Anda di halaman 1dari 12

KEBUDAYAAN RUMAH SAKIT

DAN INTERAKSI ANTAR


PASIEN

Disusun Oleh Kelompok:

Adam Jordan 201326110013

Al Delia Puspitasyari 201326110051

Fransiska Hagang Lingai 201326110019

Gregorius Fernando Jalung 201326110020

Mellyana 201326110026
 Sub Kebudayaan Rumah Sakit

WHO (1957) memberi batasan tentang pengertian rumah sakit adalah


bagian menyeluruh atau (integral) dari organisasi sosial dan medis,
berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap pada
masyarakat, baik kuratif, maupun rehabilitatif, dimana pelayanan
keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan, dan rumah sakit juga
merupakan pusat latihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian bio-
sosial. Pengertian lain dari rumah sakit menurut SK Menkes No.983
Tahun 1992, rumah sakit mempunyai tugas penting guna melaksanakan
upaya kesehatan secara berhasil dengan mengutamakan penyembuhan
dan pemulihan yang di laksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Menurut Martin (2002), 3 paradigma konsep budaya
organisasi

 Integrated approach menyatakan bahwa setiap organisasi mempunyai satu jenis budaya yang
mewarnai semua nilai dan perilaku para anggotanya.

 Differentiation approach menekankan pada konsensus subbudaya. Pada pendekatan ini


dimungkinkan bahwasetiap organisasi mempunyai satu atau lebih sub-budaya yang dibedakan
menjadi tiga yaitu: enhancing sub culture yaitu subbudaya yang sejalan dan sama dengan budaya
organisasi, orthogonal sub culture yaitu sub-budaya yang berbeda dengan budaya organisasi
namun tidak bertentangan dan encounter sub culture yaitu sub-budaya yang berlawanan dengan
budaya organisasi. Suatu contoh di RS JHX terdapat beberapa subbudaya. Sub-budaya divisi ICU
berbeda dengan sub-budaya divisi Radiologi.

 Fragmentation approach menyatakan bahwa budaya organisasi tersebut sebenarnya tidak ada;
yang ada adalah nilai-nilai pribadi anggota organisasi.
AHQR menilai budaya keselamatan pasien melalui tiga
aspek:
 Tingkat unit, mencakup: supervisor/manager action promoting safety, organizational learning,
perbaikan berkelanjutan, kerjasama dalam unit di RS, komunikasi yang terbuka, umpan balik dana
komunikasi mengenai kesalahan, respon tidak mempersalahkan terhadap kesalahan manajemen
ketenagakerjaan

 Tingkat rumah sakit, mencakup: dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien,
kerjasama antar unit di RS, perpindahan dan transisi pasien

 Keluaran, mencakup: persepsi keseluruhan staf di RS terkait keselamatan pasien, frekuensi pelaporan
kejadian, peringkat keselamatan pasien, jumlah total laporan kejadian dalam 12 bulan terakhir. IOM
merekomendasikan bahwa prinsip utama dalam mendesain sistem keselatan pasien adalah dengan
kepemimpinan. Keselamatan pasien menjadi tanggung jawab bersama serta menyediakan sumber
daya manusia maupun dana untuk analisa kejadian dan merancang ulang system.
Perilaku Sakit Dan Peranan Pasien

Menurut Suchman dalam Sarwono (2004), ada lima macam reaksi dalam mencari
proses pengobatan sewaktu sakit yaitu:

 Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care
untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk mencari
dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan.

 Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada


lokasi yang sama.

 Procastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit


dirasakan.

 Self Medication atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya
di warung obat.

 Discontuinity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan)


  
Hak dan kewajiban pasien dalam peranan
pelayanan kesehatan
 Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/  Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/
kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya. mengganggu pasien lainnya.
 Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan  Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan
dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit. dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.
 Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam  Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam
keadaan kritis. keadaan kritis.
 Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan  Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan
moril ataupun spiritual. moril ataupun spiritual.
 Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum  Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum
atas terjadinya kasus malpraktik. atas terjadinya kasus malpraktik.
 Pasien berhak memeriksa dan menerima  Pasien berhak memeriksa dan menerima penjelasan
penjelasan pembayaran pembayaran
Hak dan kewajiban pasien dalam peranan
pelayanan kesehatan

 Kewajiban Pasien adalah:


1) Memberi keterangan yang jujur tentangpenyakitnya kepada
petugas kesehatan.
2) Mematuhi nasehat dokter.
3) Menjaga kesehatan dirinya.
4) Memenuhi jasa pelayanan
 
Hubungan Antara Peranan Dalam
Lingkungan
 Suasana lingkungan medis yang menyenangkan merupakan lingkungan yang bisa
membantu adaptasi proses penyembuhan pasien. Bagaimanapun, lingkungan medikal
seringkali diidentifikasikan dengan hal yang menakutkan,menggelisahkan, dan
ketidakpastian yang bisa menekan sistem imunisasi yang mengakibatkan pasien
tinggal lebih lama dan bahkan bisa menimbulkan komplikasi selama masa
penyembuhannya

 Konsep healing environment pada lingkungan rumah sakit ditujukan untuk


menyeimbangkan intervensi ilmu dan teknologi medik dengan potensi internal pasien.
Menurut Dijkstra, healing environment adalah lingkungan fisik fasilitas kesehatan
yang dapat mempercepat waktu pemulihan kesehatan pasien atau mempercepat proses
adaptasi pasien dari kondisi kronis serta akut dengan melibatkan efek psikologis
pasien di dalamnya.
Patrick E. Linton dalam Fifth Symposium in Healthcare Design (1992) mengemukakan model konseptual
untuk total healing environment.

 Kuadran pertama, berisi lingkungan fisik yang berada di luar manusia atau pasien (eksternal), yang terdiri dari
elemen seperti warna, tampilan, peralatan, penampilan staf, pencahayaan dan ransangan sensorik lainnya yang
berhubungan dengan desain.

 Kuadran kedua, mengandung unsur-unsur dalam lingkungan eksternal yang bersifat psikospiritual di alam.
Kuadran ini meliputi hubungan dengan dokter dan perawat, reputasi rumah sakit, perhatian staf, percakapan di
tempat umum, dan bantuan dari kerabat.

 Kuadran ketiga, adalah lingkungan dalam diri manusia atau pasien. Kuadran ini meliputi kondisi fisik pasien,
keberadaan penyakit penyerta, kondisi sistem tubuh yang lain, dan pola makan pasien. Perubahan gaya hidup,
pola makan dan olahraga membentuk kondisi fisik yang baik.

 Kuadran keempat, mungkin merupakan kuadran yang paling kuat dalam healing environment. Kuadran ini
berkaitan dengan apa yang terjadi dalam pikiran, jiwa dan energi individu pasien atau manusia, termasuk hal-hal
seperti pandangan pasien terhadap kehidupan, kondisi psikologis (mental), keinginan untuk hidup, kesediaan
untuk bertanggungjawab, menerima diri sendiri, pandangan terhadp penyakitnya dan kepercayaan terhadap
proses penyembuhan yang dijalani. Ini merupakan potensi terbesar yang belum dimanfaatkan.
Pola Hubungan Antara Pasien Dengan Tenaga Kesehatan

 Hubungan antara pasien dengan rumah sakit, dalam hal ini terutama dokter, memang merupakan
hubungan antara penerima dengan pemberi jasa. Hubungan antara dokter dan pasien pada
umumnya berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif. Namun perlu disadari bahwa
dokter tidak bisa disamakan dengan pemberi/penjualan jasa pada umumnya. Hubungan ini terjadi
pada saat pasien mendatangi dokter/pada saat pasien bertemu dengan dokter dan dokter pun
memberikan pelayanan maka sejak itulah terjadi suatu hubungan hukum.

 Selain dokter, tenaga kesehatan yang memiliki hubungan dengan pasien salah satunya adalah
perawat. Perawat merupakan seorang advokat pasien. Advokat pasien adalah seorang advokat
yang membela hak-hak pasien. Defenisi lain menekankan advokat sebagai pendukung dan
pelindung dari halhal yang merugikan pasien, sumber informasi tentang status kesehatan pasien,
penolong dalam mengidentifikasi kebutuhanpilihan-pilihan, keinginan dan penolong pasien dalam
membuat keputusan yang dibutuhkan dalam pengobatan pasien. Oleh karena itu advokasi
merupakan konsep yang penting dalam praktik keperawatan, peran perawat sebagai advokat disini
harus bertanggung jawab untuk melindungi hak pasien mereka dari adanya penipuan atau
penyimpangan.
Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa tanggung jawab
perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :

 Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara: memastikan
informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien dalam pengambilan
keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian
dari setiap keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.
 Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orangorang disekeliling pasien, dengan cara :
mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain,
mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar setiap
individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran tenaga
kesehatan yang merawatnya.
 Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara: memberikan lingkungan yang
sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien,
dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.,
Thank you
Any question?????

Anda mungkin juga menyukai