Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

PATOFISIOLOGI apt.Mira Febrina,M.Sc

MAKALAH PATOFISIOLOGI

“PATOFISIOLOGI PENYAKIT PADA SISTIM URINARIA”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5:

Salsabila 2001076
Dira Repuja 2001052
Putri Dewica 2001070
Ramadini Fitri 2001071
Nisa Novrianti 2001068
Syairah Afrani 2001084
Hesti Rahmatia 2001056

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
nya kami dapat menyelesaikan makalah Patofisiologi ini yang berisi mengenai Patofisiologi
penyakit pada system urinaria tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas mata kuliah Patofisiologi dan juga untuk menambah pengetahuan kami dan juga
pembaca mengenai patofisiologi penyakit pada system urinaria. Dalam penyusunan makalah
ini, kami selaku penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Terutama dari dosen pengampu dari mata kuliah Patofisiologi, Ibu Dosen
Pengampu yakni Ibu apt.Mira Febrina,M.Sc. Maka pada kesempatan ini kami selaku penulis
mengucapkan banyak terima kasih.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami selaku penulis menerima kritik dan saran agar
kedepannya bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah. kami mencakup seluruh
anggota kelompok 5 berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi pembaca. Untuk akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita, aamiin.

Pekanbaru, 16 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
2.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Definisi...................................................................................................................................3
2.2 Anatomy Fisiology System Perkemihan................................................................................3
2.3 Gangguan Pada Ginjal.........................................................................................................11
2.4 Gangguan Pada Ureter.........................................................................................................12
2.5 Gangguan Pada Vesika Urinaria..........................................................................................13
2.6 Gangguan Pada Uretra.........................................................................................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan
homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerja sama
untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel
lainnya. Mengingat bahwa organisme hidup harus mengambil nutrisi dan air, satu
fungsi homeostatis penting adalah eliminasi, atau kemampuan untuk mengeluarkan
bahan kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan internal. Sistem
kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting.
Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada
pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal.
Kelangsungan hiduop sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-
zat sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai
reaksi semi kelangsungan hidupnya.
Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-organ dan
struktur-struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal berperan
penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak
konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semua zat
sisa metabolisme.
Sistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang terutama
bertanggung jawab untuk menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu seperti kalium
dan natrium, membantu mengatur tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang
disebut urea dari darah.
Sistem kemih terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah, sedangkan
ureter, yang bergerak urin dari ginjal ke kandung kemih, kandung kemih, yang
menyimpan urin, dan saluran kencing, urin keluar melalui tubuh.
Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan orang adalah
bahwa ekskresi; melalui air seni, manusia membebaskan diri dari air tambahan dan
bahan kimia dari aliran darah. . Aspek penting lain dari sistem urin adalah
kemampuannya untuk membedakan antara senyawa dalam darah yang bermanfaat
untuk tubuh dan harus dijaga, seperti gula, dan senyawa dalam darah yang beracun
dan harus dihilangkan.
Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra.
Ginjal, Uretra, kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih.
Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme dan
mengeluarkannnya sebagai urin. 
Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka, infeksi atau penyakit
pada organ dari saluran kemih, fungsinya menjadi terganggu dan karenanya
menganggu biokimia dari aliran bawah. Ginjal adalah organ vital penyangga
kehidupan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi system perkemihan ?
2. Apa itu gangguan system perkemihan ?
3. Apa saja gangguan pada system perkemihan ?
4. Bagaimana pemeriksaan pada gangguan system perkemihan ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada gangguan sytem perkemihan ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas system perkemihan berupa makalah tentang gangguan system
perkemihan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi gangguan system perkemihan
b. Untuk mengetahui epidemiologi gangguan system perkemihan
c. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan gangguan system perkemihan
d. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada gangguan system perkemihan
e. Untuk mengetahui terapi pada gangguan system perkemihan
f. Untuk mngetahui gejala klinis pada gangguan system perkemihan
g. Untuk mengetahui diagnose gangguan system perkemihan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Definisi System Perkemihan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu system
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal
atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh.

2. Definisi Gangguan System Perkemihan

System perkemihan pria meliputi system urinarius, system renalis dan system
genetalia atau organ reproduksi pria yang terdiri dari testis, epididymis, vas deferens,
vesikula seminalis, prostat, dan penis. System perkemihan pada wanita meliputi system
urinarius dan system renalis (Purnomo, 2005; Black & Hawk, 2005). Adapun gangguan
system perkemihan dapat berasal dari system renal atau urologi. Gangguan renal
merupakan kelainan pada fungsi ginjal dan gangguan urologi kelainan yang mengenai
kandung kemih, ureter, uretra dan kelenjar prostat di samping kelainan struktur ginjal
(Macaulay, 1997; Smeltzer dan Bare, 2008). Gangguan renal misalnya Gangguan Ginjal
Akut (GgGA) dan Penyakit Ginjal Kronis (PGK), sedangkan gangguan pada urologi
meliputi gangguan pola berkemih. Trauma saluran kemih, obstruksi saluran kemih
berupa: tumor/kanker prostat, stricture uretra (Smletzer & Bare, 2008; Sellers, 2006).

B. Anatomy Fisiology System Perkemihan

1. Susunan Sistem Perkemihan

 Dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin

 Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih)
 Satu vesika urinaria (VU) tempat urin dikumpulkan

 Satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

Gambar 1: Anatomi System Perkemihan

a. Ginjal (Ren)

Ginjal terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen


(retroperitoneal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit dibawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga kesebelas. Kedua ginjal di
bungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan (Guyton, 2009).
Gambar 2: Ginjal Kiri Dan Ginjal Kanan

1) Fungsi ginjal:
a) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
b) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d) Mengeluarkan sisa-sisa inors ism akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.

2) Fascia Renalis terdiri dari:

a) Fascia (fascia renalis)

b) Jaringan lemak peri renal

c) Kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat
pada permukaan luar ginjal

3) Struktur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu


masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi
dua atau tiga calices renalis inors yang masing-masing akan bercabang menjadi
dua atau tiga calices renalis inors.

Gambar 3: Potongan Ginjal


4) Potongan membujur ginjal

Gambar 4: Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus

Struktur halus ginjal terdiri dari


banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta
nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal,
ansa henle, tubulus distal dan tubulus
urinarius.

5) Pendarahan Ginjal mendapatkan darah dari


aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis
bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri
interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen
glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan
gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena cava inferior.

6) Persarafan Ginjal

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini


berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

b. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika


urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Gambar 5: Ureter

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

2) Lapisan tengah lapisan otot polos

3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa


Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

c. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Gambar 6: Vesika Urianaria

Dinding kandung kemih terdiri dari:


1) Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2) Tunika muskularis (lapisan berotot).
3) Tunika submukosa.
4) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

d. Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang


berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
1) Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a) Urethra pars Prostatica
b) Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c) Urethra pars spongiosa.

Gambar 7: Uretra pada lelaki

2) Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).


Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Gambar 8: Uretra pada wanita

3) Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:


a) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar
urethra tetap tertutup.
b) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
c) Lapisan mukosa.

e. Urin (Air Kemih)

1) Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

a) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan


(intake) cairan dan faktor lainnya.

b) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

c) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.

d) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

e) Berat jenis 1,015-1,020.

f) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

2) Komposisi air kemih, terdiri dari:

a) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

b) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak
dan kreatinin.

c) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.

d) Pagmen (bilirubin dan urobilin).

e) Toksin.

f) Hormon.
3) Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

a) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya


meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah
tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.

b) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan


kandung kemih.

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian
besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”.
Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak
spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi.
Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi,
sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

4) Ciri-Ciri Urin Normal


a) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
b) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
c) Baunya tajam.
d) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

C. Gangguan Pada Ginjal


1. Epidemiologi
Penyakit ginjal polikistik merupakan suatu keadaan ginjal dipenuhi oleh
banyak kista. Penyebab kelainan ini adalah heriditas. Bila penyakit ini mengenai
anak-anak, akan bersifat progresif dan dapat menyebabkan kematian. Bila mengenai
orang dewasa, gejala akan timbul setelah pasien berusia 30 tahun.
Ginjal dipenuhi oleh kista yang demikian membesar, mendesak jaringan ginjal
dan sekitarnya yang berangsur-angsur menghancurkan jaringan ginjal, yang. pada
akhirnya pasien menderita kegagalan ginjal.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan diagnostik. Untuk memastikan adanya kelainan ini perlu dilakukan
pemeriksaan IVP (intravenous pyeiography). Penggambaran dengan kontras dari piala
ginjal dan saluran-salurannya. Tindakan ini untuk melihat fungsi sekresi dan ekskresi
dari kedua ginjal, melihat apakah ada bate radiopaque dan radio luccut, dan melihat
apakah ada kelainan pada ginjal.
3. Penatalaksanaan
Tindakan pengobaton Penatalaksanaan pasien dengan penyakit ginjal polikistik
meliputi :
1) Diet rendah protein yang memperlambat terjadinya kegagalan ginjal.
2) Pasien harus istirahat di tempat tidur.
3) Pembedahan dengan operasi Rovsings, suatu tindakan untuk melubangi kista,
ini dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Persiapan untuk tindakan ini sama
seperti persiapan pasien untuk operasi pada umumnya.
4) Dialisis renal dan transplantasi ginjal bila pasien mengalami gagal ginjal. Bila
ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, pasien mengalami gagal
ginjal.
5) Penatalaksanaan. Untuk gangguan ini dilakukan kateterisasi uretra, dilatasi uretra
dengan bougi, don drainase supra pubik.
4. Prognosis.
Gangguan ini pada anak-anak dapat menyebabkan kematian. Pada orang dewasa
bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kegagalan ginjal.
Bila penatalaksanaan pada keadaan akut kurang baik dapat menyebabkan retensi
kronik.
D. Gangguan Pada Ureter
1. Epidemiologi
Kanker sering terjadi. Dapat dianggap bahwa sekitar sepuluh persen pria di atas
usia enam puluh tahun terkena kanker prostat. Di bawah lima puluh tahun, jarang atau
tidak pernah terlihat, sementara di atas tujuh puluh tahun di negara-negara Barat, kanker
ini adalah tumor ganas pada pria yang paling banyak terjadi. Insidensinya meningkat
yang untuk sebagian merupakan akibat meningkatnya diagnosis dini dan kanker prostat
tanpa gejala. Di seluruh dunia, ada banyak perbedaan dalam hal munculnya kanker
prostat. Di Asia Timur insidensinya rendah, sedangkan di Eropa Selatan dan Amerika
Latin insidensinya sedang. Dibandingkan dengan pria kulit putih di Amerika Serikat,
insidensi antara pria kulit hitam di AS, adalah dua kali lipat, sementara pria di Jepang
jarang terkena kanker prostat, dibandingkan dengan orang kulit putih di AS.
Insidensinya juga rendah di antara pria kulit hitam di Afrika. Hormon kelamin
pria adalah penting, bahkan merupakan syarat utama pada terjadinya kanker prostat; pada
pria yang kelenjar testisnya diangkat (kebiri), penyakit ini tidak tampak. Perbedaan
mencolok dalam insidensi ini, tentu saja menunjuk ke faktor-faktor eksternal. Faktor
mana, anehnya, tidak jelas. Tentu saja orang otomatis mengaitkannya dengan kebiasaan
makan, dengan pola mondial; lemak dan protein berlebihan’. Namun, hal ini tidak pernah
dibuktikan. Tidak ada pegangan dalam memberikan nasihat untuk mencegah kanker ini.
Satu-satunya faktor risiko yang pasti adalah usia, tetapi penuaan tidak dapat dihambat
maupun dicegah. Pada sepuluh persen kanker prostat, ada indikasi mengenai peranan
faktor keturunan. Beberapa keluarga dipantau sesuai skema penelitian tahunan tertentu
dengan pemeriksaan rektal (DRE = digital rectal examination) dan pemeriksaan darah
(PSA = prostate spesific antigen). Jika mencurigakan, dilakukan pemeriksaan endo-ekho,
kalau perlu diikuti biopsi lewat rektum. Jika tidak dapat ditunjukkan adanya sel-sel
tumor, sesudah setahun, pemeriksaan diulang.

2. Gejala Klinis
Gejala awal biasanya berupa hematuria (darah di dalam air kemih). Jika aliran air
kemih tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggul, atau di perut bagian bawah.
3. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan urografi intravena atau
urografi retrograd. CT scan dapat membantu membedakan tumor dengan batu ginjal atau
bekuan darah dan menunjukkan pertumbuhan kanker.
Pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh air kemih bisa menunjukkan adanya
sel-sel kanker. Ureteroskopi atau nefroskopi digunakan untuk mengamati atau kadang
untuk mengobati tumor yang kecil.
4. Terapi
Jika kanker belum menyebar, maka dilakukan pengangkatan ginjal dan ureter
(nefroureterektomi). Tetapi jika ginjal tidak berfungsi dengan baik atau jika penderita
hanya memiliki 1 ginjal, maka tidak dilakukan pengangkatan ginjal, karena penderita
akan tergantung kepada dialisa. Jika kanker telah menyebar, dilakukan kemoterapi.
E. Gangguan Pada Vesika Urinaria
1. Epidemiologi
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi penelitian
telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko :
a. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan
usia.
b. Merokok,merupakan faktor resiko utama
c. Lingkungan kerja Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan
Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker
inikarena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan
karsinogenik (penyebabkanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit.

1) Infeksi, terutama infeksi parasit (skistosomiasis)


2) Pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan
penyakitlainnya
3) Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil
terdapatpada orang Asia.- Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
4) Riwayat keluarga. Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker
kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini.
Peneliti sedang mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin
meningkatkan resiko terjadinya kanker ini
2. Gejala Klinis
Gejalanya bisa berupa:
a. hematuria (adanya darah dalam air kemih)
b. rasa terbakar atau rasa nyeri ketika berkemih
c. desakan untuk berkemih
d. sering berkemih.
3. Diagnosa
Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit ini, namun
dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker. Lavase kandung kemih
dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari urine untuk memeriksa ploidi DNA.
Pielogram IV untuk mengevaluasi traktus urinarius bagian atas dan pengisian kandung
kemih. Biopsy pada daerah yang dicurigai.
4. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker.
b. Sistografi atau urografi intravena bisa menunjukkan adanya ketidakteraturan pada
garis luar dinding kandung kemih.
c. USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan dalam kandung kemih.
d. Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan mengambil
contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.
e. Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker.
5. Terapi
Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan mliputi jenis tumor,
kedalam invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit, dan keadan umum
klien. Factor-faktor tersebut penting dalam rencana perawatan klien. Reseksi
transurethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada karsinoma insitu atau untuk lesi
permukaan yang kecil. Karena kecepatan kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau
immunoterapi mungkin dianjurkan. Tiopeta, mitomicin, dan doksorubinsin adalah agen
yang telah digunakan untuk pengobatan intravesikal. Terapi laser juga sebuah terapi yang
mungkin untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih segmental digunakan
untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung kemih atau dinding laterala atau
untuk adenokarsinoma.
Ketika tumor itu incasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol dengan
pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan. Sistektomi
sederhana pada seorang pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostate dan
vesicaurinaria; sedangkan pada seorang wanita meliputi pengangkatan kandung kemih
dan uretra. Iversi urinarius setelah sistektomi dapat dicapai dengan menggunakan sebuah
segmen ileum untuk membentuk sebuah salauran antara ureter dan abdomen eksternal.
Pilihan lain bagi klien mungkin pembentukan reservoir ileum kontinen yang tidak
membutuhkan apparatus penampungan eksternal.
Terapi radiasi untuk kanker kandung kemih sebagai modalitas penatalaksanaan
tunggal, untuk penyakit invasive yang mempeunyai kemungkinan sembuh rta-rata 16-
30%, ini lebih rendah daripada penatalaksanaan sistektomi, tetapi radiasi dapat
digunakan pada klien yang tidak ditangani dengan pembedahan. Tidak ada regimen
kemoterapi pasti yang telah dianjurkan untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut.
F. Gangguan Pada Uretra
1. Epidemiologi
Meskipun sampai saat ini penyebab pasti dari kanker kandung kemih belum
diketahui, beberapa faktor risiko untuk penyakit ini telah diidentifikasi. Faktor risiko
terbesar bagi berkembangnya kanker kandung kemih adalah merokok. Ketika orang
merokok, karsinogen diserap ke paru-paru dan masuk ke aliran darah. Darah kemudian
disaring oleh ginjal dan limbah tersebut kemudian dikonversi dalam urin, yang kemudian
akan dialirkan ke kandung kemih untuk keluar dari tubuh. Namun, karsinogen dari
tembakau tetap di sel urin dan menyebabkan kerusakan kandung kemih, hal ini lah yang
berpotensi menyebabkan kanker.
Paparan bahan kimia tertentu juga meningkatkan risiko kanker kandung kemih.
Bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan pewarna sangat erat kaitannya dengan
perkembangan kanker kandung kemih. Zat kimia seperti amina aromatik yang sering
digunakan di pabrik-pabrik yang memproduksi kulit, karet, cat, dan produk lain juga
dicurigai sebagai pemicu kanker kandung kemih.
Orang yang sering terpapar bahan-bahan seperti  zat penata rambut, melukis dan
bahan percetakan lebih berpotensi kanker kandung kemih disbanding mereka yang
bekerja di industri lain. Faktor risiko lain untuk kanker kandung kemih meliputi:
a. Ras Kaukasia
b. Laki-laki dewasa
c. Pertambahan usia
d. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
e. Kandung kemih cacat lahir
f. Peradangan kronis kandung kemih (cystitis)
g. Tidak cukup mengkonsumsi cairan
2. Gejala Klinis
Gejala pertama biasanya adanya darah di dalam air kemih (hematuria), yang
mungkin hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik atau bisa juga tampak
sebagai air kemih yang berwarna kemerahan. Aliran air kemih bisa tersumbat, sehingga
penderita mengalami kesulitan dalam berkemih atau aliran air kemih menjadi lambat dan
sedikit.
3. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui dan merasakan adanya benjolan di
dalam uretra. Pada pria, sebuah sitoskopi bisa dimasukkan ke dalam penis untuk melihat
uretra. Jika ditemukan sel atau tanda-tanda kelainan, maka diambil contoh jaringan untuk
diperiksa dengan mikroskop (biopsi).
4. Terapi
Pengobatan untuk kanker uretra bisa dilakukan dengan cara:
a. Pembedahan : Terapi penyinaran, menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi
tinggi lainnya untuk membunuh sel-sel kanker Kemoterapi, menggunakan obat-obatan
untuk membunuh sel-sel kanker.
Pembedahan untuk mengangkat kanker uretra terdiri dari:
1) Elektrofulgurasi, menggunakan arus listrik untuk mengangkat kanker. Tumor dan
daerah di sekitarnya dibakar lalu diangkat dengan pisau bedah.
2) Terapi laser.
3) Sistouretrektomi (pengangkatan kandung kemih dan uretra).
Pada pria, sebagian penis yang mengandung kanker uretra bisa diangkat melalui
pembedahan yang disebut penektomi parsial. Kadang dilakukan pengangkatan seluruh
penis (penektomi).
Setelah sebagian atau seluruh penisnya diangkat, bisa dilakukan bedah plastik
untuk membuat penis yang baru .
Pada wanita bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat uretra, kandung
kemih dan vagina,Untuk membuat vagian baru, dilakukan bedah plastik.
Kanker uretra anterior
a) Untuk wanita:
 Elektrofulgurasi
 Terapi laser
 Terapi penyinaran eksternal atau internal
 Terapi penyinaran diikuti oleh pembedahan atau terapi pembedahan saja
untuk mengangkat uretra dan organ di panggul bawah (eksanterasi
anterior) atau untuk mengangkat tumornya saja (jika kecil). Dibuat
saluran baru untuk membuang air kemih (diversi uriner).
b) Untuk pria:
 Elektrofulgurasi
 Terapi laser
 Penektomi parsial
 Terapi penyinaran.

BAB II
PENUTUP
Kesimpulan

 Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu system
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal
atau Homeostatis.
 System perkemihan pria meliputi system urinarius, system renalis dan system
genetalia atau organ reproduksi pria yang terdiri dari testis, epididymis, vas deferens,
vesikula seminalis, prostat, dan penis. System perkemihan pada wanita meliputi
system urinarius dan system renalis.
 Gangguan renal merupakan kelainan pada fungsi ginjal dan gangguan urologi
kelainan yang mengenai kandung kemih, ureter, uretra dan kelenjar prostat di
samping kelainan struktur ginjal.
 Penyakit ginjal polikistik merupakan suatu keadaan ginjal dipenuhi oleh banyak
kista. Penyebab kelainan ini adalah heriditas. Bila penyakit ini mengenai anak-
anak, akan bersifat progresif dan dapat menyebabkan kematian. Ginjal dipenuhi
oleh kista yang demikian membesar, mendesak jaringan ginjal dan sekitarnya yang
berangsur-angsur menghancurkan jaringan ginjal, yang. pada akhirnya pasien
menderita kegagalan ginjal.
 Faktor risiko terbesar bagi berkembangnya kanker kandung kemih adalah merokok.
Ketika orang merokok, karsinogen diserap ke paru-paru dan masuk ke aliran darah.
Darah kemudian disaring oleh ginjal dan limbah tersebut kemudian dikonversi dalam
urin, yang kemudian akan dialirkan ke kandung kemih untuk keluar dari tubuh.
Namun, karsinogen dari tembakau tetap di sel urin dan menyebabkan kerusakan
kandung kemih, hal ini lah yang berpotensi menyebabkan kanker.
 Infeksi Saluran Kemih (ISK) ditunjukkan dengan adanya mikroorganisme di dalam
urine.
 Glomerulonefritis peradangan pada glomerulus, biasanya disebabkan oleh diabetes
mellitus dan hipertensi kronik.
 Sistitis atau infeksi kandung kemih (paling sering terjadi infeksi) ditandai dengan
dysuria (nyeri saat mengeluarkan urine).
 Gagal ginjal atau penurunan fungsi organ ginjal atau tidak dapat berfungsi sama
sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Sutoyo, Daryono. 2008. Histologi. Jakarta. Graha Ilmu

Ganong, W.F. 2009. Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta. EGC

Price, Sylvia A dan Wilson, L A. 2006. Patofisiologi. Jakarta. EGC

Pearce, C Evelyn. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta. PT


Gramedia

Pusaka Putra

Guyton, C A dan Hall, E J. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai