Anda di halaman 1dari 20

KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN KEBUTUHAN

KHUSUS

Di susun guna memenuhi tugas Komunikasi Keperawatan

Dosen Pengampu :

HJ. Robi’ah S.Kep., Ners., MSI

Di Susun Oleh :

Ajijah Yusriani
Difa Nur Fadillah
Haisam Maulana
M. Fikri Ramdani
Revalina
Farhan Muhamad
D3 Keperawatan Tingkat 1

PROGAM STUDI KEPERAWATAN

SITIKES LENGGOGENI SEHATI NDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis penjatkan kehadirat Allah Swt. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan
dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
...... . Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai kepada penulis sehingga makalah ini dapat penulis susun melalui beberapa
sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan penulis semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi penulis, dosen pengampu mata kuliah ....... dan juga kepada teman-
teman seperjuangan yang membantu penulis dalam berbagai hal. Harapan penulis,
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah penulis selanjutnya.

Demikian makalah ini penulis buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang penulis angkat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca
agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Karawang, 23 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………..………...………………………….……………i
DAFTAR ISI……………………………...……….………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN…………….......………………………………………………1
1.1 Latar Belakang…..….…………………….…………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Definisi Komunikasi ........................................................................................... 3
2.2 Definisi Pasien Berkebutuhan Khusus ................................................................ 3
2.3 Definisi Komunikasi Terapeutik ......................................................................... 4
2.4 Tujuan Komunikasi Terapeutik .......................................................................... 4
2.5 Tahapan Komunikasi terapeutik ......................................................................... 4
2.6 Teknik Komunikasi Terapeutik .......................................................................... 7
2.7 Cara Berkomunikasi dengan Pasien Berkebutuhan Khusus ............................... 9
2.7.1 Klien dengan Gangguan Penglihatan .............................................................. 9
2.7.2 Klien dengan Gangguan Pendengaran .......................................................... 11
2.7.3 Klien dengan Gangguan Tuna Wicara .......................................................... 12
2.7.4 Klien dengan Keadaan Tidak Sadar .............................................................. 13
2.7.5 Klien dengan Kematangan Kognitif.............................................................. 14
2.7.6 Klien Halusinasi ............................................................................................ 14
2.7.7 Klien dengan Bebahasa Asing ...................................................................... 15
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 16
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ilmu Kesehatan, komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan peranan
perawat sebagai petugas kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa
lepas dari kegiatan komunikasi. Sehingga sekarang ilmu komunikasi
berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi
kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia
masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit. Tanpa
mengutamakan perhatian pada pengguna praktis dari pengetahuan tersebut atau
partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki
derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan
timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataan memang komunikasi
secara mutlak merupakan bagian intergral dari kehidupan kita, tidak kecuali
perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain.
Seperti pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif
dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena
komunikasi mencakup pencapaian informasi, pertukaran pikiran dan perasaan.
Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan komitmen
yang tulus pada pihak perawat untuk klien mencapai keberhasilan keperawatan
bersama. Komunikasi yang berlangsung ditatanan kelompok ataupun
komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan
oleh petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.
Komunikasi juga dapat dilakukan pada pasien berkebutuhan khusus.
Pasien berkebutuhan khusus adalah seseorang dengan karakteristik yang
berbeda dengan orang pada umum nya tanpa selalu menunjukka pada
ketidakmampuan mental, esmosi atau fisik. Istilah lain bagi pasien

1
berkebutuhan khusus adalah orang luar biasa dan orang cacat. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimiliki mereka memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi komunikasi ?
2. Apa definisi pasien berkebutuhan khusus ?
3. Apa definisi komunikasi terapeutik ?
4. Apa tujuan komunikasi terapeutik ?
5. Bagaimana tahapan komunikasi terapeutik ?
6. Apa saja teknik komunikasi terapeutik ?
7. Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien berkebutuhan khusus ?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui dan memahami definisi komunikasi.
2 Untuk mengetahui dan memahami definisi pasien berkebutuhan khusus,
3 Untuk mengetahui dan memahami definisi komunikasi terapeutik.
4 Untuk mengetahui dan memahami tujuan komunikasi terapeutik.
5 Untuk mengetahui dan memahami tahapan komunikasi terapeutik.
6 Untuk mengetahui dan memahami teknik komunikasi terapeutik.
7 Untuk megetahui dan memahami cara berkomunikasi dengan pasien
berkebutuhan khusus,

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi


Menurut Kreitner dan Kinicki (2010) dalam Wibowo (2012 : 165)
komunikasi adalah pertukaran informasi antara sender kepada receiver, dan
menarik kesimpulan sebagai persepsi tentang makna sesuatu antara individual
yang terlibat. Juga dikatakan sebagai pertukaran interpersonal dari informasi
dan penegertian.
Raymon S. Ross (dalam Sinambela, 2012. 551) mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-
simbol sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari
pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.
Dalam buku Dinamika Komunikasi (Effendy : 2015), komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada oaring lain untuk
memberi tahu atau untuk mengubah sikap dan perilaku, baik langsung secara
lisan, maupun tidak langsung melalui media.

2.2 Definisi Pasien Berkebutuhan Khusus


Pasien berkebutuhan khusus adalah seseorang dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan orang pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidak mampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam pasien
berkebutuhan khusus antara lain : klien dengan gangguan penglihatan, klien
dengan gangguan pendengaran, klien dengan gangguan tuna wicara, klien
dengan keadaan tidak sadar, klien dengan gangguan kematangan kognitif, klien
dengan berbahasa asing. Istilah lain bagi pasien berkebutuhan khusus adalah
orang luar biasa dan orang cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang
dimiliki, mereka memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, comntohnya bagi tuna
netra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan
tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

3
2.3 Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat
dengan klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling
memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk
membantu mengatasi masalah klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan
klien (Tri Anjaswarni, 2016).
Menurut Yubiliana (2017), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
terjalin dengan baik, komunikatif dan bertujuan untuk menyembuhkan atau
setidaknya dapat melegakan serta dapat membuat pasien merasa nyaman dan
akhirnya mendapatkan kepuasan.
Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan perawat dengan
paasien yang dirancang untuk mencapai tujuan therapy dalam mencapai tingkat
kesembuhan yang optimal dan efektif dengan harapan lama hari rawat pasien
menjadi pendek dan dipersingkat (Muhith & Siyoto, 2018).

2.4 Tujuan Komunikasi Terapeutik


(Tri Anjaswani, 2016) berdasarkan definisi komunikasi terapeutik berikut
adalah tujuan komunikasi terapeutik :
a. Membantu mengatasi masalah klien untuk mengurangi beban perasaan dan
pikiran.
b. Membantu mengambil Tindakan yang efektif untuk klien atau pasien.
c. Memperbaiki pengalaman emosional klien.
d. Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.

2.5 Tahapan Komunikasi terapeutik


Tahapan (Fase) Hubungan dan Komunikasi Terapeutik Perawat Klien (Tri
Anjaswarni, 2016) :
1. Fase Pra Interaksi
Fase ini merupakan fase persiapan yang dapat dilakukan perawat
sebelum berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien. Pada fase ini,
perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri, serta

4
menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional diri. Perawat juga
mendapatkan data tentang klien dan jika memungkinkanmerencanakan
pertemuan pertama dengan klien. Perawat dapat bertanya kepada dirinya
untuk mengukur kesiapan berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien.
Contoh pertanyaan perawat kepada diri sendiri sebagai berikut:
a. Apa yang akan saya tanyakan saat bertemu nanti?
b. Bagaimana respons saya selanjutnya?
c. Adakah pengalaman interaksi yang tidak menyenangkan?
d. Bagaimana tingkat kecemasan saya?
2. Fase Orientasi
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang
bertujuan untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase
selanjutnya. Pada fase ini, perawat dapat :
a. memulai hubungan dan membina hubungan saling percaya. Kegiatan
ini mengindikasi kesiapan perawat untuk membantu klien;
b. memperjelas keluhan, masalah, atau kebutuhan klien dengan
mengajukan pertanyaan tentang perasaan klien; serta
c. merencanakan kontrak/kesepakatan yang meliputi lokasi, kapan, dan
lama pertemuan; bahan/materi yang akan diperbincangkan; dan
mengakhir hubungan sementara.
Tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase orientasi
ini sebagai berikut :
1) Memberikan salam terapeutik
Contoh: “Assalamualaikum, selamat pagi”, dan sebagainya.
2) Evaluasi dan validasi perasaan klien
Contoh: “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ibu tampak segar hari ini”.
3) Melakukan kontrak hubungan dengan klien meliputi kontrak tujuan
interaksi, kontrak waktu, dan kontrak tempat.
Contoh: “Tujuan saya datang ke sini adalah membantu Ibu
menemukan masalah yang membuat Ibu selalu merasa tidak nyaman
selama ini”, “Menurut Ibu, berapa lama waktu yang akan kita

5
butuhkan untuk tujuan ini? Bagaimana kalau 15 menit?”, “Untuk
tempat di dalam ruang ini saja atau di taman belakang?”.
3. Fase Kerja
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas hubungan
perawat klien dalam asuhan keperawatan. Selama berlangsungnya fase
kerja ini, perawat tidak hanya mencapai tujuan yang telah diinginkan
bersama, tetapi yang lebih bermakna adalah bertujuan untuk
memandirikan klien. Pada fase ini, perawat menggunakan teknik-teknik
komunikasi dalam berkomunikasi dengan klien sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan (sesuai kontrak).
Contoh: “Saya akan memasukkan jarum infus ini ke pembuluh darah di
tangan ibu”, “Ibu akan merasakan sakit sedikit dan tidak perlu khawatir”.
4. Fase Terminasi
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan
ungkapan perasaannya. Selanjutnya perawat merencanakan tindak lanjut
pertemuan dan membuat kontrak pertemuan selanjutnya bersama klien.
Ada tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase terminasi
ini, yaitu melakukan evaluasi subjektif dan objektif; merencanakan tindak
lanjut interaksi; dan membuat kontrak dengan klien untuk melakukan
pertemuan selanjutnya. Contoh komunikasi dalam fase terminasi ini
sebagai berikut :
1) Evaluasi subjektif dan objektif
a. “Bagaimana perasaan Ibu setelah kita diskusi tentang masalah
yang Ibu hadapi?”.
b. “Coba sebutkan masalah yang Ibu hadapi terkait dengan keluarga
Ibu” Rencana tindak lanjut.
2) Rencana tindak lanjut
“iyBaik, Ibu, saya cukupkan pertemuan kita hari ini, tidak terasa
bahwa waktu kita sudah berlangsung 15 menit. Rencana selanjutnya

6
setelah ini adalah menemukan alternatif penyelesaian masalah yang
Ibu hadapi dan pengambilan keputusan untuk solusi.”
3) Kontrak yang akan datang
“Terkait dengan rencana tersebut, saya akan datang lagi besok hari
Selasa pukul 09.00, saya akan datang di tempat ini lagi. Selamat
istirahat dan assalamualaikum, selamat siang.”

2.6 Teknik Komunikasi Terapeutik


Adapun teknik-teknik komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan diri
Untuk poin ini dapat memperkenalkan diri dengan nama panggilan
dan tidak lupa mengucapkan salam
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Mendengarkan dengan penuh perhatian menjadi dasar utama dalam
membina hubungan saling percaya. Dengan mendengarkan setiap keluhan
yang ada pada pasien, pasien akan merasa nyaman dan menjadi percaya
pada perawat. Selain itu perawat juga bisa mendapatkan data yang
dibutuhkan.Pada saat kita menjadi pendengar, selalu tatap mata klien serta
selalu jaga ekspresi kita dengan ekspresi yang menyenangkan.
3. Memberikan pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya dan kita mendapatkan data yang belum kita
dapatkan. Hindari memberikan pertanyaan tertutup karena akan
memutuskan klien dalam mengungkapkan perasaannya.
4. Mengulang
Maksud dari mengulang disini adalah untuk memastikan pokok dari
isi pembicaraan klien. Mengulang pernyataan pasien ini dengan kata-kata
atau bahasa perawat sendiri, dan bisa juga sebagai tanda bahwa perawat
mengikuti alur pembicaraan pasien.

7
5. Mengklarifikasi
Pentingnya mengklarifikasi disini adalah untuk memastikan apa yang
membuat perawat ragu, tidak jelas, atau tidak terdengar. Dan bisa juga
untuk mendapatkan informasi yang tidak lengkap akibat dari klien yang
malu untuk mengungkapkannya.
6. Memfokuskan pembicaraan
Pentingnya memfokuskan topik pembicaraan adalah agar tujuan yang
ingin dicapai dapat dipahami dengan jelas dan spesifik, sehingga topiknya
menjadi lebih penting.
7. Refleksi
Mengembalikan ide yang muncul dari klien, bisa dengan memberikan
respon tidak setuju ataupun setuju dengan isi pembicaraan klien. Pada
teknik ini hindari untuk mengulang terlalu sering.
8. Diam
Teknik diam ini adalah memberi kesempatan pada klien untuk
berpikir dan mengepresikan perasaannya.
9. Memberi informasi
Pada sela-sela pembicaraan antara perawat dan pasien selalu berikan
informasi atau edukasi mengenai kesehatan klien, serta memberikan
informasi fakta dari kondisi kesehatan klien.
10. Memberikan saran
Setelah melalui tahapan pembicaraan, perawat dapat memberikan
saran dalam pemecahan masalah yang ada.
11. Sentuhan
Sentuhan merupakan hal yang wajib diperhatikan norma sosialnya.
Tidak boleh sembarangan dalam melakukan sentuhan terutama pada lain
jenis dan pada area tertentu. Sentuhan ini dapat bermakna sebagai tanda
rasa kasih dan sayang serta dukungan emosional. Jika sudah menjalin
hubungan saling percaya yang kuat barulah boleh melakukan sentuhan
seperti pada tangan maupun Pundak

8
12. Humor
Humor disini dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan, tetapi tetap
perhatikan dalam penggunaan humornya karena tidak semua bisa
dijadikan humor. Kita juga harus selalu memperhatikan respon dari pasien
untuk humor yang kita berikan ya.

2.7 Cara Berkomunikasi dengan Pasien Berkebutuhan Khusus


2.7.1 Klien dengan Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ,
misal, kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupum kerusakan
korena, serta kerusakan sarafpenghantar impuls menuju otak. Kerusakan
di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak.
Semua ini mengakibatkan penurunan visus sehingga dapat menyebabkan
kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan visual,
kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat
bergantung pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh karena itu, komunikasi dilakukan harus mengoptimalkan
fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat
mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat di transfer melalui
indra lainnya.
a. Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama
berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan:
1) Sedapat mungkin mengambil posisi yang dapat dilihat klien bila
ia mengalami kebutaan persial atau sampaikan secara verbal
keberadaan atau kehadiran kita ketika berada didekat nya.
2) Identifikasi diri dengan menyebut nama (dan peran) kita
berbicara menggunakan nada suara normal karena tidak
memungkikannya menerima pesan verbal secara visual.

9
3) Nada suara kita memegang peranan besar dan bermakna bagi
klien.
4) Terangkan alasan kita menyentuh atau mengucapkan kata-kata
sebelum melakukan sentuhan pada klien.
5) Informasikan kepada klien ketika kita akan meninggalkannya
atau memutus komunikasi.
6) Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar
disekitarnya.
7) Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien pindah ke
lingkuan atau ke ruangan yang baru.
b. Syarat-Syarat Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan gangguan
sensori penglihatan perawat dituntut untuk menjadi komunikator
yang baik sehingga terjadi hubungan terapeutik yang efektif antara
perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat
dalam berkomunikasi dengan pasien gangguan sensori penglihatan
adalah :
1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara
penyampaian, dan salurannya harus dipersiapkan terlebih dahulu
secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi
tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau
serius.
3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau
pesan kepada indivisu lain pemberi informasi harus merasa yakin
bahwa apa yang disampaikan itu meruapakan sesuatu yang baik
dan memang perlu serta berguna untuk pasien.
4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan
diri maka hal ini sangat berpengaruh pada cara penyampaian
kepada pasien.

10
5. Letenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan
disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun
memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan
maka informasi akan lebih jelas baik dan lancer.
6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci
sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang
tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang.
7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi,
sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan
penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan
tetapi jika diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka
akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.
c. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
Agar komunikasi dengan orang gangguan sensori penglihatan
dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam berkomunikasi pertimbangan isi dan nada suara.
2. Periksa lingkungan fisik.
3. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi.
4. Komunikasi secara singkat
5. Komunikasi hal-hal yang berharga saja.
6. Dalam merencanakan komunikasi, berkonsultasilah dengan
pihak lain agar memperoleh dukungan.

2.7.2 Klien dengan Gangguan Pendengaran


Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang
paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan
bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari
gerak bibir lwan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi
klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap
dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.

11
Tektik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan
gangguan pendengaran, antara lain:
1. Orientasikan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau
meposisikan diri di depan klien.
2. Gunakan Bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan
untuk memudahkan klien membaca gerakbibir
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan
pertahankan sikap tubuh dan mimic wajah yang lazim.
4. Jangan melakukan pembicaraan ketika sedang mengunyah sesuatu
(permen karet).
5. Bila mungkin gunakan Bahasa pantomin dengan gerakan sederhana
dan wajar.
6. Gunakan bahasa isyarat atau Bahasa jari bila anda bisa dan
diperlukan.
7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah
sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).

2.7.3 Klien dengan Gangguan Tuna Wicara


Tuna wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan
pita suara, ataupun gangguan persyarfan. Berkomunikasi dengan klien
tuna wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan
ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan wicara umum
nya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat
atau menggunakan tulisan atau gambar.
Pada saat berkomunikasi dengan klien gangguan wicara, hal-hal
berikut yang perlu diperhatikan :
a. Perawat benar-benar memperhatikan mimic dan gerak bibir klien
b. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang
Kembali kata-kata yang diucapkan klien.
c. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak
topik.

12
d. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan
pelan.
e. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat
diterima dengan baik.
f. Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
g. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa
berkomunikasi lisan dengan klien untuk menjadi mediator
komunikasi.

2.7.4 Klien dengan Keadaan Tidak Sadar


Ketidak sadaran mengakibatkan fungsi sensorik dan motoric klien
mengalami penurunan sehingga sering kali stimulus dari luar tidak dapat
diterima klien dan klien tidak dapat merespon kembali stimulus tersebut.
Kedaan tidak sadar dapat terjadi akibat gangguan organic pada otak,
trauma otak yang berat, syok, pingsan, kondisi tidur dan narkose, ataupun
gangguan berat yang terkait dengan penyakit tertentu. Sering kali timbul
pertanyaan tentang perlu tidak nya perawat berkomunikasi dengan klien
yang mengalami gangguan kesadaran ini. Bagaimanapun, secara etika
penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan mengharuskan penerapan
komunikasi pada klien dengan gangguan kesadara,
Pada saat berkomunikasi dengan klien gangguan kesadaran, hal-hal
berikut perlu diperhatikan :
a. Berhati-hati ketika melakukan pembicaraan verbal dekat klien karena
ada keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terakhir
yang mengalami penurunan penerimaan rangsagan pada individu
yang tidak sadar dan yang menjadi pertama kali berfungsi pada waktu
sadar.
b. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan kita.
Usahakan mengucapkan kata dengan menggunakan nada normal dan
memperhatikan materi ucapan yang kita sampaikan di dekat klien.

13
c. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini
dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada
klien dengan penurunan kesadaran.
d. Usahakan menggunakan gerakan pantomime untuk membantu klien
pada komunikasi yang dilakukan.

2.7.5 Klien dengan Kematangan Kognitif


Berbagai kondisi dapat mengakibatkan gangguan kematangan
kognitif, antara lain akibat penyakit : retardasi mental, syndrome down,
ataupun situasi sosial, misal, pendidikan yang rendah, kebudayaan
primitife, dan sebagainya. Dalam berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan kematangan sebaiknya anda memperhatikan
prinsip komunikasi bahwa komunikasi dilakukan dengan pendekatan
komunikasi efektif, yaitu mengikuti kaidah sesuai kemampuan audience
(capability of audience) sehingga komunikasi dapat berlangsung lebih
efektif.
Komunikasi dengan klien yang mengalami gangguan kematangan
kognitif :
1. Berbicara dengan tema jelas dan terbatas.
2. Hindari menggunakan istilah yang membingungkan klien, usahakan
menggunakan kata pengganti yang lebih mudah dimengerti, contoh,
atau gambar dan simbol,
3. Berbicaralah dengan menggunakan nada yang relatif datar dan pelan.
4. Apabila perlu melakukan pengulangan dan tanyakan Kembali pesan
untuk memastikan Kembali maksud pesan sudah diterima
5. Berhati-hatilah dalam menggunakan teknik komunikasi non-verbal
karena dapat menimbulkan interprestasi yang berbeda pada klien.
2.7.6 Klien Halusinasi
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengobrol diri dan
sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus
mempuyai kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan

14
mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya
secara teraupetik. Dalam beromunikasi dengan klien yang mengalami
halusinasi perawat harus bersifat jujur, empati, terbuka dan selalu
memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal
halusinsi yang klien alami.
Berikut teknik komunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
halusinasi :
1. Salam, sapa klien dengan klien, panggil nama klien, jujur atau tepat
janji, empati dan menghargai.
2. Diskusikan hasil observasi klien, tanpa menyangkal menyokong
halusinasinya.
3. Hadirkan realita kontak yang singkat dan sering, tpoik yang singkat
(menghadirkan realitas)
4. Terima halusinasi klien dengan “saya percaya anda mendengar suara
itu, saya sendiri tidak mendengar”. Dorong untuk mengungkapkan
persaan dengan tenang, perawat hangat, empati dan kalem.
5. Hati-hati, space (melindungi klien dan orang lain dari bahaya)

2.7.7 Klien dengan Bebahasa Asing


Melakukan komunikasi dengan klien yang berbahasa asing dapat
menimbulkan gangguan komunikasi di tongkat kognitif, karena ada
perbedaan pengetahuan tentang penguasaan dan pembedaharaan kata
serta kultur komunikasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berkomunikasi dengan
klien yang menggunakan bahasa asing, antara lain :
a. Usahakan menggunakan penerjemah (bila memungkinkan).
b. Usahakan menggunakan kamus untuk menerjemahkan kata-kata.
c. Usahakan berbicara dengan menggunakan bahasa yang sederhana
dan menggunakan nada suara normal
d. Usahakan menggunakan gerakan pantomime untuk membantu
melakukan komunikasi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang dilakukan oleh
seseorang kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan persamaan
pikiran anatar pengirim dan penerima pesan.
Komunikasi terapeutik sendiri maksudnya adalah komunikasi yang
dilakukan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien.
Beberapa kriteria pasien dengan yang berkebutuhan khusus yaitu
diantaranya : klien dengan gangguan penglihatan, klien dengan gangguan
pendengaran, klien dengan gangguan tuna wicara, klien dengan keadaan tidak
sadar, klien dengan gangguan kematangan kognitif, klien dengan berbahasa
asing. Istilah lain bagi pasien berkebutuhan khusus adalah orang luar biasa dan
orang cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, mereka
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka

3.2 Saran
Perawat harus bisa menghadapi pasien berkebutuhan khusus. Walaupun
pasien mempunyai kekurangan atau kecacatan perawat harus merawat klien
dengan baik dan mengetahui teknik-teknik komunikasi yang harus diperhatikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Https://Komunikasi Dengan Kelompok Kebutuhan Khusus-jerry


Adrianto.htm (Diakses pada tanggal 06 Mei 2023. 15.30)
Https://Komunikasi/Sayid Bongkem Tulen Komunikasi Keperawatan
Pada Klien Khusus.htm (Diakses Pada Tnggal 06 Mei 2023.
15.30)
Https://Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Dengan
Gangguan Penglihatan_flloraliwu.thm (Diakses Pada Tanggal
06 Mei 2023 Pukul 16.00)
Https://The Colour of Rainbow Makalah Komunikasi Kepada Klien
Dengan Gangguan Pendengaran.htm (Diakses Pada Tanggal 07
Mei 2023 Pukul 13.00)

17

Anda mungkin juga menyukai