Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN SURVEY

NEED AND DEMAND PELAYANAN KESEHATAN MATA

Disusun oleh :
Kelompok 5
Dian Prasasti Kurniawati 101711133011
Lukis Gatra Siwi 101711133019
Yunita Ayu Nur Qomari 101711133046
Eti Vera Asmaningrum 101711133050

IKM A 2017
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Kesehatan.
Makalah ini disusun agar pembaca mengetahui kebutuhan dan permintaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mata, yang penulis sajikan
berdasarkan tinjauan pustaka dari berbagai sumber. Dalam penyusunan makalah
ini penulis masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran
pembaca dalam perbaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari adanya
kerjasama dari berbagai pihak. Atas kerjasamanya penulis mengucapkan
terimakasih.
Semoga makalah yang penulis susun bermanfaat dan pengetahuan yang
lebih luas kepada pembaca. Terimakasih
Wassalamu’alaikum wr.wb

Surabaya, 20 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... I


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................... 2
C. Manfaat ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................... 3
A. Need dan Demand Untuk Pelayanan Kesehatan ........................ 3
B. Faktor Pengaruh Demand Pelayanan Kesehatan ....................... 5
BAB III METODE SURVEY....................................................................... 12
A. Populasi dan Besar Sampel....................................................... 12
B. Instrumen Penelitian ................................................................. 12
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 12
D. Analisis Data ............................................................................ 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 13
A. Karakteristik Responden........................................................... 13
B. Need Terhadap Pelayanan Kesehatan Mata .......................... 15
C. Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan Mata ..................... 21
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 29
A. Kesimpulan............................................................................... 29
B. Saran ......................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 31
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada teori permintaan konvensional diajukan asumsi bahwa konsumen


mempunyai cukup informasi atau pengetahuan untuk dapat melakukan
pemilihan barang yang dikonsumsi secara optimal. Akan tetapi model yang
sedemikian itu tidak selamanya berlaku secara sempurna dibeberapa pasar,
termasuk diantaranya pasar pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan adanya
asymmetric of knowledge/information yang berjalan dengan kondisi
uncertainly berlaku di pasar pelayanan kesehatan. Seseorang akan
membutuhkan pelayanan kesehatan ketika dia membutuhkan kondisi tubuh
yang sehat. Dengan demikian need and demand pelayanan kesehatan
merupakan derivate atau turunan dari need and demand kesehatan.
Pendekatan yang dilakukan dalam penurunan fungsi permintaan pelayanan
kesehatan adalah teori tentang hubungan perwakilan(agency relationship)
yang pada awalnya dikemukan oleh Evans (1974) dan Van Der Gaag (1972).
Teori yang kedua adalah teori pendekatan sumberdaya manusia atau biasanya
dalam ekonomi kesehatan disebut sebagai investment model oleh Grossman.
Operasi pasar pelayanan kesehatan agak berbeda dengan pasar-pasar lain dan
pasar pelayanan kesehatan akan cenderung gagal untuk beroperasi dengan
baik karena terjadinya beberapa alasan. Kenyataan menunjukkan bahwa
sumberdaya itu langka sedangkan keinginan manusia tidak terbatas yang
akan membentuk landasan penting bagi konsep permintaan dan penawaran.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Need and Demand Masyarakat Umum terhadap Pelayanan
Kesehatan Mata?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Need and Demand Masyarakat Umum terhadap Pelayanan
Kesehatan Mata
1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti

1
Dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman dalam
melakukan kegiatan penelitian dan berhubungan langsung dengan
masyarakat.

2. Bagi Responden

Dapat meningkatkan tingkat kepercayaan mengenai pelayanan


kesehatan mata ketika harapan sesuai dengan kenyataan yang diberikan
oleh fasilitas pelayanan kesehatan yang nantinya akan berpengaruh pada
meningkatnya jumlah kunjungan pada fasilitas pelayanan kesehatan mata.
3. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Mata

Dapat memberikan masukan dan sumbangan pikiran mengenai


kebutuhan dan permintaan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan
mata. Sehingga memberikan tambahan bahan kajian dalam peningkatan
pelayanan kesehatan mata untuk masyarakat.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Need dan Demand Untuk Pelayanan Kesehatan

1. Definisi Need

Menurut Philip Kotler (2002), kebutuhan adalah keinginan manusia


atas barang dan jasa yang perlu dipenuhi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup. Needs menggambarkan kebutuhan dasar manusia
seperti pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan
lainnya. Needs menjadi wants jika kebutuhan tadi telah menjurus pada
satu keinginan yang tertentu yang dapat memberikan kepuasan.
Kebutuhan dibagi menjadi tiga, yaitu perceived needs, expressed needs,
normative needs. Perceived needs atau kebutuhan yang dirasakan adalah
hasrat atau keinginan yang dimiliki oleh semua orang dimana kebutuhan
ini menunjukkan kesenjangan antara tingkat keterampilan / kenyataan
yang nampak dengan yang dirasakan. Sedangkan expressed needs atau
kebutuhan yang diekspresikan yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang
mampu untuk ditunjukkan dalam tindakan. Normative needs adalah
kebutuhan dasar atau sesuai norma yang antara orang satu dengan yang
lainnya sama.
2. Need Terhadap Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan pelayanan kesehatan adalah kuantitas barang atau


pelayanan yang disecara objektif dipandang terbaik untuk digunakan
memperbaiki kondisi kesehatan pasien. Need terhadap pelayanan
kesehatan merupakan fungsi dari need terhadap kesehatannya sendiri
berdasarkan pengalaman selama ini yang dilalui seseorang. Bagi para
ekonom, need adalah suatu pengertian yang evaluatif dan normatif.
3. Definisi Demand Pelayanan Kesehatan
Demand merupakan suatu keinginan, kebutuhan yang
direalisasikan dengan tindakan dan mendapatkan pelayanan kesehatan
secara nyata (Meisa,Yuriska, 2012). Sedangkan, pelayanan kesehatan
merupakan upaya pekerjaan atau kegiatan kesehatan yang ditujukan

3
kepada masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi –
tingginya baik perseorangan maupun masyarakat. Suatu pelayanan
kesehatan harus diukur berdasarkan ketersediaan atau penggunaan,
sehingga demand dapat dilakukan melalui kebutuhan (needs). Seseorang
yang mempunyai ketergantungan dalam kesehatan tentu membutuhkan
demand yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang tidak
mempunyai ketergantungan dengan kesehatan, sehingga demand terhadap
pelayanan kesehatan tergangung terhadap demand akan kesehatannya
sendiri. Oleh karena itu, pengertian demand pelayanan kesehatan
merupakan input yang digunakan untuk proses produksi yang akan
menghasilkan kesehatan, dimana demand terhadap pelayanan rumah sakit
tergantung terhadap demand akan kesehatan sendiri (Meisa,Yuriska,
2012). Jika, dalam lingkup demand dalam pelayanan kesehatan merupakan
barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien dimana
permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis, dokter, dan faktor
lain seperti harga obat dan pendapat pasien. Terdapat beberapa cara dalam
mengukur demand pelayanan kesehatan, diantaranya:
a. Analisis Pasar
Tujuan dari analisa pasar adalah untuk mengtahui keadaan pasar
saat ini dan kemungkinan trend di masa mendatang. Dengan
dilakukannya analisa pasar, maka akan menghasilkan profil pasar
yang memuat tentang informasi konsumen seperti data epidemiologi,
dan kinerja pelayanan kesehatan.
b. Forecasting Demand
Forecasting atau peramalan dilakukan dengan menganalisa data
yang sudah ada yang kemudian akan terbetuk pola mengenai demand
yang terjadi, selanjutnya pola ini akan digunakan untuk meramal
demand yang akan terjadi di masa mendatang, berupa jangka pendek,
menengah atau panjang. Terdapat tiga tahap dalam peramalan
demand:

4
i. Penilaian keadaan umum ekonomi nasional atau lokal, yaitu
mengenai kebijakan ekonomi yang akan memengaruhi pelayanan
kesehatan.
ii. Penilaian terhadap demand total pendudukterhadap pelayanan
kesehatan
iii. Penilaian posisi tempat pelayanan kesehatan terhadap total demand
yang ada.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan
Demand atau permintaan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat untuk meningkatkan
kesehatannya. Ketika seseorang atau masyarakat membutuhkan pelayanan
kesehatan, tentu ia memiliki beberapa alasan yang melatar belakanginya,
beberapa alasan mengapa seseorang membutuhkan pelayanan kesehatan
antara lain:
1. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi konsumsi
Sifat pelayanan kesehatan sebagai komoditi konsumsi membuat
konsumen dalam hal ini pasien akan merasa lebih baik.
2. Pelayanan kesehatan merupakan komoditi investasi
Investasi dalam kesehatan meruakan nilai moneter, karena ketika
kita sakit, waktu yang kita habiskan bukan untuk melakukan tindakan
yang produktif, melainkan melakukan tindakan yang dapat
mengurangi sakit, sehingga hal itu akan menimbulkan kerugian.
Sedangkan jika kita sehat, maka kita dapat melakukan kegiatan yang
produktif.
Selain alasan mengapa seseorang atau masyarakat membutuhkan
pelayanan kesehatan, juga terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
demand terhadap pelayanan kesehatan. Faktor utama yang mempengaruhi
demand pelayanan kesehatan berbeda dengan demand secara umum. Faktor
utama yang paling mempengaruhi demand umum adalah harga, sedangkan
demand pelayanan kesehatan memiliki dua faktor utama, yaitu insiden
penyakit dan tenaga kesehatan (provider), serta ada beberapa faktor yang
tidak mempengaruhi secara dominan terhadap demand pelayanan kesehatan

5
yang terdiri dari faktor ekonomi dan faktor sosio-demografis, berikut adalah
penjelasannya:
a. Insiden Penyakit atau Persepsi Masyarakat Mengenai Kesehatan
Dengan banyaknya insiden penyakit yang terjadi, maka akan
terjadi pula peningkatan terhadap demand pelayanan kesehatan.
Berdasarkan studi literatur, berbagai penelitian menyatakan bahwa hal
ini juga berkaitan persepsi masyarakat mengenai kesehatan masih
berbeda atau belum sesuai dengan konsep sehat-sakit yang sebenarnya.
Menurut Twoddle, apa yang dirasakan sehat bagi seseorang bisa saja
tidak dirasakan sehat bagi orang lain, karena adanya perbedaan
persepsi. Secara objektif seseorang terkena penyakit ditandai dengan
adanya gangguan dari fungsi salah satu atau lebih organ tubuhnya,
namun dia tidak merasa sakit. Atau sebaliknya, seseorang merasa sakit
apabila merasakan sesuatu di dalam tubuhnya, tetapi dari pemeriksaan
klinis tidak diperoleh bukti bahwa ia sakit (Notoatmodjo, 2007).
Penilaian pribadi masyarakat terhadap kesehatan ini dipengaruhi oleh
kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial. Hal ini dapat
mempengaruhi demand pelayanan kesehatan, dimana kebanyakan
masyarakat baru mendatangi atau memanfaatkan pelayanan kesehatan
hanya apabila mereka sudah merasakan sakit yang benar-benar dalam
kondisi tubuhnya sangat lemah dan tidak lagi dapat menjalankan
aktivitasnya seperti biasa, dimana konsep ini berbeda dengan konsep
sehat-sakit yang dipahami oleh provider atau penyedia pelayanan
kesehatan.
b. Tenaga Kesehatan (Provider)
Faktor ini menekankan pada pentingnya keputusan petugas
medis sebagai provider dalam menentukan pelayanan medis yang
diperlukan pasien berdasarkan kondisi kesehatannya Pada situasi ini,
demand pelayanan kesehatan dapat dikurangi atau ditingkatkan. Dalam
bertindak menurut kepentingan pasien, para dokter menggunakan
kesadaran mereka akan sumber keuangan dan kebutuhan medis pasien..
Pada pasar non medis, masyarakat memiliki pengetahuan untuk

6
membeli barang/jasa yang dibutuhkan atau diinginkan, sedangkan
dalam pelayanan kesehatan, pasien tidak memiliki pengetahuan untuk
memutuskan jenis pengobatan yang akan dia terima, ia lebih memilih
dokter atau tenaga kesehatan yang menentukannya. Hal ini
menggambarkan salah satu karakteristik pelayanan kesehatan yaitu
asymmetric knowledge dimana wawasan dokter lebih luas daripada
pasien. Sehingga dengan sifat tersebut, seorang tenaga kesehatan bisa
menciptakan permintaan atau yang disebut demand creation. Jadi
demand creation adalah permintaan yang diciptakan karena terjadi
suatu keadaan dimana dokter berperan sebagai penasehat pasien namun
memiliki kepentingan pribadi yang bertentangan yaitu sebagai penyedia
pelayanan kesehatan. Demand creation ini bisa dinilai negative dan
positif. Positif apabila dokter menerapkan demand creation sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan pasien yang sebenarnya
layaknya tenaga medis dan kesehatan berperan sebagai advisor.
Sebaliknya, akan dinilai negative apabila dokter berperan sebagai
supplier memanfaatkan ketidaktahuan pasien mengenai kondisi
kesehatannya dengan merekomendasikan tambahan pelayanan yang
seharusnya tidak perlu untuk mendapatkan keuntungan. Maka dari itu,
cara untuk mengatasi demand creation negatif antara lain :
a) Edukasi Pasien, dengan meningkatkan pengetahuan pasien mengenai
:
1. Pengetahuan dasar mengenai masalah-masalah medis, yaitu suatu
bentuk informasi yang pada dasarnya pasien tidak harus
memilikinya.
2. Keterangan tentang keadaan pasien, yang meliputi pengetahuan
tentang gejala yang dialami pasien, riwayat kesehatannya, dan
keadaan lingkungan pasien
3. Informasi mengenai penilaian pasien terhadap sakit yang sedang
dideritanya, termasuk preferensi pasien atas berbagai alternative
perawatan yang tersedia, sikap dalam menghadapi faktor risikonya.
b) Memberikan provider financial incentive

7
Dengan memberikan dorongan financial kepada provider diharapkan
kejadian demand creation negative akan berkurang, dan
kesejahteraan financial tenaga kesehatan bisa terjamin. Karena, pada
dasarnya penambahan pelayanan yang tidak perlu diberikan kepada
pasien bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan provider.
c) Mengubah biaya reimbursement menjadi capitation
Pembiayaan reimbursement atau penggantian adalah metode
dimana pasien tidak membayarkan biaya pelayanan kesehatan
kepada provider, karena sebelumnya pasien telah membayar kepada
pihak pengelola asuransi. Jadi pasien tidak perlu mengeluarkan uang,
hanya menunjukkan kartu keanggotaan asuransi kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan di rumah sakit atau klinik yang telah dipilih
dan telah bekerja sama dengan pihak asuransi. Hal tersebut,
kemungkinan besar akan mempengaruhi tenaga kesehatan
melakukan demand creation negative.
Sedangkan sistem kapitasi yaitu metode pembayaran
pelayanan kesehatan dimana provider (dokter atau rumah sakit)
mendapatkan sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode
waktu (biasanya per bulan) untuk pelayanan yang telah ditentukan
per periode waktu tersebut yang didasari jumlah peserta tertanggung
baik dalam keadaan sakit atau sehat yang besarnya dibayarkan di
muka tanpa memperhitungkan jumlah konsultasi atau pemakaian
pelayanan kesehatan, sehingga provider mendapat uang/dana yang
sama besarnya baik saat peserta sehat atau sakit. Semakin banyak
peserta yang sajit dan berobat, maka pemberi pelayanan kesehatan
akan mengalami kerugian.
c. Faktor Ekonomi
1. Pendapatan Keluarga
Menurut Saeed, Abdul-Aziz, dan XicangZhao (2013), pendapatan
keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
mencari pelayanan kesehatan di Ghana. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Napirah, Rahman, Tony (2016),

8
menyatakan bahwa ada hubungan yang sinifikan antara pendapatan
keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, dan
hubungannya positif yaitu kenaikan pendapatan keluarga akan
meningkatkan demand pelayanan kesehatan ketika menderita sakit.
Kemudian untuk keluarga yang memiliki pendapatan rendah masih
sedikit yang memanfaatkan pelayanan kesehatan, hal ini disebabkan
oleh subsidi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat secara
gratis berupa program jaminan kesehatan nasional tetap belum
memenuhi kebutuhannya dalam mendapatkan pelayanan kesehatan,
karena masyarakat masih memerlukan biaya seperti kebutuhan akan
biaya transportasi ke sarana pelayanan kesehatan, ataupun biaya
kebutuhan lain saat menjalani perawatan di rumah sakit ataupun
puskesmas.
2. Biaya Pelayanan Kesehatan
Dalam keadaan pasien memiliki pilihan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, hubungan antara tarif pelayanan dengan
demand pelayanan kesehatan adalah negative, yakni apabila tarif
pelayanan kesehatan meningkat, maka demand akan menurun,
contoh : perawatan facial, operasi lasik. Tetapi hal ini tidak berlaku
pada keadaan darurat yang membutuhkan pertolongan medis segera
yang risikonya apabila tidak segera dilakukan tindakan akan
mengakibatkan kematian. Contohnya adalah tindakan operasi pada
korban kecelakaan lalu lintas.
3. Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan akan
meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan yang berarti
keduanya memiliki hubungan yang positif. Asuransi kesehatan
bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan seseorang
mendapatkan pelayanan kesehatan saat sakit. Sehingga, semakin
banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi kesehatan, maka
demand pelayanan kesehatan menjadi semakin tinggi karena mereka
yang memiliki asuransi akan terdorong menggunakan pelayanan

9
kesehatan sebanyak-banyaknya. Begitupun dengan adanya program
jaminan kesehatan bagi penduduk miskin. Namun, kebanyakan dari
mereka menggunakan kartu jaminan kesehatannya ketika sudah sakit
parah sehingga menimbulkan masalah pada negara, seperti defisit
BPJS yang terjadi di Indonesia saat ini.
d. Faktor Demografis
1. Jenis Kelamin
Pada umumnya, pengeluaran untuk pemanfaatan pelayanan
kesehatan antara laki-laki dan perempuan kurang lebih sama, namun
ada perbedaan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masing-masing.
Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa demand terhadap
pelayanan kesehatan oleh wanita ternyata lebih tinggi daripada laki-
laki. Hasil ini dikarenakan perempuan memiliki insidensi penyakit
yang lebih tinggi daripada laki-laki, kemudian angka kerja
perempuan yang lebih rendah maka kesediaan meluangkan waktu
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan akan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki.
2. Umur
Umur memiliki pengaruh terhadap demand pelayanan preventif
dan kuratif, semakin tua seseorang maka demand terhadap pelayanan
kuratifnya semakin tinggi. Umur juga mempengaruhi demand
terhadap pelayanan kesehatan tertentu, sebagai contoh hubungan
umur dengan pemanfaatan pelayanan rumah sakit berbeda dengan
hubungan antara umur dengan pemanfaatan pelayanan perawatan
gigi.
3. Pendidikan
Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan kesadaran
seseorang akan status kesehatan mereka. Seseorang yang
berpendidikan tinggi cenderung mengurangi pelayanan kesehatan
informal seperti dukun dan lebih memilih pelayanan kesehatan
modern yaitu pelayanan kesehatan oleh dokter dan paramedis.
Masyarakat yang berpendidikan tinggi cenderung menganggap

10
kesehatan sebagai investasi masa depan yang sangat penting,
sehingga kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan
lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang berpendidikan
rendah dimana kesadaran mereka tentang pentingnya kesehatan juga
masih rendah.

4. Preferensi Pasien
Preferensi pasien mengenai pelayanan kesehatan bisa didapatkan
seseorang melalui iklan di televise, radio, surat kabar atau saran dari
orang di sekitar memiliki pengaruh terhadap demand pelayanan
kesehatan. Dengan preferensi tersebut, pasien memiliki motivasi
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan apabila merasakan gejala
sakit.

11
BAB III
METODE SURVEI

A. Populasi dan Besar Sampel

Populasi yang diteliti adalah masyarakat umum dengan besar


sampel yaitu 62 orang.
B. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam survey ini adalah kuesioner.


Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan untuk
memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses
komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan. Kuesioner yang dibuat
bersifat pertanyaan tertutup berupa multiple choice dan pertanyaan
terbuka berupa jawaban pendek.
C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data berupa data primer dimana informasi


di dapat secara langsung dari responden di lapangan dalam hal ini adalah
masyarakat umum dengan cara menyebar kuisioner secara online
menggunakan google form yang dilakukan pada 16 Oktober 2019 – 20
Oktober 2019.
D. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Data yang


sudah terkumpul di analisa statistika deskriptif yaitu menggambarkan hal-
hal yang dilakukan di lapangan kemudian di sajikan dalam bentuk grafik,
diagram dan narasi menggunakan Mc. Excel dan program SPSS.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristiik Responden

Gambar 1. Distribusi Umur Responden

Dari 62 responden, karena sasaran peneliti adalah masyarakat


umum maka didapatkan data distribusi umurnya adalah kelompok umur
yang terbanyak adalah umur 19-20 tahun sebesar 58,06%, terbanyak kedua
sebesar 19,35% yaitu umur 21-22 tahun, rentang umur 17-18 tahun sebesar
14,52%, rentang umur 15-16 tahun sebesar 6,45% dan yang paling sedikit
adalah 1,61% adalah responden yang berumur lebih dari 27 tahun.

Gambar 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden


13
Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa 58,06%
responden kami berjenis kelamin perempuan, dan sisanya 41,94% dari
responden kami adalah berjenis kelamin laki-laki.

Gambar 3. Distribusi Jenis Pekerjaan Responden

Kuisioner yang kami buat disebarkan secara online melalui sosial


media yang mana kontak dari peneliti mayoritas adalah teman-teman dari
peneliti sendiri, sehingga mayoritas responden yang kami dapat adalah
dari kalangan Pelajar/Mahasiswa yaitu sebesar 90,32%, responden yang
bekerja sebagai wiraswasta/wirausaha, pegawai negeri dan lainnya
memiliki persentase yang sama, yaitu sebesar 3,23%.

Gambar 4. Distribusi Tempat Tinggal Responden 14


Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden
kami berdomisili di Kota Surabaya yaitu sebesar 67,74%, dan sebesar
4,84% bertempat tinggal di Kota Situbondo, Madiun, Jombang, Kediri,
dan Malang. Kemudian untuk Kota Lumajang sebesar 3,23% dan 1,61%
yang bertempat tinggal di Tuban, Jabodetabek dan Yogyakarta.

Gambar 5. Distribusi Kepemilikan Asuransi

Dari total responden sebanyak 62 responden, cukup banyak yang


sudah memiliki asuransi kesehatan, baik asuransi pemerintah (BPJS
Kesehatan) ataupun asuransi swasta yaitu sebesar 77,42% dan yang belum
memakai asuransi sebesar 22,58%.

15
4.2 Need Terhadap Pelayanan Kesehatan Poli Mata

Gambar 6. Pendapat Responden tentang Kesehatan Mata


Sebanyak 100% atau seluruh responden kami sudah menganggap bahwa
kesehatan mata itu penting untuk diperhatikan, karena memang mata merupakan
salah satu indera yang sangat diperlukan yaitu untuk melihat.

Gambar 7. Pengalaman gangguan/sakit mata pada responden

Dari 62 responden, ada 43,55% yang pernah mengalami gangguan


kesehatan pada mata, entah itu penurunan ketajaman penglihatan, ataupun infeksi
mata karena alergi atau lain hal. Sebesar 56,45% menyatakan tidak pernah sakit
mata.

16
Gambar 8. Gambaran Tindakan Responden Saat Sakit Mata

Mayoritas dari responden yaitu sebesar 50% menyatakan bahwa apabila


mereka mengalami gangguan kesehatan pada mata, maka tindakan yang dilakukan
adalah langsung mengonsumsi obat tetes mata yang biasa digunakan, kemudian
sebesar 32,36% dari responden berobat ke pelayanan kesehatan/dokter mata, dan
ada yang membiarkannya saja sampai sembuh sebesar 9,68% dari responden.

Gambar 9. Pertimbangan Masyarakat ketika Memilih Fasilitas Pelayanan


Kesehatan

Mayoritas dari responden yaitu sebesar 54,84% memilih fasilitas


pelayanan kesehatan dengan pertimbangan ada atau tidaknya dokter yang
kompeten di bidangnya, 27,42% dari responden mempertimbangkan jarak antara

17
faskes dengan rumahnya, 11,29% dari total responden mempertimbangkan biaya
yang ditarifkan oleh pelayanan kesehatan yang akan didatanginya, dan 4,84%
mempertimbangan lengkap atau tidaknya peralatan medis yang digunakan faskes
tersebut, sisanya mempertimbangkan hal lainnya.

Gambar 10. Pelayanan Kesehatan Mata yang dibutuhkan

Dari 62 responden, sebesar 64,52% membutuhkan pelayanan kesehatan


mata jenis pemeriksaan ketajaman penglihatan atau refraksi untuk menentukan
tingkat kerabunan yang dialaminya, kemudian sebesar 17,74% membutuhkan
pelayanan sejenis konsultasi kesehatan mata atau deteksi dini katarak, dan 12,9%
membutuhkan pelayanan pengobatan untuk penyakit mata luar seperti mata
bintitan.

Gambar 11. Harapan setelah mendapat pelayanan

18
Sebesar 54,84% responden menyatakan bahwa manfaat yang mereka
inginkan setelah menggunakan pelayanan kesehatan poli mata adalah dapat
mencegah berkembangnya penyakit menjadi lebih parah, sebesar 38,71%
mengharapkan setelah mereka menggunakan pelayanan dapat mengobati penyakit
yang sedang diderita dan sebesar 6,46% mengharap mendapatkan resep obat dan
yang lainnya.

Gambar 12. Kebutuhan Fasilitas di Ruang Tunggu


Mayoritas responden mengharapkan ruang tunggu yang nyaman yaitu
disediakan AC, tempat duduk yang nyaman sebesar 64,52%, mengharapkan
disediakan minuman sejenis kopi atau air putih sebesar 16,23%, 9,66% dari
responden mengharapkan mendapat fasilitas berupa bacaan (Koran/majalah),
kemudian sisanya mengharap disediakan TV atau fasilitas lain.

Gambar 13. Biaya Pelayanan yang diharapkan

19
Sebesar 59,68% mengharapkan biaya pelayanan untuk kesehatan mata
ditanggung oleh asuransi, 35,48 lainnya mengharap biaya yang dikeluarkan untuk
mendapat pelayanan kesehatan mata sekitar Rp100.000 – Rp500.000, kemudian
mengharap biaya yang dikeluarkan >Rp500.000 sebesar 3,23%, dan ada juga yang
mengharap biaya untuk pelayanan kesehatan mata hanya sekitar <Rp100.000
yaitu sebesar 1,61%

Gambar 14. Waktu Tunggu yang dibutuhkan/diinginkan


Waktu tunggu yang dinormalkan oleh responden mayoritas (53,23%) adalah
<15 menit, jadi untuk 1 kali pelayanan menghabiskan waktu <15 menit. Sebesar
37,1% responden menginginkan waktu tunggu 15-20 menit, dan 6,45%
berpendapat waktu tunggu yang dibutuhkan sekitar 20-30 menit, serta hanya
3,23% yang berpendapat waktu tunggu >30 menit.

20
Gambar 15. Inovasi Pelayanan Kesehatan Mata yang Diinginkan

Dari 62 responden, 53,23% membutuhkan pemeriksaan kesehatan mata


dasar di puskesmas sebaai inovasi pelayanan kesehatan, 24,19% menginginkan
pemeriksaan refraksi di setiap pelayanan kesehatan mata, yang terbanyak kedua
adalah inovasi pelayanan operasi lasik dengan harga yang terjangkau yaitu sebesar
12,9% dan yang paling rendah adalah pelayanan yang cepat, karena memang
belum tentu pelayanan yang cepat dapat memberikan hasil yang menjamin
kesehatan mata pengguna pelayanan.

4.3 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan Poli Mata

Gambar 16. Penggunaan Poli Mata

Untuk penggunaan atau pemanfaatan pelayanan poli mata yang berarti


adalah demand terhadap pelayanan kesehatan mata diperoleh data bahwa
responden yang pernah menggunakan pelayanan kesehatan mata sebesar 50%, dan
yang tidak pernah juga 50%

21
Gambar 17. Lama Penggunaan Pelayanan Kesehatan Mata

Sebesar 25,61% menyatakan frekuensi menggunakan pelayanan kesehatan


mata adalah <1 kali dalam setahun, 12,9% menyatakan bahwa dalam 1 tahun
mengunjungi pelayanan kesehatan sebanyak 1 kali, serta sebesar 4,84%
menggunakan pelayanan kesehatan mata sebanyak 2 atau >2 kali dalam setahun,
dan sisanya menjawab tidak dan lupa.

Gambar 18. Preferensi Pasien Terhadap Pelayanan

Sebanyak 41,94% dari total responden menyatakan bahwa tidak


mendapatkan informasi/preferensi tentang pelayanan kesehatan dari siapapun atau
dari manapun, sebanyak 25,91% mendapat preferensi dari keluarga yang biasanya
sudah pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan mata dan kemudian
mendapatkan manfaat yang lebih sehingga bisa menyarankan anggota keluarga
lainnya untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan mata tersebut, sebesar 20,97%

22
mendapatkan informasi dari teman/tetangga, dan yang mendapat preferensi dari
sosial media atau poser offline masing-masing sebesar 4,84%.

Gambar 19. Tempat Pelayanan Kesehatan Mata

Mayoritas dari responden yang pernah menggunakan pelayanan kesehatan


menyebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatanyang mereka kunjungi adalah
RS Mata sebesar 20,97%, kemudian 16,13% mengunjungi dokter mata praktik,
11,29% mengunjungi faskes sesuai asuransi/BPJS. Untuk yang mengunjungi
klinik dan puskesmas masing-masing sebesar 8,06% dan 4,84%.

Gambar 20. Faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan

Sebesar 22,58% menggunakan pelayanan kesehatan dengan alasan dokter


yang kompeten di bidangnya, hal ini membuktikan bahwa tenaga kesehatan

23
mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan, 19,35% beralasan menggunakan
sebuah fasilitas kesehatan untuk melakukan pelayanan kesehatan mata terhadap
dirinya dengan alasan jaraknya dekat dengan tempat tinggal, 9,68% menggunakan
pelayanan kesehatan tertentu dengan memperhitungkan biaya pelayanan yang
ditarifkan oleh fasilitas kesehatan tersebut, dan 6,45% mempertimbangkan
kesediaan peralatan pelayanan kesehatan mata yang lengkap dan hanya 3,23%
yang memperhatikan kualitas pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan.

Gambar 21. Tenaga medis/kesehatan yang memberikan pelayanan

Mayoritas dari responden dilayani oleh dokter spesialis mata yaitu sebesar
54,84% yang memang dijamin kompeten dalam memberikan pelayanan kesehatan
mata, dan 3,23% dilayani oleh dokter umum dan refraksionis langsung untuk
melakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan (refraksi).

24
Gambar 22. Jenis Pelayanan Kesehatan Mata yang Diminta

Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat yang


berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan mata utuk melakukan pemeriksaan
ketajaman penglihatan (refraksi) yaitu sebesar 45,16%, sebesar 6,45% melkaukan
pelayanan kesehatan mata untuk pengobatan penyakit mata luar seperti bintitan
ataupun infeksi lainnya, dan 3,23% untuk konsultasi kesehatan mata ataupun
deteksi dini penyakit katarak.

Gambar 23. Harga yang dibayar setelah melakukan pelayanan kesehatan


mata

Harga yang dibayar setelah melakukan pelayanan sekitar Rp100.000 –


Rp500.000 dinyatakan oleh 22,58% dari total responden, 20,97% responden

25
menyatakan bahwa mereka menggunakan asuransi untuk membayar pelayanan
kesehatan mata yang mereka lakukan, 14,52% membayar sebesar <Rp100.000
dan 3,23%nya membayar sekitar Rp500.000 - Rp1.000.000.

Gambar 24. Waktu Tunggu saat Melakukan Pelayanan Kesehatan Mata

Sebesar 15,81% dari responden menyatakan bahwa mereka


menunggu/mengantre untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mata dalam waktu
sekitar 15 – 20 menit, adapun yang mengantre dalam waktu kurang dari 15 menit
sebesar 16,13% dari total responden, dan mengantre sekitar 20-30 menit sebesar
9,68%, serta 8,06% lainnya menunggu dalam waktu lebih dari 30 menit.

Gambar 25. Kemudahan Akses dalam Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

26
54,84% dari responden menyatakan bahwa mereka dapat mengakses
dengan mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, entah itu mengenai
kemudahan transportasi atau yang lainnya, dan 45,16% menyatakan tidak mudak
dalam mengakses pelayanan kesehatan mata.

Gambar 26. Fasilitas yang Didapat di Ruang Tunggu Pelayanan

Sebesar 30,65% dari responden menyatakan bahwa fasilitas yang didapat


ketika menunggu pelayanan berupa ruang tunggu yang nyaman karena tersedia
AC, tempat duduk yang nyaman dan lingkungan ruang tunggu yang bersih,
kemudian 14,52% disediakan fasilitas televise, 4,84% mendapatkan minuman
sejenis kopi atau air mineral dan hanya 1,61% yang menggunakan fasilitas bacaan
(Koran, majalah, leaflet pelayanan).

Gambar 27. Kesediaan Pasien kembali ke Pelayanan

27
Mayoritas dari responden menyatakan bersedia untuk melakukan
pelayanan kesehatan mata kembali di fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah
mereka datangi, yaitu sebesar 51,61%

Gambar 28. Alasan tidak menggunakan Pelayanan Kesehatan Mata

Sebesar 35,48% dari responden menyatakan bahwa mereka merasa tidak


perlu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan mata karena mereka tidak
sedang mengalami gangguan kesehatan mata, 29,03% menyatakan tidak ada
waktu untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan mata, mereka memilih untuk
mengobati keluhannya sendiri, 19,35% menjawab lainnya, dan 8,06% memiliki
alasan bahwa lokasi pelayanan kesehatan mata yang cukup jauh dan tidak ada
biaya.

28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sebagian besar responden, memiliki karakteristik umur 19-20 tahun dengan
paling banyak berjenis kelamin perempuan. Pekerjaan dari responden yang
terbanyak adalah masih sebagai pelajar/mahasiswa dan berdomisili di
beberapa kota di Pulau Jawa, tetapi yang paling banyak berada di Kota
Surabaya. Dari 62 responden, 48 orang menyatakan bahwa mereka memiliki
asuransi, baik itu asuransi kesehatan swasta ataupun asuransi dari pemerintah
seperti BPJS Kesehatan.
2. Semua responden survey ini sudah menyadari pentingya kesehatan mata,
beberapa responden pernah mengalami gangguan/sakit mata. Banyak dari
responden melakukan pengobatan sendiri pada gangguan mata yang
dialaminya dengan menggunakan obat tetes mata. Satu hal yang banyak
menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih suatu pelayanan kesehatan
adalah ada atau tidaknya dokter yang kompeten dalam fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut, dan mayoritas dari mereka membutuhkan jenis pelayanan
kesehatan mata berupa pemeriksaan ketajaman penglihatan/refraksi dengan
harapan setelah melakukan pelayanan kesehatan mata dapat mencegah
penyait atau gangguan mata tambah parah. Biaya yang diharapkan oleh
masyarakat ketika menggunakan pelayanan kesehatan mata adalah dicover
oleh asuransi. Inovasi pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat umum
adalah pelayanan kesehatan mata dasar di fasilitas kesehatan
pertama/puskesmas.
3. Demand pelayanan kesehatan mata yang banyak dilakukan oleh masyarakat
adalah berupa pemeriksaan ketajaman penglihatan (refraksi) dengan jenis
fasilitas kesehatan yang banyak dikunjungi adalah RS Mata, sebagian dari
responden mendapatkan informasi atau saran mengenai tempat pelayanan
kesehatan dari keluarga, teman/tetangga, sosial media dan yang lainnya.
Penggunaan fasilitas kesehatan dipengaruhi oleh ada atau tidaknya tenaga

29
kesehatan yang kompeten dalam pelayanan kesehatan mata tersebut. Untuk
fasilitas di ruang tunggu yang didapatkan yaitu tempat duduk yang nyaman
dan waktu tunggu yang cepat kurang dari 15 menit atau sampai 20 menit
setiap pasien. Alasan masyarakat tidak meggunakan pelayanan kesehatan
mata adalah karena merasa tidak perlu.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil survey, diharapkan fasilitas pelayanan kesehatan
mengembangkan inovasi yang dibutuhkan oleh masyarakat yaiitu adanya
pemeriksaan kesehatan mata dasar di puskesmas atau konsultasi kesehatan mata.

30
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip. 2002.”Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol,terj : Hendra Teguh dan Ronny
AntoniusRusly, Edisi 9”, Jilid 1 dan 2, PT Prenhalindo, Jakarta.

Napirah, M. R., et al. 2016. "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tambarana Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso." Jurnal
Pengembangan Kota4(1): 29-39.

Notoatmodjo, S. 2007. “Kesehatan Masyarakat: Ilmu & Seni”. Jakarta: Rineka


Cipta.

Yuriska Meisa. 2012. “Permintaan Demand dalam Pelayanan Kesehatan”. Disitasi


pada http:// www.scribd.com/doc/96634742/Makalah-Permintaan-Demand-
Dalam-Pelayanan-Ke sehatan (18 Agustus 2019, 22.10 WIB)

31
LAMPIRAN
KUISIONER KEBUTUHAN (NEED) DAN PERMINTAAN (DEMAND)
TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI POLI MATA KEPADA
MASYARAKAT UMUM

Untuk memenuhi tugas Ekonomi Kesehatan Semester V, kami mahasiswa


Fakultas Kesehatan Masyarakat mengajukan kuisioner need and demand. Tujuan
survey ini adalah untuk mengetahui kebutuhan dan permintaan masyarakat umum
terhadap pelayanan kesehatan khususnya terhadap pelayanan kesehatan di Poli
Mata. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Anda meluangkan waktu untuk
menjawab daftar pertanyaan di bawah ini.

Petunjuk Pengisian Kuesioner:


1. Mohon di isi titik-titik sesuai dengan pertanyaan yang tersedia.
2. Mohon diisi dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan tanggapan yang
paling sesuai dengan kondisi Saudara/i rasakan atau alami, tanpa mendapat
pengaruh apapun.

IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Umur :
4. Pekerjaan :
a. Pelajar/mahasiswa
b. pegawai negeri
c. wiraswasta/wirausaha
d. ibu rumah tangga
e. lainnya
5. Apakah Anda memiliki asuransi kesehatan?
a. Ya
b. Tidak (kosongi pertanyaan nomer 6)
6. Apa jenis asuransi yang Anda miliki?

32
a. Jaminan Kesehatan sosial pemerintah (contoh: BPJS)
b. Asuransi swasta, sebutkan, ……………
c. Lainnya, sebutkan …………

PERTANYAAN HEALTH NEED PADA POLI MATA

1. Apakah menurut Anda kesehatan mata itu penting?


a. Ya
b. Tidak
2. Apakah dalam periode 6 (enam) bulan terakhir Anda pernah sakit mata?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika anda merasakan keluhan masalah pada mata, apa yang anda lakukan?
a. Membiarkannya saja sampai sembuh
b. Pengobatan tradisional (jamu)
c. Mengkonsumsi obat (tetes mata)
d. Berobat ke pelayanan kesehatan/dokter mata
e. Lainnya, sebutkan…
4. Apa yang menjadi pertimbangan Anda dalam menentukan tempat/lokasi
fasilitas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di poli mata?
a. Jarak dekat dengan tempat tinggal
b. Biaya terjangkau
c. Peralatan medis lengkap
d. Kualitas pelayanan baik
e. Dokter yang kompeten di bidangnya
f. Lainnya, sebutkan ……………………
5. Jenis pelayanan apa yang anda butuhkan di poli mata?
a. Pemeriksaan ketajaman penglihatan (refraksi)
b. Operasi lasik
c. Konsultasi kesehatan mata/deteksi dini katarak
d. Berobat untuk penyakit mata luar (bintitan, konjungtivitis, keratitis)
e. Lainnya, sebutkan…

33
6. Fasilitas apa yang anda butuhkan di dalam ruang poli mata?
a. Ruangan ber-AC
b. Tempat duduk pemeriksaan yang nyaman
c. Peralatan pemeriksaan yang canggih
d. Lainnya, sebutkan….
7. Apakah yang Anda harapkan setelah melakukan pemeriksaan kesehatan di
poli mata?
a. Mencegah penyakit yang lebih parah
b. Mengobati penyakit yang sedang diderita
c. Mendapatkan resep obat
d. Lainnya, sebutkan ……………..
8. Fasilitas apa yang anda inginkan di ruang tunggu poli mata?
a. TV
b. Bacaan (koram/majalah)
c. Minuman (kopi, air putih)
d. Ruang tunggu yang nyaman (AC, tempat duduk nyaman)
e. Lainnya, sebutkan…
9. Berapa biaya yang anda inginkan untuk bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan mata?
a. Asuransi
b. Rp100.000 – Rp500.000
c. Rp500.000 – Rp1000.000
d. >Rp1000.000
e. Lainnya, sebutkan….
10. Berapa waktu tunggu pelayanan yang anda harapkan selama berobat di poli
mata?
A. <15 menit
B. 15-20 menit
C. 20-30 menit
D. >30 menit
11. Inovasi Pelayanan yang diharapkan
a. Pemeriksaan kesehatan mata dasar di puskesmas

34
b. Operasi lasik dengan harga terjangkau
c. Pelayanan yang cepat
d. Pemeriksaan refraksi

PERTANYAAN HEALTH DEMAND PADA POLI MATA

1. Apakah Anda pernah melakukan pemeriksaan kesehatan di poli mata di suatu


sarana pelayanan kesehatan?
a. Ya
b. Tidak (lanjut ke nomor 13)
2. Jika iya, seberapa sering Anda melakukan pemeriksaan kesehatan di poli
mata?
a. <1 kali setahun
b. 1 kali setahun
c. 2 kali setahun
d. >2 kali setahun
3. Dari mana anda mendapatkan informasi tentang pelayanan kesehatan tempat
anda berobat?
a.teman/tetangga
b. keluarga
c. tv/radio
d. sosial media
e. sebaran poster/leaflet/sejenisnya
4. Di mana Anda biasa melakukan pemeriksaan kesehatan di poli mata?
a. RS Mata
b. Puskesmas
c. Dokter mata praktik
d. Klinik
e. Faskes sesuai Asuransi/BPJS
f. Lainnya, sebutkan
5. Apa alasan anda memilih fasilitas kesehatan tersebut?
a. Jarak dekat dengan tempat tinggal

35
b. Biaya terjangkau
c. Peralatan medis lengkap
d. Kualitas pelayanan baik
e. Dokter yang kompeten di bidangnya
6. Siapakah yang melakukan pemeriksaan di poli mata terhadap Anda?
a. Dokter spesialis mata
b. Dokter umum
c. Refraksionis Optisien (optik)
d. Lainnya, sebutkan ………………………

7. Jenis pelayanan apa yang anda beli/gunakan di poli mata tersebut?


a.Pemeriksaan dasar kesehatan mata, ketajaman penglihatan (refraksi)
b. Operasi lasik
c. Konsultasi kesehatan mata/deteksi dini katarak
d. Berobat untuk penyakit mata luar (bintitan, konjungtivitis, keratitis)
e. Lainnya, sebutkan…
8. Berapa budget yang anda keluarkan setelah mendapatkan pelayanan
kesehatan tersebut?
a. Asuransi
b. <100.000
c. Rp100.000 – Rp500.000
d. Rp500.000 – Rp1000.000
e. >Rp1000.000
f. Lainnya, sebutkan….

9. Berapa waktu tunggu pelayanan pada saat anda berobat di poli mata?
E. <15 menit
F. 15-20 menit
G. 20-30 menit
H. >30 menit
10. Apakah anda mudah mendapatkan/mengakses tempat pelayanan tersebut?
a. Ya

36
b. tidak
11. Fasilitas apa yang anda dapatkan di ruang tunggu poli mata?
a. TV
b. Bacaan (koram/majalah)
c. Minuman (kopi, air putih)
d. Ruang tunggu yang nyaman (AC, tempat duduk nyaman)
e. Lainnya, sebutkan…
12. Apakah Anda bersedia untuk berkunjung kembali ke tempat pelayanan
kesehatan tersebut untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di poli mata di
lain waktu?
a. Ya
b. Tidak

13. Apa alasan Anda tidak melakukan pemeriksaan kesehatan di poli mata?
a. Tidak ada waktu
b. Lokasi fasilitas kesehatan jauh
c. Tidak ada biaya
d. Merasa tidak perlu
c. Lainnya, sebutkan ……………….

37

Anda mungkin juga menyukai