Anda di halaman 1dari 66

MANAJEMEN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (RMIK)

SERTA KLASSIFIKASI DAN KODEFIKASI PENYAKIT, MASALAH-


MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN DAN
TINDAKAN MEDIS (KKPMT) DI PUSKESMAS LIANG ANGGANG

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN III SEMESTER IV

COVER

KELOMPOK 6

CICILIA FERONIKA 18D30437


GINA FAIZAH 18D30456
HERMAWAN 18D30463
MASLIANA 18D30477
MUHAMMAD RAHMAN A 18D30493
MUHAMMAD REZADINUR 18D30494
NORLAILA HAYATI 18D30509

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HUSADA BORNEO


PROGRAM STUDI D3 PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN
BANJARBARU 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Kelompok :6

Anggota : Cicilia Feronika 18D30437


Gina Faizah 18D30456
Hermawan 18D30463
Masliana 18D30477
Muhammad Rahman A 18D30493
Muhammad Rezadinur 18D30494
Norlaila Hayati 18D30509

Judul : Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan


(RMIK) Serta Klasifikasi, Kodefikasi Penyakit dan
Masalah Terkait (KKPMT) di Puskesmas Liang
Anggang

Laporan Praktik Kerja Lapangan III (PKL III) ini telah diperiksa, disetujui dan
disahkan.

Pembimbing Lapangan Puskesmas Pembimbing Akademik STIKES


Liang Anggang Husada Borneo Banjarbaru

Irwina Rizki R. A.Md. RMIK Nina Rahmadiliyani,S.Kep.,MPH


NIP: 19851017 201101 1 002 NIDN:1112118202

Tempat: Tempat:

Tanggal: Tanggal:

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala
yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek kerja lapangan ini yang berjudul
“Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK) Serta Klasifikasi,
Kodefikasi Penyakit dan Masalah terkait (KKPMT) di Puskesmas Liang Anggang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak akan terlaksana
tanpa dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu baik dari segi material,
spiritual, sarana, maupun fasilitas yang sangat berguna bagi penyelesaian
laporan ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Suharto, SE, MM selaku ketua yayasan STIKES Husada Borneo
Banjarbaru.
2. Ibu Faizah Wardhina, S.Si.T., M.Kes selaku Kepala STIKES Husada Borneo
Banjarbaru.
3. Ibu Ermas Estiyana, S.Si.T., MM selaku ketua program DIII Perekam Medis
dan Informasi Kesehatan sekaligus pembimbing akademik STIKES Husada
Borneo Banjarbaru,
4. Ibu dr. Eka Hidayani selaku Kepala Puskesmas Liang Anggang.
5. Ibu Irwina Rizki Rahmawati A.Md. RMIK selaku Kepala Instalasi Rekam
Medis.
6. Segenap Staff dan Instruktur di Puskesmas Liang Anggang
7. Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu..
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah
berguna untuk kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Banjarbaru, Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar belakang ...................................................................................................
1

B. Tujuan .................................................................................................................
4
C. Manfaat ...............................................................................................................
4
D. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................
5
BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS .......................................................... 6
A. Sejarah Puskesmas Liang Anggang .........................................................
6
B. Struktur Organisasi di Puskesmas Liang Anggang .................................
7
C. Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Liang Anggang ..
8
BAB III MANAJEMEN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN .............
9
A. Perencanaan Sumber Daya Manusia Unit Kerja RMIK ..............................
9
B. Pengorganisasian Unit Kerja Rekam Medis di Puskesmas Liang
Anggang ...........................................................................................................
21
C. Perencanaan Fasilitas di Unit Kerja RMIK ..................................................
25
BAB IV MANAJEMEN MUTU REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN DI
PUSKESMAS .................................................................................................... 32
A. Quality Assurance Pelayanan Rekam Medis .............................................
32

iv
B. Konsep Manajemen Resiko di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ..............
33
C. Standar Pelayanan Minimal Puskesmas ................................................
33
D. Akreditasi Puskesmas (Standar KARS 2012) ........................................
35
BAB V KLASIFIKASI DAN KODEFIKASI PENYAKIT .........................................
37
A. Alur dan Prosedur Klasifikasi Penyakit ........................................................
37

B. Sistem Reproduksi ..........................................................................................


44
C. Kondisi Perinatal .............................................................................................
45
D. Kelainan Kongenital, Malformasi, dan Abnormalitas................................. 45
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 47
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 47
B. Saran ................................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48
LAMPIRAN ........................................................................................................ 51

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Wilayah Kerja Puskesmas Liang Anggang..........................................6


Tabel 3. 1 Waktu Kerja Tersedia........................................................................13
Tabel 3. 2 Unit Kerja dan Kategori Sumber Daya Manusia Saat Pandemi.........14
Tabel 3. 3 Menyusun Standar Beban Kerja Saat Pandemi.................................15
Tabel 3. 4 Kebutuhan SDM di Instalasi Rekam Medis Puskesmas Liang
Anggang Saat Pandemi.....................................................................................17
Tabel 3. 5 Unit Kerja dan Kategori Sumber Daya Manusia Sebelum Pandemi. .18
Tabel 3. 6 Menyusun Standar Beban Kerja Sebelum Pandemi..........................19
Tabel 3. 7 Kebutuhan SDM di Instalansi Rekam Medis di Puskesmas Liang
Anggang Sebelum Pandemi...............................................................................21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Puskesmas Liang Anggang ................................


7
Gambar 3. 1 Struktur Instalisasi Rekam Medis Puskesmas Liang Anggang ....... 23
Gambar 3. 2 Denah Tempat Pendaftaran ..................................................................
29 Gambar 5. 1 Alur Kodefikasi Rekam
Medis ............................................................... 37

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi PKL di Puskesmas Liang Anggang ................................


51
Lampiran 2 Daftar Hadir Mahasiswa PKL di Puskesmas Liang Anggang ............
53

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat yang
selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang
pusat kesehatan masyarakat).
Puskesmas secara umum disini adalah unit pelaksana teknis kerja
kesehatan Kabupaten yang bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas dapat dibangun dari peningkatan
Puskesmas pembantu atau membentuk Puskesmas baru. Pembangunan
Puskesmas ditujukan untuk peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan
yang berkualitas kepada masyarakat. Pembangunan baru Puskesmas
tesebut satu paket termasuk dengan penyediaan alat kesehatan dan non
kesehatan serta rumah dinas petugas Puskesmas (Depkes, 2009). Berdirinya
Puskesmas terdapat dua upaya yang harus dilakukan Puskesmas yaitu
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya
kesahatan wajib disini adalah upaya yang dilakukan oleh seluruh
Puskesmas di Indonesia. Yang termasuk upaya kesehatan wajib diantaranya
adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan Gizi
masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta
pengobatannya. Sedangkan upaya kesehatan pengembangan adalah upaya
kesehatan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat setempat serta disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas.

1
2

Upaya pengembangan kesehatan antara lain: upaya kesehatan


sekolah, upaya kesehatan olahraga, upaya kesehatan kerja, upaya
kesehatan Gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata,
upaya kesehatan usia lanjut, perawatan kesehatan masyarakat, pembinaan
pengobatan, dan sebagainya (DirjenKesmas, 2006). Upaya kesehatan agar
bisa terselenggara secara optimal, maka puskesmas harus melaksanakan
manajemen dengan baik, manajemen puskesmas tersebut terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian derta pengawasan dan
tanggung jawab (DirjenKesmas, 2006).
Menurut Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 tentang
rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan (Hatta, 2011). Pada prinsipnya ekstensi rekam medis
dalam pelayanan kesehatan juga untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Tanpa dukungan suatu sistem pengelolaan rekam medis baik dan
benar tertib administrasi di rumah sakit tidak akan berhasil sebagaimana
yang diharapkan (Gunarti dan Muchtar, 2019).
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan
memimpin berbagai kegiatan suatu organisasi formal. Dapat dikatakan bahwa
sebenarnya manajemen adalah proses mencapai tujuan melalui orang lain.
Seorang manajer tidak melakukan pekerjaannya sendiri tetapi melalui staf
yang diatur dan dibagi tugasnya untuk melaksanakan pekerjaan untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian adalah menetapkan staf,
mengelompokkan pekerjaan, membagi tugas sesuai dengan yang telah
direncanakan. Penggerakkan adalah memberikan motivasi agar staf dapat
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan sesuai yang telah ditetapkan
dalam perencanaan. Pengawasan adalah kegiatan melakukan pemantauan
untuk perbaikan selama pekerjaan masih berjalan, apakah sudah sesuai
perencanaan atau tidak. Pengawasan tidak dapat dilaksanakan jika tidak ada
perencanaan. Oleh karena itu, perencanaan selalu ada di setiap fungsi-fungsi
manajemen lainnya (Hatta 2008 dalam Siswati 2018).
3

Unit rekam medis dan informasi kesehatan adalah ruang kerja atau
perkantoran yang menyelenggarakan pekerjaan dan pelayanan rekam medis
dan informasi kesehatan (Siswati, 2018). Perencanaan unit kerja rekam
medis merupakan suatu hal yang sangat berperan penting dalam setiap
bagian di rekam medis seperti dalam perencanaan SDM, fasilitas dan lain
sebagainya.
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang baik ditunjang dengan
penyelenggaraan rekam medis yang baik pada setiap pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Dalam rangka menunjang terselenggaranya rekam medis
yang baik disetiap institusi pelayanan kesehatan, pemerintah dalam hal ini
departemen kesehatan RI telah mengeluarkan peraturan menteri kesehatan
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 yang mengatur tata cara penyelenggaraan,
pemikiran dan pemanfaatan isi rekam medis,pengorganisasian serta sanksi
atas pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
Quality Assurance adalah Kemampuan untuk mengumpulkan,
mengolah, mengkategorikan, menganalisis dan merumuskan dan menyajikan
informasi indikator mutu pelayanan rekam medis, indikator mutu pelayanan
Rumah Sakit dan Indikator Mutu Pelayanan Medis, serta pemanfaatnnya
untuk berbagai kepentingan statistik, epidemiologi, surveilans dan penelitian
serta pengawasan (Widjaya, 2018).
Sistem klasifikasi penyakit merupakan pengelompokan
penyakitpenyakit yang sejenis dengan International Statistical Classification
of Diseases and Related Health Problem Tenth Revisions (ICD-10) untuk
istilah penyakit dan masalah yang berkaitan dengan kesehatan. Penerapan
pengodean harus sesuai ICD-10 guna mendapatkan kode yang akurat
karena hasilnya digunakan untuk mengindeks pencatatan penyakit,
pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas, analisis
pembiayaan pelayanan kesehatan, serta untuk penelitian epidemiologi dan
klinis (Pramono dan Nuryati, 2012).
Berdasarkan latar belakang di atas maka judul laporan praktik
lapangan ini “Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK)
serta Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-Masalah yang Berkaitan
dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) di Puskesmas Liang
Anggang.
4

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memenuhi standar kompetensi klinik yang
telah ditetapkan dalam Kurikulum Inti Pendidikan D3 Perekam dan
Informasi Kesehatan.
2. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu :
a. Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan di Puskesmas,
meliputi :
1) Perencanaan Sumber Daya Manusia Unit Kerja RMIK
2) Pengorganisasian Unit Kerja RMIK
3) Perencanaan fasilitas di unit kerja RMIK
b. Manajemen Mutu Rekam Medis dan Informasi Kesehatan di
Puskesmas, meliputi :
1) Quality Assurance Pelayanan Rekam Medis
2) Konsep Manajemen Resiko di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3) Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit/Puskesmas
4) Akreditasi Puskesmas (Standar KARS 2012)
c. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-Masalah Yang Berkaitan
Dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT)
1) Alur dan Prosedur Klasifikasi Penyakit
2) Kondisi Perinatal
3) Kelainan Kongenital, Malformasi, Deformasi,
Abnormalitas
Kromosom

C. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk peningkatan
dan pengembangan kualitas manajemen di Puskesmas.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Dapat mengetahui dan mengukur kemampuan mahasiswa dan
mahasiswi dalam penerapan ilmu yang telah mereka peroleh selama
pembelajaran.
b. Sebagai dasar penilaian dalam penentuan mutu dari instansi
pendidikan.
5

c. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk evaluasi


kekurangan-kekurangan dari instansi pendidikan dalam pembekalan
mahasiswa dan mahasiswinya.
3. Bagi mahasiswa Rekam Medis STIKES Husada Borneo
a. Dapat merencanakan sumber daya manusia pada unit kerja RMIK
b. Dapat memahami cara pengorganisasian di unit kerja RMIK
c. Dapat merencanakan fasilitas di unit kerja RMIK
d. Dapat memahami quality assurance pelayanan rekam medis
e. Dapat memahami monsep Manajemen risiko di fasilitas pelayanan
kesehatan
f. Dapat mengetahui standar pelayanan minimal pada rumah sakit
g. Dapat mengetahui akreditasi Puskesmas menurut standar SNARS
edisi 1

D. Ruang Lingkup Penelitian


Beberapa ruang lingkup yang digunakan dalam penulisan laporan ini
antara lain:
1. Ruang Lingkup Materi
Sesuai dengan standar kompetensi yang harus dimiliki oleh
mahasiswa semester IV pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) III ini, maka
PKL kali ini berfokus pada Manajemen Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan (RMIK), serta Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, dan
Masalah-Masalah yang Berkaitan dengan Kesehatan dan Tindakan Medis
di Puskesmas Liang Anggang.
2. Ruang Lingkup Tempat
Praktek Kerja Lapangan III dilaksanakan di Puskesmas Liang Anggang.
3. Ruang Lingkup Waktu
Praktek Kerja Lapangan III dilaksanakan pada 25 Januari – 6 Februari
2021.
BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

A. Sejarah Puskesmas Liang Anggang


Sesuai Surat Keputusan (SK) Walikota Banjarbaru nomor 141 tahun
2008 tentang pendirian pusat kesehatan masyarakat Liang Anggang di
tetapkan tanggal 2 April 2008. Puskesmas Liang Anggang adalah pecahan
dari Puskesmas Liang Anggang yang sudah mulai beroperasi melayani
masyarakat pada awal Januari 2009. Puskesmas Liang Anggang Jl.
Sukamaju RT.11 RW.3 kelurahan Landasan Ulin Barat Kec. Liang Anggang
Banjarbaru.
1. Luas dan letak wilayah
Adapun wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang tahun 2016 s/d
sekarang dengan luas wilayah ± 70,98 ha/m2 yang terdiri dari dua
kelurahan yaitu :
• Kelurahan Landasan Ulin Barat dengan luas : 2936 ha/m2
• Kelurahan Landasan Ulin Selatan dengan luas : 555,05 ha/m2
2. Keadaan Tanah dan Iklim
Kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang untuk
Kelurahan Landasan Ulin Selatan merupakan daerah rawa dan hutan
galam, sedangkan Kelurahan Landasan Ulin Barat merupakan daerah
hutan basah. Iklim yang berpengaruh adalah iklim tropis.
3. Jangkauan Transportasi
Wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang sebagian besar dapat
dijangkau dengan menggunakan alat transportasi darat.
4. Pembagian Transportasi
Tahun 2018 wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang terbagi 2
kelurahan, yaitu:
Tabel 2. 1 Wilayah Kerja Puskesmas Liang Anggang
No Kelurahan LKMD klasifikasi
1 Landasan Ulin Barat Swasembada Berkembang
2 Landasan Ulin Selatan Swasembada Berkembang

6
B. Struktur Organisasi di Puskesmas Liang Anggang

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Puskesmas Liang Anggang

7
C. Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Liang Anggang
Jenis kegiatan pengobatan yang dilaksanakan di Puskesmas liang
anggang terdiri dari :
a. Ruang pendaftaran
b. Pelayanan Kesehatan di ruang pemeriksaan umum
c. Pelayanan Kesehatan di ruang pemeriksaan anak
d. Pelayanan Kesehatan di ruang MTBS/MTBM
e. Pelayanan Kesehatan di ruang Gigi Mulut
f. Pelayanan Kesehatan di ruang Labolatorium
g. Pelayanan Kesehatan di ruang KIA KB
h. Pelayanan Kesehatan di ruang tIndakan/ IGD
i. Pelayanan Kesehatan di ruang Imunisasi
j. Pelayanan Kesehatan di ruang Gizi
k. Pelayanan Kesehatan di ruang Farmasi
l. Pelayanan Kesehatan di ruang Kesehatan Lingkungan
m. Pojok Laktasi dan Ramah Anak

BAB III MANAJEMEN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

A. Perencanaan Sumber Daya Manusia Unit Kerja RMIK


Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat
menentukan upaya menciptakan pembangunan yang lebih mantap dan maju.
Karena manusialah sebagai pelaku yang secara langsung akan memanfaatkan
alam berikut isinya. Tanpa sumber daya manusia yang baik tidak mungkin
bangsa bisa berkembang dan mampu bersaing di tengahtengah perputaran
ekonomi dunia internasional (Marwansyah, 2014).
SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta terpadu dan saling mendukung,
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi -
tingginya.
Perencanaan sumber daya manusia adalah proses analisis dan
identifikasi yang dilakukan organisasi terhadap kebutuhan akan sumber daya
manusia, sehingga organisasi tersebut dapat menentukan langkah yang harus
diambil guna mencapai tujuannya.
Perencanaan sumber daya manusia di unit kerja rekam medis dan
informasi kesehatan merupakan hal penting yang perlu dilakukan secara tepat.
Untuk mengelola unit rekam medis dan menghasilkan informasi kesehatan

8
yang bermutu perlu didukung dengan sumber daya yang memadai, baik
sumber daya manusia, sarana dan prasarananya.
1. Metode Perhitungan Kebutuhan SDM Berdasarkan Beban Kerja (WISN)
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN)
adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan
pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM
kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan
metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah
diterapkan, komprehensif dan realistis.

9
10

Langkah-langkah metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan


beban kerja (WISN ) yaitu:
a. Menetapkan waktu kerja tersedia
b. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM
c. Menyusun standar beban kerja
d. Menyusun standar kelonggaran
e. Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja
1) Menetapkan Waktu Kerja Tersedia
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah
diperolehnya waktu kerja tersedia masing-masing kategori SDM yang
bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu tahun
Keterangan :
A = Hari Kerja D = Hari Libur Nasional
B = Cuti Tahunan E = Ketidakhadiran Kerja
C = Pendidikan dan Pelatihan F = Waktu Kerja
2) Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM
Diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan
perorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat di dalam dan di
luar rumah sakit. Unit Kerja dan Kategori SDM di instalasi rekam
medis :
a) Pendaftaran
b) Instalasi Rekam Medis
c) Penyimpanan
3) Menyusun Standar Beban Kerja
Standar beban kerja adalah volume/ kuantitas beban kerja
selama 1 tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu
kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per-tahun
yang dimiliki oleh masing-masing kategori tenaga.
Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja
rumah sakit adalah meliputi:
a) Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori
SDM.
11

b) Rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan


pokok.
c) Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM.
Menyusun Standar Beban Kerja :

Waktu Kerja Tersedia

SBK =

Rata rata watu per kegiatan pokok


4) Menyusun Standar Kelonggaran
Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya
faktor kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan
kebutuhan waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak
terkait langsung atau dipengeruhi tinggi rendahnya kualitas atau
jumlah kegiatan pokok/pelayanan.
Penyusunan faktor kelonggaran dapat dolaksanakan melalui
pengamatan dan wawancara kepada tiap kategori tentang :
a) Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan
pada pasien.
Misalnya : rapat, penyusunan laporan kegiatan, menyusun
kebutuhan obat/bahan habis pakai.
b) Frekuensi kegiatan dalam satu hari, minggu, bulan.
c) Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.

Rata-rata waktu per faktor kelonggaran

Standar Kelonggaran =
Waktu kerja tersedia

5) Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja


12

Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja tujuannya adalah


diperolehnya jumlah dan jenis/ kategori SDM per unit kerja sesuai
beban kerja selama 1 tahun. Sumber data yang dibutuhkan untuk
perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja meliputi :
a) Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :
- Waktu kerja tersedia
- Standar beban kerja
- Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM
b) Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu
tahunan.
Perhitungan kebutuhan SDM :

Kualitas kegiatan pokok + standar kelonggaran

standar beban kerja

Pembahasan :
1. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia
Pola ketenagaan rekam medik mengacu pada beban kerja
menggunakan metode WISN (KEPMENKES No. 81/2004):
A = 6 (hari kerja) x 52 minggu = 312 hari
B = 12 hari
C = 12 hari
D = 22 hari
E = 3 hari
F = 7 jam kerja/hari

Tabel 3. 1 Waktu Kerja Tersedia


Faktor Jumlah Keterangan
Hari Kerja (A) 6 Hari/tahun
Cuti Tahunan/Cuti Bersama 12 Hari/tahun
(B)
13

Pendidikan dan Pelatihan 12 Hari/tahun


(C)
Hari Libur Nasional (D) 22 Hari/tahun
Ketidakhadiran kerja (E) 3 Hari/tahun
Waktu Kerja (F) 7 Jam/hari

1) Hari kerja (A) di Puskesmas Liang Anggang yaitu 6 hari kerja dalam
1 minggu dan dalam 1 tahun terdapat 52 minggu. Jadi, perhitungan
jumlah hari kerja petugas rekam medis di Puskesmas Liang Anggang
yaitu 6 hari kerja x 52 minggu/tahun = 312 hari/tahun.
2) Cuti tahunan (B), petugas rekam medis di Puskesmas Liang Anggang
memiliki hak cuti 12 hari/tahun.
3) Pendidikan dan Pelatihan (C), di Puskesmas Liang Anggang
dilakukan sebanyak 12 hari/tahun.
4) Hari libur tahunan (D), untuk hari libur nasional atau cuti bersama
mengacu pada peraturan pemerintah yaitu 22 hari/tahun.
5) Ketidakhadiran kerja (E), ketidakhadiran kerja karena alasan izin atau
sakit dengan surat pemberitahuan yaitu 3 hari/tahun.
6) Waktu kerja (F), Puskesmas Liang Anggang menentukan jam kerja
petugas rekam medis dalam satu hari adal 7 jam.

Rumus dan Uraian Perhitungan:


Hari Kerja Tersedia = ( A – (B+C+D+E) )
= ( 312 – ( 12 + 12 + 22 + 3 ) )
= 312 – ( 49 )
= 263 hari kerja/tahun
Waktu Kerja Tersedia = Hari kerja/tahun x F
= 263 hari kerja/tahun x 7 jam/hari
= 1.841 jam kerja/tahun
Dikonversikan dari jam ke menit = 110.460 menit
2. Menetapkan Unit Kerja dan Kategori Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di Unit Kerja Rekam Medis di Puskesmas
Liang Anggang berjumlah 4 orang yaitu 1 orang perekam medis, 1 orang
kasir, 1 orang pendaftaran, 1 orang administrasi.
14

Tabel 3. 2 Unit Kerja dan Kategori Sumber Daya Manusia Saat Pandemi
Total
Kegiatan dan Uraian Waktu Volume
No Waktu
Kegiatan Pokok (menit) Kegiatan
(menit)
TPPRJ Baru
- Wawancara
- Mengisi buku register 3
- Mengisi formulir 1
1 rekam medis 1 5 30
- Menyiapkan rekam
medis baru 0,5
- Membuat Kartu indeks 0,5
berobat (KIB)
TPPRJ Lama
- Wawancara 0,5
- Check data di 0,5
komputer
2 - Mencari rekam medis 15 75
3
pasien
- Mengisi buku register 1

Distribusi Rekam Medis


3 - Medistribusi rekam 2 20 40
medis ke poliklinik
Filling
- Pencarian rekam 3
4 medis 20 100
- Pengembalian rekam 2
medis
Sumber : Puskesmas Liang Anggang

Tujuan penetapan tersebut agar diperolehnya unit kerja dan


kategori sumber daya manusia dalam menyelenggarakan kegiatan baik di
dalam maupun di luar tempat kerja.

3. Menyusun Standar Beban Kerja


Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh
suatu jabatan atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara
volume kerja dan norma waktu (Peraturan dalam Negeri No. 12 Tahun
2008).
15

Beban kerja masing – masing kategori sumber daya manusia di


tiap unit kerja rumah sakit meliputi kegiatan pokok yang dilaksanakan
oleh masing – masing kategori sumber daya manusia, rata – rata waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok dan standar
beban kerja pertahun di masing – masing kategori sumber daya manusia.
Dalam menghitung standar beban kerja menggunakan rumus
WISN, yaitu :
Rumus
Standar beban kerja = Waktu kerja tersedia

Rata – rata waktu kegiatan pokok

Tabel 3. 3 Menyusun Standar Beban Kerja Saat Pandemi


Waktu
Rata – rata Standar
Kerja
No. Kegiatan Waktu Beban
Tersedia
(menit) Kerja
(menit)
1 TPPRJ Baru 6 18.410
2 TPPRJ Lama 5 22.092
Distribusi Rekam 110.460
3 2 55.230
Medis
4 Filling 5 22.092
Sumber : Puskesmas Liang Anggang

4. Menyusun Standar Kelonggaran Analisa penyusunan


standar kelonggaran Rumus :
Standar Kelonggaran = Rata – rata waktu faktor kelonggaran

Waktu kerja tersedia


Hari kerja tersedia = 263 hari/tahun
Waktu kerja = 1.841 jam kerja / tahun
Fak. Kelonggaran = Rapat = 1 jam/bulan x 12 bulan/tahun
= 12 jam/tahun
Standar kelonggaran 12
=
=

0.006 jam/SDM
1.841
16

Jadi, tujuan dari diperolehnya faktor kelonggaran tiap kategori sumber daya
manusia meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu adalah untuk menyelesaikan
suatu kegiatan yang tidak berhubungan langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya
kualitas atau jumlah kegiatan pokok atau pelayanan.

5. Kebutuhan Sumber Daya Manusia dalam Unit Rekam


Medis
Tujuan dari perhitungan kebutuhan sumber daya manusia dalam
unit kerja rekam medis adalah diperolehnya jumlah dan jenis atau
kategori sumber daya manusia per unit kerja yang sesuai beban kerja
selama 1 (satu) tahun. Sumber data yang dibutuhkan dalam perhitungan
kebutuhan sumber daya manusia per unit kerja, yaitu:
a. Data yang diperoleh dari langkah – langkah sebelumnya : waktu kerja
tersedia, standar beban kerja dan standar kelonggaran masing –
masing kategori sumber daya manusia.
b. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu 1 (satu)
tahun.
Rumus
Kuantitas Kegiatan Pokok = Volume Kegiatan x Hari Kerja/Tahun (A)
a) TPPRJ Baru = 5x 312
= 1.560
b) TPPRJ Lama = 15 x 312
= 4.680
c) Distribusi RM = 20 x 312
= 6.240
d) Filling = 20 X 312
= 6.240
Kuantitas Kegiatan Pokok
Keb. SDM = + Standar
Standar Beban Kerja Kelonggaran
a) Kebutuhan SDM di bagian TPPRJ Baru
1.560
Kebutuhan SDM = + 0,006 = 0,09 = 1 orang
18.410
b) Kebutuhan SDM di bagian TPPRJ Lama
4.680
17

Kebutuhan SDM = + 0,006 = 0,21 = 1 orang


22.092
c) Kebutuhan SDM di bagian Distribusi RM
6.240
Kebutuhan SDM = + 0,006=0,11 = 1 orang
55.230
d) Kebutuhan SDM di bagian Filling
6.240
Kebutuhan SDM = + 0,006 = 0,28 = 1 orang
22.092

Tabel 3. 4 Kebutuhan SDM di Instalasi Rekam Medis Puskesmas Liang


Anggang Saat Pandemi
Kuantitas Standar Standar
Jenis Jumlah
No Kegiatan Beban Kelonggaran
Kegiatan SDM
Pokok Kerja
1 TPPRJ Baru 1.560 18.410 1
2 TPPRJ Lama 4.680 22.092 1
0,006
5 Distribusi RM 6.240 55.230 1
10 Filling 6.240 22.092 1
Jumlah 4
18

Tabel 3. 5 Unit Kerja dan Kategori Sumber Daya Manusia Sebelum Pandemi
Total
Kegiatan dan Uraian Waktu Volume
No Waktu
Kegiatan Pokok (menit) Kegiatan
(menit)
TPPRJ Baru
- Wawancara
- Mengisi buku register 3
- Mengisi formulir 1
1 rekam medis 1 20 120
- Menyiapkan rekam
medis baru 0,5
- Membuat Kartu indeks 0,5
berobat (KIB)
TPPRJ Lama
- Wawancara 0,5
- Check data di 0,5
komputer
2 - Mencari rekam medis 60 300
3
pasien
- Mengisi buku register 1

Distribusi Rekam Medis


3 - Medistribusi rekam 2 80 160
medis ke poliklinik
Filling
- Pencarian rekam 3
4 medis 80 400
- Pengembalian rekam 2
medis

Tujuan penetapan tersebut agar diperolehnya unit kerja dan kategori


sumber daya manusia dalam menyelenggarakan kegiatan baik di dalam maupun
di luar tempat kerja.
6. Menyusun Standar Beban Kerja
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu
jabatan atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan
norma waktu (Peraturan dalam Negeri No. 12 Tahun 2008).
Beban kerja masing – masing kategori sumber daya manusia di tiap unit
kerja rumah sakit meliputi kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing –
masing kategori sumber daya manusia, rata – rata waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tiap kegiatan pokok dan standar beban kerja pertahun di masing
– masing kategori sumber daya manusia.
19

Dalam menghitung standar beban kerja menggunakan rumus WISN, yaitu :


Rumus :
Standar beban kerja = Waktu kerja tersedia

Rata – rata waktu kegiatan pokok

Tabel 3. 6 Menyusun Standar Beban Kerja Sebelum Pandemi


Waktu
Rata – rata Standar
Kerja
No. Kegiatan Waktu Beban
Tersedia
(menit) Kerja
(menit)
1 TPPRJ Baru 6 18.410
2 TPPRJ Lama 5 22.092
Distribusi Rekam 110.460
3 2 55.230
Medis
4 Filling 5 22.092
Sumber : Puskesmas Liang Anggang

7. Menyusun Standar Kelonggaran Analisa penyusunan


standar kelonggaran Rumus :
Standar Kelonggaran = Rata – rata waktu faktor kelonggaran

Waktu kerja tersedia


Hari kerja tersedia = 263 hari/tahun
Waktu kerja = 1.841 jam kerja / tahun
Fak. Kelonggaran = Rapat = 1 jam/bulan x 12 bulan/tahun
= 12 jam/tahun
Standar kelonggaran 12
=
=

0.006 jam/SDM
1.841
Jadi, tujuan dari diperolehnya faktor kelonggaran tiap kategori sumber daya
manusia meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu adalah untuk menyelesaikan
suatu kegiatan yang tidak berhubungan langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya
kualitas atau jumlah kegiatan pokok atau pelayanan.
20

8. Kebutuhan Sumber Daya Manusia dalam Unit Rekam


Medis
Tujuan dari perhitungan kebutuhan sumber daya manusia dalam
unit kerja rekam medis adalah diperolehnya jumlah dan jenis atau
kategori sumber daya manusia per unit kerja yang sesuai beban kerja
selama 1 (satu) tahun. Sumber data yang dibutuhkan dalam perhitungan
kebutuhan sumber daya manusia per unit kerja, yaitu:
c. Data yang diperoleh dari langkah – langkah sebelumnya : waktu kerja
tersedia, standar beban kerja dan standar kelonggaran masing –
masing kategori sumber daya manusia.
d. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu 1 (satu)
tahun.
Rumus
Kuantitas Kegiatan Pokok = Volume Kegiatan x Hari Kerja/Tahun (A)
e) TPPRJ Baru = 20 x 312
= 6.240
f) TPPRJ Lama = 60 x 312
= 18.720
g) Distribusi RM = 80 x 312
= 24.960
h) Filling = 80 X 312
= 24.960
Kuantitas Kegiatan Pokok
Keb. SDM = + Standar
Standar Beban Kerja Kelonggaran
e) Kebutuhan SDM di bagian TPPRJ Baru
6.240
Kebutuhan SDM = + 0,006 = 0,09 = 1 orang
18.410
f) Kebutuhan SDM di bagian TPPRJ Lama
18.720
Kebutuhan SDM = + 0,006 = 0,21 = 1 orang
22.092
g) Kebutuhan SDM di bagian Distribusi RM
21

6.240
Kebutuhan SDM = + 0,006=0,11 = 1 orang
55.230

h) Kebutuhan SDM di bagian Filling


24.960
Kebutuhan SDM = + 0,006 = 1,13 = 1 orang
22.092

Tabel 3. 7 Kebutuhan SDM di Instalansi Rekam Medis di Puskesmas Liang Anggang


Sebelum Pandemi
Kuantitas Standar Standar
Jenis Jumlah
No Kegiatan Beban Kelonggaran
Kegiatan SDM
Pokok Kerja
1 TPPRJ Baru 6.240 18.410 1
2 TPPRJ 18.720 22.092 1
Lama
0,006
5 Distribusi 24.960 55.230 1
RM
10 Filling 24.960 22.092 1
Jumlah 4

B. Pengorganisasian Unit Kerja Rekam Medis di Puskesmas Liang

Anggang

Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Liang Anggang,


pengorganisasian dan jenis-jenis kegiatan di unit kerja rekam medis sebagai
berikut:
1. Pengorganisasian Unit Kerja Rekam Medis Di Puskesmas Liang Anggang
Jenis-jenis Kegiatan di Unit RMIK : a. Kepala Instalasi
1) Mengatur, membagi tugas, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
rekam medis
2) Memberi pengarahan pelaksanaan tugas staf rekam medis
3) Memberi bimbingan pelaksanaan tugas staf rekam medis
4) Memimpin rapat tingkat unit 5) Perencanaan pengembangan SDM
unit 6) Penilaian pelaksanaan tugas staf.
22

b. Bagian Produksi dan Filling


1) Pengadaan berkas rekam medis
2) Merakit berkas rekam medis
3) Menyimpan berkas rekam medis
4) Menyusun berkas rekam medis sesuai tata cara penyimpanan 5)
Mengontrol keluar masuknya berkas rekam medis.
c. Bagian Assembling dan Analisis
1) Merapikan form rekam medis sebelum dianalisis berdasarkan
ketentuan
2) Menganalisis kelengkapan status pasien yang terdapat di form
rekam medis
3) Jika belum lengkap, maka dikembalikan ke dokter atau perawat
bersangkutan untuk dilengkapi dengan batas waktu toleransi 2-7
hari.
d. Bagian Koding dan Indeksing
1) Mengkode penyakit, operasi, sebab kematian sesuai ICD-10 dan
ICD-9 CM
2) Mencatat pasien berdasarkan kode penyakit 3) Meranking 10
penyakit terbanyak.
e. Bagian Pelaporan
1) Sensus harian di tiap unit RS
2) Melaporkan RL 2a per bulan ke Dinas Kesehatan
3) Mengambil RP setiap 3 bulan dan melaporkannya per bulan.
2. Tugas pokok, fungsi, dan kewenangan unit RMIK
Tugas pokok unit kerja rekam medis adalah menyelanggarakan dan
mengkoordinasikan pelayanan rekam medis dan pemantauan mutu rekam
medis di seluruh unit pelayanan.
Fungsi unit kerja rekam medis adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan kegiatan rekam medis jangka pendek dan jangka panjang
b. Perencanaan dan pengajuan kebutuhan buku rekam medis, formulir,
serta kebutuhan instalasi rekam medis lainnya
c. Perencanaan dan pengajuan kebutuhan ketenagaan serta
pengembangan SDM di bidang karier dan keterampilan
d. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rekam medis
23

e. Monitoring pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rekam medis.

Pembahasan :

1. Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis Puskesmas Liang Anggang

Ka Puskes
Dr. Eka Hidayani

Ka TU
Hj. Siti Sarah

Koordinator Rekam Medis


Irwina Rizki R, A.Md. RMIK

Penyimpanan Kasir
Pendaftaran
Siti Asmah Desi
Dewi Almaidah
Gambar 3. 1 Struktur Instalisasi Rekam Medis Puskesmas Liang Anggang

2. Uraian Jabatan Instalasi Rekam Medis Puskesmas Liang Anggang


Berikut adalah uraian pekerjaan di Unit Kerja Rekam Medis di
Puskesmas Liang Anggang :
a. Nama : Irwina Rizki Rahmawati,
A.Md.RMIK
NIP : 19931106 201903 2 009
Pangkat / Gol : Pengatur / IIc
Jabatan : Perekam Medis Terampil
Unit Kerja : Puskesmas Liang Anggang
Unit Organisasi : Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru
24

Uraian Tugas :
1. Melakukan wawancara pada saat pasien lama dan baru mendaftar
guna melengkapi data identitas pasien.
2. Mengisi buku registrasi pendaftaran pasien rawat jalan melalui
pencatatan/registrasi pasien.
3. Menyiapkan rekam medis serta mengambil rekam medis rawat jalan di
ruang penyimpanan dalam rangka pelaksanaan rekam medis di tempat
penerimaan pasien baru dan lama rawat jalan.
4. Menyortir rekam medis rawat jalan dalam rangka penyimpanan rekam
medis.
5. Menyimpan rekam medis rawat jalan dan menjaga agar penyimpanan
rekam medis aman, rahasia, tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan.
6. Mendistribusikan rekam medis ke unit terkait.
7. Menerima pengembalian rekam medis rawat jalan dari poli.
8. Membuat laporan bulanan jumlah kunjungan pasien rawat jalan.
b. Nama : Siti Asmah
NIP : 19670704 198803 2 007
Pangkat / Gol : Penata Muda Tk.1 / III.B
Jabatan : Pengadministrasian Umum
Unit Kerja : Puskesmas Liang Anggang
Unit Organisasi : Dinas Kesehatan Kota
Uraian Tugas : Banjarbaru
1. Melakukan wawancara pada saat pasien lama dan baru mendaftar
guna melengkapi data identitas pasien.
2. Mengisi buku registrasi pendaftaran pasien rawat jalan melalui
pencatatan/registrasi pasien.
3. Menyiapkan rekam medis
4. Membantu menyortir rekam medis rawat jalan dalam rangka
penyimpanan rekam medis.
5. Membantu menyimpan rekam medis rawat jalan dan menjaga agar
penyimpanan rekam medis aman, rahasia, tidak dapat diakses oleh
orang yang tidak berkepentingan.
25

6. Mendistribusikan rekam medis ke unit terkait.


c. Nama : Desy Heni Prahesti , SE
NIP :-
Pangkat / Gol :-
Jabatan : Pembantu Pengelola Keuangan
Unit Kerja : Puskesmas Liang Anggang
Unit Organisasi : Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru
Uraian Tugas :
1. Menerima , mencatat semua pendapatan retribusi pelayanan
kesehatan Puskesmas ke dalam buku kas harian.
2. Melakukan kegiatan pembukuan dengan mencatat semua
pendapatan dan penyetoran retribusi pelayanan kesehatan
Puskesmas ke dalam kas umum penerimaan Puskesmas serta
menutup buku kas umum setiap akhir bulan.
3. Menerima admistrasi pembuatan kir kes , kir haji , kir catin dan
mencatat ke dalam buku register pembuatan kir.
4. Kegiatan pembukuan berupa pencatatan , penyetoran , penutupan
buku kas dan pelaporan tersebut di lakukan secara manual.
5. Melakukan penyusunan SPJ ke dalam bantek.

C. Perencanaan Fasilitas di Unit Kerja RMIK

Pasal 62 Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik harus


dilakukan sesuai dengan kewenangan yang didasarkan pada kompetensi
yang dimilikinya. Jenis Tenaga Kesehatan tertentu yang memiliki
kewenangan profesi sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran ilmu tersebut berkaitan
dengan peralatan dan tempat kerja serta lingkungannya. Menurut pusat
kesehatan RI upaya ergonomi antara lain adalah penyesuaian peralatan dan
tempat kerja dengan dimensi tubuh manusia, agar manusia sebagai
pelaksanaan tidak mengalami cepat lelah, dapat mengatur suhu ruangan
26

kerja, pengaturan pencahayaan sesuai dengan kebutuhan kondisi dan


kebutuhan manusia (Depkes RI).
Ergonomi adalah suatu cabang keilmuan yang sitematis untuk
memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia dalam merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup
dan juga bekerja pada suatu sistem yang baik yaitu untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dengan melalui pekerjaan yang efektif, efisien, aman dan
nyaman (Menurut Ginting Rosnani, 2010).
Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu
ergonomi. Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut
(Menurut Tarwaka, 2004):
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja
fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah
tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,
dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga
tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana para karyawan
melakukan aktivitas bekerja. Lingkungan kerja dapat membawa dampak
positif dan negatif bagi karyawan dalam rangka mencapai hasil kerjanya.
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk
diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan
proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja
mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang
melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang
memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya
lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja.
Menurut Robbins (2002: 36) Lingkungan kerja fisik juga merupakan
faktor penyebab strees kerja pegawai yang berpengaruh pada prestasi kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah:
27

a. Suhu
Suhu adalah suatu variabel dimana terdapat perbedaan
individual yang besar. Dengan demikian untuk memaksimalkan
produktivitas, adalah penting bahwa pegawai bekerja di suatu
lingkungan dimana suhu diatur sedemikian rupa sehingga berada
diantara rentang kerja yang dapat diterima setiap individu.
b. Kebisingan
Bukti dari telaah-telaah tentang suara menunjukkan bahwa
suara-suara yang konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak
menyebabkan penurunan prestasi kerja sebaliknya efek dari suarasuara
yang tidak dapat diramalkan memberikan pengaruh negatif dan
mengganggu konsentrasi pegawai.

c. Penerangan
Bekerja pada ruangan yang gelap dan samar-samar akan
menyebabkan ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat
dapat membantu pegawai dalam memperlancar aktivitas kerjanya.
Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya juga tergantung pada usia
pegawai. Pencapaian prestasi kerja pada tingkat penerangan yang lebih
tinggi adalah lebih besar untukpegawai yang lebih tua dibanding yang
lebih muda.
d. Mutu Udara
Merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika menghirup
udara yang tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan
pribadi. Udara yang tercemar dapat mengganggu kesehatan pribadi
pegawai. Udara yang tercemar di lingkungan kerja dapat menyebabkan
sakit kepala, mata perih, kelelahan, lekas marah dan depresi.
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai
dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu sebagai
berikut:
a. Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang
b. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding harus berbentuk konus.
28

c. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang


kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan
tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
d. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi 2,10 meter, dan ambang
bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
e. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam ruangan
dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian
udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis
(exhauster).
f. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40
meter dari lantai.

Aspek-aspek Ergonomi
a. Aspek ergonomi Stasiun kerja, fungsi penggunaan statiun kerja:
1) Berhubungan dengan lingkungan kerja
2) Berhubungan dengan durasi kerja
3) Berfokus pada tipe pekerjaan
4) Beban spikologis yang dihadapi pekerja selama mengerjakan
pekerjaan
5) Menghindari penggunaan dari cahaya terang langsung atau
pantulannya
6) Memperoleh keseimbangan antara kecerahan dan kecerahan
yang ada pada pengguna
7) Menghindari cahaya langsung atau cahaya pantulan yang
langsung mengenai layar tampilan
8) Memberikan keyakinan bahwa pencahayaan yang cukup untuk
pekerjaan yang tidak menggunakan layar tampilan

b. Aspek Ergonomi dari Suhu dan Kualitas Udara


Perubahan suhu sering mempengaruhi keadaan pekerja,
maka peralihan dari pemanasan yang terjadi dari mesin komputer
harus diperhatikan. Agar udara dan suhu ruangan tetap stabil dan
kinerja pekerja tidak mengalami penurunan.
29

c. Aspek Ergonomi dari Gangguan Suara


Gangguan suara juga harus diperhatikan karena
pendengaran dan kepekaan masing – masing orang berbeda, oleh
karena itu frekuensi suara yang akan di rancang harus disesuaikan
dengan standar kepekaan manusia pada umumnya.
d. Aspek Ergonomi dari Kesehatan dan Keamanan Kerja
Aspek kesehatan dan keamanan kerja adalah ketika
pengguna menggunakan stasiun kerja dapat di pengaruhi oleh
kondisi umum kesehatan pengguna. Sejumlah penelitian
berpendapat bahwa kondisi kesehatan yang bervariasi secara
signifikan dapat mempertinggi resiko.

Gambar 3. 2 Denah Tempat Pendaftaran

Pembahasan :
a. Perencanaan Fasilitas Pendaftaran Pasien Rawat Jalan dan BPJS
a) 1 Meja Loket (0,45 m x 4,6 m) = 2,07 m2
b) 3 buah kursi petugas (0,9 m x 0,6 m) = 0,72 m2
+

2,79 m2

Jarak ruangan (60 % x 2,79 m2) = 1,674 m2

Luas ruangan kerja (2,79 m2 + 1,674 m2) = 4,464 m2


= 4, 5 m2
30

Berdasarkan perhitungan di atas luas tempat pendaftaran rawat jalan di


Puskesmas Liang Anggang yang dibutuhkan sebesar 4, 5 m2.

b. Fasilitas Unit Kerja Rekam Medis dan Filling


a) 1 buah meja (1,5 m x 0,7 m) = 1,05 m2
b) 2 buah kursi (0,9 m x 0,6 m) = 1,08 m2

c) 11 rak penyimpanan (0,53 m x 0,18 m) = 1,0494 m2 +

3,179 m2
= 3 m2

Jarak ruangan (60% x 3 m2) = 1,8 m2


Luas ruangan kerja (3 m2 + 1,8 m2) = 4,8 m2
= 5 m2

Berdasarkan perhitungan di atas luas tempat unit kerja rekam


medis dan filling di Puskesmas Liang Anggang yang dibutuhkan
sebesar 5 m2.
c. Luas ruangan pada instalasi unit kerja rekam medis di Puskesmas Liang
Anggang:
a) Luas tempat TPPRJ = 4 m2
b) Luas unit kerja rekam medis dan filling = 5 m2 +

= 9 m2
Dapat diketahui total luas ruangan pada instalasi rekam medis
Puskesmas Liang Anggang adalah sebesar 9 m2.
1. Perencanaan kebutuhan dalam jangka waktu 5 Tahun ke depan
1. Perencanaan kebutuhan rak kayu untuk 5 tahun ke depan
1) Pasien Rawat Jalan Baru= 5 pasien / hari
2) Pasien Rawat Jalan Lama= 15 pasien / hari
3) Satu Unit rak besi terdiri dari 1 sub rak ke samping dan 4 sub rak
keatas bawah
a) Panjang = 53 cm
b) Lebar = 18 cm
31

c) Tinggi = 200 cm
4) Ketebalan RM (3 cm / 6) = 0,5 cm
5) Kapasitas 1 sub rak (53 cm / 0,5 cm) = 106 RM/ Sub rak 6)
Kapasitas 1 unit rak penyimpanan = (4 x 106 RM) x 1
= 424 x 1
= 424 RM 2.
Jumlah Rekam Medis dalam 5 Tahun ke depan
a. Rawat Jalan
= {(Tahun x Jumlah hari setahun x pasien rawat jalan baru) +
Pasien Rawat Jalan Lama}
= (5 x 365 x 5 orang) + 15 orang
= 9.125 + 15 orang
= 9.140 RM/ 5 tahun
3. Kebutuhan Rak Penyimpanan
a. Rawat Jalan
= RM 5 Tahun / Kapasitas 1 unit rak penyimpanan
= 9.140 RM / 424 RM
= 21,5 rak penyimpanan/5 Tahun
= 21 rak penyimpanan/5 Tahun
d. Kebutuhan Luas Ruang Filing dalam 5 Tahun
= Luas 1 unit rak penyimpanan = 1 x 53 cm x 18 cm = 0,09 m2
= Luas 21 unit rak penyimpanan = (21 x 0,09 m2) + 80 cm = 2,69 m2
Dengan tinggi → (4 x 200 cm) = 800 cm + 8 cm
= 808 cm = 8,08 m2
= Luas rak penyimpanan 27 unit + 60% x luas ruang filing yang ada
= 2,69 m2 + 60% x (2,69)
= 2,69 m2 + 1,614
= 4,304 m2
= 4 m2

Berdasarkan perhitungan diatas kebutuhan luas ruang Filling dalam 5


tahun ke depan adalah 4 m2 di Puskesmas Liang Anggang.
32
BAB IV
MANAJEMEN MUTU REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN DI
PUSKESMAS

A. Quality Assurance Pelayanan Rekam Medis Puskesmas Liang Anggang 1.


Definsi Quality Assurance Pelayanan Rekam Medis
Menurut Dalam Indriarto (2016) Quality Assurance disebut juga
dengan jaminan mutu, merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menetapkan, melaksanakan dan memonitor pelaksanaan standar,
serta rangkaian peningkatan kinerja melalui upaya perbaikan atau proses
secara kesinambungan sehingga pelayanan yang diberikan memenuhi
harapan pelanggan dan dilakukan dengan efektif efisien dan seaman
mungkin
Menurut Depkes RI dalam Indriarto (2016), Jaminan mutu
merupakan upaya yang dilaksanakan secara kesinambungan, sistematis,
objektif, dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah
mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan selanjutnya
menetapkan serta melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan kemampuan yang tersedia, menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.
2. Tujuan Quality Assurance
Tujuan Quality Assurance dalam Indriarto (2016) yaitu Makin
meningkatnya mutu pelayanan agar berkesinambungan, sistematis, obyektif
dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu
pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan
melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan
yang tersedia.

Pembahasan :
Di Puskesmas Liang Anggang sudah diterapkan dengan melakukan
audit setiap Triwulan sekali untuk Quality Assurance atau yang disebut
juga dengan jaminan mutu yaitu merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menetapkan, melaksanakan dan memonitor pelaksanaan
standar, serta rangkaian peningkatan kinerja melalui upaya perbaikan atau
proses secara kesinambungan sehingga pelayanan yang diberikan
memenuhi harapan pelanggan dan dilakukan dengan efektif efisien dan
seaman mungkin.
34

32
B. Konsep Manajemen Resiko di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Liang Anggang
Menurut Djojosoedarso (2003) manajemen risiko adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang
dihadapi oleh organisasi/ perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jenis-jenis
resiko dalam pelayanan rumah sakit yaitu, corporate risk (kejadian yang akan
memberikan dampak negative terhadap tujuan organisasi), non-clinical risk
(bahaya potensial akibat lingkungan), Clinical risk (bahaya potensial akibat
pelayanan klinis) dan financial risk (resiko negative yang secara negative akan
berdampak pada kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan).
Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 50 tahun 2012
sistem menajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercapainya
tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

Tujuan sistem menajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) antara


lain:
a. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukir, terstruktur, dan terintegrasi
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas

Pembahasan :
Konsep Manajemen Resiko di Puskesmas Liang Anggang pada
implementasinya telah berjalan guna tercapainya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif dengan melakukan sosialisasi petugas yang ada di
Puskesmas Liang Anggang tersebut.

C. Standar Pelayanan Minimal Puskesmas


Menurut Pemenkes RI No. 43 Tahun 2016, standar pelayanan
minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal dan juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur
35

pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada


masyarakat.
Menurut UU Nomor 25 Tahun 2009 pasal 21, komponen atau unsur
dasar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :
1. Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan
pelayanan.
2. Persyaratan
Syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan,
baik persyaratan teknis maupun administratif.
3. Sistem, Mekanisme dan Prosedur
Tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan termasuk pengaduan.
4. Jangka Waktu Penyelesaian
Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses
pelayanan dari setiap jenis pelayanan.
5. Biaya
Ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus
dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan
masyarakat.
6. Produk Pelayanan
Hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
7. Sarana, Prasarana dan Fasilitas
Peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pelayanan, termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok
rentan.
8. Kompetensi Pelaksanan
Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan,
keahlian, keterampilan dan pengalaman.
9. Pengawasan Internal
Pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan
langsung pelaksana.
10. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
Tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.
11. Jumlah Pelaksana
Tersedianya pelaksana sesuai dengan beban kerja.
12. Jaminan Pelayanan
36

Memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar


pelayanan.
13. Jaminan Keamanan dan Keselamatan Pelayanan
Memberikan kepastian, rasa aman dan bebas dari bahaya, resiko dab
keragu-raguan.
14. Evaluasi Kinerja Pelaksana
Penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan standar pelayanan.

Unsur-unsur diatas berkaitan satu sama lain untuk membentuk


standar pelayanan yang berhak diterima oleh setiap masyarakat secara
minimal. Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan maklumat
pelayanan yang merupakan pernyataan kesanggupan penyelenggara dalam
melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditetapkan. Maklumat pelayanan yang dimaksud wajib dipublikasikan secara
jelas dan luas.

Pembahasan :
Pada Puskesmas Liang Anggang, iimplementasi dari standar
pelayanan minimal masih sudah berjalan akan tetapi standar pelayanan
minimal (SPM) yang ditetapkan di Puskesmas Liang Anggang masih
mengacu pada SPM rumah sakit. Misalnya: waktu pelayanan di tempat
pendaftaran maksimal <10 menit (3 menit).

D. Akreditasi Puskesmas
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan klinik, dilakukan akreditasi
Puskesmas. Salah satu indikator kualitas pelayanan adalah kepuasan pasien.
Kebijakan yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan difasilitas kesehatan tingkat pertama khususnya
Puskesmas adalah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan
(Permeneks) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 Tentang akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama Tempat Praktik Mandiri dokter, dan tempat
praktik mandiri doket gigi. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa perbaikan
mutu, peningkatan kinerja dan penerapan manajemen risiko dilaksanakan
secara berkesinambungan di Puskesmas (Riyadi, 2017).
Puskesmas merupakan unit terdepan dan langsung dapat
menjangkau masyarakat, melaksanakan pelayanan kesehatan melalui upaya
pokok kegiatan Puskesmas yang salah satunya pelayanan kesehatan yang
diberikan Puskesmas meliputi pengobatan rawat jalan dan rawat inap
37

termasuk didalamnya upaya peningkatan kesehatan dan pemulihan


kesehatan (Permenkes No. 46 Tahun 2015).

Pembahasan :
Puskesmas Liang Anggang telah terakreditasi, yang dimana
akreditasi yang ditetapkan adalah Madya di lakukannya akreditasi pada tahun
2017. Seharusnya diakukan reakreditasi pada tahun 2020 tetapi ditunda
karena pandemik dan rencana akreditasi pada tahun ini tetapi masih
menunggu kabar dari pihak akreditasinya. terakreditasinya puskesmas
tersebut sebagai pengakuan yang diberikan lembaga eksternal terhadap
penilaian kesesuaian proses dengan standar yang berlaku yang dimana
akreditasi puskesmas dilakukan setiap 3 tahun sekali.
BAB V
KLASIFIKASI DAN KODEFIKASI PENYAKIT, MASALAH-MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN KESEHATAN DAN TINDAKAN MEDIS (KKPMT)

A. Alur dan Prosedur Klasifikasi Penyakit


1. Alur Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit menurut ICD-10 Volume 2 Tahun
2005 World Heald Organization

Temukan jenis pernyataan


yang akan dikode dan dirujuk
ke section yang sesuai pada
indeks alpabeth

Temukan lokasi Baca dan pedomani Baca semua lead


Lead Term semua catatan ( Notes) term di dalam
yang terdapat di bawah parentheses
lead term

Rujuk daftar tabulasi Ikuti dengan hati-hati Setelah lead term


(volume 1 ) untuk setiap rujukan silang (bisa mempengaruhi
memastikan nomor “SEE” dan “SEE kode) sampai semua
yang dipilih. ALSO ” didalam kata di dalam
indeks. diagnosis telah
diperhatikan

Pedomani setiap Term Tentukan kode pe nyakit


inklusi dan eksklusi di yang telah didignosis
bawah kode yang
dipilih, atau di bawah
judul bab, blok atau
kategori

Gambar 5. 1 Alur Kodefikasi Rekam Medis


39

37
Keterangan :
a. Lead term : keberadaan kata sebelah paling kiri dan menjadi kata kunci
untuk kata-kata dibawah ini.
b. Parentheses : dua tanda kurung.
c. SEE : kata memberi tahu penentu kode untuk melihat ke istilah lain.
d. SEE ALSO : berarti harus mencari lebih lanjut di indeks yaitu turunan
lead term.
e. Term inklusi : (kira-kira termasuk) dalam pokok bahasan pada 3 atau 4
karakter, seringkali ditemukan sejumlah diagnostik lain.
f. Term eksklusi : (tidak termasuk), beberapa pokok bahasan tertentu yang
didahului dengan kata eksklusi.
2. Prosedur Pengkodingan Penyakit menurut ICD-10 Volume 2 (Menurut WHO,
2005) antara lain :
a. Koding dilakukan pada berkas rawat inap yang lengkap pengisian data
resume atau laporan operasinya dan berkas rawat jalan.
b. Menggunakan ICD-10 sebagai kamus pedoman.
c. Menggunakan ICD-10 Volume 3 untuk menemukan istilah atau diagnosa
yang dicari.
d. Beri diagnosa dan prosedur yang tepat dan lengkap.
e. Beri kode untuk semua diagnosa yang mempengaruhi perawatan saat
ini.
f. Kode yang dicantumkan diurut secara benar agar mudah dipahami,
diagnosa dan prosedur tindakan utama dicantumkan pada urutan
pertama diikuti dengan diagnosa sekunder.
g. Menggunakan ICD-10 Volume 1 untuk memeriksa kebenaran kode
yang dicantumkan dan telah sesuai dengan klasifikasi diagnosa.
h. Kode yang telah sesuai ditulis pada kolom “KODE” di lembar atau
formulir berkas rekam medis.
i. Jika tidak sesuai periksa kembali pada ICD-10 Volume 2 sampai
mendapatkan kode yang benar.
ICD juga digunakan untuk klasifikasi penyakit dan masalah
kesehatan lain yang terdapat beberapa macam rekaman tentang kesehatan
dan rekaman vital. Mula-mula ICd digunakan untuk klasifikasi penyebab
kematian yang tercatat dalam register kematian. Kemudian diperluas hingga
mencakup diagnosa morbiditas. Meskipun ICD diutamakan untuk klasifikasi
penyakit dan cidera dengan diagnosa formal tetapi tidak semua problem
atau alasan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dapat
digolongkan dengan cara ini. Akibatnya ICD memberikan variasi yang luas
40

mengenai tanda, gejala, temuan abnormal, keluhan dan keadaan sosial


yang berbeda dengan diagnosa pada rekaman yang berhubungan dengan
kesehatan.
Menurut buku klasifikasi statistik international tentang penyakit dan
masalah kesehatan klasifikasi penyakit dapat didefinisikan sebagai suatu
penggolongan (Kategori) dimana kesatuan penyakit (Morbid and Tities)
disusun berdasarkan kriteria yang telah dintentukan. ICD mempunyai tujuan
untuk mendapatkan rekaman sistematik, melakukan analisa, interfretasi
serta membandingkan data morbiditas dan data mortalitas dari negara yang
berbeda atau antar wilayah dan pada waktu yang berbeda. ICD digunakan
untuk menterjemahkan diagnosa penyakit dan masalah kesehatan dari kata-
kata menjadi kode alfanumerik yang akan memudahkan penyimpanan,
mendapatkan kembali dan analisa data.
Dalam praktik ICD merupakan standar klasifikasi diagnosa
international yang berguna untuk epidemiologi umum dan manajemen
kesehatan. Termasuk didalamnya analisa situasi kesehatan secara umum
pada sekelompok populasi, monitoring angka kejadian, prevalensi penyakit
dan masalah kesehatan dalam hubunganya dengan variabel-variabel lain
seperti karakteristik dan keadaan individu yang terkena penyakit. ICD tidak
ditunjukkan untuk indeks kesatuan klinik yang nyata. Hal ini juga merupakan
hambatan pengguna ICD untuk penelitian aspek keuangan seperti
pembayaran pasien atau alokasi resources. Menurut buku pedoman
pengelolaan rekam medis rumah sakit koding adalah pemberian atau
penetapan kode yang menggunakan huruf atau angka atau kombinasi huruf
dan angka yang mewakili komponen data.
Kegiatan dan tindakan serta diagnosa yang ada didalam rekam
medis harus dikode dan selanjutnya di indeks agar memudahkan pelayan
pada penyajian informasi untuk menunjuk fungsi perencanaan, manajemen,
dan riset bidang kesehatan.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization)
bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera,
gejala dan faktor yang mempengaruhi kesehatan. Sejak tahun 1993 WHO
mengharuskan negara anggotanya termasuk Indonesia menggunakan
klasifikasi penyakit revisi-10 (ICD 10, Internasional Statistical Classification
Of Diseases and Related Health Problem 10 Revisi). ICD 10 menggunakan
kode kombinasi yaitu menggunakan abjad dan angka ( alpha numeric).
Kecepatan dan ketepatan koding dari suatu diagnosis sangat
tergantung kepada pelaksana yangb menangani rekam medis tersebut yaitu
:
41

a. Tenaga medis dalam mentapkan diagnosis.


b. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode.
c. Tenaga kesehatan lainnya.
Pentapan diganosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan
tanggung jawab dokter ( tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah, oleh
karenanya harus diagnosis yang ada dalam rekam medis diisi dengan
lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pad buku ICD 10.
Tenaga medis sebagai seorang pemberi kode bertanggung jawab atas
keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga
medis. Oleh karenanya untuk hal yang kurang jelas atau yang tidak lengkap,
sebelum koding ditetapkan komunikasikan terlebih dahulu kepada dokter
yang membuat diagnosis tersebut.
Setiap pasien selesai mendapatkan pelayanan baik rawat jalan
maupun rawat inap. Pengisian rekam medis dan tenaga kesehatan lainnya
yang ada di masing-masing unit kerja tersebut. Hal ini seperti dijelaskan
Permenkes 269/MenKes/Per/III/2008 tentang rekam medis.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petuga
rekam medis harus membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang tepat.
Disamping kode penyakit, berbagai tindakan lain juga harus dikoding sesuai
dengan klasifikasi masing-masing.
a. Koding penyakit (ICD-10).
b. Pembedahan atau tindakan (ICD-10).
c. Koding obat-obatan
d. Laboratorium
e. Radiologi
f. Dokter (pemberi layanan)
g. Alat-alat
h. Dan lain-lain
3. Identifikasi Diagnosis dan kode ICD 10 serta peristilhan medis yang
digunakan.
Menurut buku pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit,
koding adalah pemberian atau penetapan kode yang menggunakan huruf
atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen
data.
Kegiatan tindakan dan diagnosa yang ada didalam rekam medis
harus dikode dan selanjutnya di indeks agar memudahkan pelayanan dalam
penyajian informasi untuk menunjukkan fungsi perencanaan, manajemen
dan riset bidang kesehatan.
42

Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization)


bertujuan untuk menyarankan nama dan golongan penyakit cidera, gejala
dan faktor yang mempengaruhi kesehatan. WHO memutuskan suatu
perpaduan desain sistem klasifikasi yang mampu memenuhi kebutuhan
rumah sakit dan pengumpulan statistic morbiditas dan mortalitas dalam
terbitan buku yang diberi nama Internasional Classification Of Diseases ICD.
Sebelum bagi revisi ke sepuluh adalah Internasional Classification Of
Diseases and Related Health Problems 10 th Revision (ICD 10).
WHO melalui sidangnya yang ke 43 telah menetapkan ICD 10
sebagai buku klasifikasi internasional tentang penyakit edisi baru yang
sudah harus dipaki seluruh negara anggota dari WHO. Oleh karena itu
Menteri Kesehatan Indonesia secara resmi menyebut klasifikasi revis ke 10
yang digunakan untuk mengganti klasifikasi revis ke 9 yang sydah
digunakan sejak 1978 di Indonesia Menteri Kesehatan Internasional
tentang penyakit revis ke 10 pada tanggal 13 Januari 1998.
Pada umumnya ada tiga unsur kata yang dapat membentuk susuna
suatu istilah medis. Ketiga unsur kata ini mempunyai letak dan fungsi yang
berbeda-beda. Ketiga unsur kata adalah : a. Prefix
Merupakan unsur kata yang terletak dibagian terdepan dari istilah
medis dan selalu terletak didepan atau mendahului Root , tidak semua
istilah medis mengandung atau mempunyai unsur kata prefix, prefix
merupakan kata awalan.
b. Root
Root atau pseudoroot (akar kata semu) biasanya terletak
tengahtengah antara prefix dan suffix (pseudosuffix) pada istilah yang
terkait. Setiap istilah harus mempunyai Root, fungsi Root adalah sebagai
dasar atu inti dari istilah medis terkait.
c. Suffix
Merupakan kata akhir semu, merupakan unsur kata yang terletak
dibagian yang terletak dari istilah medis, kata ini selalu mengikuti Root atau
pseudoroot . Tidak semua istilah mengandung suffix. Suffix berfungsi
sebagai kata akhir.
Untuk pengkodean yang akurat diperlukan rekam medis pasien
lengkap. Setiap fasilitas kesehatan mengupayakan agar pengisian rekam
medis harus lengkap seseuai dengan peraturan yang berlaku. Pengkodean
harus melakukan analisis kualitatif terhadap isi rekam medis tersebut untuk
menemukan diagnosis, kondisi, terapi, dan pelayanan yang diterima pasien.
Rekam medis harus membuat dokumen yang akan dikode, seperti
pada lembar depan (RM). Lembar operasi dan laporan tindakan , laporan
43

patologi dan resume pasien keluar. Pengkodean membantu meneliti


dokumen untuk verifikasi diagnosis dan tindakan kemudian baru ditetapkan
kode dari diagnosi dan tindakan tersebut. Hasi pengkodean secara periodik
biasanya dilakukan audit.
Sistem pembayaran dilakukan berdasarkan diagnosa pasien keluar.
Rumah Sakit mendpatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang
dihabiskan oleh rumah sakit untuk suatu diagnosis penyakit. Besaran biaya
ini sangat ditentukan oleh diagnosis akhir pada pasien saat keluar rumah
sakit yang ditetapkan oleh dokter yang merawat atau bertanggung jawab
dan ketepatan kode yang diberikan oleh petugas rekam medis dengan
menggunakan ICD 10.
DRG digunakan atas dasar pengelompokan ICD sesuai ketentuan
masing-masing negara.Pengelompokan dilakukan atas dasar klasifikasi
anatomi dan fisiologi, adanya tindakan, umur, jeis kelamin pasien serta
kesamaan lama dirawat (Length of Stay – LOS) yang pada akhirnya
menghasilkan 956 DRG’s – Australian Nasional DRG’s versi 3 tahun 1995.
DRG digunakan oleh berbagai negar seperti Amerika Serikat, Australia,
Kanada, Singapura, Malaysia, Thailand.
Sampai dengan tahun 2006 Indonesia belum berhasil menyusu
modifikasi ICD yang dapat menunjang penerpan DRG’s mbagi kepentingan
pembuktian rincian pembayaran maupun evaluasi kulaitas pelayanan yang
suda berjalan. Tahap- tahap yang harus dilakukan proses kerja DRG’s yaitu:
a. Catat semua kegiatan atau kejadian selama pelayan diagnosis utama,
komplikasi, comorbidity dan ditindakan.
b. Tetapkan diagnosis utama ( Printicipal Diagnosis)
c. Kelompokan kedalam salah satu dari 23 Mayor Diagnostic Category
( MDC).
d. Jika ada tindakan, tentukan tipenya ( besar, kecil, tak berhubungan)
.Jika tidak ada tentukan kelompokan tingkat kesulitannya (Neoplasma,
penyakit tidak jelas dan lain-lain).
e. Tentukan ada atau tidak komplikasi atau komorbiditas.
f. Tentukan umur atau usia pasien.
g. Tetapkan kelompok DRG’s yang sesuai.
44

Lama pelayanan, diagnosa dan cara


pengkodean menggunakan ICD

Diagnosis utama

Kategori diagnosis pokok


(23 keleompok)

Tindakan yang terkait

Bagian Medis Bagian Bedah

Diagnosis utama Tipe pembedahan

Komplikasi/komorbiditi Komplikasi/komorbiditi
atau kelompok umur atau kelompok umur

DRG DRG

PEMBAHASAN :
Alur dan Prosedur Klasifikasi Penyakit di Puskesmas Liang Anggang
belum ada. Klasifikasi dan diagnosis tidak dilakukan di ruangan unit kerja rekam
medis, tetapi penetapan kodefikasi dilakukan oleh dokter yang menangani
pasien tersebut.

B. Sistem Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit kecacatan dalam dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
45

Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya


serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan
aman (Menurut Nugroho, 2010).
Reproduksi pada manusia terjadi secara seksual artinya terbentuknya
individu baru diawali dengan bersatunya sel kelamin laki-laki (Sperma) dan sel
kelamin perempuan (sel telur). Sistem reproduksi manusia dibedakan menjadi
alat reproduksi laki-laki dan wanita.

PEMBAHASAN :
Puskesmas Liang Anggang yang berhubungan dengan sistem reroduksi
petugas boleh menangani sampai mendiagnosa gejala-gejala saja. Untuk
penanganan lanjut diujuk ke rs terdekat.

C. Kondisi Perinatal
Perinatal adalah jangka waktu dari masa konsepsi sampai 7 hari setelah
lahir. Salah satu klasifikasi kode yang ada dalam ICD-10 adalah kode P00-P96
Bab XVI yang membahas mengenai kondisi-kondisi tertentu yang berasal pada
periode perinatal. Bayi dalam masa perinatal dapat beresiko tinggi seperti,
asfiksia neonatrumm, ikterus, sindrom gangguan nafas, bayi berat lahir rendah
(BBLR) dan kasus yang terjadi pada masa perinatal lainnya jika ada kelainan.
Periode perinatal juha termasuk kedalam neonatus. Kode ini diberikan pada
kondisi neonatus periode perinatal. Kode P biasanya dijumpai pada masa
perinatal. Kode P yang ada pada bayi baru lahir dengan sebab tertentu
biasanya dapat ditemukan pada diagnosa utama. Namun tidak semua kondisi
bayi pada masa perinatal dapat diberi kode P, seperti kondisi bayi baru lahir
keadaan sehat kode yang di berikan Z38 (Nurhaeni, 2016).

PEMBAHASAN :
Puskesmas Liang Anggang beum ditemukan kasus perinatal karena
petugas boleh menangani sampai mendiagnosa gejala-gejala saja. Untuk
penanganan lanjut diujuk ke rs terdekat..

D. Kelainan Kongenital, Malformasi, dan Abnormalitas.


Kelainan kongenital merupakan kelainan (abnormalitas) yang terjadi
pada janin selama masa perkembangan janin sebelum kelahiran. Kelainan
tersebut dapat berupak kelainan struktur atau fungsi anggota badan janin.
Umumnya, kelainan kongenital dapat dideteksi sebelum atau sesudah kelahiran
bayi. Beberapa jenis kelainan kongenital baru dapat terdeteksi pasca kelahiran
seiring dengan tumbuh kembang anak. Contoh kelainan kongenital yang baru
46

bisa terdeteksi selama tumbuh kembang anak adalah gangguan pendengaran.


Beberapa contoh kelainan kongenital yang umum terjadi adalah kelainan
jantung kongenital, down syndrome, dan kelaianan organ saraf kongenital.
Kelainan kongenital dapat berkontribusi terhadap disabilitas jangka panjang
yang berpengaruh terhadap kehidupan individu penderita. Oleh karena itu,
penderita kelainan kongenital harus mendapatkan dukungan dari keluarga,
masyarakat, dan institusi pelayanan kesehatan. Penyebab munculnya kelainan
kongenital tidak dapat diidentifikasikan dengan pasti. Beberapa hal diduga kuat
sebagai penyebab munculnya kelainan konegnital pada seseorang adalah
faktor genetik, penyakit infeksi, kekurangan gizi, dan pengaruh lingkungan.

PEMBAHASAN :
Puskesmas Liang Anggang belum ditemukan kasus kelainan
kongenital, malformasi, dan abnormalitas pada rekam medis saat peneliti
melakukan pencarian data. petugas boleh menangani sampai mendiagnosa
gejala-gejala saja. Untuk penanganan lanjut diujuk ke rs terdekat.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan yang telah kami dapatkan selama melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan di Puskesmas Liang Anggang kami dapat menyimpulkan
bahwa :
1. Asuransi yang terdapat di Puskesmas Liang Anggang adalah badan
penyelenggara jaminan social (BPJS). Metode pembayaran BPJS di
Puskesmas Liang Anggang menggunakan metode pembayaan prosfektif,
dimana metode pembayaran ini mengelompokan penyakit menjadi group
kode dan sudah ditentukan harganya. Metode pembayaran ini dikenal
dengan sistem casemix.
2. Sistem pengorganisasian di Puskesmas Liang Anggang sudah teroganisir
sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang telah ditentukan oleh
Puskesmas sehingga kemungkinan untuk terjadinya kesalahan dalam
proses pelayanan terbilang kecil.
3. Alur dan prosedur klasifikasi penyakit di Puskesmas Liang Anggang masih
belum terdapat di unit kerja rekam medis maupun di Puskesmas.

B. Saran
1. Puskesmas sebaiknya melakukan perancangan sistem informasi yang
bertujuan untuk mempermudah pencarian data pasien dan Puskesmas
mampu terintegrasi lebih maksimal dalam pengolahan data.
2. Puskesmas sebaiknya melakukan perancangan alur klasifikasi penyakit dan
membuat SPO tentang klasifikasi penyakit di Puskesmas Liang Anggang,
agar proses klasifikasi penyakit bisa berjalan sesuai dengan alur yang telah
ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Mayang (2017). Klasifikasi Kodefikasi Penyakit Dan Masalah Terkait


I:Anatomi, Fisiologi, Patologi, Terminologi Medis dan Tindakan Pada Sistem
Kardiovaskular, Respirasi, Dan Muskuloskeletal. Bahan Ajar Rekam Medis
Dan Informasi Kesehatan (RMIK).

Azwar, A. (1996) Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Binarupa. Aksara.

Budi, Savitri Citra (2011). Tujuan Kegunaan, Pengguna dan fungsi Rekam Medis
47
Kesehatan, dalam Hatta, Gemala. Pedoman Manajemen Informasi
Kesehatan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Edison, Emron. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Cetakan kesatu.


Penerbit Alfabeta. Bandung.

Departemen Dalam Negeri, PerMen DamNeg No. 12 tahun 2008 tentang Pedoman
Analisa Beban Kerja di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah . Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Direktorat


Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas.


Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Ganthina, (2016). Praktikum Spesialit Dan Terminologi Kesehatan. Modul Bahan


Ajar Cetak Farmasi.

Gunarti dan Muchtar. (2019). Rekam Medis & Informasi Kesehatan. Yogyakarta:
Tema Publishing.

Hatta, Gemala (2014). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana


Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hosizah, (2018). Sistem Informasi kesehatan II : Statistik Pelayanan Kesehatan.


Bahan Ajar Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan (RMIK).

Iman, Tarmansyah Arif., dan Lena D. (2017). Manajemen Mutu Informasi


Kesehatan 1: Quality Assurance, Bahan Ajar Rekam Medis Dan Informasi
Kesehatan (RMIK).

Marwansyah. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Alfabeta,


Bandung.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2008). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Nugroho, T. (2010). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika.

48
Nurhaeni A., dan Nurulramadhini C. (2017). Kelengkapan Pengisian Rekam Medis
Neonatus Kasus Perinatal Di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Jurnal
Kesehatan Mahardika. Vol. 4 No. 1 Tahun 2017.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 Tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 Tentang


Akreditasi Puskesmas. Klinik Pratama Tempat Praktik Mandiri Dokter,
Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang


Kesehatan.

Pramono, Angga.E., dan Nurhayati. Keakuratan Kode Diagnosis Pemyakit


Berdasarkan ICD-10 Di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta.
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. Vo.1 No.1 Maret 2013.

Profil Puskesmas Liang Anggang (2018), Pemerintahan Banjarbaru.

Robbins, P. Stephen. (2002). Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima.


Diterjemahkan oleh: Halida, S.E dan Dewi Sartika, S.S. Erlangga, Jakarta.

Sabarguna, Boy. (2008). Quality Assurance pelayanan Rumah Sakit. Jakarta:


Sagung Seto.

Siswati. (2018). Manajemen Unit Kerja II: Perencanaan SDM Unit Kerja RMIK.
Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan


Publik.

Tarwaka, Sholichul, Lilik Sudiajeng, (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,


Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS.

Wijaya, Lily (2017). Manajemen Informasi kesehatan II : Sistem Dan Sub Sistem
Pelayanan RMIK. Bahan Ajar Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan
(RMIK).

World Health Organization (2005). Internasional Statistical Classification of Disease


and Related Healt Problem. Geneva: WHO.

50

49
LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi PKL di Puskesmas Liang Anggang

Gambar Saat Mengambil Berkas di Ruang Penyimpanan Rekam Medis Puskesmas


Liang Anggang

Gambar Saat melayani pasien di Tempat Pendaftaran Puskesmas Liang Anggang


Gambar Saat Melihat Rekam Medis Pasien untuk Memasukkan Data di P-care
Puskesmas Liang Anggang

Gambar SaatMmemasukkan Data Pasien di P-care Puskesmas Liang Anggang


Lampiran 2 Daftar Hadir Mahasiswa PKL di Puskesmas Liang Anggang

1. Cicilia Feronika

51
2. Gina Faizah

52
3. Hermawan

53
4. Masliana

54
5. Muhammad Rahman A

55
6. Muhammad Rezadinur

56
7. Norlaila Hayati

57
58

Anda mungkin juga menyukai