DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunianya, sehingga Laporan Praktik Kerja Lapangan II (PKL II) semester V
(lima) tahun 2022 di RSD Idaman Banjarbaru dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun laporan yang kami susun berjudul “Manajemen dan Sistem Informasi
Kesehatan serta Klassifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah – Masalah yang
Berkaitan dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) di RSD Idaman
Banjarbaru.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak akan terlaksana
tanpa ada dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu baik segi
material, spiritual, bimbingan petunjuk, saran maupun fasilitas yang sangat
berguna bagi penyelesaian laporan. Oleh karena itu kami menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Ibu Hj. Nor Wahidah, S.Si. T., M.Kes selaku Pembina Yayasan Husada
Borneo.
2. Ibu dr. Niken Febrihasari Sp.PD selaku Ketua Yayasan Husada Borneo.
3. Ibu Faizah Wardhina, S.Si.T.,M.Kes, selaku ketua STIKES Husada Borneo.
4. Ibu dr. Hj. Endah Labati Silapurna, MH. Kes, selaku Direktur Badan Layana
Umum Daerah Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru.
5. Ibu Nirma Yunita,S.Si.T.,MM selaku Ketua Prodi D3 Perekam Dan
Informasi Kesehatan STIKES Husada Borneo.
6. Ibu Nina Rahmadiliyani, S.Kep., MPH. selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan selama Praktek Kerja Lapangan.
7. Ibu Wida Hermawan, A.Md.PK., selaku Pembimbing Lapangan/Clinical
Instructure yang telah banyak memberikan informasi dan masukan selama
Praktek Kerja Lapangan.
8. Segenap Staff dan Instalasi Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru
9. Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
Demikian laporan ini kami susun, semoga ilmu dan pengetahuan yang
kami peroleh selama Praktik Kerja Lapangan IV (PKL IV) dapat bermanfaat bagi
ii
kami dan apabila terdapat kesalahan dalam membuat laporan ini mohon
diberikan kritik dan sarannya agar kami dapat membuat laporan ini dengan lebih
baik lagi.
Banjarbaru, Januari 2022
Kelompok 4
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : IV (Empat)
Laporan Praktik Kerja Lapangan IV (PKL IV) ini telah diperiksa, disetujui dan
disahkan.
,
Wida Hermawan, A.Md.PK Nina Rahmadiliyani, S.Kep.,M.PH
NIP: 198407282011012004 NIDN: 1112118202
Tempat : Tempat :
Tanggal : Tanggal :
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR/BAGAN.................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN.........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Tujuan............................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................3
D. Ruang Lingkup Penulisan..............................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................5
A. Manajemen dan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan..............5
B. Manajemen Mutu Rekam Medis dan Informasi Kesehatan..........17
C. Klasifikasi dan kodefikaasi penyakit masalah-masalah yang
berkaitan dengan kesehatan dan tindakan Medis (KKPMT).............23
BAB III HASIL LAPORAN PKL...........................................................................34
A. Gambaran Umum Rumah Sakit dan Unit Kerja Rekam Medis.....34
B. Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan...................42
C. Manajemen Mutu Rekam Medis dan Informasi Kesehatan..........49
D. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-Masalah yang
Berkaitan Dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT)..........55
BAB IV PENUTUP..............................................................................................62
A. Kesimpulan..................................................................................62
B. Saran...........................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................64
LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................66
LEMBAR KONSUL.............................................................................................68
v
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Bagan 2 1 Alur Klasifikasi Penyakit menurut ICD-10 Volume 2 Tahun 2010 World
Health Organization......................................................................................................23
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit disebutkan bahwa Rumah Sakit adalah adalah
instusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit memiliki berbagai fungsi,
berupa : menyelenggarakan pelayanan medis, dan non medis, pelayanan
dan asuhan keperawatan, pengembangan rujukan, pendidikan, pelatihan,
penelitian dan pengembangan, serta administrasi umum keuangan. Salah
satu dari pelayanan non medis di rumah sakit yaitu pelayanan rekam medis
(Ismaniar, 2018)
Rumah sakit sebagai salah satu pelayanan kesehatan diwajibkan untuk
menyelenggarakan rekam medis seperti yang tercantum dalam Permenkes
No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis yang menyebutkan
bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran
wajib memuat rekam medis. Berdasarkan Permenkes RI Nomor 269 tahun
2008 tentang rekam medis bahwa Rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien. Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan (Gunarti
& Muchtar, 2019).
Rekam medis yang lengkap, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan mencerminkan keadaan pelayanan medis dan
sistem informasi dari rumah sakit tersebut (Hatta, 2008)
Pelayanan kesehatan pada para pasien yang datang berobat tidak
dapat ditangani oleh satu orang saja, karenanya dibutuhkan sarana
komunikasi sebagai sumber informasi dan pengalaman sebelumnya yang
disimpan secara sistematik menjadi informasi yang dapat dipercaya. Dalam
suatu rumah sakit, sarana komunikasi antar petugas kesehatan diakomodasi
2
dalam bentuk rekam medis rumah sakit. Rekam medis juga digunakan
pihak-pihak terkait lainnya sebagai bahan perimbangan dalam pelayanan
medik maupun kegiatan administratif.
Adapun peran manajer dalam UKRM yaitu menjalankan fungsi-fungsi
manajemen untuk mengembangkan unit kerja rekam medis. Sebagai
contohnya, tugas manajemen sumber daya manusia, manajemen peralatan
dan fasilitas termasuk ergonomis ruangan, serta manajemen pengolahan
rekam medis menjadi informasi kesehatan. Dan juga menjaga mutu rekam
medis yang meliputi kelengkapan pengisiannya seperti tertera dalam buku
pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit di Indonesia (Revisi I
depkes/diejenyamed tahun 1997)
Untuk tetap menjaga mutu dan terus melakukan peningkatan pada
pelayanan rekam medis di rumah sakit tentu yang paling penting adalah
manajemen rekam medis. Karena unit kerja rekam medis adalah organisasi
yang dimana untuk mencapai tujuan organisasi tersebut diperlukan
manajemen unit kerja rekam medis yang baik.
Berdasarkan uraian diatas, pada Praktik Kerja Lapangan yang
dilakukan di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru mengambil tema Manajemen
dan Sistem Informasi Kesehatan serta Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit,
Masalah-Masalah yang Berkaitan Dengan Kesehatan dan Tindakan Medis
(KKPMT), yang bertujuan agar dapat mengetahui bagaimana metode yang
ada di unit kerja rekam medis RSD Idaman Banjarbaru, serta mengajarkan
bagaimana bentuk kerja yang ada di lapangan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi manajemen dan sistem informasi kesehatan serta
klasifikasi dan kodefikasi penyakit, masalah-masalah yang berkaitan
dengan kesehatan dan tindakan medis (KKPMT) di RSD Idaman
Banjarbaru.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi manajemen rekam medis dan informasi kesehatan
di RSD Idaman Banjarbaru, meliputi:
1) Konsep sistem pembiayaan RSD Idaman Bajarbaru
3
2. Asuransi Kesehatan
a. Administrasi pelayanan;
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan subspesialis;
c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah
sesuai dengan indikasi medis;
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e. Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi
medis;
f. Rehabilitasi medis;
g. Pelayanan darah;
h. Pelayanan kedokteran forensik klinik;
i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat
inap di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
kesehatan, berupa pemulasaran jenazah tidak termasuk peti mati
dan mobil jenazah.
j. Perawatan inap non intensif; dan
k. Perawatan inap di ruang intensif.
3. Persalinan
Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas
Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai
dengan anak ketiga tanpa melihat anak hidup/meninggal.
4. Ambulan
Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas
Kesehatan satu ke fasilitas kesehatan lainnya, dengan tujuan
menyelamatkan nyawa pasien.
5. Billing system
Sistem Informasi Billing Rumah Sakit dapat dimaksudkan sebagai
sistem yang berfungsi mengolah data mulai dari pencatatan kunjungan
pasien ke rumah sakit, penentuan tujuan pasien apakah di Poli (Rawat
Jalan) atau ke Ruangan (Rawat Inap) ataupun dirujuk ke rumah sakit
lain, pencatatan tindakan yang diberikan dokter ataupun perawat di poli
atau di ruangan tersebut, pencatatan diagnose pasien dan juga
pencatatan tagihan biaya pasien. Dan dari hasil aktivitas sehari-hari
tersebut dapat dibuat pelaporan ke pihak manajemen rumah sakit dan
16
2. Analisis Kualitatif
a. Pengertian
Menurut Sudra (2017) menyatakkan bahwa analisis kualitatif
dokumen rekam medis yaitu suatu review pengisian rekam medis
yang berkaitan dengan kekonsistenan yang menunjang isi rekam
medis sebagai catatan yang akurat dan lengkap. Analisis kualitatif
medis adalah kegiatan analisis rekam kesehatan yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh apa kualitas pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien berdasarkan pemanfaatan kelengkapan
informasi medis (Hatta, 2017)
b. Komponen analisis kualitatif
Komponen analisis kualitatif yaitu (Sudra, 2017):
1) Review kelengkapan dan kekonsistenan diagnosis
Pengertian dari kekonsistenan disini adalah bahwa isian dalam
rekam medis hendaknya bisa menunjukan runtutan pola pikir
sejak awal menerima pasien hingga memulangkannya. Sangat
wajar jika dugaaan seorang dokter terhadap kemungkinan
penyakit pasiennya (diagnosis) berubah ditengah perjalanannya
dalam merawat pasien
a) Diagnosis saat masuk (admitting diagnosis)
b) Diagnosis tambahan seperti : diagnosis pembanding,
diagnosis sebelum tindakan operasi, diagnosis setelah
tindakan operasi, diagnosis yang ditunjang hasil pemeriksaan,
serta diagnosis klinis
c) Diagnosis akhir (final diagnosis)
21
Bagan 2. 1 Alur Klasifikasi Penyakit menurut ICD-10 Volume 2 Tahun 2010 World
Health Organization
Bagan 2 1 Alur Klasifikasi Penyakit menurut ICD-10 Volume 2 Tahun 2010 World Health
Organization
Keterangan :
1) Lead Term : Keberadaan kata sebelah paling kiri dan menjadi kata
kunci untuk kata-kata di bawah ini.
2) Perentheses : Dua tanda kurung
24
dan mortalitas dari negara yang berbeda atau antar wilayah dan pada
waktu yang berbeda. ICD digunakan untuk menterjemahkan diagnosa
penyakit dan masalah kesehatan dari kata-kata menjadi kode
alfanumerik yang akan memudahkan penyimpanan, mendapatkan
kembali dan analisa data.
Dalam praktik ICD merupakan standar klasifikasi diagnosa
internasional yang berguna untuk epidemiologi umum dan manajemen
kesehatan. Termasuk di dalamnya analisa situasi kesehatan secara
umum pada sekelompok populasi, monitoring angka kejadian, prevalensi
penyakit dan masalah kesehatan dalam hubungannya dengan variabel-
variabel lain seperti karakteristik dan keadaan individu yang terkena
penyakit.
Kecepatan dan ketepatan koding dari suatu diagnosis sangat
tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut
yaitu:
1) Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis
2) Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode
3) Tenaga kesehatan lainnya
Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak
dan tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh
diubah, oleh karenanya harus diagnosis yang ada dalam rekam medis
diisi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada
buku ICD-10. Tenaga medis sebagai seorang pemberi kode
bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosis yang
sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Oleh karenanya untuk hal yang
kurang jelas atau yang tidak lengkap, sebelum koding ditetapkan
komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang membuat diagnosis
tersebut.
Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 setiap pasien selesai
mendapatkan pelayanan baik rawat jalan maupun rawat inap. Pengisian
rekam medis dan tenaga kesehatan lain yang ada dimasing-masing unit
kerja tersebut.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas
rekam medis harus membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang
26
1) Prefix
Merupakan unsur kata yang terletak di bagian terdepan dari istilah
medis dan selalu terletak di depan atau mendahului Root, tidak
semua istilah medis mengandung/mempunyai unsure kata Prefix,
Prefix merupakan kata awalan.
2) Root
Root atau Pseudoroot (akar kata semu) biasanya terletak di tengah-
tengah antara Prefix dan Suffix (Pseudosuffix) pada istilah yang
terkait. Setiap istilah harus mempunyai Root, fungsi Root adalah
sebagai dasar atau inti dari istilah medis terkait.
3) Suffix
Merupakan kata akhiran semu, merupakan unsur kata yang terletak
di bagian yang terletak dari istilah medis, kata ini selalu mengikuti
Root atau pseudoroot. Tidak semua istilah mengandung suffix. Suffix
berfungsi sebagai kata akhiran.
Untuk pengkodean yang akurat diperlukan rekam medis pasien
lengkap. Setiap fasilitas kesehatan mengupayakan agar pengisian
rekam medis harus lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pengkode harus melakukan analisis kualitatif terhadap isi rekam medis
tersebut untuk menemukan diagnosis, kondisi, terapi, dan pelayanan
yang diterima pasien. Rekam medis harus membuat dokumen yang
akan dikode, seperti pada lembar depan rekam medis. Lembar operasi
dan laporan tindakan, laporan patologi dan resume pasien keluar.
Pengkode membantu meneliti dokumen untuk verifikasi diagnosis dan
tindakan kemudian baru ditetapkan kode dari diagnosis dan tindakan
tersebut. Hasil pengkodean secara periodik biasanya dilakukan audit.
Sistem pembayaran dilakukan berdasarkan diagnosis pasien
keluar. Rumah sakit mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata
28
biaya yang dihabiskan oleh rumah sakit untuk suatu diagnosis penyakit.
Besaran biaya ini sangat ditentukan oleh diagnosis akhir pada pasien
saat keluar rumah sakit yang ditetapkan oleh dokter yang merawat atau
bertanggung jawab dan ketepatan kode yang diberikan oleh petugas
rekam medis dengan menggunakan ICD-10. DRG digunakan atas dasar
penglompokan ICD sesuai ketentuan masing-masing negara.
Pengelompokan dilakukan atas dasar klasifikasi anatomi dan
fisiologis, adanya tindakan, umur, jenis kelamin pasien serta kesamaan
lama dirawat (Length Of Stay-LOS) yang pada akhirnya menghasilkan
956 DRG’s-Australian National DRGs versi 3 tahun 1995. DRG
digunakan oleh berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia,
Kanada, Singapura, Malaysia dan Thailand.
Sampai dengan tahun 2006 Indonesia belum berhasil menyusun
modifikasi ICD yang dapat menunjang penerapan DRGs bagi
kepentingan pembuktian rincian pembayaran maupun evaluasi kualitas
pelayanan yang sudah berjalan.Tahap-tahap yang harus dilakukan
dalam proses kerja DRGs yaitu :
1) Catat semua kegiatan atau kejadian selama pelayanan diagnosis
utama, komplikasi, comorbidity, dan tindakan.
2) Tetapkan diagnosis utama (Princicipal Dioagnosis)
3) Kelompokkan ke dalam salah satu dari 23 Major Diagnostic
Category (MDC).
4) Jika ada tindakan, tentukan tipenya (besar, kecil, tak
berhubungan). Jika tidak ada, tentukan dan kelompokan tingkat
kesulitannya (neoplasma, penyakit tidak jelas dan lain-lainnya)
5) Tentukan ada atau tidak komplikasi atau komorbiditas.
6) Tentukan umur/usia pasien.
7) Tetapkan kelompok DRGs yang sesuai.
3. Neoplasma
Menurut Chrestella (2009) Neoplasma ialah kumpulan sel
abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus
secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya
dan tidak berguna bagi tubuh. Neoplasma merupakan penyakit
pertumbuhan sel yaitu yang terdiri dari sel-sel baru yang mempunyai
29
bentuk, sifat dan kinetika yang berbeda dari sel normal asalnya.
Dalam penanganan kasus ini dibutuhkan tindakan dan runtutan
pengobatan yang kompleks sehingga diperlukan kode penyakit yang
yang lebih spesifik sehingga dapat menggambarkan kondisi penyakit
secara lebih detail/lengkap (Dewa Gede,2012)
Pada sel neoplasma terjadi perubahan sifat, sehingga sebagian
besar energi digunakan untuk berkembang biak. Pertumbuhan tak
terkontrol yang seringnya terjadi dengan cepat itu dapat mengarah ke
pertumbuhan jinak (benign) maupun ganas (malignant atau kanker).
Tumor jinak biasanya tidak menginvasi dan tidak menyebar ke
jaringan lain sekitarnya. Tumor jinak biasanya juga tidak mengancam
jiwa kecuali bila ia terletak pada area struktur vital. Sedangkan tumor
ganas dapat menginvasi jaringan lain dan beranak sebar ke tempat
jauh ( metastasis) bahkan dapat menimbulkan kematian.
Perbedaan Ganas dan Jinak Terdapat beberapa sifat yang
membedakan antara jinak dan ganas (Saleh, 2016) :
a. Pertumbuhannya
Tumor ganas pertumbuhannya relatif lebih cepat karena memang
lebih aktif dan agresif, akibatnya jika di permukaan tubuh akan
tampak tumor membesar dengan cepat dan seringkali di puncaknya
disertai dengan luka atau pembusukan yang tidak kunjung sembuh.
Luka menahun ini diakibatkan suplai nutrisi kepada sel-sel tumor
tidak mampu mengimbangi lagi sel-sel tumor yang jumlah sangat
cepat berlipat ganda, akibatnya sel-sel yang berada diujung tidak
mendapat nutrisi dan mati.
b. Perluasannya
Tumor jinak tumbuh secara ekspansif atau mendesak, tetapi tidak
merusak struktur jaringan sekitarnya yang normal. Hal ini
dikarenakan tumor jinak memiliki kapsul yang membatasi antara
bagian sel-sel tumor yang abnormal dengan sel-sel normal.
Sebaliknya pada tumor ganas yang memang tak berkapsul, tumor ini
tumbuhnya infiltratif atau menyusup sembari merusak jaringan
disekitarnya. Pertumbuhan semacam ini pertama kali ditemukan oleh
Hippocrates. Beliau menamakan sebagai cancer (bahasa latin dari
30
34
35
2) Pelayanan Perinatal
e. Pelayanan penunjang:
1) Pelayanan Penunjang Medis, meliputi:
a) Pelayanan Laboratorium
b) Pelayanan Radiologi
c) Pelayanan Farmasi
d) Pelayanan Rehabilitasi Medik
e) Pemulasaran Jenazah
f) UTDRS
g) CSSD
2) Pelayanan Penunjang Non Medis, meliputi:
a) Pelayanan Gizi
b) Laundry
c) Logistik dan Gudang
d) Pengelolaan Limbah; IPAL dan Incenerator
e) IPSRS (Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit)
f) Pelayanan Rohani
g) Pelayanan Keamanan
h) Pelayanan Administrasi dan Manajemen
B. Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
1. Konsep sistem pembiayaan
Berdasarkan hasil PKL tentang konsep sistem pembiayaan di Rumah
Sakit Daerah Idaman Banjarbaru dilakukan menggunakan sistem
pembayaran yaitu metode pembayaran retrospektiv dan metode
pembayaran prospektif :
a. Metode Pembayaran Retrospektif
RSD Idaman Banjarbaru menggunakan metode pembayaran
retrospective dengan pola pembayran fee for service (FFS) yaitu pola
pembayaran jasa kesehatan berasal dari kantong orang tersebut.
Sistem pembiayaan fee for service hanya untuk pasien umum yang
ingin berobat rawat jalan maupun rawat Inap. Untuk pasien rawat
jalan umum pasien mendaftarkan diri di pendaftaran rawat jalan
kemudian petugas mengarahkan ke kasir lalu pasien membayarkan
pembayaran dikasir setelah itu pasien mendapatkan pelayanan
43
KELEBIHAN KEKURANGAN
Tidak ada insentif untuk yang
Risiko keuangan sangat kecil
memberikan Preventif Care
Provider
pendapatan Rumah Sakit
tidak terbatas "Supplier induced-demand"
KELEBIHAN KEKURANGAN
Pengurangan Kuantitas
Pasien Kualitas Pelayanan baik
Pelayanan
Dapat memilih Provider Provider merujuk ke luar / RS
dengan pelayanan terbaik lain
Memerlukan pemahaman
Terdapat pembagian resiko mengenai konsep prospektif
keuangan dengan provider dalam implementasinya
Pembayar
Biaya administrasi lebih
rendah Memerlukan monitoring Pasca
Klaim
Mendorong peningkatan
sistem informasi
Sumber : Permenkes 27 tahun 2014
2. Asuransi Kesehatan
Berdasarkan hasil PKL tentang asuransi kesehatan yang
dilaksanakan di Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru yaitu rumah
sakit bekerja sama dengan asuransi kesehatan yang dibawahi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan asuransi swasta lainnya.
Berikut asuransi yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Daerah Idaman
Banjarbaruyang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau
perawatan para anggita asuransi jika sakit atau mengalami kecelakaan :
Pihak-pihak ketiga yang bekerja sama dengan BLUD RSD Idaman
Banjarbaru :
a. JAMPERSAL Banjarbaru
b. BPJS Kesehatan
c. PT. PLN
d. PT.Prodia Widyahusada
e. BPJS Tenaga Kerja
f. PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK Noodle Division
g. Novotel Banjarbaru PT Bali Sarana Sejahtera
45
Untuk alur analisa rawat jalan di RSD Idaman Banjarbaru dilakukan analisis
tapi khusus untuk poli rehabilitasi medik, gigi, konservasi gigi, dan bedah
mulut.
Untuk alur analisis rekam medis di RSD Idaman Belum sesuai dengan
teori dikarenakan seharusnya setelah memasuki ruangan instalasi rekam
medis dilakukan Assembling terlebih dahulu, kemudian koding setelah itu
indeksing, lalu filling yang terakhir dilakukan analisis dokumen rekam medis.
dapat membantu pihak rumah sakit dalam hal akreditasi rumah sakit,
salah satu syarat akreditasi rumah sakit untuk kelengkapan dan
keakuratan dalam pengiriman dokumen rekam medis, diagnosa dan juga
semua pelayanan medis yang diberikan kepada pasien baik rawat inap,
rawat jalan, maupun gawat darurat.
Jumlah Presentasi
Komponen
No Tidak Tidak
Analisis Lengkap Lengkap
Lengkap Lengkap
1 No RM 30 0 100% 0
2 Nama 30 0 100% 0
3 Umur 30 0 100% 0
Jenis
4 30 0 100% 0
kelamin
5 Alamat 30 0 100% 0
b) Laporan Penting
Jumlah Presentasi
Komponen
No Tidak Tidak
Analisis Lengkap Lengkap
Lengkap Lengkap
Diagnosa
1 23 7 77% 23%
Masuk
Diagnosa
2 Utama 30 0 100% 0
Tanggal
3 30 0 100% 0
Masuk
c) Autetinfikasi
Jumlah Presentasi
Komponen
No Tidak Tidak
Analisis Lengkap Lengkap
Lengkap Lengkap
Nama
1 30 0 100% 0
Dokter
52
Jumlah Presentasi
Komponen
No Tidak Tidak
Analisis Lengkap Lengkap
Lengkap Lengkap
Tidak ada
1 30 0 100% 0
coretan
Tidak ada
2 30 0 100% 0
tipe x
Tidak ada
3 30 0 100% 0
hilang
Hasil
a) Identifikasi Pasien
Dari 30 rekam medis di rawat inap yang di analisis terdiri dari No RM,
Nama, Umur, Jenis Kelamin, dan Alamat hampir 100% lengkap dan
sesuai dengan SOP pengelolaan rekam medis di RSD Idaman
Banjarbaru agar apabila berkas tercecer dapat diketahui pemiliknya dan
untuk rekam medis juga sudah terisi
b) Laporan Penting
Dari 30 rekam medis rawat inap yang dianalisis terdiri dari 77% lengkap
dan 23% tidak lengkap pada diagnosa masuk sedangkan untuk
diagnosa utama dan tanggal masuk lengkap 100%. Hal ini berarti masih
harus dianalisis mengapa dokter belum bisa melengkapi diagnosa
masuk atau petugas rekam medis bisa menanyakan langsung ke dokter
atau petugas kesehatan terkait yang menerima pasien tersebut agar
dapat melengkapi diagnosa masuk.
c) Autentifikasi
Dari 30 rekam medis rawat inap yang dianalisis terdiri dari nama dokter
sebanyak 100% lengkap, tanda tangan dokter 100% lengkap, dan
stempel dokter sebanyak 100% lengkap.
d) Pencatatan yang baik
53
Dari 30 rekam medis yang di analisis terdiri dari Tidak Ada Coretan
sebanyak 100% dan 0% ada coretan, Tidak Ada TipeX 100% dan 0%
ada TipeX, dan Tidak Ada Hilang 100% dan 0% ada yang hilang.
Jumlah Presentasi
Komponen
No Tidak Tidak
Analisis Lengkap Lengkap
Lengkap Lengkap
1 No RM 0 30 0% 100%
2 Nama 0 30 0% 100%
3 Umur 0 30 0% 100%
Jenis
4 0 30 0% 100%
Kelamin
5 Alamat 0 30 0% 100%
b) Laporan Penting
Jumlah Presentasi
Komponen
No Tidak Tidak
Analisis Lengkap Lengkap
Lengkap Lengkap
Diagnosa
1 0 30 0% 100%
Masuk
Diagnosa
2 0 30 0% 100%
utama
Tanggal
3 0 30 0% 100%
masuk
c) Autentifikasi
Jumlah Presentasi
Komponen
No Tidak Tidak
Analisis Lengkap Lengkap
Lengkap Lengkap
Nama
1 30 0 100% 0
Dokter
2 Ttd Dokter 30 0 100% 0
Stempel
3 30 0 100% 0
Dokter
Jumlah Presentasi
Komponen
No Tidak Tidak
Analisis Lengkap Lengkap
Lengkap Lengkap
Tidak ada
1 30 0 100% 0
coretan
Tidak ada
2 30 0 100% 0
tipe x
Tidak ada
3 30 0 100% 0
hilang
Hasil
a. Analisis Kuantitatif
Untuk analisis kuantitatif pada rawat jalan karena di RSD Idaman
Banjarbaru untuk pengisian form beberapa poliklinik (poli paru, poli mata,
poli saraf, dan poli THT) dilaksanakan menggunakan media elektronik
(SIMRS) dan sebagian media manual, namun ada juga poli yang
melaksanakan keduanya. Untuk SIMRS dokter mengisi catatan medis di
SIMRS secara langsung dan kelebihannya apabila status tidak ketemu
dan masih dipinjam bisa langsung lihat pada SIMRS di RSD Idaman
Banjarbaru sehingga belum dilaksanakan analisis kuantitatif untuk media
manual analisis kuantitatif nya yang terdiri dari identifikasi pasien,
autentifikasi, laporan penting, dan pencatatan yang baik pada dokumen
rekam medis rawat jalan masih 100% tidak lengkap.
b. Analisis Kualitatif
Untuk analisis kualitatif pada rawat inap di RSD Banjarbaru sudah
dilaksanakan seperti Kekonsistenan diagnosis dan singkatan. Dengan
kekonsistenan diagnosis sebanyak 100% konsisten dan terdapat
singkatan sebanyak 70%
55
Koding
menggunakan ICD
10 & 9CM
Indeksing
2. Neoplasma
Tabel 3. 3 Diagnosis dan Kode ICD 10 pada Neoplasma
3. Penyakit infeksi
Tabel 3. 4 Diagnosis dan Kode ICD 10 pada Penyakit Infeksi
Kode ICD 10
di RSD
No Diagnosis ICD 10 ICD 9
Idaman
Banjarbaru
1 Cholera A00 99.21 A00
Typhoid and
2 A01.4 99.21 A01.4
paratyphoid fevers
Other bacterial
3 A05 - A05
foodborne intoxicat
4 Amoebiasis A06 99.21 A06
Viral and other
5 A08 - A08
specified intestina
Other gastroenteritis
6 A09 99.21 A09
and colitis o
7 Gonococcal infection A54.0 99.21 A54.0
Bacterial infection of
8 A49.9 99.21 A49.9
unspecified
9 Congenital syphilis A50.4 99.21 A50.4
Other and
10 A53.9 99.21 A53.9
unspecified syphilis
11 Granuloma inguinale A58 99.21 A58
12 Trichomoniasis A59.0 99.21 A59.0
Herpesviral [herpes
13 B00.9 99.21 B00.9
simplex] infect
14 Varicella [chickenpox] B01 99.21 B01
Zoster [herpes
15 B02 99.21 B02
zoster]
Rubella [German
16 B06.8 99.47 B06.8
measles]
17 Viral warts B07 B07
Other viral infections
18 B08 - B08
characterize
19 Leprosy [Hansen=s A30.9 99.21 A30.9
58
disease]
Other zoonotic
20 A28.1 99.21 A28.1
bacterial diseases,
4. Cedera / Injury
Tabel 3. 5 Diagnosis dan Kode ICD 10 pada Cedera/Injury
KODE ICD 10
No DIAGNOSA KODE ICD 10 KODE ICD 9
RSD IDAMAN
5. Keracunan / Poisoning
Tabel 3. 6 Diagnosis dan Kode ICD 10 pada Keracunan/Poisoning
Kode ICD 10
No Diagnosa Kode ICD 10 Kode ICD 9 RSD Idaman
Banjarbaru
1. Snake Venom T63.0 T63.0
2. Unspesificied T88.7 99.52 T88.7
adverse effect of
drug or medicament
3. Toxic effect of T65.9 98.99 T65.9
unspecified
substance
Kode ICD 10
di RSD
No Diagnosis Kode ICD 10 Kode ICD 9
Idaman
Banjarbaru
General examination and
investigation of person
1. Z00 - Z00
without complaint and
reported diagnosis
General medical
2. Z00.0 - Z00.0
examination
Other General
3. Z00.8 - Z00.8
Examination
Other special
examinations and
4. investigations of persons Z01 - Z01
without complaint or
reported diagnosis
Medical observation and
5. evaluation for suspected Z03 - Z03
disease and condition
Observation for suspected
6. Z03.0 - Z03.0
tuberculosis
7. Observation for suspected Z03.1 - Z03.1
61
malignant neoplasm
Observation for suspected
8. Mental and behaviour Z03.2 94.08 Z03.2
disorders
Observation for suspected
9. Z03.8 - Z03.8
diseases and condition
Follow Up Examination
10. after treatment for Z08 - Z08
malignant neoplasm
Follow Up Examination
after treatment condition
11. Z09 - Z09
other than malignant
neoplasm
Special screening
12. examination for Z12 - Z12
neoplasms
Contraceptive
13. Z30 - Z30
management
Supervision of normal
14. Z34 - Z34
pregnancy
Supervision of high-risk
15. Z35 - Z35
pregnancy
Outcome of delivery 73.59, 72.79,
16. Z37 Z37
&74.4
Liveborn infants according
17. Z38 - Z38
to place of birth
Other surgical follow up
18. Z48 - Z48
care
19. Other Physical therapy Z50.1 93.39 Z50.1
20. Other postsurgical states Z98 - Z98
62
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktek kerja lapangan IV dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Konsep sistem pembiayaan di RSD Idaman Banjarbaru menerapkan
2 metode pembayaran yaitu metode pembayaran retrospektif serta
metode pembayaran prospektif.
b. Asuransi kesehatan di RSD Idaman Banjarbaru yaitu bekerja sama
dengan pihak BPJS/ perusahaan yang sudah disepakati
c. Reimbursment INA-CBG’s di RSD Idaman Banjarbaru sudah sesuai
dari cara alur pengklaimannya.
d. Implementasi sistem pembiayaan di RSD Banjarbaru ada 2 macam
yaitu, fee for service untuk pasien umum dan menyelesaikan transaksi
pembiayaan langsung di kasir, dan health insurance digunakan untuk
pihak asuransi kesehatan BPJS, Jamkesda, Jampersal, dan asuransi
sejenis lainnya.
e. Billing System di RSD Idaman Banjarbaru menggunakan 2 jenis billing
system yaitu Manual/stand alone bill system dan Fully Integrated Bill
System.
f. Analisis dokumen rekam medis rawat jalan dan rawat inap di RSD
Idaman Banjarbaru menggunakan analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif
g. Klasifikasi dan kodefikasi pengkodean diagnosa penyakit,
operasi/tindakan di RSD Idaman Banjarbaru menggunakan ICD 9cm
dan ICD 10 CM serta istilah-istilah singkatan kodefikasi penyakit
sudah baku.
B. Saran
Dari Kesimpulan diatas, saran yang dapat kami berikan dari permaslaahan
diatas adalah :
1. Bagi Mahasiswa
63
DAFTAR PUSTAKA
Indawati, L., Dewi, D. R., & dkk. (2018). Manajemen Informasi Kesehatan V (1
ed.). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
WHO. 2014. Health for the World’s Adolescents: A Second Chance in the
Second Decade. Geneva, World Health Organization Departemen of
Noncommunicable disease surveillance. (2014).
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.