Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KOMUNIKASI KONSELING

“ Roleplay Komunikasi Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal


serta Roleplay Komunikasi Kelompok Berbagai Profesi
Kesehatan ”
Dosen Pengampu : Ibu Sheilla Tania Marcelina, S.Keb., Bd., M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 4 Kelas 1B
1. Dinda Nurhaliza ( P17311214060 )
2. Virda Dwi Nivatusania ( P17311214061 )
3. Soofia Lahmunia ( P17311214062 )
4. Angelika Arista Pujianto ( P17311214063 )
5. Elisa Anggraheni ( P17311214064 )
6. Novia Anjany ( P17311214065 )

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG

FAKULTAS KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Roleplay Komunikasi Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal serta Roleplay Komunikasi
Kelompok Berbagai Profesi Kesehatan ” ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Konseling yaitu Ibu Sheilla Tania Marcelina,
S.Keb., Bd., M.Kes pada semester II kali ini. Dan juga makalah ini kami susun guna untuk
menambah wawasan menambah agar pembaca lebih memahami materi tentang Komunikasi
Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal serta Komunikasi Kelompok Berbagai Profesi
Kesehatan.

Makalah ini kami tulis dengan mendapatkan referensi dari buku – buku serta
informasi dari media massa yang berkaitan dengan materi yang dibahas yaitu Komunikasi
Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal serta Komunikasi Kelompok Berbagai Profesi
Kesehatan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Komunikasi Konseling atas bimbingan yang diberikan kepada kami, dan juga rekan – rekan
yang telah bekerja keras sehingga dapat diselesaikannya makalah ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dalam kesempatan ini pula kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang dan semoga
makalah yang kami susun dapat bermanfaat sehingga kita dapat mengambil hikmah dari
makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 22 Maret 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... I

DAFTAR ISI ........................................................................................................ II

BAB I (Pendahuluan) ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II (Kasus) ..................................................................................................... 3

2.1 Kasus ......................................................................................................... 3


2.2 Setting Tempat .......................................................................................... 3
2.3 Profesi yang Terlibat.................................................................................. 3
2.4 Kondisi Pasien ........................................................................................... 4
2.5 Pemeriksaan Pasien ................................................................................... 4

BAB III (Penyelesaian Kasus).............................................................................. 6

3.1 Penjelasan Tentang Kasus (Konsep Dasar) ................................................ 6


3.2 Peran Dari Masing-Masing Profesi Dalam Penyelesaian Kasus Sesuai Dengan
Pedoman Profesi Masing-Masing............................................................... 12
3.3 Kata Kunci Dalam Kasus ........................................................................... 13

BAB IV (Penentuan Diagnosis dan Penatalaksanaan)........................................ 14

4.1 Penentuan Diagnosis .................................................................................. 14


4.2 Penatalaksanaan......................................................................................... 15

BAB V (Penutup).................................................................................................. 19

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 19


5.2 Saran ......................................................................................................... 19

LAMPIRAN DIALOG ......................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan diperlukan dalam pengaturan
perawatan kesehatan apapun, karena tidak ada profesi tunggal yang dapat memenuhi
kebutuhan semua pasien. Akibatnya, kualitas layanan yang baik tergantung pada
profesional yang bekerja sama dalam tim interprofessional. Kolaborasi
interprofesional merupakan suatu kerja sama dalam pelayanan kesehatan antara
profesional kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan berbeda. Kolaborasi
interprofesional mendukung pelayanan kesehatan dalam mencapai keselamatan dan
kesehatan pasien. Dalam kolaborasi interprofesional, dibutuhkan kerja sama,
komunikasi, dan kepastian agar perawatan yang diberikan dalam kondisi optimal.
Kelompok profesional bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, melakukan tindakan kolektif terhadap kebutuhan perawatan pasien, dan
memberikan kualitas pelayanan yang terbaik (WHO, 2010). Hal penting dalam
kolaborasi tim kesehatan yaitu proses pengambilan keputusan, rasa saling percaya dan
menghargai, dan komunikasi yang efektif (Kozier et al., 2010) antara tenaga
kesehatan.
Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur penting untuk meningkatkan
kualitas perawatan dan keselamatan pasien (Reni,A al,2010). Komunikasi mencakup
berbagai strategi dan tujuan. Baik komunikasi formal dan informal antara penyedia
serta antara penyedia dan pasien dengan keluarga mereka adalah kunci untuk
perawatan pasien kolaboratif. Ada kebutuhan yang dirasakan untuk lebih jelas dalam
menanggapi bagaimana setiap memberikan kontribusi profesional untuk tim dan
untuk lebih efektif mendelegasikan pekerjaan dan anggota tim langsung. Dengan
adanya komunikasi diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh
beberapa pihak, pasien, dokter, perawat, bidan maupun tenaga kesehatan lainnya.
Komunikasi yang efektif antara profesional kesehatan juga penting untuk memberikan
pengobatan yang efisien dan pasien-berorientasi komprehensif.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa saja yang harus dilakukan untuk komunikasi dalam kelompok (antar team
kesehatan/kolaborasi/negosiasi)?
2. Bagaimana cara untuk menerapkan keterampilan komunikasi dalam kelompok,
keterampilan observasi verbal dan non verbal, komunikasi teraupetik, strategi
pengambilan keputusan, konseling dan lainnya dari sebuah kasus?
3. Bagaimana penjelasan tentang kasus yang dihadapi?
4. Apa saja peran dari masing-masing profesi atau team kesehatan dalam penyelesaian
kasus sesuai dengan pedoman profesi masing-masing?

1.3 TUJUAN
1. Mampu melakukan komunikasi dalam kelompok (antar team
kesehatan/kolaborasi/negosiasi).
2. Mampu menggunakan keterampilan komunikasi dalam kelompok, keterampilan
observasi verbal dan non verbal, komunikasi teraupetik, strategi pengambilan
keputusan, konseling dan lainnya dari sebuah kasus.
3. Untuk mengetahui penjelasan tentang kasus yang terkait.
4. Mampu mengidentifikasi peran dari masing-masing profesi atau team kesehatan
dalam penyelesaian kasus sesuai dengan pedoman profesi masing-masing.

1.4 MANFAAT

1. Bagi Penulis
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu serta wawasan
yang lebih tinggi.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi
pembaca mengenai keterampilan komunikasi dalam kelompok, keterampilan
observasi verbal dan non verbal, komunikasi teraupetik, strategi pengambilan
keputusan, konseling dan lainnya dari sebuah kasus kesehatan.

2
BAB II

KASUS

(Terdapat setting tempat, profesi yang terlibat, kondisi pasien dan pemeriksaan yang
disesuaikan kasus)

2.1 Kasus

Seorang wanita dengan keadaan hamil datang ke IGD Rumah Sakit Mh.
Thamrin bertujuan untuk memeriksakan kesehatannya dengan keluhan mual, muntah,
pusing saat berdiri, nyeri perut, tidak napsu makan, merasa cepat haus dan sering
merasa lelah.

2.2 Setting Tempat

Pada kasus ini klien mendatangi di IGD Rumah Sakit Mh. Thamrin untuk
memeriksakan kondisinya ke dokter dan perawat yang berada di Rumah Sakit. Setelah
melakukan pemeriksaan dengan dokter, dokter mengharuska klien untuk melakukan
perawatan dan di pindahkan ke ruang mawar untuk mendapatkan perawatan lebih
intensif yang di lakukan oleh bidan. Untuk pemriksaan penjunjang, bidan
menginformasikan klien untuk memeriksakan kondisinya di laboratorium Rumah
Sakit. Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa klien mengalami Hiperemesis
Gravidarum dan Anemia ringan sehingga bidan mengrahkan klien ke bagian Ahli
Gizi.

2.3 Profesi yang Terlibat

Kasus klien yang mengalami Hiperemesis Gravidarum dan Anemia ringan ini
melibatkan beberapa profesi tenaga kesahatan, profesi yang terlibat adalah:

1. Bidan
2. Dokter
3. Perawat
4. Analis Kesehatan
5. Ahli Gizi

3
2.4 Kondisi Pasien

Kondisi yang dialami klien sebagai ciri-ciri klien tersebut mengalami


Hiperemesis Gravidarum dan Anemia ringan, dibuktikan dengan gejala-gejala awal
yaitu mual, muntah, pusing saat berdiri, nyeri perut, tidak nafsu makan, merasa cepat
haus dan sering merasa lelah. Hiperemesis Gravidarum dapat memunculkan kondisi
yang membawa dampak pada setiap ibu hamil seperti morning sickness yang ekstrim
pada masa kehamilannya dan di tandai dengan mual muntah yang parah. Sehingga
klien mengalami penurunan nafsu makan yang menyebabkan perubahan
keseimbangan elektrolit yakni kalium, dan natrium sehingga mengakibatkan klien
mengalami perubahan metabolisme dalam tubuh. Efek lain dari hyperemesis
gravidarum dapat berupa penurunan berat badan yang di karenakan cadangan protein,
lemak dan karbohidrat terpakai energi selama ibu mengalami mual dan muntah.

2.5 Pemeriksaan Pasien

 Pada kasus ini pemeriksaan yang dilakukan Dokter dan Perawat adalah dengan:
 Anamnase
 Vital Sense
1. Pemeriksaan Nadi
2. Pemeriksaan TD
3. Pemeriksaan Suhu
4. Pemeriksaan Pernapasan

 Pemeriksaan yang dilakukan oleh Bidan adalah dengan:


 Antropomatis
1. Pengukuran BB
2. Pengukuran TB
 Pemeriksaan Kehamilan : Pemeriksaan ANC (Antenatal Care)

 Untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh Analis Kesehatan adalah:


 Biokimia
1. Mengukur zat gizi dalam cairan tubuh (urin)
2. Mengukur status hemoglobin ( darah)
3. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus

4
 Untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh Ahli Gizi adalah:
 Melakukan konseling, penyuluhan dan asuhan gizi
1. Konsultasi tentang asupan gizi untuk ibu hamil yang mengalami hiperemesis
dan anemia ringan

5
BAB III

PENYELESAIAN KASUS

(Penjelasan tentang kasus yang terkait (konsep dasar), identifikasi permasalahan dari
masing-masing peran profesi, kata kunci dalam kasus, materi terkait kasus, peran dari
masing-masing profesi dalam penyelesaian kasus sesuai dengan pedoman profesi masing-
masing, pertukaran pengetahuan dari masing-masing profesi

3.1 Penjelasan Tentang Kasus (Konsep Dasar)

A. Pengertian
Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan janin
menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada masa kehamilan
akan berdampak besar bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satu masalah gizi yang
banyak terjadi pada ibu hamil adalah hiperemesis gravidarum. Emesis gravidarum
adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada kehamilan trimester pertama. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari.
Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung kurang lebih 10 minggu. Mual muntah terjadi hampir 80% pada ibu
hamil. Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual muntah lebih
dari 10 kali dalam 24 jam, sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan
umum menjadi buruk. Keadaan ini rata-rata muncul pada usia kehamilan 8-12
minggu.

Hiperemesis gravidarum adalah kondisi persisten mual muntah ibu hamil pada
trimester pertama sampai dengan usia kehamilan 22 minggu yang apabila
berkelanjutan bisa mengakibatkan kekurangan karbohidrat dalam lemak, dehidrasi
dan kekurangan elektrolit. Hiperemesis gravidarum ditandai dengan mual muntah,
ketonuria dan kehilangan 5% dari berat sebelum hamil, 0,3 hingga 0,2 % hiperemesis
gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit. Hiperemesis gravidarum adalah
keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang
dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan
elektrolit, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam

6
kandungan. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan
(lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal
tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan
selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa
kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya.

Pada umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke 6- 12 masa


kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa kehamilan. Mual dan
muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada kehamilan triwulan pertama.
Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari sehingga sering dikenal dengan
morning sickness. Sementara itu setengah dari wanita hamil mengalami morning
sickness, antara 1,2 - 2% mengalami hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang
lebih serius. 17 Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual ini
mulai dialami sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering disebut
morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat. Pada
beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan trimester kedua dan ketiga, tapi ini
jarang terjadi. Pada kasus hiperemesis gravidarum, mual dan muntah dapat terjadi
sepanjang hari dan berisiko menimbulkan dehidrasi. Tidak hanya dehidrasi,
hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ibu hamil mengalami gangguan elektrolit
dan berat badan turun. Hiperemesis gravidarum perlu segera ditangani untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada ibu hamil dan janin yang
dikandungnya.

B. Tingkatan

Runiari menyatakan bahwa tidak ada batasan yang jelas antara mual yang
bersifat fisiologis dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu
hamil terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut
berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi kedalam tiga tingkatan
sebagai berikut :

1) Tingkat 1
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali

7
per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu
tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
2) Tingkat 2
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun,
lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun,
hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa
pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan
dalam urine
3) Tingkat 3
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta
suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus,
diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan
zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan
terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus,
lambung, dan retina.
C. Akibat

Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien, namun


dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat badan lahir rendah,
kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir12 . Didapatkan bahwa hiperemesis
gravidarum merupakan faktor yang signifikan terhadap memanjangnya hari rawat
bagi bayi yang dilahirkan. Ada peningkatan angka kematian Intrauterin Growth
Retardation (IUGR) pada klien hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan
berat badan lebih dari 5%. Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan
janinnya, hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis, sosial,
spiritual dan pekerjaan.

D. Etiologi

Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Dulu penyakit


ini dikelompokkan kedalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya
semacam “racun” yang berasal dari janin atau kehamilan. Penyakit ini juga

8
digolongkan kedalam gestosis bersama preeklampsi dan eklampsi. Nama gestosis dini
diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi (pre-
eklampsi dan eklampsi) dalam kehamilan1. Beberapa teori penyebab terjadinya
hiperemesis gravidarum namun tidak ada satupun yang dapat menjelaskan proses
terjadinya secara tepat. Teori tersebut antara lain adalah :

1. Teori endokrin

Teori ini menyatakan bahwa peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan


Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual
muntah. Peningkatan hormon progesterone menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas
lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refleks esofagus, penurunan
motilitas lambung dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga berkontribusi
terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar
tiroid yang dapat mengakibatkan mual dan muntah.

2. Teori Metabolik

Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat


mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.

3. Teori Alergi

Adanya histamine sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung


ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Mual dan
muntah berlebihan juga dapat terjadi pada ibu hamil yang sangat sensitive
terhadap sekresi dari korpus luteum.

4. Teori Infeksi

Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara infeksi Helicobacter


pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum, sehingga dijadikan dasar
dikemukakannya teori infeksi sebagai penyebab hiperemesis gravidarum.

9
5. Teori Psikomantik

Menurut teori psikomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan


gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang
tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan
menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik dan hal
tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum.

E. Patofisiologi

Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan


Hormon Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesterone menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan pengosongan
lambung melambat. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan
faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural. Hormon progesterone ini
dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal kehamilan dan mempunyai fungsi
menenangkan tubuh ibu hamil selama kehamilan, termasuk saraf ibu hamil sehingga
perasaan ibu hamil menjadi tenang. Hormon ini berfungsi untuk membangun lapisan
di dinding rahim untuk menyangga plasenta di dalam rahim. Hormon ini juga dapat
berfungsi untuk mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim.
Hormon progesteron dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan
tekanan darah, itu penyebab mengapa ibu hamil sering pusing saat hamil. Hormon ini
juga membuat sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau sembelit.
Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu
tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah berhubungan intim
selama hamil.

Seseorang dalam kondisi stress dan cemas akan meningkatkan aktivitas saraf
simpatis, untuk melepaskan hormon stress berupa adrenalin dan kortisol. Sistem imun
merupakan komponen penting dan responden adaptif stress secara fisiologis. Cemas
menggunakan adrenalin dalam tubuh untuk meningkatkan kepekaan, prestasi dan
tenaga. Peningkatan adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu,
menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner,
meningkatkan tekanan darah arterial dan menambah volume darah ke jantung dan

10
jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak
protein berkepadatan rendah. Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan denyut
jantung akan dapat meningkatkan HCG. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
adalah hormon yang dihasilkan selama kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah
atau air seni wanita hamil sesudah kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan. HCG ini
dapat menstimulasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil. Hiperemesis
gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus
terjadi dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Oksidasi lemak yang tidak sempurna menyebabkan ketosis. Pada beberapa
kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan dehidrasi
yang menyebabkan terdapatnya non protein nitrogen, asam urat, dan penurunan
klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat mengakibatkan
terjadinya anemia. Bahkan pada kasus berat dapat mengakibatkan terjadinya wernikle
enchelopati.

Menurut Penelitian Ali Husein Hiperemesis Gravidarum mempunyai


hubungan yang signifikan dengan depresi. Dalam penelitian Uguz et al. yang
meganalisa ibu hamil dengan hiperemesis ditemukan bahwa ibu hamil dengan depresi
dan kecemasan memiliki kecenderungan terjadi hiperemesis gravidarum. Depresi dan
gangguan kecemasan memiliki hubungan potensial yang mengarah kepada terjadinya
hiperemesis gravidarum pada kehamilan. Dalam penelitian Koken et al. yang
menganalisa hubungan depresi dan kecemasan dengan mual dan muntah, didapatkan
hasil adanya hubungan yang signifikan antara depresi dan kecemasan dengan kejadian
mual muntah pada kehamilan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian hiperemesis gravidarum


meliputi ;

1) Faktor Predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa dan kehamilan


ganda.
2) Faktor organic seperti alergi masuknya vilikohirialis sirkulasi, perubahan
metabolic akibat kehamilan dan resistensi ibu yang menurun.

11
3) Faktor psikologis, meliputi pengetahuan, sikap, umur, paritas, pekerjaan, stress,
peningkatan hormon progesteron, estrogen dan HCG, alergi, infeksi dan diabetes
melitus

3.2 Peran Dari Masing-Masing Profesi Dalam Penyelesaian Kasus Sesuai Dengan
Pedoman Profesi Masing-Masing.

1. Perawat
 Melakukan pencatatan data pribadi / rekam medis
 Melakukan tindakan anamnesa dan pemeriksaan fisik khususnya vital sense.
2. Dokter
 menerima hasil anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik dan penujang medis
 Menyatakan diagnosis pasien
 Merencanakan penatalaksanan, pengobatan dan tindakan
3. Bidan
 Melakukan pengkajian

Pada langkah ini, bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap daari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Unutk
memperoleh data tersebut, bidan melakukan :

a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital
c. Pemeriksaan khusus
d. Pemeriksaan penunjang

 Merumuskan diagnosa
 Sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai
cara mengatasi anemia dan hiperemesis gravidarum

4. Ahli Gizi

12
 Memberikan penyuluhan pada ibu hamil mengenai makanan yang dapat
dikonsumsi oleh Ibu hamil, khususnya untuk ibu hamil yang mengalami
hiperemesis dan anemia
 Sebagai konsultan tentang asupan gizi Ibu hamil

5. Analis

 Melakukan pemeriksaan terhadap urin, HB, dan golongan darah pasien

3.3 Kata Kunci Dalam Kasus

Hiperemesis gravidarum, anemia, ibu hamil, verbal dan non-verbal, dan studi kasus.

13
BAB IV

PENENTUAN DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN

4.1 Penentuan Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis,


pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang

a. Anamnesi
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual,
dan muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus
menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas
pasien sehari- hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat
penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus,
dan tumor serebri).

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda
vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah darah lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan
penunjang dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan
tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan
pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus
hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50- 60% terjadi penurunan kadar
TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium

14
umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin,
ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.
Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan
ganda ataupun mola hidatidosa.

4.2 Penatalaksanaan

Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan
rawat inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu :

1. Medikamentosa
Berikan obat-obatan seperti yang telah dikemukakan diatas. Namun
harus diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogenik. Obat-obatan
yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin,
dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang
dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6).
Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan
muntah. Anti histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan
dipendyramine. Pemberian antihistamin bertujuan untuk menghambat secara
langsung kerja histamin pada reseptor H1 dan secara tidak langsung
mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat muntah.
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung
berperan dalam menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan
obat dopamin antagonis. Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya
prochlorperazine, promethazine, dan metocloperamide. Prochlorperazin dan
promethazine bekerja pada reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetik.
Sementara itu metocloperamide bekerja di sentral dan di perifer. Obat ini
menimbulkan efek antiemetik dengan cara meningkatkan kekuatan spincter
esofagus bagian bawah dan menurunkan transit time pada saluran cerna.
Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan
keluhan mual dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat
muntah di medula. Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron.
Odansetron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang
tidak membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain. Sementara itu

15
pemberian kortikosteroid masih kontroversial karena dikatakan pemberian
pada kehamilan trimester pertama dapat meningkatkan risiko bayi lahir
dengan cacat bawaan.

2. Terapi Nutrisi
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung
pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan peneriamaan
penderita terhadap rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila
memungkinkan saluran cerna harus digunakan. Bila peroral menemui
hambatan dicoba untuk menggunakan nasogastric tube (NGT). Saluran cerna
mempunyai banyak keuntungan misalnya dapat mengabsorsi banyak nutrien,
adanya mekanisme defensif untuk menanggulangi infeksi dan toksin. Selain
itu dengan masuknya sari makanan ke hati melalui saluran porta ikut menjaga
pengaturan homeostasis nutrisi.
Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang
diberikan adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi
karbohidrat, rendah protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk
sementara, hindari makanan yang emetogenik dan berbau sehingga
menimbulkan rangsangan muntah. Pemberian diet diperhitungkan jumlah
kebutuhan basal kalori sehari-hari ditambah dengan 300 kkal perharinya.

3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki
peredaran udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang
diperbolehkan untuk keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar
dan masuk. Pasien tidak diberikan makan ataupun minum selama 24 jam.
Biasanya dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.

4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan
karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi penyakit

16
ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi
pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.

5. Cairan parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah
mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus.
Selama terjadi gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital
sehingga pasokan darah berkurang. Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis
dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan
(pure dehidration). Maka tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu
mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume normal, osmolaritas yang
efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk keseimbangan asam basa.
Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan secara cermat
berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium, defisit
kalium dan ada tidaknya asidosis.
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan
protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter
sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B
kompleks dan vitamin C, dapat diberikan pula asam amino secara intravena
apabila terjadi kekurangan protein.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin
perlu diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin.
Suhu tubuh dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.
Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut
keperluan. Bila dalam 24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum
membaik dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun makanan
dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan ini,
pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan aman bertambah
baik. Daldiyono mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan
untuk rehidrasi inisial berdasarkan sistiem poin.

6. Terapi Alternatif
Ada beberapa macam pengobatan alternatif bagi hiperemesis
gravidarum, antara lain:

17
a. Vitamin B6
Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme
lipid, karbohidrat dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi
hiperemesis masih kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif
berkisar 12,5-25 mg per hari tiap 8 jam. Selain itu Czeizel melaporkan
suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi kejadian
mencegah insiden hiperemesis gravidarum.
Vitamin B6 merupakan ko-enzim berbagai jalur metabolisme protein
dimana peningkatan kebutuhan protein pada trimester I diikuti peningkatan
asupan vitamin B6. Vitamin B6 diperlukan untuk sintesa serotonin dari
tryptophan. Defisiensi vitamin B6 akan menyebabkan kadar serotonin
rendah sehingga saraf panca indera akan semakin sensitif yang
menyebabkan ibu mudah mual dan muntah. Pada wanita hamil terjadi
peningkatan kynurenic dan xanturenic acid di urin. Kedua asam ini
diekskresi apabila jalur perubahan tryptophan menjadi niacin terhambat.
Hal ini dapat juga terjadi karena defisiensi vitamin B6. Kadar hormon
estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga menghambat kerja enzim
kynureninase yang merupakan katalisator perubahan tryptophan menjadi
niacin, yang mana kekurangan niacin juga dapat mencetuskan mual dan
muntah.
b. Jahe (zingiber officinale)
Pemberian dosis harian 250 mg sebanyak 4 kali perhari lebih baik
hasilnya dibandingkan plasebo pada wanita dengan hiperemesis
gravidarum. Salah satu studi di Eropa menunjukan bubuk jahe (1 gram per
hari) lebih efektif dibandingkan plasebo dalam menurunkan gejala
hiperemesis gravidarum. Belum ada penelitian yang menunjukan
hubungan kejadian abnormalitas pada fetus dengan jahe. Namun, harus
diperhatikan bahwa akar jahe diperkirakan mengandung tromboksan
sintetase inhibitor dan dapat mempengaruhi peningkatan reseptor
testoteron fetus.

18
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Anemia dan Hiperemesis gravidarum pada ibu hamil berpotensi


membahayakan untuk ibu dan anak dan juga dapat menyebabkan kematian, maka dari
itu kita sebagai tenaga kesehatan perlu mencegah terjadinya anemia dan hiperemesis
gravidarum pada ibu hamil. Hiperemesis gravidarum Hiperemesis gravidarum adalah
kondisi persisten mual muntah ibu hamil pada trimester pertama sampai dengan usia
kehamilan 22 minggu yang apabila berkelanjutan bisa mengakibatkan kekurangan
karbohidrat dalam lemak, dehidrasi dan kekurangan elektrolit. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah hiperemesis gravidarum adalah dengan berkonsultasi
dengan dokter saat merencanakan kehamilan dan menghindari faktor-faktor yang
dapat menjadi pemicunya.

Anemia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah,
lebih rendah daripada batas normalnya. Kekurangan darah merah dapat menyebabkan
cepat merasa lelah atau lemah karena organ dalam tubuh tidak menerima cukup
oksigen dan nutrisi. Kondisi ini umumnya diakibatkan oleh masalah kekurangan gizi
pada ibu hamil dan dipengaruhi perubahan hormon tubuh yang mengubah proses
produksi sel-sel darah. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi anemia ini
adalah dengan mengkonsumsi makanan bernutrisi khusus, seperti daging, ikan, dan
telur. Selain itu juga, ibu hamil diperlukan mengkonsumsi vitamin c yang banyak,
suplemen zat besi, asam folat, dan vitamin B12.

4.2 Saran

Diharapkan lebih seringnya tenaga kesehatan khususnya Bidan, untuk lebih


menggiatkan lagi kampanye pencegahan anemia pada Ibu hamil dan juga sosialisasi
mengenai penyakit Hiperemesis gravidarum. Hal ini dibutuhkan oleh Ibu, agar tidak
terjadi pada Ibu ibu yang sedang hamil dan dapat melakukan pencegahan.

19
LAMPIRAN DIALOG

 Naskah Role Play Komunikasi Kelompok Berbagai Profesi Kesehatan

KELOMPOK 4

1. Virda Dwi Nivatusania : Dokter

2. Soofia Lahmunia : Bidan

3. Elisa Anggraheni : Klien ( Ibu Hamil )

4. Dinda Nurhaliza : Ahli Gizi

5. Angelika Arista Pujianto : Perawat

6. Dinda Nurhaliza : Analis

7. Novia Anjany : Narator

Kasus : Komplikasi Kehamilan

Pada Hari Minggu Datanglah Seorang Ibu hamil Dalam datang Ke IGD Rumah
Sakit Mh. Thamrin dengan keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati. Datanglah
Seorang Perawat Kemudian Melakukan Anamnesa.

Perawat : “Selamat siang ibu.. silahkan duduk”


Perawat Mempersilahkan Klien Duduk.
Klien : “Siang suster, terimakasih banyak”

Perawat : “Saya perawat Angel bu yang bertugas di IGD pada hari ini,
mohon maaf ibu saya data terlebih dahulu ya ibu.
Klien : “Baik sus.”

Perawat : “Maaf sebelumnya ibu apakah ibu membawa kartu identitas


seperti KTP?”

20
Klien :”bawa sus ini KTP saya.”

Perawat : “ Apakah ada keluhan yang ibu rasakan?”

Klien : “Saya mengalami mual, muntah , pusing saat berdiri, nyeri


perut, tidak napsu makan, merasa cepat haus, sering merasa lelah sus.”

Perawat : “Baik bu. Apakah ada keluhan yang lain?”


Klien : “Tidak ada sus haya itu saja yang saya rasakan.”
Perawat Meminta Pasien Untuk Berbaring.
Perawat : “Baik ibu silahkan berbaring, saya akan melakukan pemeriksaan
Tanda – tanda vital seperti tekanan darah , suhu, nadi , dan pernapasan.
Klien : “Baik sus.

Perawat Kemudian Melakukan Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital Satu Persatu.


Perawat Mencatat Hasil Pemeriksaan Tersebut.

Perawat : “Mohon ditunggu sebentar ya ibu.”

Perawat Menghampiri Dokter, Untuk Melakukan Diagnosa Selanjutnya.

Dokter : “ Siang ibu. Dengan ibu siapa ya bu?”

Klien : “ Siang dok, Saya dengan Ibu Elisa Anggraheni dok.”

Dokter : “Baik bu, apakah benar keluhan ibu mual, muntah , pusingsaat
berdiri, nyeri perut, tidak napsu makan, merasa cepat haus, sering merasa lelah
bu?”
Klien : “Bener dokter keluhan saya seperti itu.”

Dokter : “ Baik bu, saya periksa dulu ya bu"

(Dokter melakukan pemeriksaan fisik, memberitahukan hasil pemeriksaan dan


menegakkan diagnosa)
saya akan memberitahukan hasil pemeriksaannya ya bu. Hasil Pemeriksaan ibu
TD 90/60 mmHg, Suhu 35°C, Nadi 60 x/mnt, Pernapasan 20 x/mnt. Setelah saya
lihat hasil pemeriksaan tanda – tanda vital ibu tadi ibu ini harus di rawat dan di
lakukan pengobatan lebih lanjut bu.
Klien : “Baik dok. Saya serahkan kepada dokter mana yang terbaik buat
saya.”
Dokter : “Nurse, Tolong bawa Ibu ini ke ruang mawar untuk melakukan

21
perawatan lebih lanjut.”

Perawat : “Baik dok. Saya akan bawa sekarang kliennya.”

Setelah Klien Di Pindahkan Ke Ruang Mawar, Lalu Klien Mendapatkan


Perawatan Lebih Intensif Yang Di Lakukan Oleh Bidan.
Perawat :“ Mba ini ada pasien baru dari IGD dan ini status pasiennya ya mba.”

Bidan : “ Iya mba, terimakasih banyak.”


Bidan Menghampiri Klien
Bidan : “ Permisi ibu dengan ibu siapa ya bu?”

Klien : “Iya bu. Saya Elisa Anggraheni bu.”

Bidan : “ Perkenalkan saya bidan Soofia bu yang akan melakukan


pemeriksaan pada ibu.”
Klien : “Baik bu bidan.”

Bidan : “ Baik bu kita akan melakukan pemeriksaan dulu ya bu meliputi


berat badan, tinggi badan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (test
urin, Hb dan golongan darah )"
Klien : “Baik bu bidan.”

Lalu Bidan Menelfon Ruang Labolatorium Segera Memanggil Petugas Analis Ke


Ruangan Mawar Untuk Melakukan Pemeriksaan Kepada Klien.
Analis Lab : “ Selamat Sore bu. Dengan ibu siapa?”

Klien : “Iya Sore mba, Saya dengan ibu Elisa Anggraheni mba.”

Analis Lab : “Baik bu. Sebelumnya maksud kedatangan saya ke sini untuk
melalukan pemeriksaan kepada ibu.
Klien : “ Pemeriksaan apa mba kalau saya boleh tau?”

Analis Lab :” Pemeriksaan Test urin, HB, dan golongan darah. baik saya akan
menjelaskan prosedurnya ya bu. Jadi yang pertama itu pemeriksaan urin. nanti ibu
tampung urin nya di sini ya bu (cup kecil). Jadi nanti pada saat ibu buang air kecil
urin yang pertama kali keluar itu ibu buang lalu urin yang di tengah aja yang ibu
tampung urin yang terakhir ibu buang aja. kemudian pemeriksaan HB jadi nanti
prosesnyaitu lengan ibu akan saya suntik untuk di ambil sampel darahnya. Apakah
yangtadi saya sudah jelaskan ibu mengerti bu?”

22
Klien : “ Baik mba saya sudah mengerti.”

Lalu Pasien Memberikan Sampel Kepada Petugas Analis Lab. Lalu Klien
Menunggu Hasil Pemeriksaan Tersebut.

2 JAM KEMUDIAN ……..

Sambil Menunggu Hasil Lab Bidan Melakukan Pemeriksaan Kepada Klien.

Bidan : “Ibu sekarang kita melakukan pemeriksaan tinggi badan , berat


badan dan pemeriksaan kehamilan ya ibu .”
Klien : “Baik bu bidan silahkan.”

Lalu Bidan Melakukan Pemeriksaan Terhadap Klien.

Bidan : ” Ibu ini untuk hasil pemeriksaannya, TB : 160 BB : 58kg danusia


kehamilan ibu sudah memasuki 15 minggu ya bu.
Klien : “ Baik bu bidan , kalau saya boleh tau itu termasuk normal tidak ya
bu dengan berat badan segitu.?”
Bidan : ”Normal ko ibu. sambil kita tunggu hasil pemeriksaan dari Lab ya
bu.”
Kemudian Petugas Analis Datang Ke Ruangan Mawar Untuk Memberikan Hasil
Pemeriksaan Lab Kepada Bidan.
Analis Lab : ”Mba ini hasil pemeriksaan atas nama ibu Elisa Anggraheni ya mba.”
Bidan : “ Baik Mba Terimaksih.”

Lalu Dokter Menghampiri Bidan Dan Menanyakan Hasil Pemeriksaan KlienTersebut.


Dokter : “ Mba untuk hasil pemeriksaan ny. Elisa apakah sudah ada?.”

Bidan : “ Iya ini dok untuk hasil Lab nya ny. Elisa.”Lalu
Dokter Membaca Dan Memahami Hasil Lab Tersebut.
Dokter : “Baik mba. Saya akan menjelaskan hasil ini kepada klien, dan
tolong ambilkan buku status kliennya ya mba.”
Bidan :” Baik dok, Ini buku status pasiennya dok.”

Dokter : “Baik mba terimakasih ya.”


Lalu Dokter Menghampiri Klien
Dokter : “ Permisi ibu Elisa saya akan menjelaskan hasil pemeriksaan Labnya
yah.”
Klien : “ Baik dokter.”

23
Dokter : “ Ibu ini dari hasil pemeriksaan bahwa hb ibu rendah yaitu 9,8mg/dL ,
golongan darah ibu O ya bu lalu untuk hasil pemeriksaan urin dalam keadaan
normal semua. menurut hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami hiperemesis
grafidarum disertai dengan anemia ringan.
Klien : “ Lalu saya harus bagaimana dok?”

Dokter : “ Ibu nanti saya akan arahkan ibu ke bagian Ahli Gizi ya ibu . nanti
ibu akan di berikan pengarahan makanan apa saja yang dapat ibu konsumsi untuk
mengatasi anemia ya bu.”
Klien : “ Oh baik dokter terimakasih banyak informasinya.”
Lalu Klien Menuju Ke Ruangan Ahli Gizi Bersama Bidan Menggunakan kursi Roda .
Bidan : “ Permisi selamat malam mba , saya bidan Soofia yang bertugas di
ruang mawar. Saya bersama dengan klien yaitu ny. Elisa Anggraheni dari ruang
mawar ingin berkonsultasi tentang asupan gizi untuk ibu hamil yang mengalami
hiperemesis dan anemia ringan. Terimakasih mba”
Ahli gizi :”Baik mba. “

Lalu Bidan Keluar Dari Ruangan Tersebut

Ahli gizi :” ibu menderita hiperemesis dan anemia ya ?. apakah ibu memiliki alergi
makanan, minuman , dan obat?”
Klien :” Sejauh ini tidak ada mba.”

Ahli Gizi ; “Baik ibu. di sini saya akan menjelaskan tentang makanan apa saja
yang harus di konsumsi pada ibu hamil khususnya untuk ibu hamil yang mengalami
hiperemesis dan anemia”
Klien : “Baik mba.”

Ahli Gizi : “ Jadi makanan yang harus ibu konsumsi itu pisang, kurma, Oat meal,
kacang-kacangan, brokoli, daging merah, kuning telur, bayam dan remis.
Ibu bisa makan sedikit demi sedikit misal untuk makan pagi bisa mengkonsumsi
oatmeal+ kurma dan air putih hangat, makan siang dengan menu nasi putih sayur
bayam dan daging merah. Itu contoh-contoh menu yang bisa ibu ikuti”
Klien : “ Baik mba, terimakasih informasinya mba, akan saya coba
memperbaiki pola makan saya.“

Ahli Gizi : “ Sama – sama mba, cepat pulih dan ditunggu kelahirannya ”

24
Lalu Bidan Menghampiri Klien Untuk Kembali Ke Ruangan Mawar. Dan Bidan
Menanggil Dokter Lalu Klien Diperbolehkan Untuk Pulang. Namun, Pasien Diminta
Untuk Kembali Ke Rumah Sakit 2 Minggu Yang Akan Datang

SELESAI

 Naskah Role Play Komunikasi Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal

KELOMPOK 4

1. Angelika Arista Pujianto : Bidan

2. Virda Dwi Nivatusania : Klien ( Bu Siti )

Kasus : Nyeri pada Perut bagian Kiri Bawah

Bu Siti : Selamat malam Bu bidan Rahayu !

Bidan : Selamat malam Bu Siti (menyalami klien dengan hangat), silakan duduk Bu Siti.
Bagaimana kabarnya Bu Siti?. Apa yang bisa saya bantu, Bu Siti?

Bu Siti : Tidak terlalu baik Bu Bidan, (mimik agak sedih) Ya...begini bu bidan, Tadi sore
saya merasakan perut kiri bawah saya nyeri sekali disertai mual muntah. Disini lo bu
sakitnya.. (sambil menekan perut kiri bawah dengan jari-jari tangan kiri).

Bidan : Sepertinya sangat menyiksa sekali ya bu ?, enak duduk atau berbaring saja di bed
periksa Bu Siti? (Sambil mendekati dan memandu klien serta memberikan pilihan untuk ke
bed atau kursi)

Bu Siti : Di tempat tidur tidak apa-apa ya Bu, soalnya tadi waktu duduk di luar juga terasa,
takutnya nanti sakit lagi (Sambil berjalan menuju tempat tidur)

Bidan : Silahkan...mari saya bantu (sambil membantu memegang kedua bahu klien).

25
Bu Siti : Matur nuwun bu, nyuwun ngapunten

Bidan : Iya bu santai saja tidak apa-apa. Nah sekarang bisa ibu jelaskan lagi seperti apa
sakitnya bu ?

Bu Siti : Wis pokoknya sakit bu kayak ditusuk pecahan kaca dan ilang timbul-ilang timbul.
Lalu saya muntah-muntah dan saya sampai keluar keringat dingin Bu Bidan. Saya khawatir
sekali bu bidan, takut terjadi apa-apa di rahim saya. Saya juga takut mati mendadak bu bidan

Bidan : (Bidan menunjukkan sikap perhatian, mimik muka serius, mendengarkan sambil
mencondongkan badan ke depan dan menganggukkan kepala). Ibu kok sampai berpikir
terjadi apa-apa di rahim ? Bisa diceritakan bagaimana awal mula kejadiannya ? (Bidan
melakukan eye contact sambil sedikit memiringkan kepala dan menunjukkan mimik ingin
tahu, penuh minat dan bersungguh).

Bu Siti : Pertama kali terasa sangat sakit itu saat saya sedang masak untuk makan malam bu,
tapi sehari sebelumnya memang saya sudah merasa meriang-meriang dan perut saya sakit
seperti sakit maag biasanya, tapi saya pikir ya sakit biasa.

Bidan : mmmmm (sambil mengangguk-angguk), kok sampai mikir ada sesuatu di rahim ?

Bu Siti : Kemarin saya telpon ke tetangga terus diceritain kalau saudaranya ada yang
nyerinya seperti ini terus ternyata ada kista di rahimnya. Saya takut

Bidan : Jadi ibu kesini karena takut kalau ada kista di rahimnya ?

Bu Siti : (mengangguk dengan ekspresi wajah takut)

Bidan : Tidak usah khawatir berlebihan dulu Bu Siti, belum tentu keluhannya sama sakitnya
sama lo bu. Kalau menurut bu Siti sendiri kira-kira apa yang menyebabkan sakit seperti ini,
maksud saya apakah ada sesuatu aktivitas, yang ibu lakukan sebelum sakit muncul yang
berhubungan dengan sakit ini ?

Bu Siti : mmm apa ya bu (Sambil melirik ke kanan atas).....apa karena makan pedas ya, Bu
bidan ?, soalnya seminggu terakhir saya dua kali makan rujak cingur pedas... Tapi kalau saya
coba tenang dan atur nafas..... saat itu nyerinya kemudian berangsur hilang

Bidan : Mm begitu ya.... Bagaimana dengan riwayat menstruasinya bu ?

26
Bu Siti : Menstruasi saya biasanya tidak teratur bu. Bulan lalu saja tidak mens. Itu lo Bu
bidan... setelah ganti KB suntik, sebelumnya pil.

Bidan : Baik ibu, saya lakukan pemeriksaan dulu nggih...

SELESAI

27
DAFTAR PUSTAKA

 Noor Ariyani Rokhmah, Anggorowati. (2017). Komunikasi Efektif Dalam Praktek


Kolaborasi Interprofesi Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan. Journal
of Health Studies, Vol. 1, No.1, 65-71.

 Laura, V.C., Astrid, P.S.,Penggunaan Metode SBAR untuk Komunikasi Efektif antara
Tenaga Kesehatan dalam Konteks Klinis, KELUWIH: Jurnal Kesehatan dan
Kedokteran, Vol.3(1), 57-63.

28

Anda mungkin juga menyukai