Anda di halaman 1dari 18

DRUG-INDUCED

HEMATOLOGIC DISODERS

KELOMPOK 7
MATA KULIAH : PATOFISIOLOGI
Dosen Pengampu : Apt.Dra Syilfia Hasti,M.Farm

Kelompok 7 :

Kamilah Dzikra Andrea (2001060)


Salsabila Alhamdania Balqis(2001077)
Silvia Sumbarita(2001081)
Siti Rahmatun Nur(2001083)
Wirda Tuljannah(2001089)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


2020/2021
Hematologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang serta jaringan yang membentuk darah.
Darah merupakan bagian terpenting dari sistem transport. Pemeriksaan hematologi merupakan
salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan di laboratorium-laboratorium.Dalam arti lain
hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel darah, organ pembentuk
darah dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ pembentuk darah

Gangguan hematologi dapat disebabkan karena berbagai mekanisme dan etiologi, salah
satunya karena penggunaan obat. Parameter hematologi yang dipengaruhi obat : sel darah
merah, sel
darah putih, platelet dan sistem koagulasi darah
(Mintzer et al, 2009)
Gangguan
Hematologi yang
diinduksi obat

01 02 03
Anemia aplastik Agranulositosis Anemia hemolitik

04 05
Anemia sideroblastik Trombositopenia
1. ANEMIA APLASTIK

• DEFINISI
Anemia aplastik merupakan anemia yang disertai oleh pansitopenia pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer
pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum
tulangPada anemia aplastik terjadi penurunan produksi sel darah dari sumsum tulang sehingga menyebabkan
retikulositopenia, anemia, granulositopenia, monositopenia dan trombositopenia.

• ETIOLOGI
Penyebab penyakit anemia aplastik sebagian besar adalah idiopatik (50- 70%). Beberapa penyebab lain yang sering
dikaitkan dengan anemia aplastik 6 adalah toksisitas langsung dan penyebab yang diperantarai oleh imunitas seluler.
GEJALA DAN TANDA KLINIK

GEJALA
TANDA KLINIK

• Neutropenia
• Trombositopenia, manifestasi : • WBC ≤ 3500 sel/mm3
petechiae (bintik-bintik merah di • Hemoglobin ≤ 10 g/dL
kulit karena perdarahan) • Retikulosit ≤ 30000 sel/mm3
• Pucat, lemah and lemas, demam,
kedinginan, faringitis, atau tanda
infeksi lainnya yang dapat
menunjukkan adanya
neutropenia. Jika Hb < 5 g/dL
timbul gejala : iritabilitas,
anoreksia yang mencolok,
takikardia, bising
sistolik, dan limpa teraba
membesar pada 10-15% pasien.
• Patofisiologi
Tiga faktor penting untuk terjadinya anemia aplastik adalah:
a. Gangguan sel induk hemopoeitik
b. Gangguan lingkungan mikro sumsum tulang
c. proses imunologik

Kerusakan sel induk telah dapat dibuktikan secara tidak langsung melalui keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada
penderita anemia aplastik, yang berarti bahwa penggantian sel induk dapat memperbaiki proses patologik yang terjadi.
Teori kerusakan lingkungan mikro dibuktikan melalui tikus percobaan yang diberikan radiasi, sedangkan teori imunologik
dibuktikan secara tidak langsung melalui keberhasilan pengobatan imunosupresif. Kelainan imunologik diperkirakan menjadi
penyebab dasar dari kerusakan sel induk atau lingkungan mikro sumsum tulang.

Proses tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: sel target hematopoeitik dipengaruhi oleh interaksi ligan-reseptor, sinyal
intrasesuler dan aktivasi gen. Aktivasi sitotoksik T-limfosit berperan penting dalam kerusakan jaringan melalui sekresi IFN-γ
dan TNF.Keduanya dapat saling meregulasi selular reseptor masing-masing dan Fas reseptor. Aktivasi tersebut menyebabkan
terjadinya apoptosis pada sel target. Beberapa efek dari IFN-γ dimediasi melalui IRF-1 yang menghambat transkripsi selular
gen dan proses siklus sel sehingga regulasi sel-sel darah tidak dapat terjadi. IFN-γ juga memicu produksi gas NO yang
bersifat toksik terhadap sel-sel lain. Selain itu, peningkatan IL-2 menyebabkan meningkatnya jumlah T sel sehingga semakin
mempercepat terjadinya kerusakan jaringan pada sel.
• Manifestasi Klinis
Pada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala yang timbul adalah akibat dari pansitopenia
tersebut. Hipoplasia eritropoietik akan menimbulkan anemia dimana timbul gejala-gejala anemia antara lain lemah,
dyspnoe d’effort, palpitasi cordis, takikardi, pucat dan lain-lain. Pengurangan elemen lekopoisis menyebabkan
granulositopenia yang akan menyebabkan penderita menjadi peka terhadap infeksi sehingga mengakibatkan keluhan
dan gejala infeksi baik bersifat lokal maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat mengakibatkan
pendarahan di kulit, selaput lendir atau pendarahan di organ-organ.
Manifestasi klinis pada pasien dengan anemia aplastik dapat berupa :
1. Sindrom anemia :
a. Sistem kardiovaskuler : rasa lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak napas intoleransi terhadap aktivitas fisik,
angina pectoris hingga gejala payah jantung.
b. Susunan saraf : sakit kepala, pusing, telingga mendenging, mata berkunang – kunang terutama pada
waktu perubahan posisi dari posisi jongkok ke posisi berdiri, iritabel, lesu dan perasaan dingin pada
ekstremitas.
c. Sistem pencernaan : anoreksia, mual dan muntah, flaturensi, perut kembung, enek di hulu hati, diare atau
obstipasi.
d. Sistem urogeniatal : gangguan haid dan libido menurun.
e. Epitel dan kulit: kelihatan pucat, kulit tidak elastis atau kurang cerah, rambut tipis dan kekuning
kuningan.
2. Gejala perdarahan : ptekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan subkonjungtiva, perdarahan gusi, hematemesis atau
melenaatau menorhagia pada wanita. Perdarahan organ dalam lebih jarang dijumpai, namun jika terjadi
perdarahan otak sering bersifat fatal.
3. Tanda-tanda infeksi: ulserasi mulut atau tenggorokan, selulitis leher, febris, sepsis atau syok septik.
2. AGRANULOSITOSIS

• Merupakan kondisi penurunan sel-sel

granulosit di darah
• Bentuk paling umum : neutropenia
• Contoh obat penginduksi :

rifampin, NSAID, penisilin


Nilai hematologi

Terjadi penurunan leukosit dan neutrofil


• Mekanisme agranulositosis oleh obat
1. Absorbsi pada membran neutrofil yang kemudian membentuk hapten selanjutnya membentuk antibodi
dan akhirnya terjadi destruksi WBC
2. Kombinasi obat dengan obat-antibodi spesifik mengakibatkan diabsorbsi dengan tidak spesifik pada
membrane neutrofil sehingga terjadi aktivasi komplemen dan menghancurkan sel
3. Pembawa protein-obat yang kemudian melekat ke membrane sel sehingga terjadi formasi antibodi dan
melekat ke kompleks obat-pembawa protein menyebabkan mengaktivasi komplemennya
4. Penempelan obat pada membrane neutrofil akan membentuk autoantibodi sehingga terjadi destruksi
selluler oleh sistem fagositosis.
GEJALA TANDA KLINIK

• Biasa terjadi pada wanita > 60 tahun. • Sel myeloid masak ≤ 500 sel/mm3
• Gejala :
• Kerongkongan sakit
• Demam
• Malaise
• Lemas
• Kedinginan, dan gejala infeksi lainnya
3. ANEMIA HEMOLITIK

• Umur sel darah merah normal : 120 hari


• Anemia hemolitik : destruksi sel darah merah abnormal
• Penyebabnya :
1. Autoimun

Antibodi menyerang antigen di


permukaan sel darah merah

sehingga menyebabkan
destruksi sel darah merah
• Contoh obat penginduksi : Rifampin, Streptomycin, NSAID
Nilai Hematologi
• Terjadi penurunan nilai Hb dan HCt
• Peningkatan retikulosit
• Ditemukan adanya Heinz Bodies
(pada pasien defisiensi G6PD)

Patofisiologi
Anemia Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga kelompok:
• Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
• Anemia akibat penghancuran sel darah merah
• Anemia akibat kehilangan darah
GEJALA TANDA KLINIK

• Fatigue, Malaise, Pucat, Nafas pendek • kadar Hb ↑, Hemoglobinuria,


• Krisis hemolitik : demam, menggigil, nyeri • Hemolisis ekstravaskular
punggung dan nyeri lambung, perasaan • Umur sel eritrosit ↓
melayang, dan penurunan tekanan darah yang • Proses pemecahan heme ↑, ditandai
berarti. dengan : kadar billirubin darah ↑,
• Sakit kuning (jaundice) dan air kemih pembentukan CO yang endogen ↑,
berwarna gelap Ekskresi urobillinogen dalam urine
• Limpa membesar (splenomegali), kadang ↑, Kadar LDH serum ↑ (dapat mencapai
menyebabkan nyeri perut. 1200 U/mL)
• Batu empedu berpigmen : batu empedu
berwarna gelap
4. Sideroblastic Anemia

• Contoh obat penginduksi : Kloramfenikol & Isoniazid


• Sifat: Reversibel
Nilai Hematologi
• Peningkatan serum ferritin dan besi
• Penurunan nilai CBC & MCV
• Adanya Pappenheimer body
• Morfologi mikrositik dan hipokromik
• Mekanisme : Penghambatan δ-aminolevulinate menyebabkan gangguan sintesis
heme
5. Trombositopenia

• Terjadi penurunan platelet


• Contoh obat penginduksi : isoniazid, rifampin, quinine
• Mekanisme autoimun Antibodi akan menyerang platelet dan terjadi destruksi
platelet di reticuloendothelial system
• Terjadi penurunan trombosit
GEJALA TANDA KLINIK
• Purpura/memar (spot-spot yang kecil dan • Platelet < 100000 sel/mm3 (trombositopenia)
ungu dibawah kulit sebagai akibat dari
hemorrhage)
• Petechiae (bintik-bintik merah akibat
perdarahan di dalam kulit)
• Epistaxis atau mimisan/hidung berdarah
(suatu keadaan dimana hidung mengalami
pendarahan yang darahnya keluar melalui
lubang hidung)
• Perdarahan pada mukosa membrane
• Anemia hemolitik mikroangiopati
• Demam
Thanks !
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing
elit. Etiam aliquet eu mi quis lacinia

Anda mungkin juga menyukai