KHUSUS
Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
Ajijah Yusriani
Difa Nur Fadillah
Haisam Maulana
M. Fikri Ramdani
Revalina
Farhan Muhamad
D3 Keperawatan Tingkat 1
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis penjatkan kehadirat Allah Swt. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan
dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
...... . Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai kepada penulis sehingga makalah ini dapat penulis susun melalui beberapa
sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan penulis semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi penulis, dosen pengampu mata kuliah ....... dan juga kepada teman-
teman seperjuangan yang membantu penulis dalam berbagai hal. Harapan penulis,
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah penulis selanjutnya.
Demikian makalah ini penulis buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang penulis angkat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca
agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………..………...………………………….……………i
DAFTAR ISI……………………………...……….………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN…………….......………………………………………………1
1.1 Latar Belakang…..….…………………….…………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Definisi Komunikasi ........................................................................................... 3
2.2 Definisi Pasien Berkebutuhan Khusus ................................................................ 3
2.3 Definisi Komunikasi Terapeutik ......................................................................... 4
2.4 Tujuan Komunikasi Terapeutik .......................................................................... 4
2.5 Tahapan Komunikasi terapeutik ......................................................................... 4
2.6 Teknik Komunikasi Terapeutik .......................................................................... 7
2.7 Cara Berkomunikasi dengan Pasien Berkebutuhan Khusus ............................... 9
2.7.1 Klien dengan Gangguan Penglihatan .............................................................. 9
2.7.2 Klien dengan Gangguan Pendengaran .......................................................... 11
2.7.3 Klien dengan Gangguan Tuna Wicara .......................................................... 12
2.7.4 Klien dengan Keadaan Tidak Sadar .............................................................. 13
2.7.5 Klien dengan Kematangan Kognitif.............................................................. 14
2.7.6 Klien Halusinasi ............................................................................................ 14
2.7.7 Klien dengan Bebahasa Asing ...................................................................... 15
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 16
3.1 Simpulan ........................................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
berkebutuhan khusus adalah orang luar biasa dan orang cacat. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimiliki mereka memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka.
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui dan memahami definisi komunikasi.
2 Untuk mengetahui dan memahami definisi pasien berkebutuhan khusus,
3 Untuk mengetahui dan memahami definisi komunikasi terapeutik.
4 Untuk mengetahui dan memahami tujuan komunikasi terapeutik.
5 Untuk mengetahui dan memahami tahapan komunikasi terapeutik.
6 Untuk mengetahui dan memahami teknik komunikasi terapeutik.
7 Untuk megetahui dan memahami cara berkomunikasi dengan pasien
berkebutuhan khusus,
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat
dengan klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling
memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk
membantu mengatasi masalah klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan
klien (Tri Anjaswarni, 2016).
Menurut Yubiliana (2017), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
terjalin dengan baik, komunikatif dan bertujuan untuk menyembuhkan atau
setidaknya dapat melegakan serta dapat membuat pasien merasa nyaman dan
akhirnya mendapatkan kepuasan.
Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan perawat dengan
paasien yang dirancang untuk mencapai tujuan therapy dalam mencapai tingkat
kesembuhan yang optimal dan efektif dengan harapan lama hari rawat pasien
menjadi pendek dan dipersingkat (Muhith & Siyoto, 2018).
4
menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional diri. Perawat juga
mendapatkan data tentang klien dan jika memungkinkanmerencanakan
pertemuan pertama dengan klien. Perawat dapat bertanya kepada dirinya
untuk mengukur kesiapan berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien.
Contoh pertanyaan perawat kepada diri sendiri sebagai berikut:
a. Apa yang akan saya tanyakan saat bertemu nanti?
b. Bagaimana respons saya selanjutnya?
c. Adakah pengalaman interaksi yang tidak menyenangkan?
d. Bagaimana tingkat kecemasan saya?
2. Fase Orientasi
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang
bertujuan untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase
selanjutnya. Pada fase ini, perawat dapat :
a. memulai hubungan dan membina hubungan saling percaya. Kegiatan
ini mengindikasi kesiapan perawat untuk membantu klien;
b. memperjelas keluhan, masalah, atau kebutuhan klien dengan
mengajukan pertanyaan tentang perasaan klien; serta
c. merencanakan kontrak/kesepakatan yang meliputi lokasi, kapan, dan
lama pertemuan; bahan/materi yang akan diperbincangkan; dan
mengakhir hubungan sementara.
Tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase orientasi
ini sebagai berikut :
1) Memberikan salam terapeutik
Contoh: “Assalamualaikum, selamat pagi”, dan sebagainya.
2) Evaluasi dan validasi perasaan klien
Contoh: “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ibu tampak segar hari ini”.
3) Melakukan kontrak hubungan dengan klien meliputi kontrak tujuan
interaksi, kontrak waktu, dan kontrak tempat.
Contoh: “Tujuan saya datang ke sini adalah membantu Ibu
menemukan masalah yang membuat Ibu selalu merasa tidak nyaman
selama ini”, “Menurut Ibu, berapa lama waktu yang akan kita
5
butuhkan untuk tujuan ini? Bagaimana kalau 15 menit?”, “Untuk
tempat di dalam ruang ini saja atau di taman belakang?”.
3. Fase Kerja
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas hubungan
perawat klien dalam asuhan keperawatan. Selama berlangsungnya fase
kerja ini, perawat tidak hanya mencapai tujuan yang telah diinginkan
bersama, tetapi yang lebih bermakna adalah bertujuan untuk
memandirikan klien. Pada fase ini, perawat menggunakan teknik-teknik
komunikasi dalam berkomunikasi dengan klien sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan (sesuai kontrak).
Contoh: “Saya akan memasukkan jarum infus ini ke pembuluh darah di
tangan ibu”, “Ibu akan merasakan sakit sedikit dan tidak perlu khawatir”.
4. Fase Terminasi
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan
ungkapan perasaannya. Selanjutnya perawat merencanakan tindak lanjut
pertemuan dan membuat kontrak pertemuan selanjutnya bersama klien.
Ada tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase terminasi
ini, yaitu melakukan evaluasi subjektif dan objektif; merencanakan tindak
lanjut interaksi; dan membuat kontrak dengan klien untuk melakukan
pertemuan selanjutnya. Contoh komunikasi dalam fase terminasi ini
sebagai berikut :
1) Evaluasi subjektif dan objektif
a. “Bagaimana perasaan Ibu setelah kita diskusi tentang masalah
yang Ibu hadapi?”.
b. “Coba sebutkan masalah yang Ibu hadapi terkait dengan keluarga
Ibu” Rencana tindak lanjut.
2) Rencana tindak lanjut
“iyBaik, Ibu, saya cukupkan pertemuan kita hari ini, tidak terasa
bahwa waktu kita sudah berlangsung 15 menit. Rencana selanjutnya
6
setelah ini adalah menemukan alternatif penyelesaian masalah yang
Ibu hadapi dan pengambilan keputusan untuk solusi.”
3) Kontrak yang akan datang
“Terkait dengan rencana tersebut, saya akan datang lagi besok hari
Selasa pukul 09.00, saya akan datang di tempat ini lagi. Selamat
istirahat dan assalamualaikum, selamat siang.”
7
5. Mengklarifikasi
Pentingnya mengklarifikasi disini adalah untuk memastikan apa yang
membuat perawat ragu, tidak jelas, atau tidak terdengar. Dan bisa juga
untuk mendapatkan informasi yang tidak lengkap akibat dari klien yang
malu untuk mengungkapkannya.
6. Memfokuskan pembicaraan
Pentingnya memfokuskan topik pembicaraan adalah agar tujuan yang
ingin dicapai dapat dipahami dengan jelas dan spesifik, sehingga topiknya
menjadi lebih penting.
7. Refleksi
Mengembalikan ide yang muncul dari klien, bisa dengan memberikan
respon tidak setuju ataupun setuju dengan isi pembicaraan klien. Pada
teknik ini hindari untuk mengulang terlalu sering.
8. Diam
Teknik diam ini adalah memberi kesempatan pada klien untuk
berpikir dan mengepresikan perasaannya.
9. Memberi informasi
Pada sela-sela pembicaraan antara perawat dan pasien selalu berikan
informasi atau edukasi mengenai kesehatan klien, serta memberikan
informasi fakta dari kondisi kesehatan klien.
10. Memberikan saran
Setelah melalui tahapan pembicaraan, perawat dapat memberikan
saran dalam pemecahan masalah yang ada.
11. Sentuhan
Sentuhan merupakan hal yang wajib diperhatikan norma sosialnya.
Tidak boleh sembarangan dalam melakukan sentuhan terutama pada lain
jenis dan pada area tertentu. Sentuhan ini dapat bermakna sebagai tanda
rasa kasih dan sayang serta dukungan emosional. Jika sudah menjalin
hubungan saling percaya yang kuat barulah boleh melakukan sentuhan
seperti pada tangan maupun Pundak
8
12. Humor
Humor disini dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan, tetapi tetap
perhatikan dalam penggunaan humornya karena tidak semua bisa
dijadikan humor. Kita juga harus selalu memperhatikan respon dari pasien
untuk humor yang kita berikan ya.
9
3) Nada suara kita memegang peranan besar dan bermakna bagi
klien.
4) Terangkan alasan kita menyentuh atau mengucapkan kata-kata
sebelum melakukan sentuhan pada klien.
5) Informasikan kepada klien ketika kita akan meninggalkannya
atau memutus komunikasi.
6) Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar
disekitarnya.
7) Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien pindah ke
lingkuan atau ke ruangan yang baru.
b. Syarat-Syarat Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan gangguan
sensori penglihatan perawat dituntut untuk menjadi komunikator
yang baik sehingga terjadi hubungan terapeutik yang efektif antara
perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat
dalam berkomunikasi dengan pasien gangguan sensori penglihatan
adalah :
1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara
penyampaian, dan salurannya harus dipersiapkan terlebih dahulu
secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi
tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau
serius.
3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau
pesan kepada indivisu lain pemberi informasi harus merasa yakin
bahwa apa yang disampaikan itu meruapakan sesuatu yang baik
dan memang perlu serta berguna untuk pasien.
4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan
diri maka hal ini sangat berpengaruh pada cara penyampaian
kepada pasien.
10
5. Letenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan
disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun
memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan
maka informasi akan lebih jelas baik dan lancer.
6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci
sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang
tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang.
7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi,
sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan
penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan
tetapi jika diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka
akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.
c. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
Agar komunikasi dengan orang gangguan sensori penglihatan
dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam berkomunikasi pertimbangan isi dan nada suara.
2. Periksa lingkungan fisik.
3. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi.
4. Komunikasi secara singkat
5. Komunikasi hal-hal yang berharga saja.
6. Dalam merencanakan komunikasi, berkonsultasilah dengan
pihak lain agar memperoleh dukungan.
11
Tektik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan
gangguan pendengaran, antara lain:
1. Orientasikan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau
meposisikan diri di depan klien.
2. Gunakan Bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan
untuk memudahkan klien membaca gerakbibir
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan
pertahankan sikap tubuh dan mimic wajah yang lazim.
4. Jangan melakukan pembicaraan ketika sedang mengunyah sesuatu
(permen karet).
5. Bila mungkin gunakan Bahasa pantomin dengan gerakan sederhana
dan wajar.
6. Gunakan bahasa isyarat atau Bahasa jari bila anda bisa dan
diperlukan.
7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah
sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
12
d. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan
pelan.
e. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat
diterima dengan baik.
f. Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
g. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa
berkomunikasi lisan dengan klien untuk menjadi mediator
komunikasi.
13
c. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini
dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada
klien dengan penurunan kesadaran.
d. Usahakan menggunakan gerakan pantomime untuk membantu klien
pada komunikasi yang dilakukan.
14
mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya
secara teraupetik. Dalam beromunikasi dengan klien yang mengalami
halusinasi perawat harus bersifat jujur, empati, terbuka dan selalu
memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal
halusinsi yang klien alami.
Berikut teknik komunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
halusinasi :
1. Salam, sapa klien dengan klien, panggil nama klien, jujur atau tepat
janji, empati dan menghargai.
2. Diskusikan hasil observasi klien, tanpa menyangkal menyokong
halusinasinya.
3. Hadirkan realita kontak yang singkat dan sering, tpoik yang singkat
(menghadirkan realitas)
4. Terima halusinasi klien dengan “saya percaya anda mendengar suara
itu, saya sendiri tidak mendengar”. Dorong untuk mengungkapkan
persaan dengan tenang, perawat hangat, empati dan kalem.
5. Hati-hati, space (melindungi klien dan orang lain dari bahaya)
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang dilakukan oleh
seseorang kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan persamaan
pikiran anatar pengirim dan penerima pesan.
Komunikasi terapeutik sendiri maksudnya adalah komunikasi yang
dilakukan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien.
Beberapa kriteria pasien dengan yang berkebutuhan khusus yaitu
diantaranya : klien dengan gangguan penglihatan, klien dengan gangguan
pendengaran, klien dengan gangguan tuna wicara, klien dengan keadaan tidak
sadar, klien dengan gangguan kematangan kognitif, klien dengan berbahasa
asing. Istilah lain bagi pasien berkebutuhan khusus adalah orang luar biasa dan
orang cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, mereka
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka
3.2 Saran
Perawat harus bisa menghadapi pasien berkebutuhan khusus. Walaupun
pasien mempunyai kekurangan atau kecacatan perawat harus merawat klien
dengan baik dan mengetahui teknik-teknik komunikasi yang harus diperhatikan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17