Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN

“ Komunikasi Kesehatan “
Dosen Pembimbing : Ibu Endang Setyowati, SST., M.Kes

Disusun Oleh :

SONIA LARASATI
NIM : 181272110005

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERANGIN
YAYASAN HAJI SOEHEILY QARI
BANGKO
2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang


senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga Tugas
individu berupa makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Dalam
pembuatan makalah ini,penulis bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah
Komunikasi Kesehatan dengan judul “ Komunikasi Terapeutik Pada Manusia ”
Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini Penulis mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang telah berperan serta dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi materi yang penulis sajikan maupun dari segi penulisannya. Untuk
itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bangko, 04 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................ 2
D. Manfaat Penulisan Makalah.......................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi...................................................................... 4
B. Tujuan dan Manfaat Komunikasi Teraupetik................................ 6
C. Syarat-syarat Komunikasi............................................................. 8
D. Bentuk Komunikasi................................................................... 9
E. Pengertian Dewasa........................................................................ 9
F. Tugas Perkembangan Awal Masa Dewasa (20-40)...................... 15
G. Dewasa Pertengahan.................................................................. 16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................... 20
B. Saran.............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara
terus-menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan,melaksanakan,
kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal,baik
komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi Bidang Kedokteran dan
Keperawatan serta perubahan konsep perawatan dari perawatan orang sakit
secara individual kepada perawatan paripurna serta peralihan dari pendekatan
yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus pada orang
yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Perawat dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan
disesuaikan dengan tahap perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka
mempunyai sikap,pengetahuan dan keterampilan yang lama menetap dalam
dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. Oleh sebab itu
perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi
dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba
membuat makalah yang mencoba menerapkan model konsep komunikasi
yang tepat pada dewasa.
3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka yang menjadi
permasalahannya mengenai komunikasi teraupetik pada dewasa dalam ilmu
komunikasi kesehatan.

C. Tujuan Penulisan Makalah


a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui definisi, tujuan dan manfaat, syarat, bentuk,
pengertian dewasa dan tugas perkembangan serta dewasa pertengahan.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi komunikasi.
b. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat komunikasi teraupetik.
c. Untuk mengetahui syarat-syarat komunikasi.
d. Untuk mengetahui bentuk komunikasi.
e. Untuk mengetahui pengertian dewasa
f. Untuk mengetahui tugas perkembangan awal masa dewasa (20-40)
g. Untuk mengetahui dewasa pertengahan.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat dari makalah ini yakni, sebagai berikut :
1. Bagi Penyusun (Mahasiswa)
Untuk dapat menambah wawasan penyusun (mahasiswa) terutama
bagi penulis sendiri mengenai komunikasi teraupetik pada dewasa.
2. Bagi Pembaca
Untuk dijadikan bahan bacaan serta menambah pengetahuan si
pembaca setelah materi ini dibaca atau didengar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Komunikasi
Terapeutik Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris yaitu
“Communication”. Kata communucation itu sendiri berasal dari kata latin
“communication” yang artinya pemberitahuan atau pertukaran ide, dengan
pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya
(Suryani, 2005).
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan (As Hornby dalam intan, 2005). Maka disini dapat diartikan
bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu adalah komunikasi yang
direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuahan/pemulihan
pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi
perawat.

B. Tujuan dan Manfaat Komunikasi Teraupetik


Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan
lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan
lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah
diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan
dan akan meningkatkan profesi. Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto,
1994) adalah :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan fikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang
ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya. 3. Memengaruhi orang
lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

4
5

Manfaat komunikasi terapeutik ( Christina, dkk, 2003) adalah :


1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien
melalui hubungan perawat-klien.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

C. Syarat-syarat Komunikasi
Terapeutik Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk 2003)
mengatakan ada 2 persyaratan dasar untuk komunikasi terapeutik efektif :
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan.
2. Komunikasi yang diciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan.

D. Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal
(Potter dan Perry dalam Christina, dkk.,2003) :

1. Komunikasi verbal Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan


ringkas. Pembendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti
denotatif dan konotatif, intonasi mempengaruhi isi pesan, kecepatan
bicara yang memiliki tempo dan jeda yang tepat. a. Jelas dan ringkas
Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan langsung. Makin
sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil terjadi kerancuan. Ulang
bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerima pesan perlu
mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan di mana.
Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide
secara sederhana. b. Pembendaharaan Kata Penggunaan kata-kata yang
mudah dimengerti oleh pasien. Komunikasi tidak akan berhasil jika
pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. c. Arti
6

denotatif dan konotatif Perawat harus mampu memilih kata-kata yang


tidak banyak disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika
menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien. Arti denotatif
memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan ati konotatif merupakan perasaan, pikiran, atau ide yang
terdapat dalam suatu kata. d. Intonasi Nada suara pembicaraan
mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan
karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada
suaranya.
2. Komunikasi non Verbal Komunikasi non verbal berdampak yang lebih
besar dari pada komunikasi verbal. Stuart dan Sundeen dalam suryani,
(2006) meengatakan bahwa sekitar 7 % pemahaman dapat ditimbulkan
karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa paralinguistik dan 55%
karena bahasa tubuh. Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui
beberapa cara yaitu : a. Penampilan fisik Penampilan fisik perawat
mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan keperawatanyang
diterima. Adapun contohnya adalah cara berpakaian, dan berhias
menunjukan kepribadiannya. b. Sikap Tubuh dan Cara Berjalan Perawat
dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap
tubuh dan langkah klien.langkah dapat dipengaruhi olehfaktor fisik,
seperti rasa sakit, obat dan fraktur c. Ekpresi wajah Hasil penelitian
menunjukan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi
wajah, terkejut, takut,marah, jijik bahagia dan sedih. Ekspresi wajah
sering digunakan sebagai dasar peenting dalam menentukan pendapat
interpersonal.. d. Sentuhan Kasih sayang, dukungan emosional, dan
perhatian diberikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian
penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus memperhatikan
norma sosial.
7

E. Pengertian Dewasa
Istilah Adult berasal dari kata latin yang berarti telah tumbuh menjadi
dewasa. Terdapat berbedaan budaya tentang penentuan usia dewasa. Ada yang
menganggap 21 tahun namun secara hukum orang telah dapat bertanggung
jawab akan perbuatannya di usia 18 tahun. Sehingga usia ini orang dianggap
telah syah menjadi dewasa di mata hukum. Masa dewasa dini dimulai usia 18
sampai 40 tahunan, saat perubahan fisik dan psikologis menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif (Elizabeth B. Hurlock).
Istilah "kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa, yang
memenuhi syarat hukum. Sedangkan istilah "Pendewasaan" menunjuk kepada
keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan sebagai dewasa.Hukum
membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam lintas masyarakat
menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang pada orang
belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada
anggapan itu ialah bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan
fisik dan psikisnya memerlukan bimbingan khusus.
Karena ketidakmampuannya maka seorang yang belum dewasa harus diwakili
oleh orang yang telah dewasa sedangkan perkembangan orang kearah
kedewasaan ia harus dibimbing.
1. Menurut konsep Hukum Perdata
Pendewasaan ini ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan pendewasaan
untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas). Keduanya harus
memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk pendewasaan penuh
syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan untuk pendewasaan
terbatas syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun penuh (pasal 421 dan 426
KUHPerdata).
Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang bersangkutan mengajukan
permohonan kepada Presiden RI dilampiri dengan akta kelahiran atau surat
bukti lainnya. Presiden setelah mendengar pertimbangan Mahkamah Agung,
memberikan keputusannya. Akibat hukum adanya pernyataan pendewasaan
8

penuh ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status hukum orang
dewasa. Tetapi bila ingin melangsungkan perkawinan ijin orang tua tetap
diperlukan. Untuk pendewasaan terbatas, prosedurnya ialah yang
bersangkutan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
berwenang dilampiri akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Pengadilan
setelah mendengar keterangan orang tua atau wali yang bersangkutan,
memberikan ketetapan pernyataan dewasa dalam perbuatan-perbuatan hukum
tertentu saja sesuai dengan yang dimohonkan, misalnya perbuatan mengurus
dan menjalankan perusahaan, membuat surat wasiat. Akibat hukum
pernyataan dewasa terbatas ialah status hukum yang bersangkutan sama
dengan status hukum orang dewasa untuk perbuatan-perbuatan hukum
tertentu.
Dalam hukum Perdata, belum dewasa adalah belum berumur umur 21 tahun
dan belum pernah kawin. Apabila mereka yang kawin belum berumur 21
tahun itu bercerai, mereka tidak kembali lagi dalam keadaan belum dewasa.
Perkawinan membawa serta bahwa yang kawin itu menjadi dewasa dan
kedewasaan itu berlangsung seterusnya walaupun perkawinan putus sebelum
yang kawin itu mencapai umur 21 tahun (pasal 330 KUHPerdata). Hukum
perdata memberikan pengecualian-pengecualian tentang usia belum dewasa
yaitu, sejak berumur 18 tahun seorang yang belum dewasa, melalui pernyataan
dewasa, dapat diberikan wewenang tertentu yang hanya melekat pada orang
dewasa. Seorang yang belum dewasa dan telah berumur 18 tahun kini atas
permohonan, dapat dinyatakan dewasa harus tidak bertentangan dengan
kehendak orang tua.
Dari uraian tersebut kita lihat bahwa seorang yang telah dewasa dianggap
mampu berbuat karena memiliki daya yuridis atas kehendaknya sehingga
dapat pula menentukan keadaan hukum bagi dirinya sendiri. Undang-undang
menyatakan bahwa orang yang telah dewasa telah dapat memperhitungkan
luasnya akibat daripada pernyataan kehendaknya dalam suatu perbuatan
hukum, misalnya membuat perjanjian, membuat surat wasiat. Bila hakim
berpendapat bila seseorang dinyatakan dewasa maka ia harus menentukan
9

secara tegas wewenang apa saja yang diberikan itu. Setelah memperoleh
pernyataan itu, seorang yang belum dewasa, sehubungan dengan wewenang
yang diberikan, dapat bertindak sebagai pihak dalam acara perdata dengan
domisilinya. Bila ia menyalahgunakan wewenang yang diberikan maka atas
permintaan orang tua atau wali, pernyataan dewasa itu dicabut oleh hakim. \

2. Menurut konsep Hukum Pidana


Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa. Yang disebut
umur dewasa apabila telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun,
akan tetapi sudah atau sudah pernah menikah. Hukum pidana anak dan
acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum berumur 18 tahun, yang
menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur 17 tahun dan telah
kawin tidak lagi termasuk hukum pidana anak, sedangkan belum cukup umur
menurut pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang belum mencapai umur 21
tahun dan belum kawin sebelumnya. Bila sebelum umur 21 tahun
perkawinannya diputus, ia tidak kembali menjadi "belum cukup umur".
3. Menurut konsep Hukum Adat
Hukum adat tidak mengenal batas umur belum dewasa dan dewasa. Dalam
hukum adat tidak dikenal fiksi seperti dalam hukum perdata. Hukum adat
mengenal secara isidental saja apakah seseorang itu, berhubung umur dan
perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak cakap, mampu atau
tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungan hukum
tertentu pula. Artinya apakah ia dapat memperhitungkan dan memelihara
kepentingannya sendiri dalam perbuatan hukum yang dihadapinya itu.
Belum cakap artinya, belum mampu memperhitungkan dan memelihara
kepentingannya sendiri. cakap artinya, mampu memperhitungkan dan
memelihara kepentingannya sendiri. Apabila kedewasaan itu dihubungkan
dengan perbuatan kawin, hukum adat mengakui kenyataan bahwa apabila
seorang pria dan seorang wanita itu kawin dan dapat anak, mereka dinyatakan
dewasa, walaupun umur mereka itu baru 15 tahun. sebaliknya apabila mereka
10

dikawinkan tidak dapat menghasilkan anak karena belum mampu berseksual,


mereka dikatakan belum dewasa.
4. Menurut konsep Undang-undang R.I sekarang
Berdasarkan Undang-undang R.I yang berlaku hingga sekarang, pengertian
belum dewasa dan dewasa belum ada pengertiannya. Yang ada baru UU
perkawinan No. 1 tahun 1974, yang mengatur tentang:
a. izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan perkawinan apabila
belum mencapai umur 21 tahun (pasal 6 ayat 2);
b. umur minimal untuk diizinkan melangsungkan perkawinan, yaitu pria
19 tahun dan wanita 16 tahun (pasal 7 ayat 2);
c. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin,
berada didalam kekuasaan orang tua (pasal 47 ayat 1);
d. anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah kawin,
yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tuanya, berada dibawah
kekuasaan wali (pasal 50 ayat 1). Tetapi tidak ada ketentuan yang mengatur
tentang "yang disebut belum dewasa dan dewasa" dalam UU ini.

F. Tugas Perkembangan Awal Masa Dewasa (20-40)

1. Mulai bekerja
2. Memilih pasangan
3. Belajar hidup dengan pasangan
4. Mulai membina keluarga
5. Mengasuh anak
6. Mengelola rumah tangga
7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
8. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan
11

G. Dewasa Pertengahan

1. Masa dewasa pertengahan dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun,


yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas
nampak pada setiap orang.
2. Masa Usia Pertengahan
3. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga Negara
4. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia
5. Mengembangkan kegiatan waktu senggang untuk orang dewasa
6. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu
individu
7. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis
yang terjadi pada tahap ini.
8. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir
pekerjaan.
9. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.

1.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian dan role play diatas maka dapat dipahami bahwa Terapeutik
merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan atau
segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional perawat
yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau
pemulihan pasien. Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik
pada orang dewasa perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling
percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
Disamping itu, salah satu tujuan komunikasi terapeutik dewasa adalah
membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan atau
pikirannya serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. penerapan komunikasi pada
dewasa.

B. Saran
1. Bagi Penyusun (Mahasiswa)
Diharapkan agar penyusun (mahasiswa) dapat memahami isi
makalah tentang aspek yang berkaitan dengan komunikasi teraupetik
pada dewasa.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca memberikan saran dan kritikan yang
sifatnya membangun setelah makalah ini dibacakan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktek


Keperawatan. Refika ADITAMA. Bandung.. Potter, Patricia A. (1997).
Fundamental Keperawatan. EGC buku Kedokteran. Jakarta. Purwanto,
Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia. EGC Buku Kedokteran. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai