Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH EKONOMI KESEHATAN

“ Mengidentifikasi Masalah Pembangunan Ekonomi Kesehatan dan Membedakan

Antara Negara Maju dan Negara Berkembang “

Dosen Pembimbing : Bapak Teguh Santoso, SKM., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok III

Nama Anggota :

Sulpina Novia Wiriani NIM : 161272110024

Roby Suryanto NIM : 161272110019

Jhon Vebri W.Sinaga NIM : 161272110009

Hambali Amin NIM : 161272110008

Asmiyanti NIM : 161272110004

YAYASAN HAJI SOEHAILY QARY

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERANGIN

JURUSAN SI KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Kesehatan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi, baik
itu yang datang dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun penyusun menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua juga para sahabat. Terutama pertolongan dari Allah sehingga kendala-
kendala yang penyusun hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ Mengidentifikasi
Masalah Pembangunan Ekonomi Kesehatan dan Membedakan Antara Negara Maju dan
Negara Berkembang “, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, serta berbagai buku.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa dan mahasiswi Stikes
Merangin. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
baiknya penulisan di masa yang akan datang.

Bangko, 17 April 2019


Penulis

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah......................................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi.......................................................................3
2.2 Kesehatan Ditinjau Dari Ilmu Ekonomi Kesehatan.............................................4
2.3 Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat. 7
2.4 Pengertian Pembangunan Kesehatan...................................................................14
2.5 Arah Pembangunan Kesehatan.............................................................................15
2.6 Tujuan Pembangunan Kesehatan.........................................................................16
2.7 Kebijakan Pembangunan Kesehatan....................................................................17
2.8 Perbedaan Antara Negara Maju dan Negara Berkembang...............................21
2.9 Permasalahan Ekonomi Di Negara Maju dan Negara Berkembang.................22

BAB III PENUTUP...............................................................................................................25


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................25
3.2 Saran........................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Robert
W. Fogel mengatakan bahwa antara sepertiga dari pertumbuhan ekonomi Inggris
dalam 200 tahun terakhir dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi makanan
populasinya. Eksistensi dampak dari kesehatan pada pertumbuhan ekonomi dengan
besaran yang mirip juga telah diverifikasi dalam periode waktu dan negara yang
berbeda,
Pembangunan ekonomi sangan erat dengan masalah kesehatan karena
pembangunan ekonomi tidak akan berjalan dengan lancar bila manusianya tidak sehat
dan sakit-sakitan. Undang-undang Nomor. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Dalam istilah instrumental, kesehatan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi dalam sejumlah cara. Sebagai contoh, kesehatan akan mereduksi kerugian
produksi karena penyakit pada pekerja, dan meningkatkan produktivitas orang dewasa
sebagai hasil dari perbaikan nutrisi, juga mengurangi tingkat ketidakhadiran dan
meningkatkan kemampuan belajar pada sekolah anak-anak. Kesehatan juga
memungkinkan penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat digunakan
keseluruhan atau sebagian jika sakit. Kemudian juga, memungkinkan penggunaan
alokasi anggaran keuangan kesehatan untuk hal lain jika tidak terjadi kesakitan.
Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh pembangunan ekonomi terhadap
derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di
Indonesia serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa
yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan   latar   belakang    yang   telah dikemukakan, dapat di rumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari pembangunan ekonomi ?
2. Bagaimana kesehatan ditinjau dari ilmu ekonomi kesehatan ?

1
3. Bagaimana pengaruh pembangunan ekonomi terhadap derajat kesehatan
masyarakat ?
4. Apa pengertian dari pembangunan kesehatan ?
5. Bagaimana arah pembangunan kesehatan ?
6. Apa tujuan dari pembangunan kesehatan ?
7. Apa saja kebijakan pembangunan kesehatan ?
8. Apa saja perbedaan antara negara maju dan negara berkembang ?
9. Apa saja permasalahan ekonomi di negara maju dan negara berkembang ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengertian, arah, tujuan, kebijakan pembangunan
kesehatan dan mengetahui perbedaan serta permasalahan ekonomi di negara maju
dan berkembang.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian pembangunan ekonomi.
b. Untuk mengetahui kesehatan ditinjau dari ilmu ekonomi kesehatan.
c. Untuk mengetahui pengaruh pembangunan ekonomi terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
d. Untuk mengetahui pengertian pembangunan kesehatan.
e. Untuk mengetahui arah pembangunan kesehatan.
f. Untuk mengetahui tujuan pembangunan kesehatan.
g. Untuk mengetahui kebijakan pembangunan kesehatan.
h. Untuk mengetahui perbedaan antara negara maju dan negara berkembang.
i. Untuk mengetahui permasalahan ekonomi di negara maju dan negara
berkembang.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yakni, sebagai berikut :
a. Bagi Penyusun (Mahasiswa)
Dapat menambah pengetahuan penyusun mengenai masalah pembangunan
ekonomi kesehatan dan perbedaan antara negara maju dan berkembang.
b. Bagi Pembaca
Dapat menambah pengetahuan si pembaca setelah materi ini dibaca atau
didengar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi


Pembangunan adalah proses pengembangan keseluruhan sistem
penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional, adapaun tujuan nasional
Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat, yakni: ”Melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Pembangunan nasional adalah usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan
nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan tantangan perkembangan global.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic
growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. 
Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter dan berkembang
menjadi krisis ekonomi serta berbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada multi
kehidupan salah satunya adalah kesehatan. Dampak dari krisis moneter atau krisis
ekonomi tersebut, penyebabnya adalah karena terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap
dollar. Tidak kurang sekitar 49,5 juta jiwa atau sekitar 24,2 % dari jumlah seluruh
penduduk Indonesia pada saat ini hidup di bawah garis kemiskinan.
Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis
ekonomi tersebut terhadap derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pelayanan
kesehatan masyarakat di Indonesia serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang
akan ditempuh pada masa yang akan datang. Uraian tentang pengaruh krisis moneter
atau krisis ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat lebih diutamakan pada
status gizi serta perilaku kesehatan masyarakat. Sedangkan uraian tentang pengaruh
krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap kinerja pelayanan kesehatan masyarakat

3
lebih dititik beratkan pada kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Bidan di
Desa serta terhadap kinerja Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
2.2 Kesehatan Ditinjau Dari Ilmu Ekonomi Kesehatan
Masalah kesehatan dapat ditinjau dari segi ilmu ekonomi kesehatan. Karena
sumber daya jumlahnya terbatas, sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam
keperluan maka terjadi persaingan untuk memperoleh sumber daya yang dapat
dialokasikan untuk keperluan kesehatan. Masalah pengalokasian sumber daya ke
dalam maupun di dalam bidang kesehatan inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan.
Oscar Gish (1977:8) dalam Conyers (1991:64) mengatakan bahwa persoalan
penerapan kriteria ekonomi dan keuangan pada sektor kesehatan benar-benar sukar
karena hakekat pelayanan yang perlu disediakan, yaitu menyangkut masalah hidup
atau mati manusia. Konsekuensinya, setiap usaha untuk memotong pembiayaan
kesehatan akan menghadapi tantangan yang tidak kecil dari banyak pihak. Pemerintah
bertanggung jawab dalam merencanakan,mengatur, menyelenggarakan, dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat. Upaya kesehatan akan dilakukan pemerintah secara terpadu, terintegrasi
dan berkesinambungan melalui pencegahan penyakit (preventive), peningkatan
kesehatan (promotive), pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitative). Pemerintah juga memberikan hak yang sama kepada masyarakat
untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan kebebasan untuk menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan.
Pelayanan kesehatan sebagai alat penyembuhan (curative) penekanannya pada
perawatan manusia yang sedang sakit dengan tujuan untuk menghindarkannya dari
kematian dan mengurangi penderitaannya. Penekanan semacam ini telah direfleksikan
dalam bentuk fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada, yang secara fundamental
merupakan tempat di mana orang memerlukan perawatan serta terlihat juga dari cara
latihan bagi tenaga-tenaga perawat kesehatan dan sikap masyarakat pada umumnya.
Penekanan ini juga terlihat dari besarnya pengeluaran pemerintah bagi pelayanan
kesehatan. (Conyers, 1991:65-66).
Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan akibat dari dampak
globalisasi ternyata tidak dapat diterapkan secara optimal pada negara berkembang
dan menyebabkan negara tersebut menderita akibat jeratan hutang luar negeri yang
membesar. Pertumbuhan ekonomi justru tidak mampu mewujudkan kesejahteraan

4
sosial. Oleh karenanya diperlukan revisi agenda pembangunan, yakni pembangunan
sosial yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan.
Dalam bahasa Inggris kata ”Health” mempunyai dua pengertian dalam bahasa
Indonesia, yaitu ”sehat” atau ”kesehatan”. Sehat menjelaskan kondisi keadaan dari
subyek, misalnya anak sehat, orang sehat, ibu sehat dan sebagainya. Sedangkan
kesehatan menjelaskan tentang sifat dari subyek, misalkan kesehatan manusia,
kesehatan masyarakat, kesehatan individu dan sebagainya. Sehat dalam pengertian
kondisi mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan keadaan
seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan
kegiatan sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat .
Masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya usia.
Orang usia lanjut biasanya menderita penyakit degeneratif dan penyakit kronis.
Mereka mempunyai angka morbiditas tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan
kesehatan meningkat pula. Mereka semakin sulit mandiri dan semakin tergantung
pada orang lain. Berbagai gangguan kesehatan tidak teratasi karena faktor sosial,
seperti ketidaktahuan dan faktor ekonomi. Faktor sosial yang terkait dengan usia
lanjut ialah ageism, suatu sistem diskriminasi yang mengandung stereotip yang
menggambarkan orang usia lanjut sebagai orang yang sakit, miskin dan kesepian.
Faktor sosial yang diduga merupakan penyebab utama masalah kematian ialah
kemiskinan yang gawat, dan kelangkaan akses ke pelayanan kesehatan dasar.
Conyers (1991:64) mengatakan bahwa bidang kesehatan memiliki masalah yang
dapat menaikkan pembiayaan pelayanan kesehatan baik dengan latar belakang sosial
maupun ekonomi. Sudut pandang sosial, suatu kenaikan biaya di bidang kesehatan
seharusnya bisa membantu meringankan penderitaan manusia karena penyakit dan
dalam beberapa hal dapat juga menyelamatkan nyawa; sedangkan sudut pandang
ekonomi, masih memperdebatkan bahwa kemajuan kesehatan akan menaikkan
produktifitas tenaga kerja.
Margaret Stacey (1977) dalam Santoso (2010) mengidentifikasi tiga dimensi
konsep kesehatan yaitu 1) Kesehatan yang bertumpu pada konsep kesehatan individu
atau kesehatan masyarakat; 2) Konsep kesehatan yang bertumpu pada kebugaran atau
kesejahteraan; 3) Kesehatan yang bertumpu pada konsep promotif dan preventif.
Ketiga konsep tersebut dikembangkan di Indonesia, hal tersebut tertuang dalam
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

5
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu didukung oleh
tersedianya berbagai macam fasilitas kesehatan yang memadai, seperti sarana fasilitas
kesehatan yang representatif, dan murah yang aksesnya mudah dicapai sehingga dapat
dimanfaatkan secara optimal. Masyarakat yang sehat tentunya akan dapat melakukan
aktifitas dengan kondisi yang prima sehingga produktifitasnya pun dapat terjaga.
Peningkatan biaya yang besar bagi intervensi kesehatan esensial akan
menyebabkan penurunan secara bermakna beban penyakit di negara-negara
berkembang. Perkiraan terbaik dari pengaruh pelayanan kesehatan adalah
menurunnya angka kematian total di negara-negara berkembang akibat penyakit
infeksi menular dan kesehatan ibu yang rendah sekitar 8 juta per tahun pada tahun
2015, yang hal ini berasosiasi dengan penurunan sekitar 330 juta DALYs. Perkiraan
penurunan angka kematian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL I
Angka Kematian Dibawah Usia 60 Tahun, Dibandingkan Ada Tidaknya Intervensi,
Tahun 1998–2020
1998 2010 2020
Tahun Tanpa Dengan Tanpa Dengan
Dasar Intervensi Intervensi Intervensi Intervensi
Grup 1 13,956,996 13,255,530 5,155,625 12,671,000 4,593,479
Infeksi dan 9,073,059 8,903,935 2,849,259 8,763,000 2,804,160
kurang gizi
Gangguan 491,185 360,720 203,645 252,000 87,400
Kesehatan Ibu
Infeksi Saluran 2,101,802 2,175,873 718,038 2,080,000 686,400
Nafas
Gangguan 2,101,802 1,815,001 1,384,682 1,576,000 1,015,519
Kesehatan
Perinatal
Sumber: WHO-SEAR, 2002
Jika terjadi peningkatan status kesehatan yaitu meningkatnya angka harapan
hidup di negara-negara berpendapatan rendah sebesar 0.5 tahun selama 19 tahun,
katakanlah dari 59 tahun menjadi 68 tahun, maka pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi dapat mencapai sekitar 0.5% per tahun.

6
2.3 Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat
Laporan Komisi, menganalisis berbagai hubungan keterkaitan antara kesehatan
dengan pembangunan ekonomi yang dapat diterangkan melalui berbagai mekanisme
dan dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Berikut ini akan diuraikan
pembahasan terhadap enam fokus area, yaitu pertama, kesehatan dan pembangunan,
kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga, memilih intervensi untuk kesehatan yang
lebih baik, keempat Menilai Status Kesehatan Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya
Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan
Kesehatan.
A. Kesehatan dan Pembangunan.
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah
dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja
yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan
mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara
sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja
secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita
anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja
laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai
kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik.
Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika
dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan
masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar
membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang
cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat,
pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris
selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20, dan
pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an dan
tahun 1960-an.
Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang
dilakukan oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan
jumlah kalori untuk bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi
terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris.

7
Melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup,
Fogel memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30%
terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi
kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat
untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang
lebih baik keadaan kesehatan dan pendidikannya. Pada Tabel dibawah ini ditunjukkan
tingkat pertumbuhan dari beberapa negara sedang berkembang pada periode 1965-
1994. Pengelompokan negara-negara tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan dan
angka kematian bayi (sebagai proksi dari seluruh keadaan penyakit pada tahun 1965).
Tabel tersebut menjelaskan di negara-negara dengan tingkat angka kematian bayi
yang rendah menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada periode
tertentu.
TABEL II
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita, 1965-1994 (Didasarkan atas
Pendapatan dan Angka Kematian Bayi, 1965)
Angka Kematian AKB AKB AKB AKB
Bayi (AKB),1965 < 50 50-100 100-150 > 150
Tahun Dasar Pendapatan, 1965
GDP < US$ 750 - 3.7 1.0 0.1
GDP US$ 750-1500 - 3.4 1.1 -0.7
GDP US$ 1500-3000 5.9 1.8 1.1 2.5
GDP US$ 3000-6000 2.8 1.7 0.3 -
GDP > US$ 6000 1.9 -0.5 - -
Sumber: WHO-SEAR, 2002
Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap
peningkatan 10% dari angka harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi minimal 0.3–0.4% pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan
lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara
negara-negara maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara
sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1.6%, dan
pengaruh ini akan terakumulasi terus menerus.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya
usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok
masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya

8
dengan tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya
lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian
secara ekonomis mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih
tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk
menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan
demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada gilirannya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Peranan kesehatan diantara berbagai faktor pertumbuhan ekonomi dapat
digambarkan dalam Diagram 1 dibawah ini. Dalam diagram tersebut dapat dilihat,
pembangunan ekonomi disatu fihak, merupakan fungsi dari kebijakan dan institusi
(kebijakan ekonomi, pemerintahan yang baik, dan penyediaan pelayanan publik), dan
faktor masukan (sumber daya manusia, teknologi, dan modal perusahaan) dilain fihak.
Kesehatan mempunyai peranan ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya
manusia dan modal perusahaan melalui berbagai mekanisme seperti digambarkan.
Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan
ekonomi, hal ini antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban
berat yang diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas,
kependudukan, dan pendidikan mempunyai peranan dalam kinerja ekonomi yang
buruk dan kronis di negara-negara Afrika. Studi terbaru yang dilakukan oleh Bloom
dan Sachs, menemukan bahwa lebih dari setengahnya dari keterbelakangan
pertumbuhan di negara-negara Afrika jika dibandingkan dengan dengan negara-
negara di Asia Timur, secara statistik dapat diterangkan oleh beban berat akibat
penyakit, kependudukan, dan geografis jika dibandingkan dengan variabel-variabel
tradisional dari ekonomi makro dan politik pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya
angka prevalensi penyakit malaria menunjukkan hubungan yang erat dengan
penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen atau lebih setiap tahunnya.
B. Kesehatan dan Kemiskinan
Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan
menengah jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi,
memperlihatkan bahwa angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik
dengan pendapatan, seperti terlihat dalam Tabel 2 dibawah ini. Studi lain dilakukan
oleh Bank Dunia yang membagi keadaan kesehatan antara kelompok penduduk
berpenghasilan tinggi dan rendah pada negara-negara tertentu. Sebagai contoh, tingkat
kematian anak pada quantil termiskin di Bolivia dan Turki diperkirakan empat kali

9
lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian pada quantil terkaya. Dengan
demikian kebijakan yang diarahkan untuk menanggulangi penyakit malaria dan
kekurangan gizi secara langsung merupakan implementasi dari kebijakan mengurangi
kemiskinan.
Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas
dicantumkan dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-
MDGs). Tujuan pembangunan milenium tersebut antara lain: (1) menurunkan angka
kematian anak sebesar dua pertiganya pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990; (2)
menurunkan angka kematian ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada tahun
2015 dari keadaan 1990; dan (3) menahan peningkatan prevalensi penyakit
HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada tahun 2015. Tujuan pembangunan
milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan pada umumnya dan beberapa
tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga terdapat keterkaitan antara upaya
keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di bidang kesehatan.
TABEL III
Angka Harapan Hidup Dan Tingkat Kematian, Menurut Tingkat Kemajuan
Pembangunan Negara (1995-2000)
Tingkat Penduduk Rata-rata Angka Angka Angka
Pembangunan (1999) Pendapatan Harapan Kematian Kematian
Negara Juta Tahunan Hidup Bayi (Per- Anak Balita
(US$) (Tahun) 1000) (Per-1000)
Sangat 643 296 51 100 159
Terbelakang
Pendapatan 1777 538 59 80 120
Rendah
Pendapatan 2094 1200 70 35 39
Menengah-
Bawah
Pendapatan 573 4900 71 26 35
Menengah-Atas
Pendapatan 891 25730 78 6 6
Tinggi
Sub-Sahara 642 500 51 92 151
Afrika
Sumber: Human Development Report 2001, Table 8, and CMH Calculation using World
Development Indicators of the World Bank
Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah:
Pertama, penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya akses
terhadap air bersih dan sanitasi serta kecukupan gizi. Kedua, penduduk miskin

10
cenderung enggan mencari pengobatan walaupun sangat membutuhkan karena
terdapatnya kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan, terbatasnya sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan terbatasnya pengetahuan untuk
menghadapi serangan penyakit.
Konsekuensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga
merupakan bencana jika untuk biaya penyembuhannya mengharuskan menjual aset
yang mereka miliki atau berhutang. Hal ini akan menyebabkan keluarga jatuh
kedalam kemiskinan, dan jika tidak bisa keluar dari hal ini akan mengganggu tingkat
kesejahteraan seluruh anggota keluarga bahkan generasi berikutnya. Serangan
penyakit yang tidak fatal dalam kehidupan awal akan mempunyai pengaruh yang
merugikan selama siklus hidup berikutnya. Pendidikan secara luas dikenal sebagai
kunci dari pembangunan, tetapi masih belum dihargai betapa pentingnya kesehatan
anak dalam pencapaian hasil pendidikan. Kesehatan yang buruk secara langsung
menurunkan potensi kognitif dan secara tidak langsung mengurangi kemampuan
sekolah. Penyakit dapat memelaratkan keluarga melalui menurunnya pendapatan,
menurunnya angka harapan hidup, dan menurunya kesejahteraan psikologis.
C. Memilih Intervensi Untuk Kesehatan Yang Lebih Baik
Di berbagai negara khususnya di negara-negara yang sedang berkembang,
ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan sangat terbatas, oleh
karena itu pemilihan alternatif intervensi kesehatan yang cost-effective menjadi
penting. Pada tahun 1978, melalui Deklarasi Alma Ata tujuan kesehatan bagi semua
telah disetujui oleh seluruh negara anggota.
Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization-WHO). Beberapa
kesepakatan dalam deklarasi tersebut adalah komitmen negara-negara anggota
terhadap keadilan kesehatan, lebih memfokuskan pelayanan kesehatan pencegahan
(preventive) dan peningkatan (promotive) dibandingkan dengan pengobatan
(curative) dan pemulihan (rehabilitative), meningkatkan kerjasama lintas sektoral,
dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
Sampai saat ini beberapa komitmen tersebut belum dapat diwujudkan. Sebagian
besar negara-negara berpendapatan rendah lebih banyak mengalokasikan sumber daya
untuk pelayanan kesehatan pengobatan. Hal ini menyebabkan terjadinya inefisiensi
alokasi, penggunaan teknologi yang tidak tepat, dan inefisiensi teknis. Hanya sedikit
negara yang sukses mencapai kesehatan yang adil dan berhasil menjalin kerjasama
lintas sektor dan partisipasi masyarakat dengan baik.

11
D. Menilai Status Kesehatan Penduduk
Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan berbagai
indikator yang secara garis besar dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama,
berisikan indikator yang menghitung jumlah kematian yang terjadi selama periode
tertentu. Contohnya adalah angka kematian kasar (Crude Death Rate-CDR) dan
angka kematian bayi (Infant Mortality Rate-IMR). Kelompok penduduk yang
mempunyai angka CDR dan IMR yang rendah dikatakan mempunyai status kesehatan
yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang angka CDR dan
IMR nya tinggi.
Kelompok kedua, berisikan berbagai indikator yang memperlihatkan jumlah
orang yang menderita kecacatan akibat penyakit tertentu. Contohnya adalah jumlah
penderita AIDS, Tuberkulosis (TB), Polio, dan sakit mental.
Sama dengan kelompok pertama, kelompok penduduk yang mempunyai jumlah
penderita AIDS atau TB lebih sedikit dikatakan lebih sehat jika dibandingkan dengan
kelompok penduduk yang jumlah penderita penyakit tersebut lebih banyak.
Kedua kelompok indikator tersebut sayangnya tidak menjelaskan kepada kita
kapan kematian atau kecacatan terjadi, bagaimana tingkat parahnya penyakit, dan
berapa lama mereka menderita. Masyarakat pempunyai nilai atau persepsi yang
berbeda tentang hal-hal tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1993 kedua kelompok indikator
tersebut digabungkan kedalam satu indikator yang disebut DALY ( Disability Adjusted
Life Years ) untuk mengukur dengan lebih baik status kesehatan penduduk. DALY
menggambarkan jumlah tahun untuk hidup sehat yang hilang sebagai akibat dari
kematian dan kecacatan. Satu DALY didefinisikan sebagai satu tahun yang hilang
untuk hidup sehat akibat dari kematian dan kecacatan. Penggunaan DALY dapat
digunakan untuk membandingkan kesehatan penduduk dari waktu ke waktu atau
membandingkan antara satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduk lain
dengan lebih mudah dan sederhana. Kesimpulannya, DALY mengukur beban yang
ditimbulkan oleh penyakit yang diakibatkan oleh kematian dan atau kecacatan yang
harus ditanggung oleh masyarakat. Penggunaan indikator DALY dapat dianalogikan
dengan penggunaan indikator HDI (Human Development Index) yang dikembangkan
oleh UNDP yang merupakan indikator komposit dari kesehatan, pendidikan dan
tingkat pendapatan.

12
E. Peningkatan Biaya Kesehatan
Analisis perkiraan biaya untuk meningkatkan cakupan intervensi pelayanan
kesehatan yang esensial telah dilakukan terhadap 49 kegiatan prioritas di 89 negara
miskin. Intervensi ini telah diidentifikasi sebagai kunci keberhasilan untuk menangani
keadaan kesehatan bagi penduduk miskin. Perluasan kegiatan ini didasarkan atas
tingkat cakupan yang akan dicapai pada tahun 2007 dan 2015 dengan data dasar tahun
2002.
Analisa biaya direncanakan untuk memperkirakan tambahan biaya yang
diperlukan untuk perluasan pelayanan yang didasarkan atas kondisi saat ini. Biaya
yang diperlukan untuk memperluas kegiatan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada
Tabel berikut :
TABEL IV
Peningkatan Biaya Intervensi Kesehatan

Total Pengeluaran Kesehatan Biaya Inkremental

2002 (Tahun
2007 2015 2007 2015
dasar)
Semua Negara 106.1 162.8 200.3 25 46
(3.7%) (4.5%) (3.9%) (0.7%) (0.9%)

Asia Selatan 36.0 51.4 59.8 7 11


(4.9%) (5.7%) (4.8%) (0.8%) (0.9)

Catatan: Biaya dalam Juta US$, Angka dalam kurung adalah % dari GNP, Berdasarkan 8
Negara Asia Selatan
F. Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan
Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah memerlukan upaya khusus
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama untuk menerapkan sistem DDK
dan dukungan manajemen sangat diperlukan. Komisi menilai secara detil berbagai
hambatan non-finansial yang harus diatasi, (lihat Tabel). Terdapat lima katagori
hambatan yaitu sebagai berikut: (1) pada tingkat keluarga dan masyarakat, (2) tingkat
pelayanan kesehatan, (3) tingkat kebijakan sektor kesehatan dan manajemen strategik,
(4) isu kebijakan publik, dan (5) karakteristik lingkungan.

13
TABEL V
Katagorisasi Hambatan

Tingkat Hambatan
Keluarga dan Masyarakat Terbatasnya permintaan untuk intervensi yang efektif
Hambatan untuk menggunakan intervensi yang efektif :
fisik, biaya, sosial.
Pelayanan Kesehatan Kurangnya dan tidak meratanya distribusi tenaga
profesional kesehatan;
Lemahnya bimbingan teknis, manajemen, dan supervisi;
Tidak cukupnya alokasi obat dan alat kesehatan;
Terbatasnya peralatan dan infrastrutur (termasuk
laboratorium dan komunikasi) dan rendahnya aksesibilitas
pelayanan kesehatan.
Kebijakan Sektor Kesehatan Lemahnya dan tersentralisasinya sistem perencanaan dan
dan Manajemen Strategik manajemen;
Lemahnya kebijakan obat dan peralatan kesehatan;
Tidak memadainya regulasi kefarmasian dan sektor swasta
dan praktek industri;
Kurangnya kerjasama dan kemitraan dibidang kesehatan
antara pemerintah dan masyarakat sipil;
Kurangnya insentif untuk menggunakan input secara
efisien dan tanggapan terhadap kebutuhan pengguna;
Ketergantungan terhadap biaya dari donor sehingga
mengurangi fleksibilitas dan rasa memiliki, kebijakan
donor bertentangan dengan kebijakan negara.
Kebijakan Publik Antar Birokrasi pemerintahan
Sektor Terbatasnya ketersediaan infrastruktur komunikasi dan
transportasi
Karakteristik Lingkungan A. Belum terciptanya Good Governance
Korupsi, pemerintahan yang lemah, lemahnya hukum;
Ketidak stabilan politik dan keamanan;
Prioritas yang rendah bagi sektor sosial;
Rendahnya akuntabilitas publik;
Terbatasnya kebebasan press.
B. Lingkungan Fisik
Keadaan iklim dan geografik sebagai peredisposisi
timbulnya penyakit;
Keadaan fisik yang menghambat palayanan kesehatan

2.4 Pengertian Pembangunan Kesehatan


Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia,
baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.

14
Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang
memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat
sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk
menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan
pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan
hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan
kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs dan
mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta.
Pembangunan Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, supaya terwujud
derajat kesehatan warga masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia) yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Sedangkan pasal 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 dan pasal 1
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bahwa kesehatan adalah
keadaan yang sehat, baik fisik dan mental maupun spiritual dan sosial, yang
memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2.5 Arah Pembangunan Kesehatan
Adapun arah pembangunan kesehatan, sebagai berikut :
1. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
2. Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus
diselengarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan
khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar,
baik di perkotaan mapun di pedesaan.
3. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan
profesionalisme, desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada saat ini.
4. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui
program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat,
pelayanan kesehatan dan didukung oleh sistem pengamatan, Informasi  dan
manajemen yang handal.
5. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan

15
6. Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki
semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif,
berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.
7. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling
mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada
upaya peningkatan kesehatan pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan
rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.
8. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana
dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
9. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi
seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan
keselamatan kerja yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah,
perusahaan dan pekerja.
10. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan
pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban
bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi
muda.
11. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga
harkat martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
12. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anak
terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang
seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
13. Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil
angka kematian, peningkatan kualitas program keluarga berencana.
14. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan
obat-obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada
produsen, pengedar dan pemakai.
2.6 Tujuan Pembangunan Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang
ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki

16
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik
Indonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam
bidang kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera
2.7 Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada
memperhatikan kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai berikut:
1. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.
Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama
lintas sektor merupakan hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta
dimantapkan secara seksama. Sosialisasi masalah-masalah kesehatan pada sektor
lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas sektor harus
mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta melandaskan
dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.
2. Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.
Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu
ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan,
sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran
masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep
pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong bahkan dikembangkan untuk
menjamin terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya kesehatan.
3. Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk
meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan

17
kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan berwawasan kesehatan.
Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum
serta tempat periwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu
air yang memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat
pembuangan sampah, penyediaan sarana pembangunan limbah serta berbagai
sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan
untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari
keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan
peningkatan dan perbaikan berbagai peraturan perundang-undangan, pendidikan
lingkungan sehat sejak dini usia muda serta pembakuan standar lingkungan.
4. Peningkatan Upaya Kesehatanya.
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pennyembuhan penyakit dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus
melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau kritis. Selanjutnya, pemerataan
dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus – menerus diupayakan.
Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis
ekonomi, upaya kesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis
disamping tetap mempertahankan peningkatan pembangunan kesehatan.
Perhatikan khusus dalam mengatasi dapak kritis diberikan kepada kelompok
berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatan tidak memburuk
dan tetap hidup produktif. Pemerintah berttanggung jawab terhadap biaya
pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.
Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan
ditigkatkan melalui pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan
kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil,
melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan penyakit dan
rehabilitas. Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular dan
wabah yang   cenderung meningkat.
Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja
yang tinggi, melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk
perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga kerja serta upaya kesehatan lain

18
yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman
terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah yang kumuh.
5. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
Pengembangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya
pembangunan kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang
ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan teknologi, beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa
dan negara dari etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta
mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu
melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan tenaga kesehatan
perlu diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan
tenaga berbagai negara di luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan
karier tenaga kesehatan mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan
terarah dan seksama serta diserasikan secara bertahap.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JKPM) yakni cara pelayanan
kesehatan melelui penyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk
menjamin tersekenggaranya pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan
bermutu dengan harga yang terkendali. JKPM diselenggarakan sebagai upaya
bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu
disesuaikan atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota
masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan
dibantu melalui system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan
itu dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM.
Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan
asosialisasi perasuransian. Secara bertahap puskesmas dan rumah sakit milik
pemerintah akan dikelolah secara swadana.
6. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.
Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin
ditingkatkan terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama
antara sektor kesehatan dan sektor lain yang yang terkait, dan antara berbagai
program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan
sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengerakan

19
pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk
menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen tersebut
didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan pengambilan
kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut
dikembangkan secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan
sebagai bagian dari pengembangan administrasi mder. Organisasi Departemen
Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi : regulasi, perencanaan
nasional, pembinaan dan pengawasan.
Desentralisasi atas dasar prinsip otonomi yang nyata, dinamis, serasi dan
bertanggung jawab dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan
upaya kesehatan kepada daerah Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan
manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara lebih bertanggung jawab
dalam perencanaan, pembiayaan dan pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan
kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan
pelatihan yang sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut
pula didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai. Untuk itu
perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik berasal dari
anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.
Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan
secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya
untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah
kesehatan dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan.
Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui
jaringan kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian pentig dari
pembangunan kesehatan daerah.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan
obat asli Indonesia, pemberatasan penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian
yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan dikembangkan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta. Setra
meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang terbatas.
Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk

20
mengembangkan gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan masyarakat
yang ada.
8. Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.
Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan
lingkungan sosial dan budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif
terhadap pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan
ketahanan sosial dan budaya masyarakat melalui peningkatan sosioekonomi
masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan
sekaligus meminimalkan dampak negatif dari globalisasi.
2.8 Perbedaan Antara Negara Maju dan Negara Berkembang
Setiap negara menjalankan pembangunan (development) di segala bidang
kehidupan dengan sumber daya yang dimilikinya. Selama prosesnya, ada negara yang
bisa mengalami kemajuan dan ada pula yang masih dalam tahapan berkembang.
Berikut adalah perbedaan negara maju dan negara berkembang. Atau bisa juga
kita katakan adakah ciri-ciri negara maju dan berkembang:
TABEL VI
Perbedaan Antara Negara Maju dan Negara Berkembang
NEGARA MAJU NEGARA BERKEMBANG
Pendapatan per Kapita yang Tinggi Pendapatan per Kapita yang Rendah
Negara maju merupakan negara dengan Ciri utama negara berkembang adalah
pendapatan per kapita yang tinggi. rendahnya pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita yang tinggi penduduknya. Menurut Bank Dunia, negara
menggambarkan standar hidup yang baik berkembang yang berpendapatan menengah
pula. Menurut Bank Dunia, kriteria ke bawah yaitu antara US$876-3,465. Negara
pendapatan per kapita untuk negara maju berkembang yang berpendapatan menengah
adalah di atas US$10,726 per tahun. tinggi, yaitu antara US$3,466-10,275.

Rendahnya Tingkat Pengangguran Masih Tingginya Tingkat Pengangguran


Ciri di bidang ekonomi lainnya adalah Kondisi perekonomian yang belum
rendahnya tingkat pengangguran. Hal ini berkembang menyebabkan sempitnya
karena seluruh sumber ekonomi bisa lapangan kerja sehingga tingkat
dimanfaatkan dengan maksimal. pengangguran di negara berkembang cukup
Pengangguran yang umum terjadi di negara tinggi. Jenis pengangguran yang ditemui di
maju adalah pengangguran friksional, yaitu negara berkembang adalah setengah
pengangguran yang terjadi karena peralihan pengangguran dan pengangguran
tenaga kerja dari pekerjaan satu ke terselubung.
pekerjaan lain.
         

21
Kegiatan Ekonomi Utama di Sektor Perekonomian Mengandalkan Sektor
Industri dan Jasa Primer
Mata pencaharian utama masyarakat di Perekonomian di negara berkembang masih
negara maju adalah bidang industri dan jasa. mengandalkan sektor-sektor primer seperti
Contoh bidang industri adalah industri pertanian, kehutanan, pertambangan, dan
mobil, elektronik, alat-alat berat, pesawat perikanan. Sektor ini masih mengandalkan
terbang, dan makanan jadi. Contoh bidang kekayaan alam. Kegiatan di sektor industri
jasa yaitu jasa keuangan, pendidikan, pengolahan dan jasa masih sangat kurang.
hiburan, dan konsultan. Hal ini karena teknologi produksi yang
dikuasai masih rendah dan hanya
mengandalkan caracara tradisional untuk
mengolah sumber daya yang ada.
Rendahnya Laju Pertumbuhan Tingginya Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Kondisi kependudukan di negara
Ciri kependudukan di negara maju adalah berkembang ditandai dengan tingkat
rendahnya laju pertumbuhan penduduk. Hal kelahiran dan tingkat kematian bayi yang
ini ditandai oleh rendahnya angka kelahiran tinggi. Tingkat kelahiran yang tinggi ini
dan rendahnya angka kematian bayi. dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran
Keadaan ini ditunjang oleh tingginya tentang perencanaan keluarga, pernikahan
kesadaran tentang perencanaan keluarga, usia dini, terbatasnya peran wanita dalam
kemajuan fasilitas kesehatan, penundaan dunia kerja, dan kepercayaan bahwa banyak
usia nikah, dan tingginya partisipasi wanita anak banyak rezeki.
dalam dunia kerja.
Tingginya Tingkat Pendidikan Rendahnya Tingkat Kesehatan dan
Tingkat pendidikan masyarakat di negara Pendidikan
maju sudah sangat tinggi. Hampir seluruh Tingkat kesehatan dan pendidikan di negara
penduduk bisa membaca dan menulis berkembang masih sangat rendah. Hal ini
(melek huruf). Pemerintah mampu terlihat dari terbatasnya fasilitas kesehatan
memberikan jaminan pendidikan dasar dan pendidikan bagi pembangunan sumber
gratis kepada seluruh lapisan masyarakat. daya manusia. Pemerintah belum mampu
Fasilitas pendidikan di negara maju juga menyediakan fasilitas pendidikan dan
tersedia lengkap. kesehatan secara merata bagi seluruh
masyarakat.

2.9 Permasalahan Ekonomi Di Negara Maju dan Negara Berkembang


A. Permasalahan Negara Maju
 Tenaga kerja negara berkembang masuk ke negara maju
Negara maju memiliki pertumbuhan penduduk yang lambat atau bahkan
berangka satu (zero population growth) sehingga negara maju kekurangan tenaga
kerja. Meskipun di negara maju peraturan ketenagakerjaan sudah baik, tetapi tetap
saja arus masuk tenaga kerja dari negara berkembang ke negara maju membawa
dampak negatif.
 Produk negara berkembang banyak masuk kenegara maju.
Globalisasi ekonomi menyebabkan hambatan perdagangan antarnegara
semakin berkurang. Produk negara berkembang seperti dari Cina dan Taiwan

22
banyak beredar dipasar negara Eropa sehingga konsumen lebih banyak memiliki
pilihan produk.
 Investasi negara maju masuk ke negara berkembang
Banyak pengusaha dari negara maju yang menanamkan investasi di negara
berkembang. Mereka berusaha menghindari pajak yang tinggal di negaranya
sendiri dan berusaha untuk menghemat biaya produksi. Disamping itu, negara
berkembang merupakan pasar potensial bagi produk-produk dari luar negeri. Jika
pengusaha dari negara maju membuka perusahaan di negara berkembang, tentu
akan lebih mendekatkan diri dengan konsumen. Hal ini jelas akan lebih
mempermudah sistem pemasarannya. Akibat  langsung dari pengusaha negara
maju yang berinvestasi di negara berkembang adalah menurunnya tingkat
investasi di negara maju tersebut.
 Kerusakan lingkungan meningkat
Negara maju mengklaim bahwa negara berkembanglah yang banyak
membuat kerusakan lingkungan. Hal tersebut dapat dimaklumi karena memang
sebagian besar negera berkembang belum memiliki peraturan yang jelas mengenai
pencemaran lingkungan. Akan tetapi, hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena
banyak juga pengusaha dari negara maju yang mengeruk sumber daya alam
sebesar-besarnya  untuk keperluan produksi. Bahkan, ada pengusaha dari negara
maju yang mengambil sumber daya alam dari negara berkembang tanpa
memperhatikan kelestarian lingkungan. 
B. Permasalahan Negara Berkembang
Masalah-masalah yang dihadapi negara yang sedang berkembang di antaranya:
o Standar hidup yang rendah, yaitu pendapatan nasional perkapita, tingkat
pertumbuhan relative pendapatan nasional dan pendapatan perkapita, distribusi
pendapatan nasioanal, tingkat kemiskinan, kesehatan dan pendidikan.
o Produksi yang rendah, yaitu sumber daya manusia yang tidak memadai dan
kesehatan fisik yang rendah.
o Tingkat pertumbuhan penduduk dan ketergantungan yang terlalu tinggi.
o Tingkat pengangguran terbuka dan terselubung yang terlalu tinggi dan terus
melonjak.
o Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor barang-barang primer.
Hal ini dikarenakan:

23
 Tingkat produksivitas pertanian yang rendah
 Ketergantungan pada ekspor primer
o Sistem hukum dan infrastruktur yang mapan.
o Ketergantungan yang dominan pada dunia internasional.
Berbagai tekanan dan masalah kependudukan yang merupakan masalah
kompleks di negara-negara berkembang, antara lain:
o Kemiskinan; Kemiskinan merupakan perwujudan keadaan serta kekurangan.
Setiap negara memilik ukuran batas kemiskinan yang berbeda dengan negara lain.
o Keterbelakangan; Masalah keterbelakangan sangat berhubungan dengan masalah
kualitas sumber daya manusia. Disamping itu, masalah keterlebakangan sangat
erat hubungannya dengan rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan kesehatan,
kurang terpeliharanya fasilatas-fasilitas umum, dan rendahnya disiplin
masyarakat.
o Pengangguran; Masalah pengangguran  timbul karena ada ketimpangan antara
jumlah angkatan kerja dan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. 
o Kekurangan Modal; Kekurangan modal adalah satu ciri setiap negara yang sedang
mengalami proses pembangunan ekonomi. Kekurangan modal tidak hanya
menghambat percepatan pembangunan, tetapi juga  menyebabkan kesukaran
negara tersebut keluar dari kemiskinan.
o Ketidakmerataan hasil pembangunan; Masalah lain yang dihadapi negara
berkembang adalah melaksanakan pembangunan ekonomi adalah masalah
pemerataan pendapatan.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapatlah kita mengambil kesimpulan, yakni :
a. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu
negaraPembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
b. Dampak Pembangunan Ekonomi dapat mempengaruhi derajat derajat kesehatan
masyarakat. adalah pertama, kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan
kemiskinan, ketiga, memilih intervensi untuk kesehatan yang lebih baik, keempat
Menilai Status Kesehatan Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan
yang keenam, Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan
c. Adapun arah pembangunan kesehatan antara lain Pembangunan kesehatan adalah
bagian integral dari pembangunan nasional, pelayanan kesehatan baik oleh
pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara bermutu, adil dan
merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-
anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan
d. Tujuan pembangunan kesehatan yaitu : meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
3.2 Saran
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami mohon kritik
maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan
kedepannya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita. H.R., 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Jakarta: Graha Ilmu


Jhingan, 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencana, Penerjemah Guritno, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id tanggal 15 Juli 2019
Kartasasmita, Ginanjar. 1994. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang.
Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama. Diunduh dari http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id
tanggal 15 Juli 2019
Mills, Anne. (1990). Ekonomi Kesehatan untuk Negara-negara Sedang berkembang.
Jakarta: Dian Rakyat
Mills, JS. 1909. Principles of Political Economy. Longman, Green and Co : London
Diunduh dari www.journal.unitas-pdg.ac.id tanggal 15 Juli 2019
Sirojuzilam. 2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id tanggal 16 Juli 2019
Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan. Edisi Pertama,
Jakarta: Salemba Empat. Diunduh dari http://digilib.its.ac.id tanggal 16 Juli 2019
Tjiptoherijanto, Prijono. (1994). Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Undang – Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Pembangunan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai