Anda di halaman 1dari 21

EKONOMI KESEHATAN

KONSEP BIAYA

OLEH :

1. ADELSY DAPA NGAILO 1807010149


2. ANGGI FLORENSA THENE 1807010321
3. ARDIAN S. LEKY 1807010252
4. CIMELDA DOUW 1807010448
5. FIRANGGI Z. A. BENU 1807010328
6. KANISIUS EGE 1807010246
7. MAGDARANI KUKU YOWA 1807010090
8. MARIA ANGGRIANI 1807010089
9. MARIA DELSIANA SEVI NAITILI 1807010070
10. MARIA OKTAVIA LERO 1807010105
11. MARIA SAHRA KERON 1807010386
12. ODILIA NANUS 1807010141
13. SEMS APDU ARIS SEIK 1807010183
14. THEODORA YUVENTA PLAIN KOLI 1807010041
15. ULYARTHA TAMPUBOLON 1807010272
16. YUSTINA ANJELA UN 1807010270

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
bimbinganNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Konsep Biaya”. Makalah ini kami susun untuk mengerjakan tugas yang diberikan
pada matakuliah Ekonomi Kesehatan. Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah wawasan bagi penyusun sendiri maupun bagi pembaca.

Dalam isi makalah ini, kami sadar bahwa masih terdapat kekurangan maupun
kesalahan. Baik itu kelengkapan isi materi, maupun kesalahan dalam penyusunan kata
maupun tata bahasa. Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik maupun saran yang
bersifat membangun dari isi makalah ini maupun untuk penyusunan makalah
selanjutnya.

i| Konsep Biaya
DAFTAR ISI
Kata pengantar .......................................................................................................... i

Daftar isi................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................3

A. Konsep Biaya dalam Ilmu Ekonomi ...............................................................3


B. Jenis – Jenis Biaya .........................................................................................4
C. Bentuk – Bentuk Pengendalian Biaya .............................................................8
D. Konsep Tarif dalam Pelayanan Kesehatan ......................................................9
E. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tarif Pelayanan Kesehatan ................. 12
F. Konsep Break Even Point / Titik Impas ........................................................ 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 17
A. Kesimpulan .................................................................................................. 17
B. Saran ............................................................................................................ 17
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 18

ii | Konsep Biaya
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep Biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang
berbeda yaitu biaya dalam artian cost dan biaya dalam artian expense. Biaya (cost)
Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang belum habis masa
pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca.
Pemahaman terhadap konsep biaya sebagai bagian dari akuntansi
mengalami tiga tahap perlakuan yaitu pengukuran, penelusuran dan pembebanan.
Secara konseptual dan atas dasar konsep kontinuitas usaha, biaya akan
diperlakukan sebagai beban pendapatan atau biaya, namun ada elemen laporan lain
yang sifatnya hampir sama dengan biaya namun sebaiknya tidak dimasukkan
sebagai komponen biaya. Karekteristik biaya dapat dipahami dengan mengenali
batasan atau pengertian yang berkaian dengan biaya.
Operasi perusahaan khususnya dibidang kesehatan pada umumnya
merupakan usaha berlanjut yang kompleks dan yang menuntut pemerolehan jasa
bukan untuk jangka pendek melainkan untuk jangka panjang, sehingga jasa
tersebut tidak akan segera habis dalam waktu singkat. Dengan kata lain, perusahaan
memerlukan fasilitas fisis atau potensi jangka panjang sehingga biaya tersebut
harus mengalami dua tahap kritis yaitu pengakuan dan pembebanan. Di antara
kedua kedudukan tersebut biaya mungkin mengalami proses penelusuran berupa
penggabungan, pemecahan dan reklasifikasi sebelum dibebankan ke pendapatan.
Sehingga, secara konseptual biaya diperlakukan terlebih dahulu sebagai asset dan
baru kemudian diakui sebagai biaya.
Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan biaya dapat
dengan mudah diidentifikasi sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan
keuangan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep biaya dalam ilmu ekonomi ?
2. Berapa macam jenis-jenis biaya ?
3. Berapa macam bentuk-bentuk pengendalian biaya ?
4. Bagaimana konsep tarif dalam pelayanan kesehatan ?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tarif pelayanan kesehatan ?
6. Bagaimana konsep break even point / titik impas ?

1| Konsep Biaya
C. TUJUAN
1. Untuk konsep biaya dalam ilmu ekonomi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis biaya
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengendalian biaya
4. Untuk mengetahui konsep tarif dalam pelayanan kesehatan
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tarif pelayanan kesehatan
6. Untuk mengetahui konsep break even point / titik impas

2| Konsep Biaya
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP BIAYA DALAM ILMU EKONOMI


Konsep biaya dalam ekonomi menurut beberapa para ahli :
1. Biaya dalam ekonomi manajerial mencerminkan efisiensi sistem produksi,
sehingga konsep biaya juga mengacu pada konsep produksi, tetapi apabila
pada konsep produksi kita membicarakan penggunaan input secara fisik
dalam menghasilkan output produksi, maka dalam konsep biaya kita
menghitung penggunaan input itu dalam nilai ekonomi yang disebut
biaya.(Gaspersz, 2003)

2. Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau
dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan. (Sunarto, 2003)

3. Biaya merupakan pengorbanan sacrifice yang bertujuan untuk


memproduksi atau memperoleh suatu komoditi. Pengorbanan yang tidak
bertujuan disebut pemborosan dan bukan termasuk biaya. (Gani , 1990)

4. Biaya juga sering diartikan sebagai nilai suatu pengorbanan untuk


memperoleh suatu output tertentu. Pengorbanan itu dapat berupa uang,
barang, tenaga, waktu maupun kesempatan. Dalam analisis ekonomi nilai
kesempatan (untuk memperoleh sesuatu) yang hilang karena melakukan
sesuatu kegiatan lain juga dihitung sebagai biaya, yang disebut biaya
kesempatan/opportunity cost. (Maidin, 2003)

5. Bagi seorang Akuntan, biaya adalah total uang yang dikeluarkan untuk
memperoleh atau menghasilkan sesuatu (Rahardja & Manurung, 2002)

Sehingga, dalam pengertian tentang biaya tersebut di atas, ternyata


terdapat 4 unsur pokok, yaitu :

• Biaya merupakan harga pokok atau bagiannya untuk memperoleh


pendapatan

• Biaya mencerminkan efisiensi sistem produksi

• Biaya merupakan pengorbanan untuk suatu tujuan tertentu

3| Konsep Biaya
• Pengorbanan dapat berupa uang, barang, tenaga, waktu maupun
kesempatan

Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk


menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagi upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari pengertian diatas maka
biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yakni :

1. Penyedia pelayanan kesehatan

Biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan kesehatan adalah besarnya dana
yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Pemakai jasa pelayanan kesehatan

Biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan

B. JENIS-JENIS BIAYA

Untuk keperluan analisis, biaya dapat dikelompokkan menurut beberapa kriteria


(Maidin,2003) yaitu :
1. Pembagian biaya berdasarkan pengaruhnya pada skala produksi
a. Biaya tetap
Biaya tetap (fixed cost = FC), yaitu biaya yang nilainya secara relatif
tidak dipengaruhi oleh besaranya jumlah produksi (output). Biaya ini harus
tetap dikeluarkan walaupun tidak ada pelayanan. Contoh FC adalah nilai
dari gedung yang digunakan, nilai dari peralatan (besar) kedokteran,
ataupun nilai tanah. Nilai gedung dimasukan dalam FC sebab biaya gedung
yang digunakan tidak berubah baik ketika pelayanannya meningkat maupun
menurun. Demikian pula dengan alat kedokteran. Biaya stetoskop relatif
tetap, baik untuk memeriksa dua pasien maupun sepuluh pasien. Artinya
biaya untuk memeriksa dengan suatu alat pada dua pasien sama dengan
biaya untuk memeriksa sepuluh pasien. Dengan demikian biaya alat adalah
tetap dan tidak berubah meskipun jumlah pasien yang dilayani berubah.

b. Biaya variabel
Biaya variabel (variabel cost = VC), adalah biaya yang nilainya
dipengaruhi oleh banyaknya output .Contoh yang termasuk dalam VC

4| Konsep Biaya
adalah biaya obat, biaya makan, biaya alat tulis kantor, biaya pemeliharaan.
Biaya obat dan makanan dimasukan dalam VC karena jumlah biaya tersebut
secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya pelayanan yang diberikan.
Biaya obat dan makanan untuk melayani dua pasien akan berbeda dengan
biaya obat dan makanan untuk melayani sepuluh pasien. Dengan demikian
besarnya biaya obat atau makanan akan selalu berpengaruh secara langsung
oleh banyaknya pasien yang dilayani
Pada umumnya besar volume produksi sudah direncanakan secara rutin.
Oleh sebab itu VC sering juga disebut dengan biaya rutin. Dalam praktek
sering kali dialami kesulitan untuk membedakan secara tegas apakah suatu
biaya termasuk FC atau VC. Contoh dalam menentukan gaji pegawai
misalnya, apakah gaji pegawai dimasukan dalam FC atau VC. Gaji pegawai
kadang–kadang tidak dipengaruhi oleh besarnya output terutama pada
fasilitas pemerintah. Dalam praktek misalnya, penambahan (kenaikan gaji)
atau pengurangan gaji pegawai terutama pada fasilitas pemerintah, tidak
semudah seperti penurunan dan penambahan output pelayanan.
Berdasarkan teori, biaya pegawai sebenarnya dipengaruhi oleh besarnya
output.
Disebuah poliklinik misalnya jika pasien rawat jalan naik pada jumlah
tertentu perlu ditambah tenaga sehingga besar biaya pegawai akan berubah
seiring dengan bertambahnya jumlah pasien. Oleh sebab itu ada yang
mengelompokan gaji pegawai sebagai semi variable cost (SVC).
Total cost adalah jumlah dari fixed cost ditambah variabel cost yang
dalam persamaan sbb : TC = FC + VC

2. Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya


a. Biaya investasi
Biaya Investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung
untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi
ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar
kebiasaan merencanakan dan merealisasi anggaran untuk jangka waktu satu
tahun. Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan pembangunan atau
pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi).
Contoh yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya
pembangunan gedung, biaya pembelian mobil, biaya pembelian peralatan
besar dan sebagainya.
1. Nilai tanah dan bangunan
Pusat biaya produksi : tanah dan bangunan rawat jalan, rawat inap,
apotik, poliklinik
Pusat biaya penunjang : Tanah dan bangunan bagian administrasi,
keuangan, dapur, binatu
2. Nilai kendaraan

5| Konsep Biaya
Ambulance dan kendaraan dinas
3. Nilai peralatan medis
Seluruh peralatan medis yang dipergunakan di masing-masing unit
pelayanan seperti rawat inap, rawat jalan, kamar tindakan, dan
laboratorium
4. Peralatan rumah tangga (non medis)
Semua peralatan rumah tangga yang digunakan untuk menunjang
pelayanan kesehatan seperti : meja, kursi, AC, mesin tik, mesin cuci,
almari, pengangkut pasien, dll

Di beberapa instansi, penetapan apakah suatu biaya termasuk biaya


investasi atau tidak dilakukan dengan melihat harga (nilai) suatu barang. Pada
umumnya besar biaya investasi sudah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, jika
batas yang ditentukan adalah Rp. 100.000,- maka barang yang nilainya kurang
dari Rp. 100.000,- tidak termasuk dalam biaya investasi, meskipun
penggunaannya dapat lebih dari satu (biaya tersebut dimasukan dalam biaya
operasional).

Biaya investasi dihitung dari nilai barang investasi yang disetahunkan


(AIC atau biaya depresiasi atau biaya penyusutan). Nilai barang investasi dalam
analisis biaya harus memperhitungkan (1) harga satuan (nilai awal barang)
masing-masing jenis barang investasi, (2) lama pemakaian barang tersebut, (3)
laju inflasi (tingkat bunga bank) dan (4) umur ekonomis barang tersebut

b. Biaya Operasional
Biaya operasional (operasional cost), adalah biaya yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan dalam suatu proses produksi dan memiliki
sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relatif singkat (kurang dari satu
tahun) contoh yang termasuk dalam biaya operasional antara lain biaya
obat, biaya makan, gaji pegawai, air dan listrik.
Konsep yang sering dipakai secara bersamaan dengan biaya operasional
yaitu Biaya pemeliharaan (mantainance cost). Biaya pemeliharaan adalah
biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan nilai suatu barang investasi
agar dapat terus berfungsi, misalnya biaya pemeliharaan gedung dan
pemeliharaan kendaraan. Antara biaya operasional dan biaya pemeliharaan
dalam praktek sering disatukan menjadi biaya operasional dan
pemeliharaan (operational and mantainance cost). Biaya operasional dan
pemeliharaan, dengan sifatnya yang habis pakai pada umumnya
dikeluarkan secara berulang. Karena itu biaya pemeliharaan sering disebut
sebagai biaya berulang (recurrent cost)
Contoh biaya operasional adalah biaya pegawai (gaji), biaya obat dan
bahan medis, biaya listrik dan air, biaya bahan kantor (ATK), biaya telepon,

6| Konsep Biaya
biaya pemeliharaan barang investasi. Contoh : Biaya Pemeliharaan adalah
biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan nilai suatu barang agar
terus berfungsi. Misalnya biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan
alat medis dan pemeliharaan kendaraan.

Biaya total (total cost = TC), adalah jumlah dari biaya investasi ditambah
biaya operasional, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Cost = Investment Cost (+) Operasional Cost

3. Pembagian biaya berdasarkan fungsi atau aktifitas sumber biaya


a. Biaya langsung
Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya yang dibedakan pada sumber
biaya yang mempunyai fungsih (aktifitas) langsung terhadap output.
Contoh : gaji perawat, biaya obat-obatan, biaya peralatan medis
b. Biaya tidak langsung
Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost), adalah biaya yang dibebankan pada
sumber biaya yang mempunyai fungsi penunjang (aktivitas tak langsung)
terhadap output. Contoh : gaji bagian administrasi, gaji direktur, biaya
ATK, TU, biaya peralatan non medis.

Total Cost, merupakan penjumlahan dari direct cost ditambah indirect


cost, yang dirumuskan sebagai berikut :

Total Cost = Direct Cost (+) Indirect Cost

Unit cost, adalah biaya yang dihitung untuk menghasilkan satu satun
produk (misalnya satu jenis pelayanan). Unit cost diperoleh dari TC dibagi
jumlah produk (Quantity =Q) atau dalam persamaan :

UC = TC/Q

Dengan demikian, dalam menghitung unit cost harus ditetapkan terlebih


dahulu besaran produk (cakupan pelayanan). Unit cost sering kali disamakan
dengan biaya rata-rata (average cost).

7| Konsep Biaya
C. BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN BIAYA
Dalam pengendalian biaya produksi terdapat beberapa elemen yang perlu
diperhatikan adalah pengendalian biaya bahan baku, pengendalian biaya tenaga
kerja langsung dan pengendalian biaya overhead pabrik (Rosidah dan Krisnandi,
2008).
1. Pengendalian Biaya Bahan Baku
Pengendalian bahan baku merupakan penyediaan bahan baku dengan
kuantitas dan kualitas yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan
secara penuh dan dipergunakan secara efisien. Pengendalian bahan baku
meliputi perencanaan pembelian, penerimaan, persediaan, penggunaan, dan
bahan sisa. Biaya bahan baku merupakan biaya yang besar maka
penggunaannya secara efektif merupakan faktor penting dalam menetukan
pencapaian tujuan perusahaan.
Manfaat pengendalian biaya bahan baku antara lain adalah:
1. Mengurangi penggunaan bahan baku yang tidak efisien.
2. Mengurangi atau mencegah penundaan proses produksi karena kekurangan
bahan.
3. Mengurangi resiko pencurian atau kecurangan.
4. Mengurangi penumpukan persediaan.

Tolok ukur dalam pengendalian biaya bahan baku yang perlu ditangani oleh
controller adalah sebagai berikut:

1. Pembelian dan Penerimaan


2. Membuat SOP pembelian dan penerimaan bahan baku.
3. Penetapan dan pemeliharaan pengecekan interen untuk memastikan bahwa
bahan baku yang dipesan telah dibayar, diterima, dan digunakan sesuai
dengan tujuan.
4. Penetapan varian harga atas pembelian sekarang, melalui perbandingan
biaya yang sebenarnya dengan standar.
5. Membuat standar kuantitas yang dibeli berdasarkan pada program produksi.
6. Pemakaian
7. Membuat standar pemakaian bahan baku.
8. Melakukan perbandingan kuantitas bahan baku yang sebenarnya digunakan
dengan standar.
9. Penyiapan tentang bahan sisa, pemborosan, dan penyimpangan sebagai
hasil dari perbandingan biaya standar

2. Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung


Tolak ukur pengendalian biaya tenaga kerja langsung bagi
seorang controller adalah:

8| Konsep Biaya
1. Menetapkan prosedur-prosedur untuk membatasi banyaknya pegawai
yang dimasukkan ke dalam daftar upah sampai jumlah yang diperlukan
untuk rencana produksi.
2. Menyediakan pra rencana yang akan dipergunakan dalam menetapkan
regu kerja dengan perhitungan standar jam yang diperlukan untuk
program produksi.
3. Melaporkan per jam, per hari, atau per minggu prestasi kerja dari tenaga
kerja yang sebenarnya dibandingkan dengan standarnya
4. Menetapkan prosedur-prosedur untuk pendistribusian biaya tenaga kerja
yang sebenarnya termasuk pengklasifikasian biaya tenaga kerja untuk
menyediakan analisis selisih tenga kerja yang informative.
5. Standar-standar tenaga kerja dan revisi-revisi yang diperlukan.
6. Laporan data tambahan mengenai tenaga kerja, seperti:
a. Jam dan biaya lembur, untuk pengendalian lembur.
b. Biaya kotrak komparatif, yaitu perbandingan antara kontrak lama
dengan kontrak baru.
c. Jam kerja rata-rata per minggu, penerimaan rata-rata dan data serupa
untuk negosiasi.

3. Pengendalian Biaya Overhead Pabrik


Sifat dasar dari biaya overhead banyak menimbulkan masalah yang
perlu diperhatikan dan ini menjadi tanggung jawab seorang controller dalam
pengambilan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan biaya overhead.
Keputusan-keputusan tersebut dapat mempengaruhi pengendalian biaya,
penilaian persediaan dan penetapan harga.

D. KONSEP TARIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN


Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah
uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah
sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Tarif rumah sakit merupakan aspek
yang sangat diperhatikan oleh rumah sakit swasta juga oleh rumah sakit milik
pemerintah. Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif memang ditetapkan berda-
sarkan Surat Keputusan Menkes atau Pemerintah Daerah. Hal ini menunjukkan
adanya kontrol ketat pemerintah sebagai pemilik terhadap rumah sakit sebagai
firma atau pelaku usaha. Akan tetapi disadari bahwa tarif pemerintah umumnya
mempunyai cost-recovery (pemulihan biaya) yang rendah. Apabila tarif
mempunyai tingkat pemulihan biaya rendah diberlakukan pada kelas pelayanan
bawah (misal kelas III) maka hal tersebut merupakan sesuatu yang layak, sehingga

9| Konsep Biaya
terjadi subsidi pemerintah bagi masyarakat miskin untuk menggunakan pelayanan
rumah sakit. Akan tetapi, apabila tingkat pemulihan biaya ternyata juga rendah
untuk kelas VIP misalnya, maka dapat terjadi subsidi untuk masyarakat atas.
Adanya kebijakan swadana telah memberikan wewenang penetapan tarif pada
direktur rumah sakit, khususnya untuk bangsal VIP dan kelas I yang tidak banyak
mempengaruhi orang miskin. Oleh karena itu, pemahaman mengenai konsep tarif
perlu diketahui oleh para manajer rumah sakit.
Dalam ekonomi mikro, sudah dikenal suatu titik keseimbangan yaitu harga
berada pada equilibrium berdasarkan demand dan supply (Lihat Bab II). Pada
sistem ekonomi yang berbasis pada keseimbangan pasar, jelas bahwa subsidi
pemerintah tidak dilakukan atau terbatas pada masyarakat miskin. Akibatnya, tarif
dibiarkan sesuai dengan permintaan pasar. Akan tetapi, hal ini dapat menyebabkan
terjadinya ketidakadilan yaitu masyarakat miskin sulit mendapatkan pelayanan
rumah sakit, sehingga subsidi perlu diberikan karena keadaan ini sangat penting
pada proses penetapan tarif rumah sakit pemerintah.
Tujuan penerapan tarif :
1. Penetapan Tarif untuk Pemulihan Biaya
Tarif dapat ditetapkan untuk meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit.
Keadaan ini terutama terdapat pada rumah sakit pemerintah yang semakin lama
semakin berkurang subsidinya. Pada masa lalu kebijakan swadana rumah sakit
pemerintah pusat ditetapkan berdasarkan pemulihan biaya (cost-recovery.) Oleh
karena itu, muncul pendapat yang menyatakan bahwa kebijakan swadana berkaitan
dengan naiknya tarif rumah sakit.
2. Penetapan Tarif untuk Subsidi Silang
Dalam manajemen rumah sakit diharapkan ada kebijakan agar masyarakat
ekonomi kuat dapat ikut meringankan pembiayaan pelayanan rumah sakit bagi
masyarakat ekonomi lemah. Dengan konsep subsidi silang ini maka tarif bangsal
VIP atau kelas I harus berada di atas unit cost agar surplusnya dapat dipakai untuk
mengatasi kerugian di bangsal kelas III. Selain subsidi silang berbasis pada
ekonomi, rumah sakit juga diharapkan melakukan kebijakan penetapan tarif yang
berbeda pada bagian-bagiannya. Sebagai contoh IRD mempunyai potensi sebagai
bagian yang mendatangkan kerugian. Oleh karena itu, perlu disubsidi oleh bagian
lain yang mempunyai potensi mendatangkan keuntungan, misalnya instalasi
farmasi. Kebijakan subsidi silang ini secara praktis sulit dilakukan karena terjadi
tarif rumah sakit yang melakukan subsidi silang jauh berada di atas tarif
pesaingnya. Apabila rumah sakit memaksakan melakukan subsidi silang dari tarif–
tarif yang ada dikhawatirkan akan terjadi penurunan mutu pelayanan dalam jangka

10 | Konsep Biaya
panjang dibandingkan dengan rumah sakit yang tidak mempunyai tujuan untuk
subsidi silang.
3. Tujuan Penetapan Tarif untuk Meningkatkan Akses Pelayanan
Ada suatu keadaan rumah sakit mempunyai misi untuk melayani
masyarakat miskin. Oleh karena itu, pemerintah atau pemilik rumah sakit ini
mempunyai kebijakan penetapan tarif serendah mung-kin. Diharapkan dengan
tarif yang rendah maka akses orang miskin menjadi lebih baik. Akan tetapi,
patut diperhatikan bahwa akses tinggi belum berarti menjamin mutu pelayanan
yang baik. Berbagai pene-litian menunjukkan bahwa mutu pelayanan rumah
sakit pemerintah rendah akibat subsidi pemerintah terbatas dan tarif rumah sakit
rendah dengan sistem manajemen yang birokratis. Kegagalan pemerintah
memberikan subsidi cukup bagi biaya operasional dan pemeliharaan rumah
sakit yang mempunyai tarif rendah menyebabkan mutu pelayanan rumah sakit
semakin rendah secara berkesinambungan.
4. Tujuan Penetapan Tarif untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan
Di berbagai rumah sakit pemerintah daerah, kebijakan pene-tapan tarif
pada bangsal VIP dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk peningkatan
mutu pelayanan dan peningkatan kepuasan kerja dokter spesialis. Sebagai
contoh, bangsal VIP dibangun untuk mengurangi waktu spesialis di rumah sakit
swasta. Terlalu lamanya waktu yang dipergunakan dokter spesialis pemerintah
bekerja di rumah sakit swasta dapat mengurangi mutu pelayanan.
5. Penetapan Tarif untuk Tujuan Lain
Beberapa tujuan lainnya, misalnya mengurangi pesaing,
memaksimalkan pendapatan, meminimalkan penggunaan, mencip-takan
corporate image. Penetapan tarif untuk mengurangi pesaing dapat dilakukan
untuk mencegah adanya rumah sakit baru yang akan menjadi pesaing. Dengan
cara ini, rumah sakit yang sudah terlebih dahulu beroperasi mempunyai strategi
agar tarifnya tidak sama dengan rumah sakit baru. Penetapan tarif untuk
memperbesar keuntungan dapat dilakukan pada pasar rumah sakit yang
cenderung dikuasai satu rumah sakit (monopoli). Oleh karena itu, penetapan
tarif dapat dilakukan dengan tujuan memaksimalisasikan pendapatan. Tanpa
kehadiran pesaing dalam suasana pasar dengan demand tinggi, maka tarif dapat
dipasang pada tingkat yang setinggi-tingginya, sehingga dapat meningkatkan
surplus secara maksimal. Ada hal yang menarik tentang penetapan tarif yang
bertujuan minimalisasi penggunaan pelayanan, mengurangi pemakaian, tarif
dapat ditetapkan secara tinggi. Sebagai contoh, tarif periksa umum pada rumah
sakit pemerintah ditetapkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pelayanan
serupa di Puskesmas. Dengan cara ini maka fungsi rujukan dapat ditingkatkan
sehingga masyarakat hanya menggunakan rumah sakit apabila perlu saja.
Penetapan tarif dengan tujuan menciptakan Corporate Image adalah penetapan
tarif yang ditetapkan dengan tujuan meningkatkan citra sebagai rumah sakit
golongan masyarakat kelas atas. Sebagai contoh, berbagai rumah sakit di

11 | Konsep Biaya
Jakarta menetapkan tarif bangsal super VIP dengan nilai yang sangat tinggi.
Timbul kesan seolah-olah berlomba untuk mendapatkan citra rumah sakit
paling mewah.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TARIF PELAYANAN


KESEHATAN
Menurut Azwar (1996), untuk dapat menetapkan tarif pelayanan yang dapat
menjamin total pendapatan yang tidak lebih rendah dari total pengeluaran, banyak
faktor yang perlu diperhitungkan diantaranya:
1) Biaya Investasi
Untuk suatu rumah sakit, biaya investasi (Invesment cost) yang
terpenting adalah biaya pembangunan gedung, pembelian berbagai peralatan
medis, pembelian peralatan non medis serta biaya pendidikan dan pelatihan
tenaga pelaksana sehingga dapat disimpulkan bahwa jika biaya investasi cukup
besar maka tariff pelayanan yang diterapkan akan cenderung mahal.
2) Biaya Kegiatan Rutin
Untuk sarana kesehatan biaya kegiatan rutin (operational cost) yang
dimaksudkan adalah mencakup semua biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan. Ditinjau dari kepentingan pemakai jasa
pelayanan maka biaya kegiatan rutin dapat dibedakan atas dua macam:
a) Biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan (Direct cost)
b) Biaya untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan (Indirect cost)
3) Biaya Rencana Pengembangan
Biaya rencana pengembangan yang dimaksud adalah mulai dari rencana
perluasan bangunan, penambahan peralatan, penambahan jumlah dan
peningkatan pengetahuan serta keterampilan karyawan dan atau rencana
penambahan jenis pelayanan.
4) Besarnya Target Keuntungan
Tergantung dari filosofi yang dianut oleh pemilik sarana kesehatan
sehingga persentase keuntungan tersebut seyogyanya keuntungan suatu sarana
kesehatan tidak boleh sama dengan keuntungan berbagai kegiatan usaha
lainnya.
Penentuan tarif yang ideal dapat dilakukan dengan analisis penetapan
tarif itu sendiri yang bertujuan untuk (Trisnantoro, 2006):
1) Meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit (cost recovery rate) rumah
sakit. Hal ini terutama terdapat pada rumah sakit pemerintah yang
semakin berkurang subsidinya.

12 | Konsep Biaya
2) Peningkatan akses pelayanan.
Salah satu cara meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin adalah dengan menetapkan tarif pelayanan yang
rendah. Penetapan tarif dengan cara ini hendaknya diikuti oleh subsidi
yang memadai dari pemilik atau pemerintah sehingga mutu pelayanan
tetap terjaga.
3) Peningkatan mutu pelayanan.
Di beberapa rumah sakit pemerintah daerah, kebijakan penetapan tarif
pada bangsal kelas I bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
peningkatan kepuasan kerja dokter spesialis.
4) Penetapan tarif dengan tujuan lain.
Penetapan tarif yang bertujuan mengurangi pesaing, memaksimalkan
pendapatan, meminimalkan penggunaan dan menciptakan corporate
image. Penetapan tarif untuk tujuan mengurangi pesaing dilakukan
untuk mencegah rumah sakit baru yang akan menjadi pesaing.
Penetapan tarif untuk memaksimalkan keuntungan dapat dilakukan
pada pasar yang dikuasai oleh salah satu rumah sakit (monopoli),
sehingga pada demand yang tinggi, penetapan tarif dapat dilakukan
setinggi-tingginya. Penetapan tarif dengan bertujuan menciptakan
corporate image adalah penetapan tarif yang ditetapkan dengan tujuan
menciptakan citra sebagai rumah sakit golongan masyarakat kelas atas.

F. KONSEP BREAK EVEN POINT / TITIK IMPAS


Break-Even Point atau sering disingkat dengan BEP adalah suatu titik
atau keadaan dimana penjualan dan pengeluaran sama atau suatu kondisi
dimana penjualan perusahaan cukup untuk menutupi pengeluaran bisnisnya.
Break-even point yang biasanya dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Titik
Impas” ini biasanya membandingkan jumlah pendapatan atau jumlah unit yang
harus dijual untuk dapat menutupi biaya tetap dan biaya variabel terkait dalam
menghasilkan suatu penjualan. Dengan kata lain, Titik Impas atau Break Even
Point adalah titik dimana suatu bisnis tidak mengalami kerugian dan juga tidak
memperoleh keuntungan
Analisis Break-Even Point (BEP) umumnya digunakan untuk
menghitung kapan sebuah usaha/bisnis atau proyek akan menguntungkan
dengan cara menyamakan total pendapatannya dengan total biaya. Dengan
Analisi Break Even Point (BEP) ini, Manajemen Perusahaan dapat mengetahui
jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar tidak mengalami
kerugian dan juga mengetahui jumlah penjualan yang diharuskan untuk
memperoleh tingkat keuntungan tertentu serta membantu manajemen dalam

13 | Konsep Biaya
pengambilan keputusan apakah akan melanjutkan atau memberhentikan
bisnisnya.

1. Pengertian BEP (Break Even Point) menurut Para Ahli

Berikut ini adalah beberapa pengertian BEP atau Definisi BEP (Break-even Point)
menurut para ahli.

▪ Pengertian BEP menurut Yamit (1998:62), Break Even Point atau BEP dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana total pendapatan besarnya sama dengan
total biaya (TR=TC).
▪ Pengertian BEP menurut Mulyadi (1997:72), impas adalah suatu keadaan
dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi, dengan
kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama
dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk
menutup biaya tetap saja.
▪ Pengertian BEP menurut Simamora (2012:170), BEP atau titik impas adalah
volume penjualan dimana jumlah pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak
ada laba maupun rugi bersih.
▪ Pengertian BEP menurut Garrison (2006:335), Break Even Point adalah
tingkat penjualan dimana laba sama dengan nol, atau total penjualan sama
dengan total beban atau titik dimana total margin kontribusi sama dengan total
beban tetap.
▪ Pengertian BEP menurut Hansen dan Mowen (1994:16), Break Even Point
is where total revenues equal total costs, the point is zero profits” atau dalam
bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi Break Even Point adalah di
mana total pendapatan biaya total yang sama, intinya adalah nol keuntungan.
▪ Pengertian BEP menurut Harahap (2004), Break Even Point adalah suatu
kondisi perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian
artinya semua biaya biaya yang telah dikeluarkan untuk operasi produksi bisa
ditutupi oleh pendapatan dari penjualan produk.

14 | Konsep Biaya
2. Cara Menghitung BEP (Break Even Point)
Pada dasarnya, terdapat dua jenis perhitungan BEP yaitu menghitung berapa
unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point dan menghitung berapa
Rupiah penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP. Berikut dibawah ini
adalah rumus-rumus BEP untuk dua jenis perhitungan tersebut.

• Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar
terjadi BEP
Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar
terjadi Break Even Point ini dapat dihitung dengan cara membagi total biaya
tetap produksi (Production Fixed Cost) dengan Harga Jual per Unit (Sales
Price per Unit) dikurangi biaya Variabel yang digunakan untuk menghasilkan
produk (Variable Cost). Berkut ini adalah persamaan atau Rumus BEP
tersebut :
BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / (Harga Jual per Unit –
Biaya Variabel per Unit)
Atau
BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / Margin Kontribusi per unit

• Rumus BEP untuk menghitung berapa Rupiah penjualan yang perlu


diterima agar terjadi BEP
Rumus BEP untuk menghitung berapa Rupiah penjualan yang perlu diterima
agar terjadi Break Even Point ini dapat dihitung dengan cara membagi total
biaya tetap produksi (Production Fixed Cost) dengan Harga Jual per Unit (Sales
Price per Unit) dikurangi biaya Variabel yang digunakan untuk menghasilkan

15 | Konsep Biaya
produk (Variable Cost) kemudian dikalikan dengan Harga per Unit lagi. Berkut
ini adalah persamaan atau Rumus BEP tersebut :
BEP (dalam Rupiah) = Biaya Tetap Produksi / (Harga per Unit – Biaya
Variabel per Unit) x Harga per Unit
Atau
BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / Margin Kontribusi per unit x
Harga per Unit

Keterangan :

▪ BEP (dalam Unit) = Break Even Point dalam unit (Q)


▪ BEP (dalam Rupiah) = Break Even Point dalam Rupiah (P)
▪ Biaya Tetap (Fixed Cost) = biaya yang jumlahnya tetap (baik sedang
berproduksi atau tidak)
▪ Biaya Variabel (Variable Cost) = biaya yang jumlahnya meningkat sejalan
peningkatan jumlah produksi seperti bahan baku, bahan baku pembantu,
listrik, bahan bakar, dan lain-lain
▪ Harga Jual per unit = harga jual barang atau jasa perunit yang dihasilkan.
▪ Biaya Variabel per unit = total biaya variabel per Unit (TVC/Q)
▪ Margin Kontribusi per unit = harga jual per unit – biaya variable per unit
(selisih)

16 | Konsep Biaya
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Biaya sering diartikan sebagai nilai suatu pengorbanan untuk
memperoleh suatu output tertentu. Pengorbanan itu dapat berupa uang,
barang, tenaga, waktu maupun kesempatan. Tarif adalah nilai suatu jasa
pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan
pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah perusahaan
bersedia memberikan jasa kepada pelanggannya.
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagi upaya
kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan nilai terhadap
oupout berupa barang sedangkan tarif adalah nilai terhadap outup
berupa jasa.

B. SARAN
Sebagai seorang calon sarjana kesehatan kesehatan masyarakat
sangat penting untuk mempelajari, memahami serta mampu menguasai
tentang konsep dan pengendalian terhadap biaya sehingga dapat mampu
mengidentifikasi dan mengalisis pembiayaan khususnya dalam sector
kesehatan.

17 | Konsep Biaya
DAFTAR PUSTAKA

http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/makalah-pengertian-konsep-dan-
jenis.html
http://kebunhadi.blogspot.com/2012/11/pembiayan-kesehatan.html
https://www.kompasiana.com/adityarafadhila/565bb8bacf7e61f204533ec3/efektivi
tas-pengendalian-biaya-produksi?page=all
https://kebijakankesehatanindonesia.net/images/buku/MRS1/MRS_BAB%20X%20-
%20KONSEP%20PENETAPAN%20TARIF%20DAN%20INVESTASI.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7957/08.%20BAB%20II%
20TESIS.pdf?sequence=4&isAllowed=y

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-bep-break-even-point-dan-cara-
menghitung-bep/

18 | Konsep Biaya

Anda mungkin juga menyukai