Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI BERBAGAI


RENTANG USIA

Dosen Pembimbing:
Hosnu Inayati, S.Kep, Ns., M.Kep.

Disusun oleh Kelompok 5 :


1. Dilla Safira (720621448)
2. Ayu Aprili Rizki (720621449)
3. Mamluatul Hasanah (720621509)
4. Aulia Putri Hendriani (720621463)
5. Abrori (720621511)
6. Raudlatul Kamilah (720621523)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan karunia-
Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah tentang komunikasi Terapeutik di Berbagai Rentang
Usia dan Kondisi Khusus. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan terapeutik. Selama menyelesaikan Makalah ini, penyusun tidak lepas dari
dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal mungkin. Penyusun menyadari adanya
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca yang budiman sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat.

Sumenep, 5 November 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................3
1.3 Tujuan .................................................................................................................3
1.4 Manfaat.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................4
2.1 Komunikasi Terapeutik Pada Usia 3-6 Tahun..........................................................4
2.2 Komunikasi Terapeutik Pada Usia 7-11 Tahun........................................................4
2.3 Komunikasi Terapeutik Pada Usia Remaja..............................................................5
2.4 Komunikasi Terapeutik Pada Usia Dewasa..............................................................7
2.5 Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lansia................................................................8
BAB IV PENUTUP............................................................................................................14
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................14
4.2 Saran.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan

terapeutik antara perawat-klien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat

kepada klien. Kelemahan dalam berkomunikasi masih menjadi masalah bagi perawat

maupun klien karena proses keperawatan tidak berjalan secara maksimal dan menyebabkan

ketidaknyamanan pada pasien. Pasien sering mengeluh terhadap pelayanan keperawatan

dimana pelayanan yang kurang memuaskan dan membuat pasien jadi marah, hal tersebut

terkadang disebabkan kesalahpahaman komunikasi dengan tenaga keperawatan yang tidak

mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien (Sya’diyah, 2013).

Komunikasi perawat yang baik, akan meningkatkan citra profesionalisme pada

dirinya. Sebaliknya, jika komunikasi perawat kurang baik, hal ini akan berimbas pada

penilaian klien terhadap perawat. Karena dalam komunikasi khususnya komunikasi

terapeutik ada beberapa karakteristik seorang perawat yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan permasalahan dan memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik.

Kejujuran (trustworthy) yang dimiliki oleh seorang perawat, ekspresif dalam dalam

menyampaikan pesan, bersifat positif sehingga pasien merasa diperhatikan, memiliki

sikap empati dan bukan simpati, mampu melihat permasalahn pasien dari sudut

pandang pasien, sensitif terhadap perasaan pasien, tidak terpengaruh oleh masa lalu

klien maupun diri perawat.

Perbedaan komunikasi individu setiap perawat memiliki dampak langsung

terhadap perilaku (Ivanovich, Konopaske, & Matteson, 2007). Gibson didalam Farida

(2011) menjelaskan ada tiga variabel yang berpengaruh terhadap perilaku dan kinerja

seseorang, salah satunya variabel individu. Kinerja perawat yang dimaksud salah

1
satunya adalah penerapan komunikasi terapeutik. Kinerja pekerjaan menurun seiring

bertambahnya usia. Usia juga mempengaruhi seseorang dalam berhubungan

intrapersonal. Pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda secara unik.

Secara fisik antara pria dan wanita berbeda, pola asuh berbeda, gaya bicara berbeda,

bahkan intonasi suara pun berbeda. Pendidikan berpengaruh pada pola pikir individu

dan pola pikir individu berpengaruh terhadap perilaku seseorang (Asmadi, 2008).

Lama kerja berpengaruh terhadap perawat dalam mengembangkan keterampilan

komunikasi karena pengalaman seumur hidup akan terus bertumbuh di sepanjang karir

profesionalnya (Sheldon, 2010).

Kemampuan berkomunikasi perawat yang baik berdampak langsung pada

kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan suatu tingkatan perasaan yang timbul

sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien tersebut

membandingkan dengan apa yang diharapkannya. Kondisi tersebut akan berdampak

tehadap rendahnya mutu pelayanan yang diberikan perawat dan beralihnya

kepercayaan pasien. Maka salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan

kesehatan secara menyeluruh tidak dapat lepas dari komunikasi terapeutik yang baik.

Terciptanya kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat mempunyai

hubungan yang erat dalam mendorong semangat dan usaha pasien untuk segera

sembuh dari sakitnya. Beberapa alasan mengapa kepuasan pasien perlu dilakukan

survei, antara lain : alasan yang pertama adalah penilaian kepuasan pasien

mengandung informasi yang bermanfaat mengenai struktur, proses dan pelayanan,

disamping itu penilaian tingkat kepuasan pasien merupakan tingkat evaluasi yang

unik. Alasan yang kedua adalah bahwa tingkat kepuasan pasien mempunyai sikap

produktif mengenai bagaimana pasien akan berprilaku (Machfoed 2009).

Komunikasi terapeutik tiap rentang usia itu berbeda. maka dari itu penulis

2
membahas tentang masalah ini supaya para perawat nantinya dapat memberikan

pelayanan yang baik pada pasien dari berbagai rentang usia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia 3-6 tahun?
2. Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia 7-11 tahun ?
3. Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia Remaja ?
4. Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia Dewasa?
5. Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia Lansia?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia 3-6 tahun
2. Untuk Mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia 7-11 tahun
3. Untuk Mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia Remaja
4. Untuk Mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia Dewasa
5. Untuk Mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia Lansia

1.4. Manfaat
Manfaat makalah ini adalah :
Dapat memberikan informasi dan refrensi bagi pembaca tentang komunikasi terapeutik terhda
berbagai rentang usia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Terapeutik Pada Usia 3-6 Tahun


Pada kelompok usia ini anak sudah mampu berkomunikasi secara verbal ataupun
Nonverbal anak sudah mampu menyatakan keinginan dengan menggunakan kata kata yang
sudah dikuasainya ini adalah Centris yaitu mereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan
dengan dirinya sendiri dan melihat sesuatu hanya berdasarkan sudut pandang nya sendiri
anak tidak mampu membedakan antara kenyataan dan fantasy sehingga tampak jika mereka
bicara akan banyak ditambah dengan obyek yang diceritakan. Contoh implementasi
komunikasi dalam keperawatan sebagai berikut:
a. Memberi tahu apa yang terjadi pada diri anak.
b. Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan yang digunakan.
c. Nada suara rendah dan bicara lambat jika anak tidak menjawab harus diulang lebih jelas
dengan pengarahan yang sederhana.
d. Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata kata jawab seperti kata-kata
“jawab dong”.
e. Mengalihkan aktivitas saat komunikasi misalnya dengan memberikan mainan saat
komunikasi.
f. Menghindari konfrontasi langsung.
g. Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak.
h. Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi karena bersalaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas.
i. Mengajak anak menggambar menulis atau bercerita untuk menggali perasaan dan fikiran
anak.

2.2 Komunikasi Terapeutik Pada Usia 7-11 Tahun


Pada masa ini, anak sudah mampu untuk memahami komunikasi penjelasan
sederhana yang diberikan. Pada masa ini, anak akan banyak mencari tahu terhadap hal-hal
baru dan akan belajar menyelesaikan masalah yang dihadapi nya berdasarkan pengetahuan
yang dimilikinya. Pada masa ini, anak harus difasilitasi untuk mengekspresikan rasa takut
rasa heran penasaran berani mengajukan pendapat dan melakukan klarifikasi terhadap hal
hal yang tidak jelas baginya. Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan sebagai
berikut:

4
a. Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik.
b. Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak.
c. Pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari obyek tertentu
sangat tinggi.
d. Jangan menyakiti atau mengancam sebut ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.

2.3 Komunikasi Terapeutik Pada Usia Remaja


Masa Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang
meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar
masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia tahun dan berakhir
pada usia tahun (Notoatdmojo, 2007).
Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa
anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12
tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Tahap tahap
Perkembangan Remaja Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap
perkembangan remaja:
a. Remaja awal (early adolescent) Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan - perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
b. Remaja madya (middle adolescent) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-
kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis
yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya,
selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana
peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau
materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex
(perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan
dengan kawan- kawan.
c. Remaja akhir (late adolescent) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: Minat yang makin mantap
terhadap fungsi-fungsi intelek. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-

5
orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru. Terbentuk identitas seksual yang
tidak akan berubah lagi. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. Tumbuh
dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum. Berkaitan
dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan
remaja serta ciri-cirinya.
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada
tiga tahap yaitu:
a. Masa remaja awal (10-12 tahun) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan
teman sebaya. Tampak dan merasa ingin bebas. Tampak dan memang lebih banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) Tampak dan ingin mencari identitas diri. Ada
keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. Timbul perasaan
cinta yang mendalam.
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) Menampakkan pengungkapan keebasan diri.
Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. Memiliki citra (gambaran, keadaan,
peranan) terhadap dirinya.

2.4 Komunikasi Terapeutik Pada Usia Remaja


Pneumonia dapat dicegah dengan melakukan beberapa tindakan berikut.
a. Menjalani vaksinasi
Vaksin merupakan salah satu langkah pencegahan pneumonia. Perlu diingat, vaksin
pneumonia bagi orang dewasa berbeda dengan vaksinasi pneumonia untuk anak-anak.
b. Menjaga daya tahan tubuh
Hal ini dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup sehat, seperti cukup beristirahat,
mengonsumsi makanan bergizi, dan rutin berolahraga.
c. Menjaga kebersihan
Contoh paling sederhana dari menjaga kebersihan adalah rajin mencuci tangan.
Biasakan untuk mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan hand sanitizer, dan
jangan menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci.
d. Tidak merokok
Kebiasaan merokok dan paparan asap rokok dapat membuat paru-paru rusak dan lebih
rentan terkena infeksi.

6
e. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
Kebiasaan mengonsumsi alkohol atau kecanduan alkohol juga bisa menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh lebih rentan mengalami penyakit infeksi,
termasuk pneumonia.
f. Menerapkan etika batuk dan bersin
Tutup mulut dengan tisu atau lengan ketika batuk atau bersin. Dengan menerapkan
cara ini, penyebaran infeksi dan penularan pneumonia dari satu orang ke orang
lainnya dapat dicegah.

2.4 Komunikasi Terapeutik Pada Usia Dewasa


Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu,
bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya, sehingga tidak
mudah untuk merubahnya. Pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan
bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak
sejalan dengan yang lama. Orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan
sesuatu. Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan
sesuatu yang baru untuk merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa, kalau ia
sendiri yang ingin belajar hal baru maka dia akan terdorong mengambil langkah untuk
mencapai sesuatu yang baru itu. Pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi
perasaan cinta kasih, minat dan permasalah dengan orang lain. Pada masa ini orang
dewasa mempunyai cara-cara tersendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain. Cara-
cara spesifik yang biasa mereka lakukan adalah terkait dengan pengetahuan, pengalaman,
sikap, kemapanan, harga diri dan aktualisasi dirinya.
a. Orang dewasa melakukan komunikasi berdasarkan pengetahuan pengalamannya
sendiri. Sikap perawat:
1) Menggunakan motivasi untuk mencari pengetahuan sendiri sesuai yang diinginkan.
2) Tidak perlu mengajari tetapi cukup memberikan motivasi untuk menggantikan
perilaku yang kurang tepat.
b. Berkomunikasi pada orang dewasa / lansia harus melibatkan perasaan dan pikiran.
Sikap perawat: Gunakan perasaan dan pikiran orang dewasa / lansia sebagai kekuatan
untuk merubah perilakunya.
c. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi pengalaman,
saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah. Sikap
perawat:

7
1) Bekerjasama dengan orang dewasa / lansia untuk menyelesaikan masalah
2) Memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan pengalaman dan
memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman tersebut
d. Suasana komunikasi pada orang dewasa dan lansia Disamping sikap, kita juga harus
memperhatikan atau mampu menciptakan suasana yang dapat mendorong efektifitas
komunikasi pada kelompok usia dewasa maupun lansia. Upayakan penciptaan suasana
komunikasi yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
e. Suasana hormat menghormati Orang dewasa dan lansia akan mampu berkomunikasi
dengan baik apabila

2.5 Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lansia


Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, kelemahan manusiawi dan sosial.
Usia tua dialami oleh para lansia dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut
yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai
masa hidup yang memberi mereka kesempatan untuk tumbuh berkembang dan berbakti .
Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan bersikap antara kepasrahan yang
pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. WHO mengelompokkan lansia
menjadi 4 kelompok yang meliputi:
a. Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun,
b. Elderly, antara 60-74 tahun
c. Usia antara 75-90 tahun
d. Very old, lebih dari 90 tahun
Sedangkan bila di klasifikasi lansia berdasarkan kronologis usia, yaitu:
a. Young old: 60-75 tahun,
b. Middle old: 75-84 tahun,
c. Old-old: >85 tahun.
Karakteristik lansia sering berhubungan dengan kemunduran fisik yang terjadi
dan Penyakit akibat proses menua. Untuk mempermudah memahami bagaimana
melakukan pendekatan maupun bagaimana strategi komunikasi pada lansia maka
perawat perlu tahu masalah dan penyakit yang sering dihadapi oleh lansia yaitu:
1) mudah jatuh
2) mudah lelah
3) nyeri dada

8
4) kekacauan mental
5) sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik
6) berdebar-debar (palpitasi)
7) pembengkakan kaki bagian bawah
8) nyeri pinggang atau punggung
9) nyeri pada sendi pinggul
10) berat badan menurun
11) sukar menahan buang air kecil (sering ngompol)
12) sukar menahan buang air besar
13) gangguan sulit tidur
14) keluhan perasaan dingin
15) kesemutan pada anggota badan
16) mudah gatal-gatal
17) keluhan pusing-pusing
18) sakit kepala Gangguan komunikasi pada lansia sering terjadi karena masalah-
masalah fisik yang dialami dan penurunan fungsi dari panca inderanya.
Komunikasi pada lansia merupakan permasalahan komplek dan heterogen
dibanding klien yang lebih muda. Latar belakang budaya sering mempengaruhi klien lansia
untuk mempersepsikan penyakit, kesediaan untuk mengikuti aturan rencana perawatan dan
pengobatan. Untuk mengurangi pengaruh negatif atau mengurangi hambatan-hambatan
yang terjadi maka diperlukan komunikasi yang efektif antara perawat dan klien. Berikut ini
akan dipaparkan bagaimana perawat dapat meningkatkan komunikasi pada klien lansia
sebagai bentuk pendekatan dalam melakukan komunikasi pada lansia, yaitu :
a. Buat suasana yang menyenangkan dan usahakan berhadapan langsung dengan klien
baik fisik maupun emosi.
b. Untuk memulai komunikasi berikan instruksi maupun informasi.
c. Tips yang bisa dipertimbangkan antara lain:
1) Beri waktu ekstra. Biasanya lansia menginginkan menerima informasi lebih
banyak dan lebih rinci dibanding klien yang lebih muda. Waktu ekstra
diberikan mengingat ada beberapa lansia yang kemungkinan cara
berkomunikasi kurang baik, kurang fokus sehingga membutuhkan waktu
yang lebih lama.
2) Hindari ketidak-pedulian. Klien lansia ingin merasakan bahwa perawat
menyediakan waktu yang berkualitas untuk klien. 60 detik pertama adalah

9
waktu untuk menciptakan kesan pertama dengan penuh perhatian.

10
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Komunikasi pada dasarnya harus memperhatikan kematangan orang atau
klien yang diajak berbicara berdasarkan tingkatan usia, dalam hal ini yaitu
kesempurnaan indera,
kesempurnaan dan kematangan otak, kematangan psikologi sehingga pada
akhirnya kita dapat menyesuaikan gaya bahasa, tekanan suara, dan jenis bahasa
yang kita gunakan
1.2 Saran
 Sebaiknya dalam melakukan komunikasi,kita harus bersikap ramah, sopan,
dan mampumenempatkan diri terhadap orang yang diajak berkomunikasi, dengan melihat
tingkatan usia, sosial, latar belakang,dan budayanya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. PT. Refika


Aditama : Bandung.

Darmojo, B. 2000. Geriatri. Ilmu Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta : FK UI.


Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pemantauan dan Penilaian Program
Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia Bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Komunitas.

Dewi. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia RT 02 RW 03 ke


posyandu lansia Kelurahan Karang Pilang Surabaya. Artikel Ilmiah
Keperawatan Universitas Surabaya.

Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta.


Hardywinoto, Setiabudhi. 2005. Panduan Gerontologi: Panduan dari Berbagai
Aspek, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hawari, Dadang, 2001, Mmanajemen Stres, Cemas dan Depresi, Jakarta: Balai
penerbit FKUI

Jannah, Rohmawati, dan Sulistiyani. 2015. Tingkat Konsumsi, Tingkat Aktifitas Fisik,
dan Status Gizi pada Lansia. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian. Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember.

Kuntjoro.2014. lansia dan Pekerjaan. Diakses : 7 November 2021 jam 12.18 WIB.
http://www.psychoshare.com/file-1049/psikologi-lansia/lansia-dan-
pekerjaan.html.
Abraham Wahyu Nugroho. (2009). Komunikasi interpersonal antara perawat dan
pasien.
Arlene H Spinner-gelfars. (2013). Using simulation to promote effective
communication with a diverse student population. Teaching and Learning in
Nursing, 8(3), 96–101. https://doi.org/10.1016/j.teln.2013.01.004
Bastable, S. . (2002). Perawat sebagai pendidik : prinsip-prinsip pengajaran dan
pembelajaran. Jakarta: EGC. Cristina.L.I.
Untung, S. & T. (2003). komuniaksi kebidanan. jakarta: EGC. Damayanti. (2008).
Komunikasi terapeutik dalam praktek keperawatan. Bandung: Refika Aditama.

12

Anda mungkin juga menyukai