic para
anggota keluarga dengan professional. Namun Hasnidah (2002) berpendapat bahwa
terapi keluarga sebagai suatu proses interaktif yang berupaya membantu keluarga
memperoleh keseimbangan homeositas, sehingga setiap anggota keluarga dapat merasa
nyaman (comfortable).
Tujuan konseling keluarga terutama adalah untuk mengerti keluarga penderita
gangguan skizofrenia, konseling keluarga dianggap cara baru untuk mengerti dan
menangani penderita gangguan mental. Kemudian konseling keluarga tidak hanya
berguna untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang
tidak berfungsi baik.

Beberapa teori yang mendasari terapi keluarga menurut Farland, et al (1987) :

1) Psychodinamik Family Therapy


Safir mengatakan bahwa ada hubungan antara psikopatologi individual dengan
dinamika keluarga. Contoh :seseorang yang mempunyai harga diri rendah akan
menampilkan suatu " False Self " yang ditampilkan pada saat yang sama dia juga
takut kecewa dan sulit mempercayai orang lain termasuk pasangan hidupnya. Hal ini
menyebabkan kesulitan yang serius dalam perkawinannya. Tujuan dari terapi
keluarga yang berorientasi psikodinamika yaitu untuk menolong anggota keluarga
mencapai suatu pengertian tentang dirinya dan caranya beraksi satu sama lain di
dalam keluarga.Disini anggota keluarga didorong kearah asosiasi bebas dengan
membiarkan pikiran mereka berjalan bebas tanpa sensor alam sadar dan
memverbalisasilan pikirannya. Terapist hendaknya dapat secara aktif melakukan
intervensi juga menghindari memberi saran dan memanipulasi keluarga.
2) Behavioral Family Therapy
Terapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari pola perilaku
keluarganya untuk menentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku itu.
Berdasarkan analisis ini, terapist membuat rencana untuk merubah keadaan tersebut
dengan cara intervensi langsung dalam keluarga. Tujuan utamanya adalah
meningkatkan perilaku yang positif yang diinginkan dan menghilangkan perilaku

17
negatif. Hal ini dilakukan dengan mengatur keluarga sehingga perilaku yang
diinginkan diperkuat dengan memberi reward.
3) Teori Komunikasi
Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi yang terjadi
didalam keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Komunikasi dan Kognisi
Terapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan
menjelaskan arti komunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh
anggota keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh anggota keluarga yang lain
saat menyatakan sesuatu. Terapist juga memperhatikan punktuasi dari proses
komunikasi yang terjadi pada keluarga dengan tujuan memperjelas kesalah
pengertian, juga diperhatikan bahwa non verbal yang digunakan.
b. Komunikasi dan Kekuatan
Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada orang
lain berati dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan. Contoh :
orang tua bertanggung jawab terhadap anak – anak dan dia punya hak untuk
membatasi perilaku anak jika anak sudah besar, dia punya hak sendiri untuk
mengambil keputusan. Cara ini sering ditemukan pada terapi struktural dimana
tujuan proses, terapi untuk merubah posisi dari batasan diatara sub sistem yang
berbeda dalam keluarga.
c. Komunikasi dan Perasaan
Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan komunikasi dari
perasaan. Dikatakan bahwa pasangan perkawinan yang mempunyai kebutuhan
emosional diharapkan ditentukan dalam perkawinan jika kita menemukan
kebutuhan emosional hari setiap orang maka komunikasi perasaan ini sangat
penting artinya : Tujuan dari terapi adalah memperbaiki bila terdapat
ketidakpuasan.

4) Structural Family Therapy


Dikembangkan oleh Salvador Minuchin. Perlu dinilai 6 aspek dari fungsi keluarga.
Struktur keluarga yang terdiri dari susunan yang mengatur transaksi diatara anggota

18
keluarga.Fleksibilitas dari fungsi keluarga dan kemampuannya untuk berubah."The
Family Resonance" pada anggota keluarga dapat saling terikat atau saling
merenggang. Konteks kehidupan keluarga ini merupakan supra sistem yang teridiri
dari keluarga besar, tetangga lingkungan kerja, lingkungan sekolah dari anggota
keluarga supra sistem bisa merupakan sumber stress atau sumber support dari
lingkungan.

Model keperawatan yang berhubungan dengan keluarga menurut Basford (2006)


yaitu:
a. Model Sistem dari Neuman
Model keperawatan dari Neuman diperluas berhubungan dengan keluarga
sehingga penerima asuhan keperawatan termasuk ke keluarga (Neuman, 1982).
Dalam hal ini diuraikan keluarga sebagai target yang tepat baik untuk pengkajian
dan interventi primer, sekunder maupun tersier. Proses keperawatan digunakan
sebagai penghubung antara teori keluarga dan praktik.
b. Model Konseptual Perawatan Diri dari Orem
Dalam model keperawatan Orem, keluarga dipandang sebagai faktor syarat dasar
bagi anggota keluarga untuk kembali berfungsi menjalankan tugasnya. Orem
tidak mengungkapkan bagaimana konsep teori keluarga dapat digabungkan dalam
model praktek perawatan tersebut, namun melaksanakan tugas untuk
menguraikan bagaimana struktur, fungsi dan perkembangan keluarga dapat
diartkulasikan dengan model Orem.
c. Model Sistem Terbuka dari King
King memandang keluarga sebagai sistem sosial dan konsep utama dalam
modelnya. King menjelaskan bahwa teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi
perawat untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau
mengatasi masalah kesehatannya. Model ini berorientasi pada sistem dan
intervensi kepada keluarga.
d. Model Adaptasi Roy

19
Roy menjelaskan bahwa keluarga, individu, kelompok, organisasi, sosial serta
komunitas dapat dijadikan fokus dalam praktik keperawatan. Model ini lebih
menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien dalam
memanipulasi lingkungan mereka dan berfokus kepada keluarga
e. Model Proses Kehidupan dari Roger
Dalam teori Roger, fokus keperawatan adalah proses kehidupan umat manusia.
Tujuan dari keperawatan adalah untuk meningkatkan interaksi simfonis antara
manusia dan lingkungannya. Roger menegaskan bahwa model ini dapat
diterapkan pada keluarga sama seperti pada individu. Bagi Roger, keluarga
merupakan suatu fokus studi keperawatan.

Model-model pendekatan-pendekatan baru yang dikembangkan dalam konseling


keluarga yaitu:

1) Multiple Family Therapy


Keluarga-keluarga yang terpilih menemui konselor tiap minggu, dan pada waktu
itu mereka menceritakan problem mereka masing-masing dan membantu sesama
dalam pemecahan persoalan
2) Multiple impact Therapy
Mencakup seluruh keluarga dalam sederetan interaksi yang berkelanjutan dengan
konselorkonselor komunitas yang multidisipliner mungkin selama dua hari.
Terapi ini mencakup pemberian konseling secara penuh selama dua hari atau
lebih kepada satu keluarga.
3) Terapi jaringan (Network Therapy)
Berusaha memobilisasi sejumlah orang untuk berkumpul dalam suatu krisis untuk
membentuk suatu kekuatan terapeutik. Tujuan ini adalah untuk memperkuat
kekuatan dari jaringan yang dikumpulkan untuk memberi kesempatan untuk
berubah di dalam sistem keluarga tersebut.

2.2.1 Cara Melakukan Terapi Keluarga


Menurut Almasitoh (2012) terdapat empat langkah dalam proses terapi keluarga,
antara lain :

20
1) Mengikutsertakan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga terapi
mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang
strategi yang cocok untuk membantu pemecahan problem keluarga.
2) Menilai masalah, mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan,
kekuatan keluarga dan riwayatnya.
3) Strategi-strategi khusus, berfungsi untuk pemberian bantuan dengan
menentukan intervensi yang sesuai dengan tujuan.
4) Follow up, memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan
dengan terapis atau konselor secara periodik untuk melihat perkembangan
keluarga dan memberikan support.

2.2.2 Manfaat Terapi Keluarga


Menurut Perez (1994 dalam Hasnidah, 2002) secara khusus Family Conseling/
terapi bermanfaat untuk :
1) Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku
yang unik dari setiap anggota keluarga.
2) Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustasi, ketika terjadi
konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak
bersama keluarga.
3) Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung,
membesarkan hati dan mengembangkan anggota lainnya.
4) Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan
persepsi anggota keluarga.

2.2.3 Teori Komunikasi


Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi yang terjadi
didalam keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Komunikasi dan Kognisi
Terapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan
menjelaskan arti komunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh
anggota keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh anggota keluarga yang lain

21
saat menyatakan sesuatu. Terapist juga memperhatikan punktuasi dari proses
komunikasi yang terjadi pada keluarga dengan tujuan memperjelas kesalah
pengertian, juga diperhatikan bahwa non verbal yang digunakan.
2) Komunikasi dan Kekuatan
Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada
orang lain berati dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan.
Contoh : orang tua bertanggung jawab terhadap anak – anak dan dia punya
hak untuk membatasi perilaku anak jika anak sudah besar, dia punya hak
sendiri untuk mengambil keputusan. Cara ini sering ditemukan pada terapi
struktural dimana tujuan proses, terapi untuk merubah posisi dari batasan
diatara sub sistem yang berbeda dalam keluarga.
3) Komunikasi dan Perasaan
Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan komunikasi dari
perasaan. Dikatakan bahwa pasangan perkawinan yang mempunyai kebutuhan
emosional diharapkan ditentukan dalam perkawinan jika kita menemukan
kebutuhan emosional hari setiap orang maka komunikasi perasaan ini sangat
penting artinya : Tujuan dari terapi adalah memperbaiki bila terdapat
ketidakpuasan.

2.3 FAMILY PSYCHO EDUCATION (FPE)


Family Psychoeducation therapy adalah salah satu elemen program perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui
komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat
edukasi dan pragmatik (Stuart & Laraia, 2005). Carson (2000) mengatakan bahwa,
psikoedukasi merupakan alat terapi keluarga yang makin popular sebagai suatu strategi
untuk menurunkan faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan gejala-
gejala perilaku.
Jadi pada prinsipnya psikoedukasi dapat membantu anggota keluarga dalam
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit melalui pemberian informasi dan edukasi
yang dapat mendukung pengobatan dan rehabilitasi pasien dan meningkatkan dukungan
bagi anggota keluarga itu sendiri.

22
Psikoedukasi keluarga merupakan sebuah metode yang berdasarkan pada
penemuan klinik untuk pelatihan keluarga yang bekerjasama dengan tenaga keperawatan
jiwa profesional sebagai bagian dari keseluruhan intervensi klinik untuk anggota keluarga
yang mengalami gangguan. Terapi ini menunjukkan adanya peningkatan outcomes pada
klien dengan schizofrenia dan gangguan jiwa berat lainnya ( Levine, 2002). Target dari
terapi family psychoeducation adalah mengurangi tanda dan gejala yang dapat
mengancam kesejahteraan keluarga pada keluarga yang gagal menjalankan fungsinya.

2.3.1 Manfaat Terapi Psikoedukasi Keluarga


Keluarga yang mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya akan
mengalami beberapa ketidak mampuan untuk mengatasi masalah atau
mendampingi anggota keluarga dalam mengambil keputusan. Terapi
psychoeducation pada keluarga ini bermanfaat untuk mendekatkan kembali
keluarga yang mengalami konflik, membantu keluarga dalam memecahkan suatu
masalah, dan mendampingi keluarga untuk mampu merawat anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa.
Mc Farlane, Dixon, Lukens, dan Lucksted (2003) menyatakan bahwa
terapi family psychoeducation menurunkan angka kekambuhan, meningkatkan
pemulihan pasien, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga partisipan. Intervensi
program family psychoeducation telah dikembangkan dengan pendekatan empati,
pendidikan, dukungan terus menerus, sumber-sumber klinik selama masa
krisis,peningkatan hubungan sosial, kemampuan memecahkan masalah, dan
membina hubungan sosial. Manfaaat lain dari terapi psikoedukasi keluarga adalah
untuk menangani pasien dangen bipolar disorder, skizofrenia, gangguan obsesive
kompulsif, dan pasien dengan harga diri rendah.

Levine (2003) mengatakan bahwa jika ada individu yang mengalami


penyakit mental yang serius, dan keluarganya mau mempelajari lebih dalam
tentang penyakit pasien tersebut dan tahu bagaimana mengatasi penyakit tersebut
maka terapi psiko edukasi ini dapat menjadikan perubahan yang positif seperti,
menurunnya gejala, menurunnya konflik karena pengobatan, menurunnya isolasi,

23
kehidupan keluarga dan aktifitas sosialnya lebih berkembang, punya pilihan
pekerjaan yang lebih baik, dan dapat menurunkan depresi dan kecemasan.

2.3.2 Tujuan Terapi Keluarga


Tujuan dari terapi psikoedukasi pada keluarga ini diharapkan mampu
meningkatkan kualitas hidup dari pasien yang mengalami gangguan jiwa, selain
itu juga diharapkan mampu menjadikan individu dengan gangguan mental,
menjadi individu yang kembali siap menghadapi hidupnya dalam bermasyarakat
maupun didunia kerja. Levine (2002), memaparkan bahwa tujuan psikoedukasi
keluarga adalah untuk mengurangi kekambuhan klien gangguan jiwa,
meningkatkan fungsi klien dan keluarga sehingga mempermudah klien kembali
ke lingkungan keluarga dan masyarakat dengan memberikan penghargaan
terhadap fungsi sosial dan okupasi klien gangguan jiwa.
Ridwan, (2012) memaparkan bahwa tujuan dari psikoedukasi keluarga ini
adalah untuk memberi dukungan terhadap anggota keluarga yang lain dalam
mengurangi beban keluarga terutama beban fisik dan mental dalam merawat klien
gangguan jiwa untuk waktu yang lama.
Indikasi dari terapi psikoedukasi keluarga adalah anggota keluarga dengan
aspek psikososial dan gangguan jiwa. Terapi ini juga dapat diberikan kepada
keluarga yang membutuhkan pembelajaran tentang mental, keluarga yang
mempunyai anggota yang sakit mental/ mengalami masalah kesehatan dan
keluarga yang ingin mempertahankan kesehatan mentalnya dengan training/
latihan keterampilan.

2.4 TRIANGLE THERAPY


2.4.1 Definisi
Konsep hubungan segitiga merujuk kepada konfigurasi emosional dari 3 orang
anggota keluarga yang menghambat dasar pembentukan sistem keluarga.
Triangles adalah penghalang dasar pembentukkan sistem emosional. Jika
ketegangan emosi pada sistem 2 orang melampaui batas, segitiga tersebut adalah
orang ketiga, yang membiarkan perpindahan ketegangan ke orang ketiga tersebut.

24
Suatu sistem emosional yang disusun secara seri pada hubungan segitiga akan
bertaut satu sama lain. Hubungan segitiga merupakan hubungan disfungsional
yang dipilih oleh keluarga untuk menurunkan kecemasan melalui pengalihan isu
yang berkembang daripada menyelesaikan konflik/ketegangan. Triangulasi ini
dapat terus berlangsung untuk jangka waktu yang tak terbatas dgn melibatkan
orang di luar keluarga termasuk terapis keluarga yang dianggap sebagai bagian
dari keluarga besar.
Triangle terapi merupakan salah satu terapi yang dapat mempengaruhi atau
memperbaiki respon koping keluarga dalam pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan masalah yang dirasakan oleh keluarga. Triangle adalah suatu unit
social yang fundamental, dan triangulasi (keterlibatan pihak ketiga) adalah suatu
proses sosial yang bisa terjadi dimana saja. Terapi keluarga triangles adalah terapi
keluarga yang dilakukan dengan melibatkan keluarga, klien dan petugas
kesehatan untuk menyelesaikan masalah keluarga. Tujuan penelitian: menjelaskan
pengaruh terapi triangles terhadap kemampuan pengetahuan dan psikomotor
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa .

2.4.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksaan terapi triangle ini adalah untuk mencegah triangulasi dan
membantu pasangan atau individu berhubungan dalam level kognitif, untuk
mengehentikan pengulangan pengulangan perilaku yang menimbulkan konflik
pada intergenerasi dalam hubungan keluarga. Terapi triangle ini dilakukan dengan
tujuan untuk membantu pasangan dan individu mengantisipasi berbagai cara
dalam menyelesaikan masalah masalah yang timbul ( Kazak, Simms & Rourke,
2002). Tujuan dari terapi triangle adalah untuk menggali bagaimana peran
segitiga ayah, ibu dan anak agar dapat mencapai keseimbangan dan rasa aman
dalam keluarga.

2.4.3 Manfaat
Menurut Kazak, Simms & Rourke (2002), manfaat dari terapi triangles ini
adalah :

25
1) Orientasi berfokus pada keluarga bukan pada individu.
2) Fokus pada pemahaman keluarga terhadap struktur keluarga, peran, fungsi,
sosial dan budaya, yang akan mempengaruhi stabilitas hubungan keluarga.
3) Menjelaskan timbal balik hubungan keluarga sebagai tolok ukur keberhasilan.
4) Membantu keluarga yang mempunyai masalah.

2.4.4 Indikasi
1) Masalah dengan pasangan
2) Perceraian atau putus hubungan dengan pasangan
3) Pasangan dengan perilaku kekerasan
4) Post traumatic stress disorder
5) Masalah perilaku pada anak
6) Masalah yang melibatkan keluarga besar (extended family)
2.4.5 Proses Pelaksanaan Triangle Terapi
Penting untuk dipahami bahwa sebelum melaksanakan terapi yang harus
dilakukan oleh terapis adalah mengidentifikasi keluarga yang memiliki masalah.
Setelah itu keluarga diberi penjelasan tentang terapi ini, dan jika keluarga setuju
buat kontrak dengan keluarga yang meliputi pertemuan selama 6 sesi dan siapa
anggota keluarga yang akan mengikuti terapi ini adalah orang yang sama.
Kemudian terapis mengidentifikasi masalah klien dan keluarga secara terpisah,
hal ini dilakukan untuk mendapatkan persepsi yang sama. Setelah ditemukan
kesamaan dalam masalah yang dihadapi maka klien dan keluarga dapat
dipertemukan dalam terapi.

26
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang
adaptif (Prabowo,2014).
Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang
dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan
bersosialisasi dengann lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus
bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada
ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits. 2011).
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu dalam
konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses interpersonal.
Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara
terbuka dan interaksi keluarga secara sehat (Nasir dan Muhits, 2011) (Putrianti, 2017)

3.2 SARAN

27
Bagi petugas kesehata, dalam pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan
gangguan kejiwaan salah satu yang paling efektif yaitu dengan memberikan terapi keluarga.
Namun sebelum dilakukan terapi tersebut perawat perlu mempelajari konsep dan teori terapi
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Nasir, Abdul Dan Abdul Muhith.2011 .Dasar –Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar Dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika

Pardede, J. A. (2020). Terapi Keluarga. 2010, 1–17.

Putrianti, N. A. (2017). Program studi s-1 keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan
muhammadiyah ciamis 2017.

Prabowo, Eko. (2014). Konsep Dan Aplikasi: Asuhan Keperawata Jiwa. Yogyakarta:Nuha
Medika

Videbeck.S.L. 2008. Buku Ajaran Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

28

Anda mungkin juga menyukai