Dosen Pembimbing:
Hosnu Inayati, S.Kep, Ns., M.Kep.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan karunia-
Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah tentang komunikasi Terapeutik di Berbagai Rentang
Usia dan Kondisi Khusus. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan terapeutik. Selama menyelesaikan Makalah ini, penyusun tidak lepas dari
dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal mungkin. Penyusun menyadari adanya
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca yang budiman sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
terapeutik antara perawat-klien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat
kepada klien. Kelemahan dalam berkomunikasi masih menjadi masalah bagi perawat
maupun klien karena proses keperawatan tidak berjalan secara maksimal dan menyebabkan
dimana pelayanan yang kurang memuaskan dan membuat pasien jadi marah, hal tersebut
dirinya. Sebaliknya, jika komunikasi perawat kurang baik, hal ini akan berimbas pada
Kejujuran (trustworthy) yang dimiliki oleh seorang perawat, ekspresif dalam dalam
sikap empati dan bukan simpati, mampu melihat permasalahn pasien dari sudut
pandang pasien, sensitif terhadap perasaan pasien, tidak terpengaruh oleh masa lalu
terhadap perilaku (Ivanovich, Konopaske, & Matteson, 2007). Gibson didalam Farida
(2011) menjelaskan ada tiga variabel yang berpengaruh terhadap perilaku dan kinerja
seseorang, salah satunya variabel individu. Kinerja perawat yang dimaksud salah
1
satunya adalah penerapan komunikasi terapeutik. Kinerja pekerjaan menurun seiring
intrapersonal. Pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda secara unik.
Secara fisik antara pria dan wanita berbeda, pola asuh berbeda, gaya bicara berbeda,
bahkan intonasi suara pun berbeda. Pendidikan berpengaruh pada pola pikir individu
dan pola pikir individu berpengaruh terhadap perilaku seseorang (Asmadi, 2008).
komunikasi karena pengalaman seumur hidup akan terus bertumbuh di sepanjang karir
kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan suatu tingkatan perasaan yang timbul
sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien tersebut
kepercayaan pasien. Maka salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan secara menyeluruh tidak dapat lepas dari komunikasi terapeutik yang baik.
hubungan yang erat dalam mendorong semangat dan usaha pasien untuk segera
sembuh dari sakitnya. Beberapa alasan mengapa kepuasan pasien perlu dilakukan
survei, antara lain : alasan yang pertama adalah penilaian kepuasan pasien
disamping itu penilaian tingkat kepuasan pasien merupakan tingkat evaluasi yang
unik. Alasan yang kedua adalah bahwa tingkat kepuasan pasien mempunyai sikap
Komunikasi terapeutik tiap rentang usia itu berbeda. maka dari itu penulis
2
membahas tentang masalah ini supaya para perawat nantinya dapat memberikan
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia 3-6 tahun
2. Untuk Mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia 7-11 tahun
3. Untuk Mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia Remaja
4. Untuk Mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia Dewasa
5. Untuk Mengetahui Bagaimana komunikasi terapeutik pada usia Lansia
1.4. Manfaat
Manfaat makalah ini adalah :
Dapat memberikan informasi dan refrensi bagi pembaca tentang komunikasi terapeutik terhda
berbagai rentang usia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
a. Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik.
b. Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak.
c. Pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari obyek tertentu
sangat tinggi.
d. Jangan menyakiti atau mengancam sebut ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
5
orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru. Terbentuk identitas seksual yang
tidak akan berubah lagi. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. Tumbuh
dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum. Berkaitan
dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan
remaja serta ciri-cirinya.
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada
tiga tahap yaitu:
a. Masa remaja awal (10-12 tahun) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan
teman sebaya. Tampak dan merasa ingin bebas. Tampak dan memang lebih banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) Tampak dan ingin mencari identitas diri. Ada
keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. Timbul perasaan
cinta yang mendalam.
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) Menampakkan pengungkapan keebasan diri.
Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. Memiliki citra (gambaran, keadaan,
peranan) terhadap dirinya.
6
e. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
Kebiasaan mengonsumsi alkohol atau kecanduan alkohol juga bisa menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh lebih rentan mengalami penyakit infeksi,
termasuk pneumonia.
f. Menerapkan etika batuk dan bersin
Tutup mulut dengan tisu atau lengan ketika batuk atau bersin. Dengan menerapkan
cara ini, penyebaran infeksi dan penularan pneumonia dari satu orang ke orang
lainnya dapat dicegah.
7
1) Bekerjasama dengan orang dewasa / lansia untuk menyelesaikan masalah
2) Memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan pengalaman dan
memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman tersebut
d. Suasana komunikasi pada orang dewasa dan lansia Disamping sikap, kita juga harus
memperhatikan atau mampu menciptakan suasana yang dapat mendorong efektifitas
komunikasi pada kelompok usia dewasa maupun lansia. Upayakan penciptaan suasana
komunikasi yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
e. Suasana hormat menghormati Orang dewasa dan lansia akan mampu berkomunikasi
dengan baik apabila
8
4) kekacauan mental
5) sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik
6) berdebar-debar (palpitasi)
7) pembengkakan kaki bagian bawah
8) nyeri pinggang atau punggung
9) nyeri pada sendi pinggul
10) berat badan menurun
11) sukar menahan buang air kecil (sering ngompol)
12) sukar menahan buang air besar
13) gangguan sulit tidur
14) keluhan perasaan dingin
15) kesemutan pada anggota badan
16) mudah gatal-gatal
17) keluhan pusing-pusing
18) sakit kepala Gangguan komunikasi pada lansia sering terjadi karena masalah-
masalah fisik yang dialami dan penurunan fungsi dari panca inderanya.
Komunikasi pada lansia merupakan permasalahan komplek dan heterogen
dibanding klien yang lebih muda. Latar belakang budaya sering mempengaruhi klien lansia
untuk mempersepsikan penyakit, kesediaan untuk mengikuti aturan rencana perawatan dan
pengobatan. Untuk mengurangi pengaruh negatif atau mengurangi hambatan-hambatan
yang terjadi maka diperlukan komunikasi yang efektif antara perawat dan klien. Berikut ini
akan dipaparkan bagaimana perawat dapat meningkatkan komunikasi pada klien lansia
sebagai bentuk pendekatan dalam melakukan komunikasi pada lansia, yaitu :
a. Buat suasana yang menyenangkan dan usahakan berhadapan langsung dengan klien
baik fisik maupun emosi.
b. Untuk memulai komunikasi berikan instruksi maupun informasi.
c. Tips yang bisa dipertimbangkan antara lain:
1) Beri waktu ekstra. Biasanya lansia menginginkan menerima informasi lebih
banyak dan lebih rinci dibanding klien yang lebih muda. Waktu ekstra
diberikan mengingat ada beberapa lansia yang kemungkinan cara
berkomunikasi kurang baik, kurang fokus sehingga membutuhkan waktu
yang lebih lama.
2) Hindari ketidak-pedulian. Klien lansia ingin merasakan bahwa perawat
menyediakan waktu yang berkualitas untuk klien. 60 detik pertama adalah
9
waktu untuk menciptakan kesan pertama dengan penuh perhatian.
10
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Komunikasi pada dasarnya harus memperhatikan kematangan orang atau
klien yang diajak berbicara berdasarkan tingkatan usia, dalam hal ini yaitu
kesempurnaan indera,
kesempurnaan dan kematangan otak, kematangan psikologi sehingga pada
akhirnya kita dapat menyesuaikan gaya bahasa, tekanan suara, dan jenis bahasa
yang kita gunakan
1.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan komunikasi,kita harus bersikap ramah, sopan,
dan mampumenempatkan diri terhadap orang yang diajak berkomunikasi, dengan melihat
tingkatan usia, sosial, latar belakang,dan budayanya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia Bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Komunitas.
Hawari, Dadang, 2001, Mmanajemen Stres, Cemas dan Depresi, Jakarta: Balai
penerbit FKUI
Jannah, Rohmawati, dan Sulistiyani. 2015. Tingkat Konsumsi, Tingkat Aktifitas Fisik,
dan Status Gizi pada Lansia. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian. Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember.
Kuntjoro.2014. lansia dan Pekerjaan. Diakses : 7 November 2021 jam 12.18 WIB.
http://www.psychoshare.com/file-1049/psikologi-lansia/lansia-dan-
pekerjaan.html.
Abraham Wahyu Nugroho. (2009). Komunikasi interpersonal antara perawat dan
pasien.
Arlene H Spinner-gelfars. (2013). Using simulation to promote effective
communication with a diverse student population. Teaching and Learning in
Nursing, 8(3), 96–101. https://doi.org/10.1016/j.teln.2013.01.004
Bastable, S. . (2002). Perawat sebagai pendidik : prinsip-prinsip pengajaran dan
pembelajaran. Jakarta: EGC. Cristina.L.I.
Untung, S. & T. (2003). komuniaksi kebidanan. jakarta: EGC. Damayanti. (2008).
Komunikasi terapeutik dalam praktek keperawatan. Bandung: Refika Aditama.
12