Mellyana 201326110026
Sub Kebudayaan Rumah Sakit
Integrated approach menyatakan bahwa setiap organisasi mempunyai satu jenis budaya yang
mewarnai semua nilai dan perilaku para anggotanya.
Fragmentation approach menyatakan bahwa budaya organisasi tersebut sebenarnya tidak ada;
yang ada adalah nilai-nilai pribadi anggota organisasi.
AHQR menilai budaya keselamatan pasien melalui tiga
aspek:
Tingkat unit, mencakup: supervisor/manager action promoting safety, organizational learning,
perbaikan berkelanjutan, kerjasama dalam unit di RS, komunikasi yang terbuka, umpan balik dana
komunikasi mengenai kesalahan, respon tidak mempersalahkan terhadap kesalahan manajemen
ketenagakerjaan
Tingkat rumah sakit, mencakup: dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien,
kerjasama antar unit di RS, perpindahan dan transisi pasien
Keluaran, mencakup: persepsi keseluruhan staf di RS terkait keselamatan pasien, frekuensi pelaporan
kejadian, peringkat keselamatan pasien, jumlah total laporan kejadian dalam 12 bulan terakhir. IOM
merekomendasikan bahwa prinsip utama dalam mendesain sistem keselatan pasien adalah dengan
kepemimpinan. Keselamatan pasien menjadi tanggung jawab bersama serta menyediakan sumber
daya manusia maupun dana untuk analisa kejadian dan merancang ulang system.
Perilaku Sakit Dan Peranan Pasien
Menurut Suchman dalam Sarwono (2004), ada lima macam reaksi dalam mencari
proses pengobatan sewaktu sakit yaitu:
Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care
untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk mencari
dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan.
Self Medication atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya
di warung obat.
Kuadran pertama, berisi lingkungan fisik yang berada di luar manusia atau pasien (eksternal), yang terdiri dari
elemen seperti warna, tampilan, peralatan, penampilan staf, pencahayaan dan ransangan sensorik lainnya yang
berhubungan dengan desain.
Kuadran kedua, mengandung unsur-unsur dalam lingkungan eksternal yang bersifat psikospiritual di alam.
Kuadran ini meliputi hubungan dengan dokter dan perawat, reputasi rumah sakit, perhatian staf, percakapan di
tempat umum, dan bantuan dari kerabat.
Kuadran ketiga, adalah lingkungan dalam diri manusia atau pasien. Kuadran ini meliputi kondisi fisik pasien,
keberadaan penyakit penyerta, kondisi sistem tubuh yang lain, dan pola makan pasien. Perubahan gaya hidup,
pola makan dan olahraga membentuk kondisi fisik yang baik.
Kuadran keempat, mungkin merupakan kuadran yang paling kuat dalam healing environment. Kuadran ini
berkaitan dengan apa yang terjadi dalam pikiran, jiwa dan energi individu pasien atau manusia, termasuk hal-hal
seperti pandangan pasien terhadap kehidupan, kondisi psikologis (mental), keinginan untuk hidup, kesediaan
untuk bertanggungjawab, menerima diri sendiri, pandangan terhadp penyakitnya dan kepercayaan terhadap
proses penyembuhan yang dijalani. Ini merupakan potensi terbesar yang belum dimanfaatkan.
Pola Hubungan Antara Pasien Dengan Tenaga Kesehatan
Hubungan antara pasien dengan rumah sakit, dalam hal ini terutama dokter, memang merupakan
hubungan antara penerima dengan pemberi jasa. Hubungan antara dokter dan pasien pada
umumnya berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif. Namun perlu disadari bahwa
dokter tidak bisa disamakan dengan pemberi/penjualan jasa pada umumnya. Hubungan ini terjadi
pada saat pasien mendatangi dokter/pada saat pasien bertemu dengan dokter dan dokter pun
memberikan pelayanan maka sejak itulah terjadi suatu hubungan hukum.
Selain dokter, tenaga kesehatan yang memiliki hubungan dengan pasien salah satunya adalah
perawat. Perawat merupakan seorang advokat pasien. Advokat pasien adalah seorang advokat
yang membela hak-hak pasien. Defenisi lain menekankan advokat sebagai pendukung dan
pelindung dari halhal yang merugikan pasien, sumber informasi tentang status kesehatan pasien,
penolong dalam mengidentifikasi kebutuhanpilihan-pilihan, keinginan dan penolong pasien dalam
membuat keputusan yang dibutuhkan dalam pengobatan pasien. Oleh karena itu advokasi
merupakan konsep yang penting dalam praktik keperawatan, peran perawat sebagai advokat disini
harus bertanggung jawab untuk melindungi hak pasien mereka dari adanya penipuan atau
penyimpangan.
Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa tanggung jawab
perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :
Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara: memastikan
informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien dalam pengambilan
keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian
dari setiap keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.
Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orangorang disekeliling pasien, dengan cara :
mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain,
mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar setiap
individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran tenaga
kesehatan yang merawatnya.
Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara: memberikan lingkungan yang
sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien,
dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.,
Thank you
Any question?????